LAPORAN PRAKTIKUM
TKI 238 - Praktikum Pengetahuan Material
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal Praktikum
Asisten
: Regina Andriani
: 2013-043-087
:A
: 3 Maret 2015
: Wira
METALOGRAFI
I.
TUJUAN
1. Mengubah sifat mekanik baja melalui transformasi fasa; dan
2. Mengamati struktur mikro baja hasil proses transformasi fasa serta hubungannya
dengan sifat mekanik baja tersebut.
II.
TEORI DASAR
Proses perlakuan panas merupakan kombinasi dari proses pemanasan dan
pendinginan dari suatu logam untuk memperoleh sifat mekanik yang diinginkan. Secara
sederhana terdapat tiga tahapan dalam perlakuan panas yang harus dilalui yaitu
pemanasan (heating), penahanan pada temperatur pemanasan (holding) dan selanjutnya
dilakukan pendinginan (cooling rate). Laju pendinginan sangat berperan dalam
menentukan fasa yang terbentuk sebagai hasil dari transformasi fasa, yang akan
menentukan sifat mekanik dari baja. Secara umum ada tiga alasan mengapa proses
perlakuan panas dilakukan, yaitu melunakkan baja sebelum dilakukan pembentukan,
menghilangkan energi yang tersimpan di dalam baja akibat strain hardening,
mendapatkan kekuatan dan keuletan tertentu dari baja sesuai dengan perancangan.
Pemanasan pada proses perlakuan panas dilakukan sampai temperatur austenit,
tinggi rendahnya pemanasan sangat bergantung pada kadar karbon di dalam baja, yang
dapat diperkirakan melalui diagram fasa Fe-C, Gambar 1. Penahanan pada temperatur
austenit dimaksudkan sebagai proses homogenisasi. Ditinjau dari laju pendinginannya,
proses perlakuan panas dikelompokkan atas laju pendinginan cepat (Quenching) dan laju
pendinginan lambat yang dibedakan atas Normalizing (laju pendinginan lambat) dan laju
Annealing (laju pendinginan sangat lambat), seperti yang tertera pada Gambar 2. Proses
quenching dapat dilakukan dengan cara mencelupkan spesimen dalam medium
pendingin (air, air garam, dan oli). Kemampuan suatu medium untuk mendinginkan
suatu media berbeda-beda, bergantung dari temperatur, kekentalan, kadar larutan dan
bahan dasar media pendingin. Adapun normalizing dilakukan dengan cara pendinginan
di udara, sedangkan annealing dilakukan dengan pendinginan di dalam tungku itu
sendiri. Perbedaan laju pendinginan akan menghasilkan transformasi fasa yang berbeda ,
artinya akan memberikan struktur mikro yang berbeda pula, demikian halnya dengan
sifat mekaniknya.
perlakuan panas pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa makin lambat laju pendinginan
maka akan dihasilkan baja dengan kekuatan yang makin rendah. Pembentukan fasa hasil
proses perlakuan panas dapat diamati dengan metalografi.
Banyak buku referensi menyatakan bahwa metalografi merupakan panduan antara
seni dan ilmu (art and science). Selanjutnya metalografi didefinisikan sebagai sutau
kajian tentang struktur mikro logam dan panduannya dengan bantuan mikroskop, untuk
dapat memperkirakan atau menjelaskan mengenai sifat mekaniknya. Melalui pengamatan
metalografi daoat diperoleh informasi mengenai bentuk dan ukuran butir, distribusi fasa,
ada/tidaknya cacat mikro seperti: segregasi, retakan mikro, inklusi non logam.
Dalam pengamatan metalografi diperlukan serangkaian persiapan spesimen agar
struktur mikro dapat teramati dengan seksama. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Sectioning (pemotongan)
Penentuan/pemilihan bagian yang dapat mewakili logam/paduan yang akan diamati
dan selanjutnya dilakukan pemotongan.
2. Mounting (pembingkaian)
Spesimen yang telah dipotong dibingkai dengan polimer menggunakan cetakan.
3. Grinding (pengampelasan)
Permukaan spesimen harus bebas dari goresan, karat maupun cacat lain yang
cenderung akan merusak permukaan spesimen, dengan cara pengampelasan
permukaan spesimen menggunakan kertas abrasif dari ukuran rendah berturut-turut
sampai ukuran tinggi.
4. Polishing (pemolesan)
Tahap akhir dari perataan spesimen dilakukan dengan media yang lebih halus dari
kertas abrasif, dengan tingkat kehalusan berkuruan mikron, tahop ini disebut sebagai
pemolesan. Media poles yang umum digunakan adalah serbuk alumina, untuk
kebutuhan khusus dapat digunakan pasta intan.
5. Etching (pengetsaan)
Tahap akhir dalam persiapan spesimen yaitu memunculkan struktur mikro dengan
cara mereaksikan permukaan spesimen dengan larutan kimia tertentu, disebut
sebagai larutan etsa, tahap ini disebut sebagai pengetsaan. Selanjutnya spesimen siap
diamati dengan mikroskop.
III.
IV.
PROSEDUR PENGUJIAN
1. Panaskan spesimen sampai temperatur austenit, tahan spesimen pada temperatur
austenit.
2. Dinginkan spesimen dengan laju oendinginan tertentu, sesuai dengan petunjuk
asisten: quenching, normalizing, intercritical annealing.
3. Spesimen kemudian dibigkai (mounting) dengan menggunakan alat cold mounting
Buehler Cast N Vac 1000.
a. Campurkan resin dan katalis dengan perbandingan sesuai petunjuk asisten.
b. Masukan spesimen ke dalam cetakan, usahakan spesimen terletak pada tengahtengah cetakan.
c. Atur posisi cetakan pada alat cold mounting agar posisinya tepat saat resin
dituangkan.
d. Pasang pressure gauge dan pastikan tidak terjaid kebocoran.
e. Tekan tombol pompa pada posisi ON, biarkan tekanan naik sampai -25 inc.Hg.
Setelah tekanan tercapai diamkan selama 2 menit. Alat cold mounting siap
digunakan.
f. Tuangkan resin ke dalam cetakan secara perlahan.
g. Tekan tombol pompa pada posisi OFF.
h. Kendurkan pressure gauge dengan cara memutar berlawanan arah dengan arah
jarum jam, dan biarkan teknana turun secara perlahan.
4. Setelah dibingkai selanjutnya dilakukan tahap sebagai berikut:
a. Ratakan permukaan spesimen menggunakan kertas abrasif (ampelas) berturutturut dari kekasaran 180, 220, 320, 400, 600, 800, 1000 hingga 1500 mesh,
menggunakan grinding machine, mengikuti arah sebagai berikut:
lakukan
pengamatan
permukaan
spesimen
yang
telah
dietsa
V.
dijelaskan sebagai pengujian dan pengamatan terhadap struktur butir suatu logam.
Kemudian, pengamatan biasanya dilakukan di bawah lensa mikroskop optik.
Dengan mikroskop optik, suatu kegagalan komponen dapat dilihat secara mikro,
meskipun seharusnya kegagalan komponen ini juga sudah dapat dilihat secara
langsung tanpa menggunakan mikroskop, yang akan terlihat seperti patahan. Karena
itulah mengapa kajian metalografi menjadi bagian penting dari suatu analisis
kegagalan komponen.
3. Jelaskan mengapa pemotongan spesimen menjadi bagian penting dalam
menentukan struktur mikro?
Proses pemotongan dibutuhkan setelah menentukan atau memilih bagian yang dapat
mewakili logam/paduan yang diamati. Jika proses pemotongan tersebut tidak tepat,
maka struktur mikro pada spesimen tersebut akan berubah sehingga sulit untuk
diamati di bawah lensa mikroskop. Diketahui bahwa kerusakan pada material dapat
terjadi karena beberapa hal seperti tidak baiknya alat yang digunakan untuk
memotong, atau kesalahan kecepatan pemotongan dan kecepatan makan. Namun
dalam beberapa kasus, kerusakan pada spesimen tidak terlalu parah sehingga dapat
diperbaiki pada saat pengampelasan dengan membuang bagian yang rusak tersebut.
4. Jelaskan ada berapa cara pembingkaian spesimen dan mengapa demikian?
Serta sebutkan syarat yang harus dimiliki dari suatu bahan dasar untuk
mounting?
Mounting dilakukan untuk memudahkan penanganan terhadap spesimen yang
berukuran kecil atau memiliki bentuk yang tidak beraturan yang akan sulit ditangani
khususnya pada saat pengamplasan dan pemolesan apabila tidak dilakukan
pembingkaian, media mounting harus sesuai dengan material dan jenis reagen etsa
yang digunakan. Ada dua jenis teknik mounting, yaitu:
a. Hot mounting, yaitu mounting yang digunakan untuk jumlah sampel yang
banyak, hasil mounting akan memiliki kualitas yang baik, seragam dalam
bentuk dan ukuran, serta waktu proses yang pendek.
b. Cold mounting, yaitu mounting yang digunakan untuk sampel yang ukurannya
besar dan untuk sampel tunggal.
Secara umum syarat-syarat yang harus dimiliki bahan mounting adalah:
a. Bersifat inert (tidak bereaksi dengan material dan zat etsa)
b. Sifat eksoterimis rendah
c. Viskositas rendah
Laboratorium Karakterisasi dan Rekayasa Material
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin Unika Atma Jaya
VI.
Lembar Data
Lembar data terdapat pada lampiran berikut.
10
Analisis
Dari struktur mikro yang telah diamati menggunakan mikroskop optik, dapat
diketahui bahwa spesimen baja yang diamati memiliki fasa perlit, yaitu dua fasa
dalam satu butir. Dapat dilihat contoh-contoh struktur mikro yang terdapat pada
lembar data, bahwa struktur mikro spesimen yang telah diamati tersebut lebih
mirip dengan fasa perlit, dimana dalam struktur tersebut terdapat dua butiran, yaitu
butiran yang terang dan gelap. Butiran terang menunjukkan fasa ferrit dan butiran
gelap menunjukkan fasa perlit (+Fe3C). Fasa ferrit merupakan larutan padat
karbon dalam besi dan kandungan karbon dalam besi maksimum 0,025% pada
temperatur 723 C. Pada temperatur kamar, kandungan karbonnya 0,008%. Sifat
ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi. Sedangkan fasa perlit merupakan
merupakan elektroid yang terdiri dari dua fasa yaitu terit dan sementit. Kedua fasa
ini tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi di bawah 723 C.
Sifatnya kuat dan tahan terhadap korosi serta kandungan karbonnya 0,83%.
Sebelum melakukan pengamatan terhadap spesimen baja tersebut, harus
dilakukan tahapan-tahapan tertentu telebih dahulu seperti sectioning (pemotongan),
mounting (pembingkaian), grinding (pengampelasan), polishing (pemolesan), dan
etching (pengetsaan). Setiap tahapan perlu dilakukan dengan sangat hati-hat agar
memperoleh hasil yanng maksimal. Misalnya saja pada proses pengampelasan.
Posisi dan kekuatan tekanan tangan saat memegang spesimen harus sangat
diperhatikan agar tidak terjadi patahan pada spesimen dan menyebabkan
permukaannya menjadi tidak rata karena akan sulit diamati dengan mikroskop.
Kemudian arah pengampelasan spesimen juga salah satu hal penting yang harus
diperhatikan. Selain itu, benda kerja yang sudah diberi larutan etsa harus disiram
terlebih dahulu dengan sabun sebelum diamati. Hal ini dikarenakan larutan etsa
merupakan larutan asam kuat yang bersifat korosif sehingga dikhawatirkan dapat
merusak baja, oleh sebab itu perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan larutan basa
seperti sabun.
VII.
SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
11
Secara sederhana terdapat tiga tahapan dalam perlakuan panas yang harus dilalui
yaitu pemanasan (heating), penahanan pada temperatur pemanasan (holding) dan
selanjutnya dilakukan pendinginan (cooling rate).
Sebelum melakukan pengamatan terhadap spesimen baja, harus dilakukan tahapantahapan tertentu telebih dahulu seperti sectioning (pemotongan), mounting
(pembingkaian), grinding (pengampelasan), polishing (pemolesan), dan etching
(pengetsaan).
Struktur mikro spesimen yang telah diamati memiliki fasa perlit, dimana dalam
struktur tersebut terdapat dua butiran, yaitu butiran yang terang (fasa ferrit) dan
gelap (fasa perlit).
Dengan dilakukannya metalografi, fasa, butir, komposisi kimia, orientasi butir, jarak
atom, dan dislokasi sebuah komponen dapat diamati dan diperbaiki dengan
perlakuan-perlakuan khusus.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
---------, (1991): Annual Book of ASTM Standards, Setion 3: Metal Test Methods
and Analytical Procedure, Philadelphia.
[4]
Dieter, G. E., (1988): Mechanical Metallurgy, McGraw Hill Book Co., London.
[5]
Davis, H. E., et al., (1964): The Testing and Inspection of Engineering Materials,
McGraw Hill Book Co., London.
[6]
Callister, William D., (2014): An Introduction, 6th Edition: Materials Science and
Engineering, John Wileys & Sons, Inc., Canada.
IX.
12
LAMPIRAN
Gambar 8. Ampelas
Laboratorium Karakterisasi dan Rekayasa Material
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin Unika Atma Jaya