PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era modern ini, dunia industri terus mengalami kemajuan terutama dalam bidang
manufaktur. Ada berbagai macam produk yang dihasilkan dari proses manufaktur khususnya
dari proses pengecoran. Proses pengecoran dalam dunia industri digunakan untuk membuat
benda-benda berbentuk rumit, seperti benda berlubang dan lain sebagainya. Produk-produk
yang rumit tersebut dapat diproduksi masal secara mudah dan efisien dengan menggunakan
proses pengecoran logam.
Pengecoran logam merupakan proses pencairan logam untuk membentuk logam cair
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Untuk membuat coran harus dilakukan dengan prosesproses seperti : peleburan logam, membuat rongga cetak, peoses penuangan, memeriksa dan
menganalisa hasil coran. Sedangkan untuk pencairan logam dapat dilakukan dengan tanur
induksi, dapur kopula, dan lain sebagainya.
Proses pengecoran logam dapat dilakukan dengan menggunakan pasir cetak sebagai
media cetak, pengecoran dilakukan dengan menggunakan HDPC, dan invesment casting
(pengecoran dengan lilin), dan alat yang lain. Pada laporan praktikum pengecoran ini
pengecoran dilakukan dengan menggunakan pasir cetak sebagai media cetak atau dikenal
dengan Sand casting..
Sand casting merupakan pengecoran dengan menggunakan pasir cetak sebagai media
utamanya. Pengecoran pasir cetak sebagai media cetak ini banyak digunakan untuk pekerjaan
pengecoran.
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum Pengecoran
1.2.1. Tujuan Praktikum Pengecoran
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sand Casting.
2. Untuk mengetahui alat dan bahan dalam Sand Casting
3. Untuk mengetahui bagaimana proses pengecoran dengan Sand Casting
4. Untuk mengetahui cacat coran dalam Sand Casting
1.2.2. Manfaat Praktikum Pengecoran
1. Mahasiswa dapat melakukan persiapan pengecoran dengan Sand Casting
2. Mahasiswa dapat melakukan proses pengecoran dengan Sand Casting
3. Mahasiswa dapat membuat sistem saluran dalam Sand Casting
4. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengecoran dengan Sand Casting
Praktikum Pengecoran dan Tempa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pengecoran Logam
Pengecoran Logam adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam
dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang
serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat. Salah satu metoda dalam
pengecoran adalah dengan menggunakan pasir cetak sebagai media cetak atau disebut dengan
Sand Casting.
Sand Cating atau Pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas
seperti menempatkan pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat
sistem saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku,
membongkar cetakan yang berisi produk cor dan membersihkan produk cor. Hingga
sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih menjadi andalan industri
pengecoran terutama industri-industri kecil.
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali
pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent Mold).
Cetakan pasir atau Sand Casting termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa
digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan
benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika,
pasir zircon atau pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan,
bentonit, resin, furan atau air gelas
2.2. Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran
Dalam melakukan pengecoran terdapat peralatan dan perlengkapan yang harus
disiapkan. Dalam Sand Casting khususnya, peralatan dan perlengkapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pasir Cetak
Digunakan membuat cetakan yang juga berfungsi untuk membuat pola/model dan inti,
serta menahan aliran cairan logam pada waktu dituangkan kedalam cetakan. Contoh pasir
yang digunakan dalam proses pengecoran yaitu pasir kali, pasir gunung, dan pasir silika.
2. Inti
Inti (core) adalah suatu bahan yang terbuat dari pasir (pasir gemuk) yang mengandung
kadar lempung lebih tinggi daripada pasir cetak. Inti digunakan untuk membuat lubang
atau diameter dalam yang ada didalam coran.
Praktikum Pengecoran dan Tempa
3. Model/pola
Model/pola merupakan bahan yang menyerupai benda asli atau benda yang akan dicor
pada bagian luar. Model/pola ini terbuat dari kayu (jati, mahoni, dan lainnya) dan logam
(alumunium, besi, dan lainnya). Pola disini ukurannya dibuat lebih besar dari benda cor,
hal ini dikarenakan adanya faktor penyusutan pada waktu cairan logam dingin.
4. Rangka cetak
Rangka cetak merupakan alat atau rangka yang terbuat dari kayu maupun logam yang
berbentuk segiempat atau bulat yang digunakan untuk membuat cetakan. Cetakan sendiri
merupakan alat yang berisi pasir cetak yang sudah dipadatkan untuk melakukan proses
pengecoran.
5. Alat-alat Pembuat Cetakan
Alat-alat ini digunakan untuk membantu dalam membuat cetakan dan mempermudah
dalam melakukan proses pengecoran logam. Alat-alat tersebut terdiri dari : penyangga,
mandrel, pemberat, penumbuk, dan lain sebagainya.
2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.3.1. Sumber Bahaya
Tingkat bahaya yang dijumpai di lingkungan pengecoran logam ditentukan oleh
berbagai faktor, diantaranya termasuk jumlah karyawan, jenis logam dan bahan lain
yang digunakan, ukuran benda yang akan dicetak, mekanisme kontrol terhadap
sumber bahaya, sistem ventilasi, desain bangunan, dan lain-lain.
Sumber bahaya terhadap kesehatan di proses pengecoran logam dapat
dikelompokkan menjadi dua:
1. Bahaya dari penggunaan bahan zat kimia seperti debu silica, debu dan asap metal,
carbon monoksida, dan senyawa kimia lain yang dilibatkan dalam proses.
2. Bahaya dari faktor fisika di lingkungan kerja, seperti kebisingan, getaran, dan iklim
panas.
2.3.2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Melalui berbagai penelitian, baik epidemiologi atau eksperimental, telah
diketahui beberapa penyakit yang dicurigai berhubungan dengan proses pengecoran
logam. Penyakit-pnyakit tersebut seperti :
1. Penyakit saluran pernafasan
Termasuk diantaranya yang paling umum adalah pneumoconiosis, bronchitis,
dan kanker paru. Penyakit-penyakit ini dihubungkan dengan paparan terhadap debu
silica, dan debu metal/non metal lain yang terhirup selama bekerja. Debu-debu ini
Praktikum Pengecoran dan Tempa
apabila terhirup dalam waktu yang lama akan berakumulasi dalam paru dan
merangsang proses inflamasi. Akumulasi debu ini bersifat fibrogenik
merangsang pembentukan jaringan ikat, dan pada tingkat lanjut bisa bersifat
karsinogenik merangsang pembentukan sel kanker.
2. Penyakit diluar saluran pernafasan
Termasuk diantaranya intoksikasi Timbal (Pb), karbon monoksida, dan Beryllium
(Berylliosis).
3. Thermal Stress
Stress tubuh akibat suhu tinggi yang dihasilkan proses pengecoran logam.
4. Gangguan pendengaran
Merupakan akibat dari tingginya tingkat kebisingan terutama yang berasal dari
mesin-mesin. Tanpa kontrol yang baik, tingkat kebisingan dapat mencapai 85
120 dBA; nilai ini diatas NAB (Nilai Ambang Batas) 85 dB yang diperbolehkan.
5. Gangguan muskuloskeletal
Sebagai akibat dari posisi tubuh yang salah atau tuntutan aktivitas fisik yang
berat selama bekerja.
6. Sindrom akibat getaran
Dikenal dengan istilah Raynauds Phenomenon of Occupational Origin.
Penyakit ini timbul akibat penggunaan alat-alat yang bergetar dalam jangka waktu
yang lama.
2.3.3. Kecelakaan Kerja
Selain berpotensi menyebabkan PAK, proses pengecoran logam juga
menempatkan pekerja dalam posisi yang rentan terhadap kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja di tempat pengecoran logam dapat terjadi akibat : pekerjaan manual,
penggunaan mesin, permukaan tempat kerja atau jalan, benda asing yang mengenai
mata, dan paparan dengan benda panas.
1. Pasir Silika
Pasir silika didapat dengan cara menghancurkan batu silika, kemudiandisaring
untuk mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan. Kebanyakan pasir yang
digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2).
2. Pasir Zirkon
Pasir Zirkon berasal dari pantai timur australia yang mempunyai daya tahan api
yang efektif untuk mencegah sinter
3. Pasir Olivin
Pasir Olivin didapat dengan cara menghancurkan batu yang membentuk 2MgO,
SiO2 dan 2FeO.SiO2. Pasir olivin mempunyai daya hantar panas yang lebih besar
dibanding pasir silika.
Alasan pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan
ketahanannya terhadap temperature tinggi.Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan
beberapa faktor penting seperti bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan
bulat akan menghasilkan permukaan produk yang mulus/halus. Ukuran butir yang kecil akan
menghasilkan permukaan coran yang baik, tetapi ukuran butir yang besar akan menghasilkan
permeabilitas yang baik, sehingga dapat membebaskan gas-gas dalam rongga cetak selama
proses penuangan Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit
atau clay/lempung) dan air.Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap
dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.Beberapa indikator untuk menentukan kualitas cetakan
pasir adalah sebagai berikut :
1. Kekuaatan
Kemampuan cetakan untuk mempertahankan bentuknya dan ketahanannya
terhadap pengikisan oleh aliran logam cair. Hal ini tergantung pada bentuk pasir,
kualitas pengikat dan faktor-faktor yang lain.
2. Permeabilitas
Kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas dan gas dari dalam
cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir cetak.
3. Stabilitas Termal
Kemampuan pasir pada permukaan rongga cetak untuk menahan keretakan dan
pembengkokan akibat sentuhan logam cair.
4. Kolapsibilitas
Kemampuan cetakan membebaskan coran untuk menyusut tanpa menyebabkan
coran menjadi retak.
Praktikum Pengecoran dan Tempa
5. Reusabilitas
kemampuan pasir (dari pecahan cetakan) untuk digunakan kembali (didaur
ulang).
2.4.2. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat
dibuat dari kayu ,plastic/polimer ,resin sintetis atau logam. Pemilihan material pola
tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor
dan jenis proses pengecoran yang digunakan. Pola dapat berguna agar menjaga
ketelitian ukuran benda coran.Hal yang diperhatikan dalam menentukan pola adalah :
1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan
2. Penempatan inti harus mudah
3. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapat aliran logam cair yang
optimum.
Pola memiliki beberapa jenis, jenis-jenis pola tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pola tunggal (Solid Pattern)
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk
sedikit. Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
(riser) digunakan ssebagai cadangan logam cair untuk menutup rongga karena
penyusutan. Penyusutan selalu terjadi jika logam membeku dan apabila penyusutan
tidak diatur dengan baik maka bisa menimbulkan rongga penyusutan yang besar.
Umumnya rongga penyusutan terjadi pada daerah dengan temperatur paling tinggi
atau di tempat dimana terjadi pembekuan paling akhir.
Kelemahan dari cetakan basah ini adalah uap lembab dalam pasir dapat
menyebabkan kerusakan pada beberapa coran, tergantung pada logam dan
geometri coran. Untuk komposisi dari cetakan basah ini adalah sebagai berikut :
Pasir 80-90 %
Bentonit 10-15 %
Air 4-5 %
Bahan Penolong / grafit 2-3 %
2. Cetakan Pasir Kering
Cetakan pasir kering, dibuat dengan menggunakan bahan pengikat organik, dan
kemudian cetakan dibakar dalam sebuah oven dengan temperatur berkisar antara
204o sampai 316oC. Pembakaran dalam oven dapat memperkuat cetakan dan
mengeraskan permukaan rongga cetakan. Cetakan pasir kering digunakan pada
benda tuang yang berukuran besar (diatas 100 kg).
Keunggulan dari cetakan kering ini adalah dimensi produk cetak yang lebih
baik. Sedangkan untuk kelemahan dari cetakan kering adalah sebagai berikut :
Lebih mahal dibandingkan dengan cetakan pasir basah
Laju produksi lebih rendah karena dibutuhkan waktu pengeringan
Pemakaian terbatas untuk coran yang medium dan besar dalam laju produksi
rendah medium
Untuk komposisi dari cetakan kering ini adalah :
Pasir 80-90 %
Tanah liat 10-15 %
Gula tetes 1-2 %
Pitch 1-1,5 %
Milase 0,5-1 %
Air kurang dari 4 %
3. Cetakan Kulit Kering
Cetakan kulit kering, diperoleh dengan mengeringkan permukaan pasir basah
dengan kedalaman 1,2 cm sampai dengan 2,5 cm pada permukaan rongga cetakan.
Bahan perekat khusus harus ditambahkan pada campuran pasir untuk memperkuat
permukaan rongga cetak. Klasifikasi cetakan yang telah dibahas merupakan
klasifikasi konvensional. Saat ini telah dikembangkan cetakan yang menggunakan
pengikat bahan kimia. Beberapa bahan pengikat yang tidak menggunakan proses
Praktikum Pengecoran dan Tempa
10
pembakaran, seperti antara lain resin turan, penolik, minyak alkyd. Cetakan tanpa
pembakaran ini memiliki kendali dimensi yang baik dalam aplikasi produksi yang
tinggi.
2.4.6. Dapur Kpoula
Dapur kopula adalah dapur yang digunakan untuk melebur besi tuang. Dapur ini
berbentuk silindrik tegak, terbuat dari baja dan bagian dalamnya dilapisi dengan batu
tahan api. Sebagai bahan bakar digunakan kokas (coke), dan batu kapur digunakan
sebagai fluks, sedang bahan bakunya adalah besi bekas dan seringkali ditambahkan
besi kasar.
Pengisisan dilakukan melalui charging door bergantian antara kokas dan besi.
Pembakaran terjadi disekitar pipa hembus sehingga di daerah ini akan terjadi
percairan besi dan fluks akan bereaksi dengan abu kokas dan impuritas lainnya
membentuk terak. Terak akan mengapung di atas besi cair dan berfungsi sebagai
pelindung hingga tidak bereaksi dengan lingkungan di dalam kupola.
Cairan akan dikeluarkan secara berkala bila jumlah cairan sudah cukup banyak.
Penambahan bahan baku juga dilakukan secara berkala dan dapur dapat bekerja
secara kontinu.
11
12
Daerah krus adalah daerah dari bagian bawah tuyer sampai ke dasar
kupola. Daerah krus dari kupola yang mempunyai perapian muka dibuat
dangkal, karena tidak difungsikan untuk menyimpan logam cair di
dalamnya. Daerah krus dari kupola tanpa perapian muka dibuat dalam.
Biasanya ukuran krus dikonstruksi untuk dapat menampung dua atau tiga
pengisian. Dalam daerah krus terdapat juga kokas, sehingga volume yang
terisi oleh logam cair kira-kira 45 % dari volume daerah krus. Krus yang
besar tidak dikehendaki sebab besi cair menyerap karbon dan belerang
dari kokas.
4. Lubang Cerat dan Lubang Terak
Lubang cerat dan lubang terak dibuat di daerah krus. Bentuk dan
susunan dari lubang-lubang ini berbeda menurut cara pengeluaran besi
cair dan terak. Pengeluaran besi cair dan terak dilakukan secara berkala.
Pada proses ini besi cair atau terak ditampung sementara di dalam krus,
kemudian dikeluarkan secara berkala melalui lubang cerat atau lubang
terak dengan operasi tangan.
Proses pengeluaran terak yang paling baik adalah dari posisi depan
tanur, dimana terak mengalir secara kontinyu bersama logam dari dasar
dan sekaligus terak terpisah dari logam cair. Proses ini terbaik karena
menghasilkan besi cair dengan kadar unsur-unsur lain terendah.
Proses pengeluaran terak dari belakang: dalam proses ini lubang cerat
dan lubang terak dibuat pada tempat yang berlainan sehingga tidak perlu
lagi memisahkan terak. Besi yang dikeluarkan secara kontinyu dialirkan
kedalam penampung (perapian depan), yang nantinya akan dikeluarkan
sejumlah besi sesuai diperlukan.
5. Tuyer
Tuyer berfungsi menghembuskan udara untuk pembakaran kokas
dengan volume dan tekanan yang memadai. Jadi jumlah luas penampang
tuyer harus ditentukan secara tepat. Jumlah luas penampiag tuyer yang
terlalu kecil menyebabkan kecepatan udara terlalu tinggi jadi menurunkan
temperatur dari gas pembakaran. Sebaliknya luas yang terlalu besar
menurunkan kecepatan udara dan pembakaran yang seragam tidak
tercapai. Biasanya perbandingan tuyer ini lima sampai enam untuk kupola
13
kecil dan delapan sampai dua belas untuk kupola besar. Jumlah tuyer
dipilih secara empirik dalam jumlah genap.
2.4.6.2. Pengoperasian Dapur Kopula
Dalam perhitungan harga peleburan, ketahanan lapisan tanur merupakan
faktor yang ikut menentukan. Biasanya pengerjaan pelapisan tanur dengan
pemadatan biasa ataupun penyemprotan telah mencukupi untuk
dipergunakan selama satu rangkaian proses peleburan (7 8 jam).
Kemudian setelah itu harus dibersihkan dan dilapisi kembali pada bagianbagian yang terkikis. Tanur kupola yang diopersikan menerus hingga
beberapa kali rangkaian proses peleburan akan kehilangan lebih banyak
lapisan tanur, bahkan terkadang sampai menembus ke mantel tanur.
Kerusakan pada mantel ini dapat dihindari dengan pendinginan air dari luar
yang disemprotkan secara menerus disekitarnya.
Kebutuhan akan ketahanan lapisan tanur ini tidak dapat diuraikan secara
umum saja, karena pengaruh-pengaruh yang timbul di berbagai operasi selalu
berbeda. Dalam hal ini hanya dapat diperkirakan, bahwa dari 250 300 mm
ketebalan lapisan hanya tersisa sekitar 100 150 mm ketebalan setelah
selesai satu rangkaian operasi. Pengikisan dapat lebih banyak terjadi pada
pengoperasian di atas 1500 C (suhu terukur). Ketinggian pengikisan ini
tergantung dari letak daerah pencairan.
Hal-hal penting yang mempengaruhi ketahanan lapisan adalah :
Besar maupun jenis kupola
Persiapan tanur ( bahan, sistem, cara dan waktu pengeringan lapisan)
Pengoperasian kupola (lama operasi, jumlah batu kapur, komposisi &
jumlah terak, komposisi & suhu bahan yang dilebur)
2.5. Proses Pengecoran
2.5.1. Tahap Persiapan
Dalam proses pengecoran adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum
melakukan proses pengecoran yaitu :
1) Persiapkan peralatan K3 dengan baik dan gunakanlah dengan benar untuk
menghindari kejadian buruk yang tidak diinginkan.
2) Persiapkan perlengkapan dan peralatan seperti palu, tang, cetok, kayu saluran,
rangka cetak, pasir cetak, bentonit, kedap air, air, gravit, dan lain sebagainya.
14
3) Sediakan pola yang akan digunakan untuk membuat cetakan pada pasir cetak.
4) Persiapkan tungku dan cek keadaan tungku apakah dalam keadaan baik dan siap
digunakan.
5) Patuhi prosedur dalam pengecoran untuk menghindari hal-hal yang tidak
dinginkan.
2.5.2. Pembuatan Pola
Dalam pembuatan pola dapat digunakan berbagai macam bahan seperti besi,
alumunium, plastik, kayu,dan lain sebagainya. Pembuatan pola dibuat dengan melalui
proses pembubutan atau pengefraisan. Pada saat membuat pola harus
dipertimbangkan juga hal yang sangat penting yaitu :
1) Penentuan kup, drag dan permukaan pisah
2) Penambahan ukuran akibat penyusutan
3) Tambahan unutuk pengerjaan mesin
4) Penentuan kemiringan pola
5) Tingkat kehalusan pola
6) Usahakan pola dibuat semudah-mudahnya.
7) Kestabilan inti, sehingga tidak terjadi pergeseran sewaktu proses penuangan logam
cair yang akan mengakibatkan cacat.
8) Proses pembuatan pola harus mudah diambil sehingga tidak merusak cetakan.
2.5.3. Pengolahan Pasir Cetak
Untuk pengolahan pasir cetak ada beberapa jenis pasir yang dapat digunakan
yaitu pasir silica, dan lain sebagainya. Proses pengolahan pasir cetak ini adalah :
1) Mengayak pasir untuk memisahkan dari kotoran dan butiran-butiran pasir yang
sangat kasar.
2) Kemudian timbang pasir dengan jumlah yang sudah ditentukan untuk memudahkan
dalam menentukan perbandingan dengan air dan bentonit.
3) Haluskan bentonit yang masih kasar untuk pencampuran dengan pasir agar
mendapatkan hasil yang baik dalam pembuatan pasir cetak.
4) Campurlah pasir, air, dan bentonit sesuai dengan yang ditentukan
2.5.4. Pembuatan Cetakan
Pembuatan cetakan dilakukan untuk memnuat pola yang akan di cor. Cetakan
ini dibuat dari pasir cetak yang telah dicampur dengan bentonit dan air dengan
perbandingan yang seimbang. Kualitas cetakan juga akan mempengaruhi hasil dari
coran, cetakan yang kurang bagus akan menghasilkan cacat pada hasil pengecoran.
Praktikum Pengecoran dan Tempa
15
16
Dalam menuang logam penting dilakukan dengan tenang dan cepat. Selama
penuangan ladel perlu terisi penuh dengan logam cair agar tidak menimbulkan
kekurangan logam cair pada saat penuangan dan terjadinya cacat akibat
kekurangan logam cair. Waktu penuangan yang cocok perlu ditentukan dengan
mempertimbangkan berat, tebal coran, sifat cetakan, dan lain sebagainya.
2.5.7. Proses Pembongkaran
Sebelum proses pembongkaran dilakukan, tunggu logam cair sampai membeku
terlebih dahulu sekitar 10-15 menit. Setelah logam sudah membeku bongkarlah
cetakan pada wadah yang kosong agar pasir yang akan dibongkar tidak berserakan
kemana-mana. Bongkar pasir dengan sekop secara perlahan sampai pola terlihat.
2.5.8. Pemotongan Sistem Saluran
Setelah pola sudah dibongkar dari pasir cetak, potonglah sistem saluran yang
terdapat pada pola. Pemotongan sistem saluran dapat mnggunakan gerinda potong
maupun gergaji. Pada saat melakukan pemotongan sistem saluran potonglah dengan
hati-hati agar tidak merusak pola dan terjadi hal yang tidak diinginkan.
2.5.9. Pembersihan Coran
Pembersihan coran bertujan untuk menghilang sisa-sisa pasir yang terdapat pada
sela-sela coran agar lebih mudah saat dilakukan finishing. Pembersihan ini dapat
dilakukan dengan sikat baja atau sapu kecil.
2.5.10. Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan hasil dilakukan untuk mengetahui cacat coran apa saja yang
terjadi dalam hasil coran.
2.6. Cacat pada Pengecoran
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan cetakan,
proses peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan coran yang baik maka
semuanya harus direncanakan dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Namun hasil coran
sering terjadi cacat. Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh bebrapa faktor seperti :
1. Desain pengecoran dan pola
2. Pasir cetak, desain cetakan, dan inti
3. Komposisi muatan logam
4. Proses peleburan dan penuangan
5. Sistem saluran masuk dan penambah.
Cacat pengecoran tersebut dibagi menjadi 9 macam, menurut komisi pengecoran
internasional. 9 macam cacat tersebut adalah sebagai berikut :
Praktikum Pengecoran dan Tempa
17
18
4) Penyusutan luar
19
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya kasar. Cacat ini
dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup terdorong ke atas, pelekat,
penyinteran dan penetrasi logam.
20
8. Cacat deformasi
Deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang
timbul selama penuangan dan pembekuan.
21
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Persiapan Alat dan Bahan
3.1.1. Alat dan Bahan Rongga Cetak
Pasir cetak (Pasir daur ulang silica untuk asbak dan pasir silika murni untuk
topeng)
Gravit
Bentonit (2% untuk asbak dan 20 % untuk topeng)
Kedap air
Air (7 % untuk asbak dan 4-5 % untuk topeng)
Model / pola (asbak dan topeng)
Rangka cetak
Palu kayu
Alat ukur berat / timbangan
Pengayak pasir dan mesh
Kuas
Kayu bulat (Sistem saluran)
Cetok
3.1.2. Alat dan Bahan Peleburan Logam
Dapur kopula
Nozzle
Gas elpiji dan perlengkapannya
Logam aluminium
Fluks
Boraks
Ladel
Penjepit
3.1.3. Alat dan Bahan Finishing
Gerinda
Kikir
Ampelas
Praktikum Pengecoran dan Tempa
23
Dempul
Mesin bor
Cat semprot
Mur dan Baut
Lampu, kabel, dan colokan serta perlengkapannya
3.2. Langkah Kerja
3.2.1. Pembuatan Rongga Cetak
1. Berdoa sebelum melakukan praktik
2. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
3. Siapkan pasir cetak yang akan digunakan, pada praktikum kali ini untuk
pembuatan asbak menggunakan pasir daur ulang dari pasir silica dan untuk
pembuatan topeng menggunakan pasir silica murni.
4. Siapkan pasir sesuai kebutuhan, pada praktikum kali ini menggunakan pasir
sebanyak 30 kg.
Gambar 3.2.1.a. Proses penyiapan pasir cetak (Pasir daur ulang pasir silica)
24
25
26
10. Langkah selanjutnya adalah letakkan cup pada bagian atas posisi drag dengan
posisi yang tetap. Setelah cup berada pada posisinya, taburi lagi pasir dengan
kedap air dan taburi pola dengan gravit sampai merata. Kemudian tentukan sistem
saluran dan tambahkan dengan pasir lagi sampai penuh dan padatkan kembali
sampai merata.
11. Setelah itu lepas saluran secara perlahan
27
13. Bersihkan cetakan dengan kuas kecil atau balik drag secara perlahan agar pasir
yang rontok dapat dikeluarkan. Setelah selesai dibersihkan, hal yang dilakukan
selanjutnya adalah penyatuan kup dan drag. Saat penyatuan antara kup dan drag
terjadi ambruknya pasir cetak sehingga bentuk cetakan menjadi tidak beraturan. Ini
disebabkan akibat kurang padatnya pasir disekitar pola dan banyak bagian dari pola
yang bersudut atau lengkungan yang sangat cekung.
14. Letakkan cetakan pasir diatas tatakan dan tempatkan didekat dapur peleburan
logam. Letakkan cetakan dengan lubang saluran menghadap keatas. Pada bagian
lubang saluran masuk diberikan sedikit cekungan agar pada saat penuangan tidak
terjadi turbulensi.
3.2.2. Proses Peleburan dan Penuangan
1. Berdoa sebelum melakukan praktik
2. Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan pada proses peleburan dan penuangan
seperti fluks, boraks, piston (logam alumunium), ladel, dan dapur kopula..
3. Nyalakan nozle dengan bahan bakar gas elpiji, kemudian masukkan pada lubang
bagian baawah pada dapur kupola yang memang bertujuan untuk lubang
pembakaran.
28
5. Apabila kowi sudah memerah masukkan bahan logam alumunium (piston) secara
perlahan sampai memenuhi kowi. Dan tunggu antara 2-3 jam agar logam mencair
dengan sempurna.
29
3. Apabila pola coran sudah bersih dari pasir, potong sistem saluran dengan
menggunakan gerinda potong atau gergaji besi. Kemudian haluskan pola coran
Praktikum Pengecoran dan Tempa
30
dengan menggunakan gerinda atau dengan menggunakan kikir dan amplas sampai
halus.
31
Penyebab
Pencegahan
Cetakan Rontok
c.
32
33
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Pengecoran dengan pasir cetak sebagai media sangat murah karena pasir cetak yang
sudah digunakan dapt didaur ulang atau digunakan kembali. Dalam pekerjaan panas
khusunya pengecoran cacat-cacat hasil produk tidak dapat dihindari, akan tetapi cacat-cacat
pengecoran tersebut dapat diminimalisir.
4.2. Saran
Saran dari penulis, untuk melakukan pengecoran hendaknya dilakukan dengan
persiapan yang baik untuk dapat meminimalisir kemungkinan cacat coran yang terjadi.
34
DAFTAR RUJUKAN
Hidayatullah, Syah Nanda. 2010. Pengecoran Logam. (Online).
http://santrinekatgmail.blogspot.com/2010/06/pengecoran-logam.html. Diakses
tanggal 17 Februari. 2015
Muslim, Yogi Aziz. 2013. Proses Pengecoran Logam Piston. (Online).
http://yogiazismuslim.blogspot.com/2013/06/proses-pengecoran-logam-piston.html.
Diakses tanggal 17 Februari 2015
Nurman, Muhammad. 2013. Pengecoran Cetakan Kulit (Shell Molding) dan Pengecoran
Presisi (Investement Casting). (Online).
http://mochamadnurman.blogspot.com/2013/03/pengecoran-cetakan-kulit-shellmolding.html. Diakses tanggal 17 Februari 2015
............... 2011. Pengertian Pengecoran. (Online).
http://diecastpedia.blogspot.com/2011/06/produck.html. Diakses tanggal 17 Februari
2015
35