Anda di halaman 1dari 14

PENCAMPURAN CAIR-CAIR

1. Definisi Umum Pengadukan dan Pencampuran


Keberhasilan suatu operasi pengolahan biasanya sangat bergantung pada efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam suatu proses. Pengadukan atau agitasi adalah
perlakuan dengan gerakan terinduksi pada suatu bahan di dalam bejana dimana gerakan
tersebut biasanya mempunyai pola sirkulasi. Sedangkan istilah pencampuran secara umum
adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak yaitu bahan yang satu menyebar ke
dalam bahan yang lain, dimana bahan-bahan tersebut sebelumnya terpisah dalam dua fase
atau lebih . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran
diantaranya
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk.


Bentuk dan jumlah pengaduk.
Posisi sumbu pengaduk.
Kecepatan putaran pengaduk.
Penggunaan sekat dalam tangki.
Sifat fisik fluida yang diaduk.

Oleh karena itu, diperlukan seperangkat alat tangki berpengaduk yang dapat digunakan
untuk mempelajari operasi pengadukan dan pencampuran tersebut.
2. Fenomena Aliran Fluida
Perilaku fluida merupakan hal yang penting dalam teknik proses pada umumnya, dan
ilmu yang mempelajari perilaku fluida disebut mekanika fluida. Mekanika fluida mempunyai
dua cabang yaitu statika fluida dan dinamika fluida. Pada dinamika fluida, terjadi beberapa
fenomena aliran fluida karena fluida tersebut dalam keadaan bergerak, relatif terhadap bagian
fluida lainnya.
2.1. Aliran laminar danturbulen
Aliran laminar adalah aliran fluida yang pada kecepatan rendah, fluida
cenderung mengalir tanpa pencampuran secara lateral dan lapisan-lapisan fluida
yang berdampingan menggelincir di atas satu sama lain. Pada aliran laminar tidak
terjadi aliran silang atau pusaran (eddy). Bila laju aliran ditingkatkan sehingga
kecepatannya menjadi lebih tinggi dan akan di capai suatu kecepatan yang disebut
dengan kecepatan kritis, maka aliran fluida akan menjadi bergelombang dan perilaku

aliran fluida menjadi tidak lagi laminar tetapi bergerak kemana-mana dalam bentuk
aliran silang dan pusaran. Aliran ini dinamakan aliran turbulen.
2.2. Fluida Newton danfluida non-Newton
Pada Gambar 1, terdapat beberapa perilaku reologi fluida.

Gambar 1. Grafik tegangan-geser terhadap gradient-kecepatan pada fluida Newton


dan fluida non-Newton
Kurva-kurva pada Gambar 1 merupakan pemetaan dari tegangan-geser
terhadap laju-geser dan berlaku pada suhu dan tekanan tetap. Kurva A merupakan
kurva fluida yang disebut fluida Newton, karena fluida ini mematuhi kelinearan
sederhana yaitu garis lurus melalui pusat.

Kurva-kurva lain pada gambar 1

menunjukkan perilaku zat cair yang disebut non-Newton yang diuraikan sebagai
berikut.
a.

Kurva B disebut dengan kurva zat cair bersi fat plastik Bingham dikarenakan
sifat zat cair tersebut tidak mengalir sama sekali sebelum tercapai suatu
tegangan-geser ambang, yang ditandai dengan lambang o, dan mengalir secara
linear pada tegangan-geser di atas o.

b.

Kurva C disebut dengan kurva fluida pseudoplastik karena kurvanya melalui


pusat, tetapi cekung kebawah pada geser yang rendah dan menjadi linear pada
geser yang lebih tinggi. Pseudoplastik dikatakan bersifat mengencer dengan laju

c.

geser (shear rate thinning).


Kurva D disebut dengan kurva fluida dilatan karena kurva ini cekung keatas
pada tegangan rendah, dan menjadi linear pada tegangan tinggi. Fluida dilatan

dikatakan bersifat mengental dengan laju geser (shear rate thickening).


2.3. Angka Reynolds
Angka Reynolds (NRe) adalah gugus variabel tanpa dimensi yang
menunjukkan suatu nilai tertentu pada saat terjadi perubahan jenis aliran. Reynolds
mempelajari kondisi ketika satu jenis aliran berubah menjadi aliran jenis lain, dan
menemukan bahwa kecepatan kritis ketika aliran laminar berubah menjadi aliran
turbulen, bergantung pada empat buah besaran yaitu (1) diameter tabung, (2)
viskositas zat cair, (3) densitas zat cair, dan (4) kecepatan linear rata-rata zat cair.
Keempat faktor tersebut digabungkan menjadi gugus variabel yang dinyatakan
sebagai berikut.
NRe =

(1.1)

dengan : D = diameter tabung


= kecepatan rata-rata zat cair
= viskositas zat cair
densitas zat cair
v = viskositas kinematik za tcair
Angka Reynolds padaaliran laminar selalu ditemukan di bawah 2100 sedangkan
pada aliran turbulen yaitu diatas 4000. Pada angka Reynolds antara 2100 dan 4000,
terdapat suatu daerah transisi yaitu jenis aliran pada daerah tersebut dapat
merupakan laminar ataupun turbulen. Pada fluida non-Newton, karena tidak
mempunyai viskositas bernilai tunggal yang tidak bergantung pada laju-geser
(viskositasnya semu) maka pers. 1.1 untuk menentukan angka Reynolds tidak
dapatdigunakan.
3. Pengadukan Zat Cair
Pengadukan zat cair dilakukan untuk beberapa tujuan antara lain :

1. Untuk membuat suspensi partikel zat padat.


2. Untuk meramu zat cair yang mampu campur (miscible) , umpamanya metil alkohol
dan air.
3. Untuk menyebarkan (dispersi ) gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembunggelembung kecil.
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak tidak dapat bercampur dengan zat cair yang
lain, sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran- butiran halus.
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair / kumparan mantel kalor.
3.1. Alat Pengaduk
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana yang biasanya
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu dapat
terbuka ataupun tertutup. Bagian bawah atau dasar tangki biasanya agak membulat
sehingga dapat menghindari terjadinya sudut-sudut tajam atau daerah yang sulit
ditembus arus zat cair. Di dalam tangki biasanya dipasang impeler (pengaduk) pada
ujung poros dengan sumbu vertikal menggantung ditumpu dari atas. Poros tersebut
digerakkan oleh motor yang biasanya dilengkapi dengan gigi reduksi untuk
menurunkan kecepatan motor penggerak. Tangki biasanya dilengkapi dengan lubang
masuk dan keluar, kumparan kalor, mantel, dan sumur untuk menempatkan
thermometer atau peranti pengukuran suhu lainnya. Impeler yang berputar akan
membangkitkan pola aliran dalam sistem yang menyebabkan zat cair bersirkulasi di
dalam bejana. Tipe aliran dalam sistem pengadukan merupakan tipe turbulen sehingga
semakin tinggi perputaran impeler, maka semakin tinggi tingkat turbulensinya.
3.2. Jenis Pengaduk (Impeler)
Dari segi arahnya, ada dua macam impeler yaitu :
a. Impeler aksial, yaitu membangkitkan arus yang sejajar dengan sumbu impeler.
b. Impeler radial, yaitu membangkitkan arus yang arahnya radial atau tangensial.
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeler yaitu :
a. Propeler
Propeler merupakan impeler beraliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeler ukuran kecil biasanya diputar dengan kecepatan
motor penuh yaitu 1.150-1.750 rpm, sedangkan propeler ukuran besar berputar
pada 400-800 rpm. Arus zat cair yang meninggalkan propeler mengalir secara
aksial sampai dibelokkan oleh dinding bejana.
b. Dayung (paddle)
Dayung (paddle) merupakan impeler untuk operasi sederhana, terdiri dari satu
dayung datar yang berputar pada poros vertikal. Dayung ini berputar di tengah
bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair secara

radial atau tangensial. Dayung yang digunakan di industri biasanya berputar


dengan kecepatan antara 20 dan 150 rpm. Panjang total impeler dayung biasanya
antara 50 sampai 80 persen dari diameter-dalam bejana. Lebar bladenya
seperenam sampai sepersepuluh panjangnya. Pada kecepatan yang sangat rendah,
dayung dapat memberikan pengadukan sedang di dalam bejana tanpa-sekat, pada
kecepatan yang lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat, sebab jika tidak, zat cair
itu akan berputar-putar saja mengelilingi bejana itu dengan kecepatan tinggi,
tetapi tanpa adanya pencampuran.
c. Turbin
Turbin merupakan impeler berdaun banyak dengan daun-daun yang agak pendek,
berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang dipasang di pusat bejana.
Daun-daunnya ada yang lurus dan ada yang melengkung. Impelernya terdiri dari
3 macam yaitu terbuka, setengah terbuka, dan terselubung. Diameter impeler
lebih kecil daripada diameter dayung, berkisar antara 30-50% diameter bejana.
Turbin biasanya lebih efektif untuk jangkau viskositas yang cukup luas. Arus
utamanya bersifat radial sehingga dapat menghasilkan vortex dan arus putar, yang
harus dihentikan menggunakan sekat (baffle) atau diffuser.

Gambar 2. Jenis impeler-impeler untuk pencampuran: (a) three-blade marine


propeller; (b) open straight-blade turbine; (c) bladed disk turbine; (d) vertical curvedblade turbine; (e) pitched-blade turbine.

3.3. Pola Aliran


Pola aliran zat cair dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeler,
sifat fluida, ukuran serta perbandingan ukuran dari tangki, sekat maupun agitator.
Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai 3 komponen dan pola

aliran keseluruhan di dalam tangki dipengaruhi oleh variasi dari 3 komponen


tersebut. Tiga komponen tersebut yaitu radial yang bekerja pada arah tegak lurus
poros, longitudinal atau aksial yang pada arah paralel dengan poros dan tangensial
atau rotasional pada arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros.
Komponen radial dan longitudinal biasanya sangat aktif dalam memberikan aliran
yang diperlukan untuk melakukan pencampuran dibandingkan dengan komponen
tangensial. Komponen tangensial cenderung menimbulkan vorteks pada permukaan
zat cair dan mengakibatkan pencampuran tidak terjadi melainkan terjadi
penggumpalan.
3.4. Draft Tubes
Aliran balik ke sebuah impeler dan mencapai impeler dari berbagai arah tidak
dipengaruhi oleh permukaan padatan. Aliran ke propeler dan dari propeler pada
dasarnya sama dengan aliran udara dari dan ke kipas yang beroperasi di dalam
sebuah ruang. Draft tubes digunakan untuk mengendalikan kecepatan dan arah aliran
menuju pengisap impeler, seperti terlihat pada Gambar 3. Draft tubes untuk propeler
biasanya dipasang mengelililngi impeler, sedangkan draft tubes untuk turbin
dipasang persis di atas impeler. Draft tubes menyebabkan gesekan fluida di dalam
sistem bertambah, dan menyebabkan berkurangnya laju aliran, sehingga apabila
tidak terlalu diperlukan, draft tubes tersebut tidak dipergunakan.

Gambar 3. Draft tubes, baffled tank: (a) turbine; (b) propeler. (After Bissell et al.3)
3.5. Angka Aliran
Agitator turbin dan agitator propeler pada dasarnya adalah suatu pompa impeler
yang beroperasi tanpa selubung, dengan aliran masuk dan aliran keluar yang tidak
terarah.
Hubungan-hubungan penentu untuk turbin serupa dengan hubungan untuk pompa
sentrifugal. Perhatikan impeler turbin berdaun rata pada Gambar 3.Tatanama yang

digunakan pada angka aliran antara lain : u2 ialah kecepatan pada ujung daun; Vu2
dan Vr2 masing-masing adalah kecepatan tangensial dan kecepatan radial
sebenarnya daripada zat cair yang meninggalkan ujung daun impeller, sedangkan V2
ialah kecepatan total zat cair pada titik itu.

Gambar 4. Velocity vectors at tip of turbine impeller blade


Asumsikan bahwa kecepatan tangensial zat cair merupakan suatu fraksi k tertentu
daripada kecepatan pada ujung daun, atau
(1.2)
Karena u2 = Dan. Laju aliran volumetrik melalui impeler ialah
(1.3)
Disini Ap merupakan luas silinder yang dibuat dengan sapuan ujung daun impeler,
atau
(1.4)
Dimana :

Da = diameter impeller

W = lebar daun impeller


Dari geometri gambar 4
(1.5)
Substitusi terhadap Vu2 dari persamaan 1.2 menghasilkan
(1.6)

Laju aliran volumetri, dari persamaan 1.3 1.5 adalah


(1.7)
Untuk impeler-impeler yang geometrinya sama, W sebanding dengan Da, sehingga
untuk nilai k dan 2
(1.8)
Rasio antara kedua besaran itu disebut angka aliran (flow number) NQ yang
didefinisikan oleh

(1.9)
Persamaan 1.7 sampai 1.9 menunjukkan bahwa jika 2 ditetapkan, NQ akan konstan.
Untuk propeler kapal, 2 dan NQ dapat dianggap konstan; untuk turbin, NQ
merupakan fungsi dari ukuran relatif impeler dan tangki. Untuk rancangan bejana
aduk bersekat, disarankan nilai-nilai berikut ini :
Untuk propeler kapal13b (jarak bagi bujur sangkar)

NQ = 0,5

Untuk turbin 4- daun 45o 13b (W/Da = )

NQ = 0,87

Untuk turbin rata 6-daun16 (W/Da = )

NQ = 1,3

3.5. Kebutuhan Daya


Kebutuhan daya untuk mendorong impeler sangat penting diperhitungkan dalam
merancang bejana. Apabila aliran didalam tangki adalah turbulen, kebutuhan daya
dapat ditaksir dari hasil kali aliran (q) yang didapatkan dari impeler dan nenrgi
kinetik (Ek) per satuan volume fluida. Besaran-besaran itu ialah
q = n Da3NQ

(1.10)

Ek =

(1.11)

Kecepatan V2 sedikit lebih kecil dari kecepatan ujung u2. Jika rasio V2/u2 ditandai
dengan , maka V2 = nDa, dan kebutuhan daya ialah
P = n Da3 NQ

Dalam bentuk tanpa dimensi

NQ)

(1.12)

NQ

(1.13)

Ruas kiri per ruas per ruas kanan dinamakan angka daya (power number), Np, yang
didefinisikan oleh
Np

(1.14)

Untuk turbin standart berdaun enam NQ = 1,3 dan jika

dianggap 0,9 Np = 5,2.

Gambar 5. Angka daya Np vs NRE untuk turbin berdaun enam. Untuk bagian kurva D
dengan garis putus-putus,nilai Np dibaca dengan NFrm

Gambar 6. Angka daya Np vs NRE untuk propeler berdaun tiga. Untuk bagian kurva
B, C dan D dengan garis putus-putus, nilai Np dibaca dengan NFrm
Pada angka Reynolds yang rendah, yaitu dibawah kira-kira 300, untuk tangki yang
mempunyai sekat maupun untuk tangki tanpa sekat, kurva angka dayanya adalah
identik, yang dapat dilihat pada Gambar 6. Dalam daerah ini aliran laminar dan
densitas tidak lagi berpengaruh. Pada angka Reynolds yang lebih dari 10.000, kurva
memisah, dan angka daya tidak bergantung pada angka Reynold, serta viskositas
tidak berpengaruh. Kurva untuk tangki bersekat ditunjukkan oleh kurva D pada
Gambar 5 dan untuk tangki tanpa sekat ditunjukkan oleh kurva B, C dan D pada
Gambar 6. Di daerah Reynolds demikian yang biasanya dihindarkan dalam praktek
dengan tangki tanpa sekat. Untuk tangki tak bersekat, angka daya N p yang dibaca
dari skala ordinat harus dikoreksi dengan mengalikannya dengan angka Froude :
Np = (NFr)m

(1.15)

dengan rumus m adalah


m = a-log10NRe/b

(1.16)

4. Pencampuran Zat Cair


Pencampuran digunakan pada berbagai macam operasi untuk mendapatkan suatu
campuran dari bahan-bahan dengan homogenitas yang berbeda-beda, misalnya dua macam
zat cair digabungkan dalam satu tempat hingga seluruhnya bercampur dengan baik. Proses
pencampuran dapat dilakukan dalam sebuah bejana atau tangki yang dilengkapi dengan
sistem pengadukan. Pencampuran zat cair dapat terjadi pada zat cair yang mampu-campur.
4.1 Pencampuran zat cair yang mampu-campur
Pencampuran zat cair yang mampu campur (miscible) di dalam tangki
merupakan proses yang berlangsung cepat dalam daerah turbulen. Impeler yang
terputar akan menghasilkan arus kecepatan tinggi, dan fluida dapat bercampur dengan
baik di daerah sekitar impeler karena adanya keturbulenan yang tinggi. Pada waktu
arus melambat karena membawa ikut zat cair lain dan mengalir di sepanjang dinding,
terjadi juga pencampuran radial.
Perhitungan yang didasarkan atas model ini yaitu waktu pencampuran dapat
diperkirakan dari korelasi mengenai aliran total yang dihasilkan dari berbagai jenis
impeler. Untuk turbin berdaun enam standar, berlaku :

q = 0.92 . n .

. (Dt/Da)

tT =

(1.17)

(1.18)

n . tT .(Da/Dt)2 (Dt/H) = konstan = 4.3

(1.19)

Untuk tangki dan impeler tertentu, atau untuk berbagai sistem yang secara geometris
serupa, waktu pencampuran diperkirakan akan berubah secara terbalik dengan
kecepatan pengaduk, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini.

Gambar 7. Waktu-campur dalam bejana yang diaduk. Garis putus-putus adalah untuk
tangki tanpa sekat; garis penuh untuk tangki bersekat
Waktu pencampuran akan jauh lebih besar bila angka Reynolds berkisar antara
10-1000, walaupun konsumsi daya tidak banyak berbeda daripada keadaan turbulen.
Faktor waktu pencampuran dapat disusun kembali untuk menunjukkan perbedaannya
dalam persamaan :
fT = n. tT .(Da/Dt)2 (Dt/H)1/2 . (g/n2 . Da)1/6

(1.20)

fT =

(1.21)

Dimana :

Da : diameter impeler

Dt : diameter tangki
Impeler-impeler jenis lain mungkin lebih cocok untuk mencampur zat cair-zat cair
tertentu. Agitator pita heliks (helical ribbon agitator) hanya memerlukan waktu
campuran yang jauh lebih pendek dengan pemasukan daya yang sama untuk zat cair
yang sangat viskos, tetapi lebih lambat daripada turbin dengan zat cair encer. Waktu
pencampuran dengan impeler lebih tinggi daripada turbin, tetapi konsumsi daya tentu
jauh lebih rendah untuk kecepatan pengaduk yang sama.
Pada zat cair pseudoplastik, waktu campur pada angka Reynolds dibawah kirakira 1000 jauh lebih lama dari pada untuk zat cair Newton pada kondisi impeler yang
sama. Dalam daerah geser rendah, jauh dari impeler,

viskositas semua zat cair

pseudoplastik lebih besar daripada di dekat impeler. Di daerah yang jauh-jauh ini,
pusaran turbulen hilang dengan cepat dan terbentuk zona dimana zat cair hampir
stagnan. Kedua efek itu mengakibatkan pencampuran yang kurang baik dan waktu
pencampuran yang panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Mc Cabe, Warren L., J.C. Smith, dan Peter Harriott : Unit Operations of Chemical
Engineering eds. 4, McGraw-Hill, New York, 1985, diterjemahkan oleh Ir.E.Jasjfi
M.Sc

Makalah Unit Operasi Proses Mekanik


Pencampuran Cair-Cair

Disusun oleh :
Ananda Dwi Utomo

21030113120016

Anggita Widiasari

21030113120045

Bima Rizkia Ramadhan

21030113140122

Christyowati Primi Sagita

21030113130142

Erdita Aprillia Yuga Pamujo

21030113120018

Ihdina Sulistianingsih

21030113140124

Joe Epridoena Sinulingga

21030113130118

Latif Alfiyan Zuhri

21030113120070

Naufal Rilanda

21030113120004

Noer Indah Ardiani

21030113140121

Sherly Zagita Listiyani N.

21030113120023

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

Anda mungkin juga menyukai