Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP KESOPANAN DALAM NASKAH DRAMA

IMBIRA<T{U><RIYYATUN FI> AL-MAZA<D KARYA AL


AHMAD BA<KAS|I<R
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan dapat
hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Oleh karena
itu, manusia akan selalu berhubungan dan saling berinteraksi
antara satu individu dengan individu lainnya. Salah satu alat
interaksi

yang

digunakan

manusia

untuk

menyampaikan

maksudnya adalah bahasa.


Ilmu yang mempelajari tentang bahasa adalah linguistik.
Menurut

Verhaar (2008:9) salah satu cabang linguistik yang

mempelajari

hubungan

tuturan

bahasa

dengan

apa

yang

dibicarakan adalah pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu


bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal,
yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
berkomunikasi

(Wijana,

1996:1).

Kajian

pragmatik

ini

mempertimbangkan situasi dan orang-orang yang terlibat di


dalamnya untuk mengetahui makna yang terkandung pada
tuturan-tuturan dalam percakapan.
Suatu percakapan berisiko memunculkan sebuah konflik.
Dalam hal ini, prinsip sopan santun sangat diperlukan untuk
mengurangi

risiko

munculnya

konflik.

Kelancaran

suatu

percakapan bukan hanya ditentukan oleh prinsip kerjasama yang


mengatur apa yang kita katakan. Agar sebuah tuturan dapat
sejalan

dengan

tujuan

ilokusi,

maka

dibutuhkan

prinsip

kesopanan. Prinsip kesopanan tersebut menjaga keseimbangan


sosial dan keramahan hubungan karena dengan hubunganhubungan demikian kita dapat mengharapkan bahwa peserta
yang lain akan bekerja sama (Leech, 2011:82).

Menurut Wijana (1996:55) prinsip kesopanan masuk dalam kategori tindak


ilokusi yang memiliki bentuk-bentuk ujaran berupa kalimat impositif, komisif,
ekspresif, dan asertif (Leech, 2011:206-217) membagi prinsip kesopanan menjadi
enam maksim, maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian,
maksim kerendahan hati, maksim kemufakatan, dan maksim simpati.
Adapun prinsip kesopanan ditemukan dalam peristiwa tindak tutur.
Peristiwa tindak tutur adalah terjadinya interaksi linguistik dalam satu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, dengan
satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan
Agustina, 2010:47). Jadi, kajian mengenai prinsip kesopanan berkaitan dengan
konsep SPEAKING. Chaer dan Agustina, (2010:48) mengutip komponen tutur
yang dikemukakan Dell Hymes (1972), yang kemudian dirangkaikan menjadi
akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah pertama, S (setting and
scene, P (participants, E (ends: purpose and goal), A (act sequence), K (key), I
(instrumentalities), N (norm of interaction and interpretation) dan G (genre).
Tuturan-tuturan yang menunjukkan prinsip kesopanan tidak hanya muncul
dalam bentuk tuturan lisan saja, tetapi terkadang juga muncul pada sebuah karya
sastra, misalnya dialog-dialog yang ada dalam sebuah drama. Dialog dalam drama
diklasifikasikan dalam wacana. Disebut demikian karena dialog drama termasuk
dalam satuan kebahasaan yang mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang
ada di bawahnya seperti fonem, morfem, frasa, klausa, dan kalimat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud meneliti lebih lanjut
mengenai

prinsip

kesopanan

Imbira>t}u>riyyatun

fi>

yang

terdapat

al-Maza>d

dalam

karya

naskah
Ali>

drama

Ah}mad

Ba>kas\i>r (1951). Diambilnya objek material berupa karya sastra, karena


karya sastra dipandang merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat Arab
dan di dalamnya terdapat banyak digunakan prinsip kesopanan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap
analisis data, dan yang terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data
(Sudaryanto, 1993:5).

Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak, yaitu penyediaan


data dengan menyimak penggunaan bahasa Arab melalui teknik sadap sebagai
teknik dasarnya dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah naskah drama Arab Imbira>t}u>riyyatun fi>
al-Maza>d yang terdiri dari empat bagian. Data penelitian yang dihimpun
berwujud kalimat-kalimat yang mengandung kategori maksim dalam naskah
drama Imbira>t}u>riyyatun fi> al-Maza>d.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
kontekstual. Metode kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan pada data
dengan mendasar, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks (Rahardi, 2000:4).
Menurut Wijana (1996:11), konteks adalah segala latar belakang pengetahuan
yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Jadi, konteks yang
diperhitungkan dalam analisis data ini adalah komponen tutur, seperti: penutur,
mitra tutur, dan situasi tutur. Konteks tidak terlepas dari konsep SPEAKING yang
dikutip oleh Chaer dan Agustina (2010:48) dalam Dell Hymes (1971).
Tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap
ini digunakan metode informal. Artinya penyajian hasil penelitian dirumuskan
dengan kata-kata biasa, yaitu dengan kata-kata yang apabila dibaca dengan serta
merta dapat langsung dipahami (Kesuma, 2007:71).
PEMBAHASAN
Berikut akan dijelaskan mengenai tuturan-tuturan yang
mengandung

prinsip

kesopanan

dalam

naskah

drama

Imbira>t}u>riyyatun fi> al-Maza>d karya Al Ah{mad Bkas\i>r


(1951).
1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Maksim kebijaksanaan adalah bahwa peserta tutur hendaknya
berpegang pada prinsip untuk selalu meminimalkan kerugian
orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain dalam
kegiatan bertutur (Leech, 2011:206). Bentuk maksim kebijaksanaan
tampak pada tuturan berikut ini.

.. :
(1)
.
( ) .. :
(Bkas\i>r, 1951:29)
/Tuwailma>n : Maka>nuka ya s}adiqi>..la> da>i> lian
tanhad}a
s\umma
taquda
marratan
s\a>niyatan /
/Sataitli>
: La> ya> s}adiqi> al-azi>zhaz}a> la>
yali>qu (yanhad}u fayus}a>fih}uhu/

Toylman
Stetle

: Tetaplah di tempatmu wahai temanku Jangan memaksa


untuk beranjak kemudian duduk lagi untuk kedua kali
: Tidak wahai temanku sayang, ini tidak layak (beranjak dan
menyalaminya)

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (1) terjadi


antara Toylman dan Stetle. Tuturan tersebut berawal saat Stetle
dan keluarganya menghadiri pesta ulang tahun pernikahan
Toylman. Toylman terlambat memberikan penyambutan kepada
Stetle kerena ia masih sibuk berdandan di belakang. Saat
Toylman masuk ke ruang pesta ia menemukan Stetle sudah
dalam keadaan nyaman duduk di kursinya. Saat Stetle akan
beranjak menyalami Toylman, ia melarangnya karena itu akan
merepotkan Stetle yang memiliki tubuh gemuk dan mudah lelah.
Melihat

temannya

akan

beranjak

dari

kursinya

Toylman

mengatakan /Maka>nuka ya s}adiqi>..la> da>i> lian tanhad}a


s\umma taquda marratan s\a>niyatan/ `Tetaplah di tempatmu wahai
temanku Jangan memaksa untuk beranjak kemudian duduk lagi untuk kedua
kali`.

Maksim kebijaksanaan pada tuturan (1) muncul setelah


Toylman melihat Stetle akan beranjak menyambutnya. Toylman
tampak berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain dan
meminimalkan kerugian orang lain dengan melarang Stetle untuk
beranjak menyambutnya karena itu akan membuatnya lelah.
Dengan

demikian,

Toylman

telah

berlaku

sopan

dengan

menerapkan maksim kebijaksanaan.


Tuturan yang mengandung maksim kebijaksanaan juga dapat diamati pada
contoh (2) berikut.
(2)

, :
..

:
.
(Bkas\i>r, 1951:9)
/Tuwailma>n

: Yajibu an tui>nani> ala> haz\a> alkhayya>t}i, h}atta> la> yaglibani> fi>


as\-s\amani...h}az\a>ran
ya>
Mistar
Ku>hi>n an yat}luba minni> s\amanan
ga>liyan li al-biz\lati/

/Ku>hi>n

: S|iq ya> sayyidi> annani> ma>


akhtartuhu> laka illa> lianna asa>rahu
mutaha>widatun/

Toylman

Cohen

: Anda harus membantu saya menghadapi penjahit ini,


sehingga dia tidak menguasai harga. Awas jika ia
meminta dariku harga tinggi untuk pakaian itu, wahai
Tuan Cohen
: Percayalah wahai Tuanku, sesungguhnya saya tidak
memilih dia untuk Anda kecuali karena harganya
miring

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (2) terjadi


antara Toylman dan Cohen di rumah Toylman. Tuturan tersebut
menceritakan keraguan Toylman akan penjahit Gordon yang
dipilihkan

oleh

Cohen

untuknya.

Toylman

merasa

belum

memahami karakter penjahit Gordon sehingga ia meminta


bantuan kepada Cohen agar penjahit Gordon tidak seenaknya
mempermainkan harga serta tidak meminta harga yang tinggi
untuk baju seragam bekas yang ditawarkannya. Mendengar
permintaan Toylman, maka Cohen pun menenangkan sekaligus
meyakinkannya bahwa penjahit yang ia pilih telah tepat dengan
tuturan /S|iq ya> sayyidi> annani> ma> akhtartuhu> illa>
lianna

asa>rahu

mutaha>widatun/

`percayalah

wahai

Tuanku,

sesungguhnya saya tidak memilih dia untuk anda kecuali karena harganya yang
miring`.
Maksim kebijaksanaan dalam tuturan (2) muncul saat
Cohen mendengar keluhan dan keraguan Toylman. Cohen
tampak

berusaha

(Toylman)

memaksimalkan

keuntungan

dan meminimalkan kerugian orang

orang
lain

lain

dengan

memilih penjahit Gordon untuk Toylman agar ia mendapatkan


pakaian berkualitas bagus dengan harga yang tidak mahal.
Dengan

demikian,

Cohen

telah

berlaku

sopan

dengan

menerapkan maksim kebijaksanaan.


2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Maksim kedermawanan adalah bahwa para peserta tutur
diharapkan
terhadap

dapat
orang

menghormati
lain

akan

orang

terjadi

lain.

apabila

Penghormatan
orang

dapat

meminimalkan

keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan

kerugian

sendiri

diri

(Leech,

2011:206).

Bentuk

kedermawanan tampak pada tuturan berikut ini.

maksim

(3)

.. :
.
... ... :
.
(Bkas\i>r, 1951:31)
/Tuwailmn
/Sataitli>
Toylman
Stetle

: Oh.. haz\a> kursiyyun l yas}luh}u


laka..int}aliq y Hanr fa`ti lahu bikursiyyin
a>khar /
: Syukran y Mistar Tuwailmn..l diya
liz\alika..haz\ kursiyyun was\run jiddan/

: Maaf, kursi ini tidak layak untuk Anda..Henry, tolong bawa


untuknya kursi yang lain
: Terimakasih Tuan Toylman, tidak usah repot-repot.
Kursi ini sangat empuk

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (3) terjadi


antara Stetle dan Tolyman di salah satu ruangan di rumah
Toylman. Percakapan tersebut berawal dari kekhawatiran yang
dirasakan oleh Tolyman terhadap Stetle yang sedang duduk di
kursinya. Kursi yang diduduki Stetle berderit keras menahan
beban tubuhnya yang gemuk dan besar, padahal kursi tersebut
kecil, sehingga tak seimbang dengan beban yang disangga.
Melihat kondisi Stetle maka Toylman menyuruh Henry untuk
mengambilkannya kursi yang baru.
Maksim kedermawanan pada tuturan (3) muncul saat
Tolyman melihat kursi yang diduduki Stetle berderit keras.
Toylman berusaha memaksimalkan kerugian diri sendiri dan
meminimalkan keuntungan diri sendiri dengan cara mengatakan
kepada Stetle bahwa kursi yang ia duduki memang tidak layak
untuknya dan Tolyman menyuruh Henry untuk mengganti kursi
yang Stetle duduki dengan kursi yang baru. Dengan demikian,

Tolyman telah berlaku sopan dengan menerapkan maksim


kedermawanan kepada Stetle.
Tuturan yang mengandung maksim kedermawanan juga dapat diamati
pada contoh (4) berikut.
(4)

)

(
( ) :
... ..
.
(Bkas\i>r, 1951:31)

(Yadkhulu as\-s\ala>s\atu yah}milu>na a>niyata asysya>yi


wa
at}ba>qa
al-kaki
wa
al-h}alwa>
fayad}au>naha> ala> al-ma>`idati fi> al-ja>nibi al-aisiri
min al-masrah}i)
/Jurtru>d

: (Tadu>hum li al-`intiqa>li ila> ma>`idati


asy-sya>yi) tafad}d}alu>... tafad}d}al ya>
Si>ra
Satitali>>....tafad}d}al
ya>
Li>di>
Sataitala>. Iftah} an-nu>ra ya> Henry/

(Masuklah tiga orang pelayan dengan membawa teko teh, toples kue, dan
manisan lalu meletakkannya di meja yang terletak di samping kiri
panggung)
Geartrod
: (Memanggil mereka (tamu-tamunya) untuk pindah ke meja
teh) Silahkan....silahkan Tuan Stetle, silahkan Nyonya
Stetle...hidupkan lampunya Henry
Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (4) terjadi
antara Geartrod, Toylman, Stetle, dan tamu-tamunya (keluarga
Stetle). Tuturan tersebut terjadi di ruang tamu rumah Toylman.
Toylman

dan

Stetle

yang

sedang

sibuk

membicarakan

keunggulan partai masing-masing terpotong akibat kedatangan


8

Geartrod dan para pelayannya sambil membawa hidangan pesta


ulang tahun pernikahan Toylman dan istrinya. Melihat hidangan
tertata rapi di atas meja, maka Geatrod pun memanggil para
tamunya sambil mempersilahkan tamunya untuk menikmati
hidangan yang telah disediakan.
Maksim kedermawanan muncul saat tiga pelayan Geartrod
membawakan minuman dan makanan untuk tamu-tamunya.
Dalam tuturan (4) Geartrod tampak berusaha memaksimalkan
kerugian diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri sendiri
dengan cara mempersilahkan tamu-tamunya untuk menikmati
hidangan yang telah ia siapkan. Dengan demikian, Geartrod
telah berlaku sopan dengan menerapkan maksim kedermawanan
tamu-tamunya (keluarga Stetle).
3. Maksim Pujian (Approbation Maxim)
Maksim

pujian

seringkali

digunakan

oleh

seseorang

sebagai ungkapan penghargaan. Maksim pujian adalah bahwa


orang akan dianggap santun apabila dalam bertutur selalu
berusaha memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan
meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain (Leech,
2011:206). Adapun salah satu bentuk pujian dalam naskah drama
Imbira>t}u>riyyatun fi> al-Maza>d karya Al Ah{mad Bkas\i>r
(1951) adalah sebagai berikut ini.
(5)

. :
:
)
:.
(Bkas\ir, 1951:13)
/Tuwailma>n
: Iz\a> qabilta farubbama> asytari>
lizaujati> fasa>ti>na minka.
/Gu>rdu>n : khuz\ha> ya> Sayyidi>

/Tuwailmn

: (Yartad as-sutrata min jaddin wa yanz}uru


f al-mir`a>ti min ammin wa khalfin)
/ Khn
: Gyatan f al-anqah/
Toylman
: Jika Anda menerimanya, mungkin aku akan
membeli beberapa pakaian untuk istriku
darimu
Gordon
: Ambillah wahai Tuanku
Toylman
: (Dia memakai jas lagi dan melihat ke cermin dari arah
depan dan belakang)
Cohen
: Sangat elegan
Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (5) terjadi
antara

Toylman,

Cohen,

dan

Gordon

di

rumah

Toylman.

Percakapan tersebut berawal saat Toylman membeli seragam


bekas dari Gordon. Toylman dan Gordon berdebat panjang
mengenai

harga

pakaian

bekas

tersebut

hingga

akhirnya

disepakati dengan harga 6 pond dengan pertimbangan jika


Gordon menyetujui harga tersebut, maka ia akan membeli
beberapa

pakaian

untuk

istrinya

juga.

Setelah

terjadi

kesepakatan harga antara keduanya, maka Toylman mencoba


seragam barunya di depan cermin dan melihat dari sisi depan
dan belakang. Melihat Toylman mencoba baju barunya di depan
cermin

maka

Cohen

pun

lalu

memujinya

dengan

tuturan /Gyatan f al-anqah/ `Sangat elegan`.


Maksim pujian muncul ketika Cohen menyaksikan Toylman
bercermin dengan seragam barunya. Cohen dalam tuturan (5)
tampak berusaha memaksimalkan rasa hormat kepada Toylman
dengan memujinya bahwa ia sangat elegan dengan seragam
barunya. Dengan demikian, Cohen telah berlaku sopan dengan
menerapkan maksim pujian kepada Toylman.
Tuturan yang mengandung maksim pujian juga dapat diamati pada contoh
(6) berikut.
(6)

10

... :

.
:

.
(Bkas\i>r, 1951:10)

/Gu>rdu>n
:Inna s\amanaha> ya> sayyidi>
zahi>dun jiddan/
/Tuwailma>n
:Kallaa>yanbagi> alaina> nah}nu
masyaru an-n wwa>bi an usya>rika asysyaba fi> asy-syaz}fi allaz\i> huwa fi>hi,
h}atta> naku>na qudwatan h}asanatan/
/Ku>hi>n

:Ara`aita ya> Mistar Gu>rdu>n? yah}iqqu


libari>t}a>niya>
an
tafakhkhura
bi`an
yaku>na baina nuwa>biha> kahaz\a> anna>`ibi al-az}i>mi, al-mistaru Tuwailma>n/

Gordon

:Harganya sangat murah, wahai Tuanku

Toylman

:Tidak, sebagai wakil rakyat sudah seharusnya kita


bersama-sama dengan rakyat dalam kesusahan, sehingga
kita menjadi suri tauladan yang baik`

Cohen

: Perhatikan wahai Tuan Gordon, Inggris pantas


berbangga diri karena di antara wakil rakyatnya
terdapat orang agung seperti Tuan Toylman

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (6) terjadi


antara Gordon, Toylman, dan Cohen di rumah Toylman. Tuturan
tersebut berawal saat Gordon membujuk Toylman agar membeli
dua

pakaiannya

sekaligus

kerena

harganya

yang

murah.

Menanggapi bujukan Gordon, Toylman menolaknya dengan

11

halus. Ia beralasan bahwa sebagai wakil rakyat tidak pantas


berpakaian terlalu mewah di depan rakyatnya. Wakil rakyat
harus senasib sepenanggungan dengan rakyatnya, jika rakyat
menderita maka wakil rakyat juga ikut menderita, begitu juga
sebaliknya. Mendengar alasan Toylman, Cohen pun merasa
kagum dengannya sehingga ia pun memujinya di depan Gordon
dengan tuturan / ara`aita ya> Mistar Gu>rdu>n? yah}iqqu
libari>t}a>niya>
nuwa>biha>

an

tafakhkhura

kahaz\a>

an-na>`ibi

bi`an

yaku>na

al-az}i>mi,

baina

al-mistaru

Tuwailma>n/ `Perhatikan wahai Tuan Gordon, Inggris pantas


berbangga diri karena di antara wakil rakyatnya terdapat orang
agung seperti Tuan Toylman`.
Maksim pujian dalam tuturan (6) muncul ketika Cohen
terkagum-kagum mendengar alasan yang dikemukakan oleh
Toylman. Cohen tampak berusaha memaksimalkan rasa hormat
kepada Toylman dengan memujinya bahwa ia adalah orang yang
agung dan Inggris pantas bangga memiliki wakil rakyat seperti
Toylman. Dengan demikian, Cohen telah berlaku sopan dengan
menerapkan maksim pujian kepada Toylman.
4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Maksim kerendahan hati adalah bahwa peserta tutur
diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi
pujian terhadap diri sendiri karena orang akan dikatakan congkak
atau sombong apabila dalam kegiatan bertutur selalu memuji
dan mengunggulkan dirinya sendiri (Leech, 2011:206). Adapun
Bentuk maksim kerendahan hati tampak pada tuturan berikut ini.
(7)

. :
12

:

(Bkas\i>r, 1951:7)
/Khn
jaman laka/
/Tuwailmn

:Iqtasid f at-tahni`ati y Mistar Khn,


farubbam yafs}ilu minh kam fas}ala min
waz}fati al-l/

Cohen
terhadapmu
Toylman

:Haz} Gyatu m natamannhu

:Ini puncak segala harapan kami

:Jangan terlalu memujinya, wahai Tuan


Cohen, mungkin saja ia akan meninggalkan
pekerjaannya
seperti
ia
memutuskan
pekerjaan yang pertama

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (7)


terjadi antara Toylman dan Cohen di ruang tamu Toylman.
Percakapan tersebut berawal dari pujian yang diucapkan oleh
Cohen tentang Henry (anak Toylman) bahwasanya ia adalah anak
yang luar biasa dengan apa yang telah ia raih saat ini. Setelah
itu, Toylman memberikan tanggapan atas pujian yang telah
diucapkan Cohen terhadap anaknya dengan melarang Cohen
untuk memuji Henry secara berlebihan. Toylman mengatakan
bahwa mungkin saja pekerjaan yang merupakan kesuksesan
yang diraih Henry saat itu bisa hilang sewaktu-waktu karena
kebodohan dan kecerobohannya.
Maksim kerendahan hati dalam tuturan (7) muncul ketika
Toylman memberikan tanggapan atas pujian yang diucapkan
Cohen tentang Henry. Toylman tampak berusaha meminimalkan
rasa hormat kepada Henry dengan melarang Cohen memuji
Henry secara berlebihan. Toylman mengatakan bahwa mungkin

13

saja pekerjaan yang merupakan kesuksesan yang diraih Henry


saat itu bisa hilang sewaktu-waktu karena kebodohan dan
kecerobohannya. Toylman juga mengatakan bahwa Henry sering
melakukan perbuatan yang tidak berguna bagi dirinya sendiri.
Dengan demikian, maksim kerendahan tidak hanya berlaku
untuk merendahkan hati penutur dan mitra tutur, tetapi juga
dapat digunakan untuk orang lain (pihak ketiga) seperti yang
dikatakan oleh Toylman tentang Henry.
Tuturan yang mengandung maksim kerendahan hati juga dapat diamati
pada contoh (8) berikut.
(8)

:

..
:
.
(Bkas\i>r, 1951: 51)
/Hi>li>n

: Di>wa>nuka al-`awwalu yasyhadu bianna fi>


imka>nika an taku>na az}ama sya>irin fi> alqarni al-isyri>na lau aradta/
/Hanri> : Lam yawazzi minhu gaira al-hada>ya allati>
ahdaituka ila> maa>rifa wa as}diqa>`i
Helen

Henry

: Kumpulan puisimu yang pertama menunjukkan


kemungkinan kamu dapat menjadi penyair
terkemuka di abad ke-20 ini, jika engkau
menginginkannya
: Karyaku belum disebar kecuali berupa hadiah
kepada orang-orang yang kukenal dan sahabatsahabatku

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (8) terjadi


antara Helen dan Henry. Percakapan tersebut berawal dari
kekecewaan Henry atas pemecatan yang ia dapatkan dari
partainya. Helen menghiburnya kembali dengan mengingatkan

14

dan meyakinkan kepada Henry bahwa ia bukan diciptakan untuk


mengabdi kepada partainya, tetapi ia diciptakan untuk menjadi
penyair yang hebat. Helen memuji Henry dengan mengatakan
kepadanya bahwa kumpulan puisinya yang pertama sangat luar
biasa dan ia bisa manjadi penyair terkemuka di abad ke-20 ini
jika ia mau menekuninya. Maksim kerendahan hati muncul ketika
Henry menanggapi pujian yang dilontarkan oleh Helen.
Dalam tuturan (8) Henry tampak berusaha meminimalkan
rasa hormat kepada dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa
karyanya belum disebar kecuali sebagai hadiah kepada orangorang yang ia kenal dan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian,
Henry

telah

berlaku

sopan

dengan

menerapkan

maksim

kerendahan hati kepada Helen.


5. Maksim Kemufakatan (Agreement Maxim)
Maksim

kemufakatan

adalah

maksim

yang

lebih

menekankan agar para peserta tutur dapat saling membina


kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur (Leech,
2011:206). Maksim kemufakatan yang terdapat dalam naskah drama
Imbira>t}u>riyyatun fi> al-Maza>d karya Al Ah{mad Bkas\i>r
(1951) adalah sebagai berikut ini.
(9)

:
... ...:
(Bkai>r, 1951:17)
/Tuwailmn
/ Grdn
Toylman
Gordon

: Wa tah{faz}u as-sirra y Mistar Grdn?/


: t}abant}aban/
: Dan Anda menjaga rahasia ini wahai
Tuan Gordon?`
: Tentu..tentu..

15

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (9)


terjadi antara Toylman dan Gordon di ruang pertemuan rumah
John Toylman. Toylman membeli baju seragam bekas dari Gordon
seharga 6 pond dengan syarat ia mau merahasiakan kejadian
tersebut. Sebagai seorang politisi Toylman merasa perlu untuk
menjaga harga dirinya. Oleh karena itu, ia tidak ingin seorangpun
tahu bahwa ia telah membeli pakaian bekas karena dianggap
dapat

merendahkan

harga

diri

seorang

politisi.

Gordon

memahami keinginan Toylman, sehingga ia pun menyepakati


keinginan Toylman untuk merahasiakan transaksi pembelian baju
seragam bekas tersebut.
Maksim kemufakatan muncul ketika Gordon menyepakati
permintaan Toylman untuk menjaga rahasianya, yaitu membeli
pakaian bekas kepada Gordon. Gordon dalam tuturan (9) tampak
berusaha

memaksimalkan

sikap

mufakat

kepada

Toylman

dengan menyetujui untuk menjaga rahasia Toylman. Dengan


demikian, Gordon telah berlaku sopan dengan menerapkan
maksim kemufakatan kepada Toylman.
Tuturan yang mengandung maksim kamufakatan juga dapat diamati pada
contoh (10) berikut.
(10)

... :
, :

.
(Bkas\i>r, 1951:16)
/Jurtru>d

: Dani> min haz\a>..yajibu an tartadiya


haz\ihi al-buz\lata al-lailata/

16

/Tuwailma>n

: Sa`afalu ya> azi>zati> nuzu>lan ala>

ragbatiki, wa in kuntu astahjanu an yaku>na


al-mud}i>fu ajmala bizzatin min d}aifihi/
Geartrod

: Tinggalkan aku dari hal ini, kamu harus


memakai pakaian itu malam ini!

Toylman

:Aku akan melakukannya, sayangku mengikuti


keinginanmu,

walaupun

aku

menganggap

buruk tuan rumah yang lebih indah pakaiannya


dari tamunya
Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (10)
terjadi antara Geartrod dan Toylman. Menjelang pesta ulang
pernikahannya, Geartrod meminta kepada suaminya (Toylman)
untuk mengenakan baju seragam yang baru dibelinya saat pesta
nanti. Toylman menolak permintaan istrinya dengan alasan ia
tidak suka pamer kemewahan kepada tamunya, sebab itu sifat
yang tidak terpuji. Akan tetapi, sang istri tetap bersikukuh pada
keinginannya agar sang suami memakai baju baru tersebut.
Toylman tak bisa lagi menolak keinginan sang istri hingga
akhirnya

ia

menyetujui

keinginan

istrinya

dengan

tuturan /Sa`afalu ya> azi>zati> nuzu>lan ala> ragbatiki/ `Aku


akan melakukannya, sayangku mengikuti keinginanmu`.
Maksim kemufakatan dalam tuturan (10) muncul ketika
Toylman pada akhirnya menyetujui permintaan istrinya untuk
memakai

pakaian

memaksimalkan

sikap

baru.

Toylman

mufakat

tampak

kepada

istrinya

berusaha
dengan

mengatakan akan memakai pakaian barunya dalam pesta


pernikahan mereka demi kebahagiaan istrinya dan sebagai tuan
rumah ia pun berkeinginan berpenampilan lebih bagus daripada

17

tamunya. Dengan demikian, Toylman telah berlaku sopan dengan


menerapkan maksim kemufakatan kepada Toylman.
6. Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Maksim

ini

diharapkan

agar

peserta

tutur

dapat

memaksimalkan sikap simpati dan meminimalkan sikap antipati


terhadap salah satu peserta tutur akan dianggap sebagai
tindakan tidak santun (Leech, 2011: 206). Bentuk maksim simpati
tampak pada tuturan berikut ini.
(11)

. :
. :
(Bkas\i>r, 1951: 7)
/Khn
Hanr/
/Hanr
Cohen
Tuan Henry
Henry

: Uhanni`uka min s}ammi qalb y Mistar


: Syukran y Mistar Khn/
: Aku ikut berbahagia dari dasar hatiku, wahai
: Terimakasih, Tuan Cohen

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (11)


terjadi antara Cohen, Henry, dan Toylman. Tuturan tersebut
berawal

saat

Cohen

berkunjung

ke

rumah

Toylman

dan

menemukan Henry dan Toylman sedang berbincang-bincang.


Kemudian Cohen mengulurkan tangannya sambil menyalami
Henry karena dia telah diterima bekerja di kantor Anderson
dengan tuturan /Uhanni`uka min s}ammi qalb y Mistar Hanr/
`Aku ikut berbahagia dari dasar hatiku wahai Tuan Henry`.
Maksim simpati muncul dalam tuturan (11) saat Cohen
mengetahui keberhasilan Henry. Kemudian ia mengucapkan
selamat atas keberhasilan Henry yang telah mendapatkan

18

pekerjaan di kantor Anderson. Cohen merasa bangga dan ikut


berbahagia atas keberhasilan yang diraih oleh Henry Cohen
tampak berusaha memaksimalkan sikap simpati kepada Henry
dengan ucapan kebahagiaan atas keberhasilan yang telah diraih
oleh Henry. Dengan demikian, Cohen telah berlaku sopan dengan
menerapkan maksim simpati kepada Henry.
Tuturan yang mengandung maksim simpati juga dapat diamati pada contoh
(12) berikut.
(12)

, :

,

)( :
, :
.
(Bkas\i>r, 1951: 28)
/Sins\iyya>
:Azza alaiha> an tah}d}ura h{aflataki
bis\iya>bin al-h}adda>di, fakhalaatha> allailata wa zayyanat kama> taraina, ibtaha>ja>
biz\ikra> zaujuki min al-Mistar Tuwailma>n,
alaisa kaz\a>lika ya> Hi>li>n?/
/Hi>li>n
: (mubtasimatan) naam/
/Jurtru>d
: Jabbaraala>hu kha>t}iraki ya Binti>, wa
awwad}aki khairan min as-sya>bi allaz\i>
faqadathu..
Cyntia

Helen
Geartrod

: Kehormatan baginya untuk hadir di pesta anda dengan


baju dukanya, maka dia melepaskan pakaian dukanya dan
berhias seperti yang anda lihat, kegembiraan dengan
mengingat pernikahan Anda Tuan Toylman, bukankah
demikian Helen?
: (Sambil tersenyum) Iya
: Allah akan melapangkanmu wahai anakku, dan akan
memberikan pengganti yang lebih baik dari pada pemuda
yang engkau kehilangannya.

19

Tuturan yang terdapat pada cuplikan percakapan (12)


berawal saat keluarga Stetle

berkunjung ke rumah Toylman

dalam rangka memenuhi undangan perayaan ulang tahun pesta


pernikahan Toylman dan istrinya. Geartrod merasa terkejut saat
melihat Helen sudah kembali berpenampilan cantik seperti
sebelum ia ditinggal mati oleh kekasihnya. Setelah itu, Helen pun
menjelaskan kepada Geartrod bahwa benar sekarang ia telah
melepas pakaian dukanya dan bertekad akan memulai hidup
baru dengan perjuangan dan kesabaran. Mendengar perkataan
Helen maka Geartrod pun bersimpati padanya dengan tuturan /
Jabbaraala>hu kha>t}iraki ya Binti>, wa awwad}aki khairan
min as-sya>bi allaz\i> faqadathu/ `Allah akan melapangkanmu wahai
anakku, dan akan memberikan pengganti yang lebih baik dari pada pemuda yang
engkau kehilangannya `.
Maksim simpati dalam tuturan (12) muncul saat Geartrod
mengatakan

pada

Helen

bahwa

Tuhan

akan

memberikan

pengganti yang lebih baik dari pada kekasih Helen yang telah
meninggal. Geartrod sebelumnya terkejut melihat penampilan
cantik Helen yang sebelumnya selalu mengenakan pakaian duka
selama lima tahun setelah ditinggal oleh kekasihnya. Geartrod
tampak berusaha memaksimalkan sikap simpati kepada Helen
dengan mengucapkan doa bahwa Tuhan pasti akan memberikan
pengganti atas kekasihnya yang meninggal. Dengan demikian,
Geartrod telah berlaku sopan dengan menerapkan maksim
simpati kepada Helen.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada naskah drama
Imbira>t}u>riyatun

fi>

al-Maza>d

karya

Ali>

Ah}mad

Ba>kas\i>r (1951), maka dapat disimpulkan bahwa dalam naskah drama


tersebut ditemukan tuturan-tuturan yang mencakup semua jenis maksim prinsip

20

kesopanan, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim


kedermawanan (generosity maxim), maksim pujian (approbation
maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim
kemufakatan

(agreement

maxim),

dan

maksim

simpati

(sympathy maxim). Tuturan-tuturan tersebut dianggap sesuai karena tuturantuturan tersebut telah mengikuti ketentuan-ketentuan prinsip kesopanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bkar, Al Amad.1951. Imbira>t}uriyyatun fi> al-Maza>d. Mesir:
Maktabah Mgis ra.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kesuma, Tri Mastoyo jati. 2007. Pengantar metode Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Carasvatibooks.
Leech, Geoffrey. 2011. The Principles of Pragmatics. Diterjemahkan oleh M.D.D
Oka. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, Dan Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Munawwir, Ahmad Warson. 2007. Kamus Al-Munawwir Versi Arab-Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progressif..
Sudaryanto. 1993. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

21

Anda mungkin juga menyukai