Pengantar Redaksi
Ungkapan puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan karena atas perkenan-Nya upaya untuk
menerbitkan Jurnal Permukiman edisi ketiga ini dapat terwujud. Terbitan kali ini menyajikan enam
tulisan berkaitan dengan bahasan perumahan dan lingkungan, komponen bahan bangunan alternatif,
serta penyehatan lingkungan permukiman.
Mengawali edisi kali ini Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan dan Rani Widyahantari membahas
mengenai upaya untuk meningkatkan produktivitas yang sebelumnya menggunakan sumberdaya pasif
(mesin, alat dan fasilitas kerja lainnya) menjadi menempatkan manusia sebagai sumberdaya aktif, yang
harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan kerja organisasi. Judul bahasan ini adalah Studi
Ergonomi terhadap Rancangan Ruang Kerja Kantor Pemerintah Berdasarkan Antropometri Indonesia.
Kajian Masalah Ekologis Dalam Penataan Permukiman Di Kawasan Pesisir-Zona Atas Air dipaparkan
oleh Aris Prihandono. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan model penataan
permukiman di atas perairan berbasis ekologi dan kearifan lokal. Masih berkaitan dengan kearifan lokal,
Bramantyo dalam bahasannya mengenai Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Nias Selatan dan
Perubahannya, menyimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada rumah tradisional Nias Selatan
merupakan upaya untuk mempertahankan eksistensi yang secara umum tidak menghilangkan
karakteristik asli arsitekturnya, namun ikut mempengaruhi kearifan lokal yang dimiliki terkait dengan
resistensi bangunan tersebut terhadap ancaman gempa.
Kawasan inner city residents memiliki peran penting yang signifikan bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah dalam hal menyediakan berbagai pilihan tempat tinggal yang variatif dan
terjangkau, dan terutama karena posisi geografis yang strategis yang dapat dijadikan tempat tinggal dan
tempat mencari nafkah. Hasil penelitian Peran Kawasan Inner City Residents Di Kota Bandung Bagi
Kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah dipaparkan oleh Heni Suhaeni.
Emisi karbondioksida dapat dikurangi, salah satu caranya dengan mengurangi penggunaan semen
Portland dalam pembuatan beton. Pemanfaatan material tambahan yang mempunyai sifat menyerupai
semen seperti abu terbang (fly ash), silica fume, terak tanur tinggi, abu sekam padi, metakaolin dapat
menggantikannya. Penelitian Pemanfaatan Abu Terbang dan Serbuk Gergaji untuk Pembuatan Mortar
Ringan Geopolimer dilakukan oleh Dany Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, dan Bambang Subiyanto.
Tulisan penutup dalam edisi akhir tahun ini adalah mengenai Kapasitas Subreservoir Air Hujan pada
Ruang Terbuka Hijau untuk Mereduksi Genangan Air (Banjir) oleh Sarbidi. Guna mengurangi risiko
banjir di wilayah perkotaan antara lain melalui aplikasi sistem penampungan air hujan dengan
subreservoir air hujan pada Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Semoga tulisan yang kami sajikan bermanfaat. Selamat membaca.
Bandung, November 2012
Redaksi
Jurnal Permukiman
Vol. 7 No. 3 November 2012
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
ii
126-137
Kajian Masalah Ekologis Dalam Penataan Permukiman Di Kawasan Pesisir Zona Atas Air
Study of Ecological Issues in Settlement Structuring on the Water Coastal Zone
Aris Prihandono
138-150
151-161
Peran Kawasan Inner City Residents Di Kota Bandung Bagi Kelompok Masyarakat
Berpenghasilan Rendah The Role of Inner City Residents in the City of Bandung for the Low
Income People
Heni Suhaeni
Pemanfaatan Abu Terbang dan Serbuk Gergaji untuk Pembuatan Mortar Ringan
Geopolimer The Utilization of Fly Ash and Sawdust for the Manufacture of Lightweight
Geopolymer Mortar
Dany Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, Bambang Subiyanto
162-169
170-175
Kajian Subreservoir Air Hujan pada Ruang Terbuka Hijau Dalam Mereduksi Genangan Air
(Banjir) Research on Rain Water Subreservoir is in the Green Opened Space to Reduce the
Flooded Water
Sarbidi
176-184
185-188
189
Indeks Subjek
ii
Studi Ergonomi terhadap Rancangan (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)
Abstrak
Makalah ini membahas hasil penelitian ergonomi ruang kantor pemerintah berdasarkan antropometri
manusia Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mensimulasikan kebutuhan ruang kerja yang optimum
berdasarkan antropometri manusia Indonesia yang sebenarnya. Survei lapangan dilakukan untuk
mengidentifikasi aktifitas pokok, perabot dan peralatan yang digunakan di ruang kantor pemerintah di
Indonesia. Luasan ruang kerja optimum bagi pegawai/karyawan kantor untuk melakukan aktifitas sesuai
dengan kedudukannya dalam organisasi kantor diperoleh dengan simulasi komputer. Simulasi mock up
digunakan untuk memvalidasi hasil simulasi komputer. Penelitian ini menghasilkan data aktifitas pokok dan
penunjang kerja, serta perabot dan peralatan yang digunakan untuk mendukung aktifitas tersebut. Studi ini
menunjukkan bahwa luasan ruang minimum untuk staf golongan I dan II adalah 1,9 m 2, staf golongan III
dan IV adalah 2,6 m2, pejabat eselon IV adalah 10,8 m2, pejabat eselon III adalah 20,5 m2, dan pejabat eselon
II adalah 107 m2.
Kata Kunci : Antropometri, ergonomi, kantor pemerintah, luasan minimum, simulasi
Abstract
This paper presents the result of ergonomic research on governments office based on Indonesians
anthropometry. The research aims to simulate in need of optimum space movement based on the real
Indonesian anthropometry. The field survey was carried out to identify the basic activities of workers,
Furnitur and equipments used by workers. Optimum workspace area for workers or staffs to perform certain
activities in accordance to their position in office organisation was obtained by computer simulation. Full
scale simulation (mock up) was carried out to validate the result of computer simulation that have been done
before.This research results data of basic and supporting activities, as well as Furnitur and equipments that
were used to support those activities. This research shows that minimum area for staff level I and II is 1.9 m2,
for level III and IV is 2.6 m2, for echelon IV is 10.8 m2, for echelon III is 20.5 m2, and for echelon II is 107.0 m2.
Keywords : Anthropometry, ergonomics, governments office, minimum area of workspace, simulation
PENDAHULUAN
Seiring dengan kebutuhan manusia yang terus
bertambah, kebutuhan akan ruang kerja yang
nyaman untuk beraktifitas juga ikut berubah.
Kebutuhan dalam ruang kerja ini pada umumnya
didorong oleh kemajuan teknologi, terutama
teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga
manusia mulai membangun fasilitas-fasilitas dalam
ruang perkantoran. Selain itu, kebutuhan akan
ruang pada kantor juga dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan yang sedang dilakukan.
Paul Mahieu dalam Gie (2007) menyebutkan
bahwa
kantor
adalah
wadah
tempat
berlangsungnya pekerjaan administratif suatu
badan usaha yang dapat dilakukan dengan mesin
METODOLOGI
Disain Penelitian
Disain penelitian ini adalah penelitian lapangan
(survei) dan penelitian laboratorium. Survei
dilakukan untuk mendapatkan data primer yang
berupa data aktifitas pokok dan pola kerja, perabot
dan peralatan yang digunakan dalam sistem kerja.
Survei dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengukuran lapangan dengan obyek survei berupa
ruang kerja dan penghuninya, dan melalui
kuesioner kepada para pegawai. Selanjutnya, data
hasil survei lapangan dianalisis lebih lanjut melalui
penelitian
laboratorium
dilakukan
untuk
menganalisis data hasil melalui simulasi komputer
dan simulasi fisik skala 1:1.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah gedung kantor
pemerintah dan pegawainya, sehingga sampel
diambil secara acak terhadap populasi tersebut.
Sampel diambil di empat kota besar di Indonesia,
yaitu : Jakarta, Surabaya, Makassar dan Medan,
dengan pertimbangan bahwa pada keempat kota
tersebut terdapat banyak aktifitas perkantoran
pemerintah. Selain itu, keempat kota besar
tersebut masing-masing juga merupakan ibukota
provinsi.
Sampel gedung yang digunakan dalam penelitian
ini adalah gedung kantor pemerintah pusat dan
daerah. Pemilihan sampel dilakukan secara acak,
dengan mempertimbangkan kemudahan akses
dalam melakukan survei lapangan. Sebelas
bangunan gedung kantor pemerintah diambil
sebagai sampel, yaitu : Gedung Manggala
Wanabhakti (Jakarta); Gedung Keuangan Negara
Sulawesi Selatan, DPRD Sulawesi Selatan, Bappeda
Sulawesi Selatan, dan Kantor Walikota Makassar
(Makassar); Kantor Walikota Medan, Kantor
Gubernur Sumatera Utara (Medan); dan Kantor
Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Jawa Timur,
Dinas PU Pengairan Jawa Timur, dan Dinas PU Bina
Marga Jawa Timur (Surabaya).
Pemilihan sampel ruang kerja dan pegawai
didasarkan pada kedudukannya dalam organisasi
pemerintahan. Pada pemerintahan pusat, sampel
mulai dari jabatan paling tinggi hingga paling
rendah adalah Menteri/Wakil Menteri atau jabatan
yang setara Menteri/Wakil Menteri hingga staf.
Sementara itu, untuk pemerintah daerah, sampel
mulai jabatan mulai Gubernur/Walikota hingga
Studi Ergonomi terhadap Rancangan (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)
= +()
(1)
128
Rata-rata
5,01
8,35
6,11
4,97
2,98
6,05
2,55
3,81
1,69
56,20
Min Max
5
6
6
14
1
12
1
10
0,5
12
1
12
1
18
1
11
0,1
9
30 120
Aktifitas Penunjang
Makan/Minum
Buang air besar/kecil
Ibadah/Shalat
Istirahat
Menerima tamu
Rapat
129
aktifitas-aktifitas
tersebut.
Pada
tingkatan
pimpinan, aktifitas menerima telepon atau fax
merupakan aktifitas duduk, karena pesawat
telepon/fax tersedia di meja kerja. Sementara
untuk staf, pesawat telepon/fax merupakan
aktifitas
yang
dilakukan
pada
ruang
publik/komunal. Untuk aktifitas menggunakan
mesin ketik, level pimpinan tidak menggunakan
mesin ketik tersebut. Sementara pada staf, mesin
ketik berada pada ruang komunal.
Selain aktifitas pokok, terdapat juga aktifitas
penunjang seperti aktifitas makan/minum, buang
air besar/kecil, ibadah/shalat, istirahat, rapat, dan
menerima tamu. Semua pegawai pada semua
tingkatan
organisasi
melakukan
aktifitas
penunjang tersebut. Baik aktifitas pokok maupun
aktifitas penunjang membutuhkan ruang untuk
mewadahinya. Perbedaannya terletak pada lokasi
dan sifat ruang tersebut. Pada level pimpinan,
semua aktifitas kantor dilakukan di ruang privat
(yang terintegrasi dengan ruang kerja). Terdapat
juga perbedaan antarlevel pimpinan dalam
mewadahi aktifitas dalam ruang kerja tersebut.
Semua aktifitas dalam pekerjaan, baik aktifitas
pokok, aktifitas penunjang, maupun aktifitas publik
pada pimpinan setingkat Menteri atau Gubernur/
Walikota diwadahi dalam ruang kerja pribadi,
sementara untuk level pimpinan di bawahnya
(setara eselon 3 dan 4) terdapat beberapa aktifitas
yang diwadahi di ruang komunal. Perbedaan
tersebut ditunjukkan dalam Tabel 3.
Rapat dilakukan oleh semua pegawai, mulai dari
pimpinan tertinggi hingga staf. Untuk melakukan
aktifitas tersebut, digunakan ruang rapat. Pada
umumnya ditemui dua jenis ruang rapat, yaitu
ruang rapat pribadi dan ruang rapat besar/
bersama. Ruang rapat pribadi umumnya dimiliki
oleh pimpinan dan menjadi bagian yang integral
dari ruang kerja pimpinan. Ruang rapat pribadi
biasanya dimiliki hingga pejabat setingkat eselon 2.
Sementara untuk pejabat setingkat eselon 3 hingga
staf menggunakan ruang rapat bersama.
Kebutuhan akan ruang rapat sangat tergantung
pada kebutuhan jumlah peserta rapat dan
frekuensi rapat yang dilakukan.
Sebagai konsekuensi dari perbedaan lokasi dan
sifat ruang kerja, peralatan dan perabot/mebeler
yang digunakan oleh pegawai juga berbeda-beda.
Tabel 4 menunjukkan perabot/mebeler yang
digunakan, sementara Tabel 5 menunjukkan
perbedaan perabot yang digunakan pada tingkatan
jabatan yang berbeda.
Selain ruang dan perabot/mebeler, peralatan
kantor juga mutlak diperlukan dalam mendukung
aktifitas
kerja
kantor.
Seiring
dengan
perkembangan teknologi, peralatan kantor yang
Studi Ergonomi terhadap Rancangan (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)
130
No
1
Aktifitas
Pokok
Perabot/Furnitur
Kerja
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Simpan
2
Penunjang
Shalat
Toilet
Istirahat
Makan/minum
Rapat
Terima tamu
Jabatan
Kerja
Simpan
(c)
(d)
Sholat
(e)
Toilet
(f)
Istirahat
(g)
Makan
(a)
(b)
Menteri
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Wakil
Menteri
Eselon 1
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Eselon 2
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Eselon 3
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada*
Ada
Tidak ada
Eselon 4
Ada
Ada
Ada*
Ada
Ada*
Ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Ada
Ada
Ada (meja kursi Ada +
rapat pribadi)
Tidak ada
Ada +
Staf
Gol 4
Tidak
ada
Ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Ada
Ada
Ada*
Ada
Ada*
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Gol 2
Ada
Ada
Ada*
Tidak ada
Tidak ada
Gol 1
Ada
Ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak ada
Ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak ada
Gol 3
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada*
Ada*
Ada*
(h)
Terima
Tamu
Rapat
(i)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
(j)
(k)
Keterangan:
Notasi (a), (b), dst pada kolom mengacu pada Tabel 4
* Bersifat komunal
+ Berupa kursi hadap
131
Telepon
Dispenser
Kulkas
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Tidak
Tidak
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu*
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Tidak
Tidak
Perlu
Perlu
Tidak
Tidak
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Tidak
Tidak
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Perlu*
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perlu*
Layar &
Infocus
Plotter
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Scanner
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Perlu
Perlu
Mesin
ketik
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Perlu
Laptop
Fotokopi
Menteri
Tidak
Wakil Menteri Tidak
Eselon 1
Tidak
Eselon 2
Perlu
Eselon 3
Perlu
Eselon 4
Perlu
Staf
Gol 4
Perlu
Gol 3
Perlu
Gol 2
Tidak
Gol 1
Tidak
Keterangan:
* Bersifat komunal
Aktifitas Penunjang
Printer
Aktifitas Pokok
PC
Kedudukan dalam
Organisasi
TV
Studi Ergonomi terhadap Rancangan (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)
132
(a)
(b)
133
Studi Ergonomi terhadap Rancangan (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)
(a)
(b)
Gambar 3 Contoh Pola Penataan Ruang Kerja (a) Unit Eselon III dan, (b) Ruang Kerja Pejabat Eselon II
134
Gambar 4 Simulasi Fisik Skala 1:1 untuk Validasi Simulasi Komputer pada Ruang Staf
Eselon III
Eselon IV
Jenis ruang
Perabot
Ruang staf
Keterangan
Luas (m2)
9,2
5,67
3,8
11,9
13,4
9,6
3,4
3,4
46,6
107,0
10,3
10,2
20,5
10,8
Meja kerja,
Meja samping,
Kursi kerja
2,6
1,9
135
Studi Ergonomi terhadap Rancangan (Muhammad Nur Fajri Alfata, Yuri Hermawan, Rani Widyahantari)
Kondisi
Lapangan
Hasil
Simulasi
947,3
157,9
185,8
95,6
67,7
34,3
17,3
20,9
107,0
20,5
10,8
2,6
1,9
KESIMPULAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perancangan tata ruang kantor yang ergonomis
antara lain : antropometri tubuh manusia
Indonesia; aktifitas pokok maupun penunjang;
perabot/ furnitur yang digunakan, serta peralatan
kantor yang digunakan. Aspek-aspek tersebut
harus juga mampu mengakomodasi kemajuan
teknologi dalam dunia perkantoran.
Perancangan sistem kerja yang efisien perlu
dilengkapi dengan data antropometri yang tepat
dan akurat sehingga bentuk dan geometris sistem
dan fasilitas kerja yang dirancang sesuai dengan
ukuran segmen-segmen bagian tubuh manusia
yang nantinya akan mengoperasikan sistem
tersebut. Tahap perancangan ruang kerja yang
ergonomis selanjutnya adalah : (1) menentukan
aktifitas yang akan diwadahi dalam kantor atau
ruang kerja, (2) menentukan peralatan yang
diperlukan
untuk
aktifitas
tersebut,
(3)
menentukan ruang yang diperlukan untuk kegiatan
(aktifitas), dan (4) mengintegrasikan ruang setiap
kegiatan untuk menetapkan ruang gabungan
semua kegiatan itu dan kemudian mewadahkan
pada ruang bangunan yang tersedia.
Para pegawai pada umumnya menyatakan
nyaman walaupun fasilitas yang tersedia sangat
terbatas, khususnya pada staf yang hanya meja dan
kursi dengan rentang sirkulasi yang sempit. Hanya
sebagian kecil pegawai yang menyatakan
ketidaknyamanannya. Maka, penilaian profesional
(professional judgement) digunakan dalam proses
simulasi.
Simulasi komputer ruang kerja pegawai
berdasarkan kedudukannya dalam organisasi
kantor ditunjukkan dalam Gambar 1 sampai
dengan Gambar 3. Luasan minimum ruang kerja
DAFTAR PUSTAKA
---. 2010. Penelitian dan Pengembangan Kriteria
Perencanaan dan Perancangan Arsitektur,
Struktur dan Utilitas, Subkegiatan A :
Penelitian Kebutuhan Ruang Gerak Di Dalam
Bangunan Hunian. Laporan Akhir. Bandung :
Pusat Litbang Permukiman.
Amali, L.N. 2008. Pendekatan Ergonomi untuk
Mengurangi Gangguan Kesehatan Akibat
Penggunaan Komputer. Jurnal Teknik Vol. 6
(2).
Darlis, Widagdo, S., Santoso, S., dan Rozali, B. 2009.
Pertimbangan Ergonomi pada Perancangan
Stasiun Kerja. Sigma Epsilon Vol. 13 (4).
Gie, T. L. 2007. Administrasi Perkantoran Modern,
Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty.
Halim, D. 2005. Psikologi Arsitektur, Pengantar
Kajian Lintas Disiplin. Jakarta : Penerbit
Grasindo.
Hermawan, Y., et al. 2011. Kebutuhan Minimum
Ruang Gerak untuk Rumah Sederhana
Berdasarkan
Antropometri.
Proceeding
Kolokium 2011 Hasil Litbang Bidang
Permukiman. Bandung : Pusat Litbang
Permukiman.
136
137
Abstrak
Masyarakat Suku Bajo yang hidup di Desa Kabalutan, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah
merupakan satu diantara 61 masyarakat Bajo yang tersebar di seluruh perairan Sulawesi. Kepadatan
bangunan yang tinggi, sanitasi dan persampahan yang belum di kelola, penggunaan terumbu karang untuk
bahan bangunan, merupakan faktor yang mengganggu persyaratan hidup ekosistem terumbu karang.
Upaya yang dapat ditempuh untuk mereduksi masalah tersebut antara lain penataan kembali permukiman
masyarakat Bajo dan penerapan teknologi perumahan yang pro lingkungan dan diterima masyarakat.
Penataan kembali permukiman secara teoritis dapat memberikan akses yang mencukupi bagi radiasi
matahari untuk menyentuh dasar laut, sirkulasi air laut dan udara yang membawa nutrien dan oksigen
serta karbon dioksida, sehingga fotosintesis biota laut dapat berjalan dengan baik. Penerapan teknologi
sanitasi dan persampahan dimaksudkan untuk menjaga kejernihan dan menghindari terjadinya
kontaminasi air laut serta substrate yang keras. Penerapan inovasi pengawetan komponen bangunan dan
perbaikan struktur dimaksudkan untuk mengurangi kebutuhan akan material organik/ kayu, sehingga
dapat menekan laju sedimentasi. Penerapan konsep rumah panggung serta jalan titian di atas air
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan sirkulasi air laut, udara, serta mobilitas masyarakat dengan
menggunakan perahu. Baik penataan kembali permukiman maupun penerapan teknologi yang inovatif
berangkat dari nilai-nilai tradisional dan kekayaan lokal sehingga diharapkan mempunyai tingkat
akseptibilitas sosial yang tinggi.
Kata Kunci : Ekologi, terumbu karang, penataan permukiman, tradisional, potensi lokal
Abstract
The community of Bajo living in Kabalutan Village, Ampana Regency, Central Sulawesi Province was one of
the 61 Bajo communities distributed over Sulawesi water. High building density, lack of managerial services
on sanitation and solid waste, usage of coral reef for building material were many factors affected fulfilment
of coral reef life requirement. The problems could be reduced among others through spatial reorganization of
settlement and application of traditional based technology which was pro environment and socially
acceptable. The spatial reorganization was aimed to give access of sun radiation to reach bottom of the sea,
circulation of sea water and air which contained nutrient, oxygen, and CO 2. This condition would push
photosynthesis of sea water biota well. Application of sanitation and solid waste technology on traditional
based would keep salt water cleaned and prevent contamination against hard substratee. Application of
preservation technology of wood and innovation building structure was intended to reduce maintenance cost
and to decrease organic material requirement. Eventually it could decline sedimentation due to deforestation
was also diminished. Application concept of stage house and wooden foot bridge had purposes to drive
circulation of salt water, air, and Bajo mobility by boat or water raft. The spatial reorganization of
settlement and the application of house technology as well departed from local value and potential. As result,
the research would have high social acceptability.
Keywords : Ecology, coral reef, spatial reorganization, traditional, local potential
PENDAHULUAN
Suku Bajo merupakan salah satu etnis di Indonesia
yang hidup dari pengelolaan sumber daya
kelautan. Mereka disebut juga suku nomaden
yang awalnya hidup berpindah dari pesisir satu ke
Penetapan Kawasan
Penataan Permukiman
Aspek Ekonomi
140
141
Untung
rugi
kegiatan
reklamasi
harus
diperhitungkan secara cermat, eksternalitas dari
kegiatan
tersebut
seharusnya
dapat
dikompensasikan dari keuntungan lain yang
diperoleh. Artikel yang sama juga menyoroti
dampak lingkungan dan politik akibat reklamasi
yang terjadi di Singapore. Malaysia mengajukan
Singapore ke Mahkamah Internasional karena
perluasan negara tersebut akan mengubah peta
teritorial negara yang mengancam kedaulatan
negara terdekatnya, Malaysia.
Sebaliknya juga ditemukan bahwa negara penyedia
bahan reklamasi yakni pasir laut yang di datangkan
dari Riau, juga mengalami kerusakan lingkungan
yang hebat, yaitu terjadinya abrasi yang
mengancam hilangnya beberapa kepulauan.
Kadar salinitas yang merupakan bagian dari
kondisi alamiah air laut tidak menjadi masalah
karena terkait dengan sirkulasi arus laut secara
global. Namun tingkat sedimentasilah yang
menjadi ancaman kehidupan terumbu karang
karena terkait dengan aktivitas eksploitasi lahan
yang ada di daratan terdekatnya. Jika terjadi
kerusakan lahan atau terdapat lahan kritis di
daratan atasnya, maka sedimentasi pada pesisir
akan tinggi. Hal ini akan menjadi gangguan
tersendiri bagi biota laut dan perkembangan koral
di pesisir.
Konversi lahan dari kawasan lindung ke kawasan
budidaya menurut Dardak (2006) berdampak pada
rusaknya keseimbangan ekosistem dan penurunan
produktivitas. Di Pulau Jawa menunjukkan selama
periode 1979-1999 terjadi alih fungsi kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya (industri,
perumahan, pertanian) seluas 1.002.005 Ha atau +
50.000 Ha per tahun. Sementara di Sulawesi terjadi
kerusakan seluas + 29.500 Ha per tahun dalam
periode 1998-2000. Fenomena ini merupakan
ancaman nyata walaupun tidak langsung terhadap
kehidupan ekosistem pantai secara keseluruhan
(Dardak, Hermanto; 2006).
Kondisi air laut jernih, bebas dari kontaminasi dan
substrate yang keras (hard substrate) disamping
disebabkan oleh eksploitasi lahan di daratan, juga
disebabkan oleh tingkat pengelolaan limbah padat
dan limbah cair masyarakat yang tinggal di pesisir
secara langsung. Oleh sebab itu kondisi sanitasi
masyarakat dan pengelolaan sampah di kawasan
pesisir menjadi permasalahan penting dalam
mendukung perkembangan ekosistem pantai
umumnya dan terumbu karang khususnya.
Berdasarkan data yang tersedia, akses masyarakat
secara umum terhadap fasilitas sanitasi adalah
68%. Akan tetapi, tampaknya sanitasi tidak
menjadi prioritas utama pembangunan, baik di
METODOLOGI
Lokasi penelitian adalah Desa Kabalutan,
Kecamatan Walea Kepulauan, Kabupaten Ampana,
Sulawesi Tengah. Menurut SIL Internasional 2007,
berdasarkan
Mapping
Indonesia
Bajo
Communities, daerah tersebut merupakan
142
143
144
Akses ke darat
Akses ke darat
Pulau
Area pemukiman
Hall
Akses ke laut
Kumpulan Pulau-pulau
Kecil
Area
pemukiman
Hall
Akses ke laut
Gambar 3 Hal di Pulau atau Kepulauan sebagai Kawasan Permukiman Suku Bajo
145
Nilai
tradisional
rencana
tapak
tetap
dipertahankan sebagai dasar pembagian zona
fungsi, misalnya penetapan zona hunian, zona
publik/upacara ritual, zona adat, dan zona
pendukung (tempat berkebun, mencari ikan atau
sumber
mata
pencaharian).
Berdasarkan
146
Pola linier
Pengelompokkan zona
mengunakan pola grid agar
pengunaan lahan efeisien dan
ekonomis.
SMP
BUKIT
KARANG
Jalur
sirkulasi
darat
(jembatan/titian) ditata dengan
menggunakan pola grid untuk
memberikan
aksesibilitas.
Penempatan fasum dan fasos
lebih mudah serta lebih efisien.
Penempatan
simpul-simpul
lingkungan dapat memperkuat
interaksi sosial
147
148
149
KESIMPULAN
Kondisi ekologi pesisir Desa Kabalutan harus
menjadi
pertimbangan
utama
dalam
pengembangan permukiman masyarakat Bajo saat
sekarang dan pada masa yang akan datang.
Pertimbangan ini terkait dengan kenyataan bahwa
kehidupan masyarakat Bajo sangat tergantung
pada
aktivitas
perikanan
laut
yang
produktivitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekosistem terumbu karang. Persyaratan tumbuh
terumbu karang merupakan aspek yang harus
DAFTAR PUSTAKA
Ahda Mulyati Muluk, 2008. Tipologi Bentuk Rumah
Tinggal dan Permukiman Suku Bajo Di
Sulawesi Tengah. Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik
Universitas
Tadulako
ahdamulyati@gmail.com.
Bappenas. 2011. Usaha Pencapaian MDGs di
Indonesia. Diunduh 1 April 2011. http://www.
targetmdgs.org/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=25&Itemid=12.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian
Kualitatif.
Pemahaman
Filosofis
dan
150
Abstrak
Keberadaan rumah tradisional Nias Selatan relatif lebih bertahan eksistensinya dibandingkan rumah
tradisional lainnya. Untuk mempertahankan eksistensinya, diperlukan perubahan untuk mengakomodasi
kebutuhan hunian masyarakat saat ini. Di sisi lain, perubahan tersebut berpotensi menghilangkan karakter
atau keaslian arsitektur tradisional Nias Selatan maupun kearifan lokalnya. Kajian ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan arsitektur yang terjadi dan dampaknya terhadap eksistensi dari rumah tradisional
Nias Selatan. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif-interpretatif terhadap kondisi eksisting
dan perubahan pada rumah tradisional di lapangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa eksistensi rumah
tradisional Nias masih cukup kuat pada desa-desa adat, dimana secara umum kondisinya masih relatif baik
dan masih dihuni. Sementara perubahan yang banyak terjadi adalah penambahan bangunan pada bagian
bawah rumah dan penggantian bahan bangunan. Kesimpulannya adalah perubahan yang terjadi pada
rumah tradisional Nias Selatan merupakan upaya untuk mempertahankan eksistensi, yang secara umum
tidak menghilangkan karakteristik asli arsitektur tradisional Nias Selatan, namun ikut mempengaruhi
kearifan lokal yang dimiliki terkait resistensi bangunan tersebut terhadap ancaman gempa.
Kata Kunci : Rumah tradisional, arsitektur tradisional, Nias Selatan, perubahan arsitektur, penambahan
bangunan, resistensi terhadap gempa
Abstract
The existence of South Nias traditional houses had relatively better survival than the other traditional
houses. To maintain its existence, transformation of the house was needed to accomodate the current
residential needs. On the other side, the transformation had potential to eliminate the authenticity and the
local wisdom of traditional architecture of South Nias. This study was conducted to identify the
transformation that happened and its impact to the existence of the houses. The study was conducted with
descriptive-interpretative method towards the existing conditions and the transformations that identified in
the field. The result showed that the existence of South Nias traditional houses was strong enough in
traditional villages, which in general had a good conditions and still occupied. While the most common
transformations was building addition at the bottom of the house and replacement of building materials. The
conclusion was that the transformations of South Nias traditional houses was an attempt to mantain its
existency, which generally did not eliminate the original characteristics of its traditional architecture, but
affected the local wisdom related to the building resistance from earthquake.
Keywords :
PENDAHULUAN
Secara umum, eksistensi rumah tradisional dalam
perkembangan perumahan dan permukiman saat
ini cenderung semakin terabaikan. Hal ini terjadi
tidak hanya di kawasan perkotaan, namun di
perdesaan pun rumah-rumah tradisional sudah
mulai ditinggalkan atau tidak digunakan lagi.
Keadaan ini tidak terlepas dari perubahan pola
kehidupan
masyarakat,
yang
menuntut
penyesuaian pada konsep hunian atau tempat
151
METODOLOGI
Kajian dilaksanakan dengan metode deskriptifeksploratif terhadap kondisi eksisting dan
perubahan pada rumah tradisional Nias Selatan
yang ditemui di lapangan. Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi langsung dan
wawancara terhadap penghuni maupun tokoh
masyarakat. Lokasi studi dilakukan pada 5 Desa
Adat di Teluk Dalam, yaitu Desa (a) Hilisimaetano,
(b) Orahili Fau, (c) Bawomataluo, (d) Botohilitano,
dan (e) Hiliamaeta Niha. Pemilihan rumah yang
diobservasi dengan metode purpossive sampling,
dengan kriteria pemilihan antara lain keaslian
bentuk/arsitektur rumah dan rumah masih dihuni.
Aspek kondisi eksisting yang dikaji antara lain
terkait : (i) bentuk bangunan, (ii) kondisi
bangunan, (iii) bahan bangunan, (iv) struktur
bangunan, (v) pembagian ruang. Sementara untuk
aspek perubahan, yang dikaji meliputi perubahan
(i) bentuk bangunan, (ii) fungsi bangunan, (iii)
perubahan pembagian ruang, dan (iv) penggantian
material. Analisis data dilakukan melalui
pendekatan kualitatif. Aspek kondisi dianalisis
berdasarkan hasil interpretasi peneliti terhadap
kondisi eksisting rumah yang ditemukan di
lapangan. Sedangkan untuk aspek transformasi
pada rumah tradisional, analisis yang akan
dilakukan adalah menyandingkan antara hasil
survei yang ditemukan di lapangan dengan
gambaran kondisi asli arsitektur rumah tradisional
berdasarkan literatur/referensi.
Ruang Depan/
Tawl
Ruang Depan/
Tawl
153
Ruang Belakang/Frma
AHEMBAT
Ruang Depan/Tawl
BAT
DANE-DANE
154
Desa Bawomataluo
Desa Bawomataluo merupakan salah satu desa
adat terbesar yang terdapat di Nias Selatan. Jumlah
rumah tradisional pada desa ini juga relatif yang
paling banyak jumlahnya, yaitu sebanyak 242
rumah. Selain Omo Hada yang merupakan
mayoritas di sana, juga terdapat 1 (satu) Omo
Sebua, yang terletak di tengah-tengah desa. Secara
umum kondisi rumah-rumah di sana masih baik
dan tetap mencirikan kekhasan arsitektur
bangunan tradisional Nias. Namun begitu,
kebanyakan atap rumah telah menggunakan seng,
bukan lagi rumbia. Selain itu, karena usia bangunan
sudah tua, banyak kayu yang mulai lapuk.
Ruang Belakang/Frma
Ruang Depan/Tawl
156
157
Bangunan
Tambahan
Bangunan
Tambahan
RUMAH INTI
Frma
Tawl
Bangunan
Tambahan
RUMAH INTI
Frma
Tawl
Sumber : Survei Lapangan, Juni 2011
Gambar 20 Tampak Depan (kiri) dan Samping (kanan) dari
Rumah Tradisional di Desa Hiliamaeta Niha
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1979. Adat Istiadat Daerah Suku
Bangsa Nias-Provinsi Sumatera Utara.
Loka Teknologi Permukiman Medan. 2010.
Laporan Akhir Kegiatan Inventarisasi dan
160
161
Abstrak
Di negara-negara sedang berkembang, bukti menunjukkan bahwa kawasan inner city residents banyak
dibutuhkan sebagai tempat tinggal dan tempat bekerja, walaupun kondisi kawasaninner city resident
tersebut padat huni dan kumuh, karena posisi geografisnya yang berdekatan dengan pusat kegiatan
ekonomi kota. Pertanyannya adalah, mengapa penduduk lebih memilih untuk bertempat tinggal di kawasan
inner city residents yang kumuh dan padat huni, dan seberapa pentingkah kawasan inner city residents
bagi mereka. Dalam makalah ini dibahas mengenai karakteristik kawasan inner city residents dan
penduduknya yang bertempat tinggal di kawasan tersebut. Pengolahan dan analisis data diproses melalui
Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Metoda yang digunakan dalam SPSS ini adalah dimension
reduction dan korelasi. Data primer hasil penelitian ini diambil dari dokumentasi Pusat Litbang
Permukiman tahun 2010. Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan inner city residents ini memiliki peran
penting yang signifikan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dalam hal menyediakan
berbagai pilihan tempat tinggal yang variatif dan terjangkau, dan terutama karena posisi geografis yang
strategis yang dapat dijadikan tempat tinggal dan tempat mencari nafkah di sekitar kawasan tersebut.
Kata Kunci : Area pusat kota, keterjangkauan, status hunian, masyarakat berpenghasilan rendah
Abstract
In the developing countries, the evidents show that many people need to live and work in the inner city
residents, althought these inner city residents are slum and crowded, due to its geographycal position is close
to the central activities of the city. The question is, why do people prefer to reside in the slum and crowded
residences, and how much important do this inner city residents for them. This paper elaborates the
characteristics inner city residents and the people who reside in the inner city residents. This research utilizes
a part of the raw data which were documented by The Research Center for Human Settlements in 2010. The
method of study which is used to compile and analyze data is dimension reduction and correlation. The
results of this research show that inner city residents have a significant role for the low income people in
the form of affordable and multi alternatives housing. In addition, inner city residents is a strategic location
which is useful as a place for living and working in and arround inner city.
Keywords : The core area, affordability, housing tenure, and low income people
PENDAHULUAN
Dari beberapa studi kepustakaan dijelaskan bahwa,
kawasan inner city residents dapat dipahami
sebagai kawasan perumahan yang posisi
geografisnya berdekatan atau berada di sekitar
kawasan utama (core area) pada pusat kegiatan
ekonomi kota dan merupakan bagian dari kawasan
inner city.
Dengan posisi geografis yang strategis, kawasan
Inner city resident ini seharusnya mampu
menjadi kawasan perumahan yang berperan serta
mendorong dan membangun kelangsungan
aktivitas sosial dan ekonomi perkotaan, karena
inner city resident ini merupakan tempat tinggal
163
METODOLOGI
Pengolahan dan analisis data diproses melalui
Statistical Package for Social Sciences (SPSS).
Metoda yang digunakan adalah dimension
reduction (pengurangan dimensi), yang gunanya
untuk memperkecil dan memudahkan dalam
mengidentifikasi faktor dominan yang diasumsikan
berpengaruh. Metoda korelasi juga digunakan
untuk mengukur seberapa besar hubungan atau
pengaruh satu variabel terhadap komponen
variabel lainnya. Terakhir mengukur posisi
geografis yang strategis, yang menjadikan kawasan
ini sebagai lokasi yang disukai penduduk. Data
yang dipakai untuk mengukur lokasi strategis
diambil dari data primer, dan dilengkapi dengan
hasil pengamatan lokasi survey lapangan.
SPSS dipilih sebagai alat pengolahan dan analisis
data untuk memudahkan dan mempercepat
pengolahan dan analisis data.
Melalui pengolahan data SPSS dapat diidentifikasi
secara teliti variabel apa saja yang memiliki
signifikansi yang tinggi terhadap sejumlah variabel
yang diteliti, serta komponen apa saja yang
termasuk dalam sejumlah variabel tersebut. Pada
dasarnya manfaat mengolah data melalui SPSS
adalah hasil pengolahan dan analisis data yang
lebih cepat, efisien, dan teliti.
Data penelitian sebagian besar diambil dari data
primer
kegiatan
penelitian
Menghitung
Kebutuhan Rumah Perkotaan tahun anggaran
2010-2011, khususnya data primer Kota Bandung.
Penentuan lokasi didasarkan pada faktor
kepadatan penduduk tertinggi di kota Bandung
berdasarkan data dari Bandan Pusat Statistik Kota
164
kedua, melakukan korelasi diantara varibelvariabel yang dominan dan berpengaruh tersebut.
Langkah ketiga, menganalisis posisi geografis
kawasan inner city residents berdasarkan hasil
pengamatan, data hasil survey lapangan, data
skunder, dan analisis statistik.
Tabel 2 Koefisien Korelasi Inner City Residents
Variabel Fasilitas
Fasilitas
Komponen
Pendidikan Umum
SMP terdekat
.932
SD terdekat
.898
SMA terdekat
.849
Pasar
.882
Tempat berobat
.848
Status
Hunian
Status Tanah
.847
Status Rumah
.781
Kemampuan
Keuangan
Jenis Pekerjaan
.852
Penghasilan
.681
64
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/ha)
406
33.955
48
250
Astanaanyar
19.195
48
248
4.
Kiara Condong
35.669
48
216
5.
Cibeunying Kidul
30.570
32
215
No.
Kecamatan
1.
Bojongloa Kaler
2.
Batununggal
3.
Jumlah
Kepala
Keluarga
33.268
Jumlah
Sampel
Koefisien
Korelasi ()
.032
.608
2. Fasilitas Umum
.160
.010
3. Status Hunian
.187
.003
4. Kemampuan Keuangan
.296
.000
1. Fasilitas Pendidikan
Sig.
166
167
KESIMPULAN
Kawasan inner city residents kota Bandung
memiliki peran penting bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah, karena pada kawasan
tersebut memiliki kemudahan akses terhadap
fasilitas umum yang tersedia, pilihan dan status
tempat tinggal serta keterjangkauan dengan
tingkat signifikansi 95%. Kawasan tersebut sangat
akomodatif dalam memberikan pilihan tempat
tinggal, serta memberikan kemudahan akses
terhadap kesempatan kerja yang sesuai dengan
karakteristik masyarakat yang berkerja di sektor
informal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
______(2010), Bandung Dalam Angka 2010, Badan
Pusat Statistik (BPS), kota Bandung.
______(2008), Housing the Poor in Asian Cities, UNHabitat dan UN- Escap, Thailand dan Kenya.
______(2004), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung (buku Rencana Tahun 2013),
Pemerintah Kota Bandung.
_______(2010),
Data
Penelitian
Menghitung
Kebutuhan Perumahan Perkotaan, Pusat
Litbang
Permukiman, Bandung
(tidak
diterbitkan).
Fang, Y., (2006), Residential Satisfaction, Moving
Intention and Moving Behaviour: A Study of
Redeveloped Neighbourhoods in Inner City
Beijing, Jurnal Housing Studies, vol 21, no 5,
671-694, Rouledge, Taylor and Francis.
Jelili, M.. Adedibu, A.A. and Ayinla, A.K. (2006),
Planning of Implications of Housing
Redevelopment in High Density Areas in
Ogbomso, Negeria; A Pilot Project, Journal
Hum. Ecol, 20(3) 195-1999 (2006).
Laquian, A.A., (2005), Beyong Metropolis, Johns
Hopkins University Press, Baltimore.
168
169
Pemanfaatan Abu Terbang (Dany Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, Bambang Subiyanto)
1,3 Pusat
Abstrak
Pemanasan global telah menjadi permasalahan hampir di semua negara saat ini. Salah satu penyebabnya
adalah emisi karbondioksida yang dihasilkan dari pembuatan semen. Pengurangan emisi karbondioksida
dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan beton dan memanfaatkan
material tambahan yang mempunyai sifat seperti semen sebagai bahan penggantinya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan abu terbang dan serbuk gergaji terhadap
sifat fisik dan mekanik mortar ringan geopolimer. Dalam penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan
meliputi abu terbang, serbuk gergaji akasia mangium, pasir, agregat ringan, larutan Natrium hidroksida
(NaOH) dan larutan Natrium Silikat. Perbandingan semen - pasir dan abu terbang - pasir yaitu 1 : 2
(berdasarkan berat) dengan rasio air-semen sebesar 0,25; 0,3 dan 0, 35, dengan variasi kadar serbuk gergaji
yang dipakai adalah 10%; 20%, 30% dan 40%. Komposisi antara larutan Natrium hidroksida dan larutan
Natrium Silikat adalah 1 : 2 (berdasarkan volume). Pengujian dilakukan setelah benda uji berumur 7 hari
dan 28 hari untuk mortar geopolimer dan mortar kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggantian semen Portland dengan abu terbang serta penambahan larutan Natrium hidroksida dan
larutan Natrium Silikat ke dalam campuran dapat meningkatkan kuat tekannya sampai 19,7 Mpa
dibandingkan dengan kuat tekan mortar kontrol sebesar 15,3 MPa. Sedangkan penambahan kadar serbuk
gergaji ternyata menurunkan kuat tekan menjadi 8,1 MPa.
Kata Kunci : Kuat tekan, mortar ringan, geopolimer, abu terbang, serbuk gergaji
Abstract
Today global warming has become a problem in almost every country. One possible cause is carbon dioxide
emissions from the cement manufacture. Reduction of carbon dioxide emissions can be done by reducing
utilization of cement in concrete production and use additional material that has cementicious materials as
replacement material for cement. The purpose of this study was to determine the effect of addition of fly ash
and sawdust on the physical and mechanical properties of lightweight mortar geopolymer. The materials
used in this study such as fly ash, acacia mangium sawdust, sand, lightweight aggregate, a solution of sodium
hydroxide (NaOH) and Sodium Silicate. Portland cement-sand ratio and fly ash-sand ratio is 1 : 2 (by weight)
with water-cement ratio of 0,25; 0,3 and 0, 35, with variations in levels of sawdust used was 10%, 20%, 30%
and 40%. The composition of the solution of Sodium hydroxide and Sodium Silicate solution is 1 : 2 (by
volume). Tests conducted after the specimen was 7 days and 28 days for geopolymer mortar and mortar
control. The results showed that the replacement of Portland cement with fly ash and the addition of sodium
hydroxide solution and a solution of Sodium Silicate to the mix can increase compressive strength up to 19.7
MPa than mortar control which is 15.3 MPa. While the addition of sawdust content was lowered compressive
strength to 8.1 MPa.
Keywords : Compressive strength, lightweight mortar, geopolymer, fly ash, sawdust
170
PENDAHULUAN
METODOLOGI
171
Pemanfaatan Abu Terbang (Dany Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, Bambang Subiyanto)
25
20
15
10
5
0
Kontrol
0.25
0.3
0.35
Gambar 1 Kuat Tekan Mortar Umur 7 Hari pada Beberapa Rasio Air dan Semen
2500
2000
1500
1000
500
0
Kontrol
0.25
0.3
0.35
Rasio air-semen
Gambar 2 Berat Jenis Mortar
35
30
25
20
15
10
5
0
Kontrol
10
20
30
40
173
Pemanfaatan Abu Terbang (Dany Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, Bambang Subiyanto)
2500
2000
1500
1000
500
0
Normal
10
20
30
40
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Normal
10
20
30
40
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
174
175
ABSTRAK
Perubahan fungsi lahan perkotaan sangat besar menyebabkan tanah kedap air semakin meluas, air
limpasan lebih besar, debit banjir lebih tinggi dan bencana banjir yang besar di wilyah hilir. Undang-Undang
nomor 26 tahun 2007 tetang Penataan Ruang menetapkan kota wajib menyediakan ruang terbuka hijau
(RTH) 30% dari luas wilayah. Tahun 2011 telah diteliti kriteria teknis desain subreservoir pada RTH untuk
penampungan, peresapan dan pemanfaatan air hujan. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas
subreservoir pada RTH dalam mereduksi genangan air (banjir). Penelitian menggunakan metoda Gumbel,
rumus Talbot, Ishiguro, Sherman dan Mononobe, rumus rasional, analisis luas kota dan RTH serta analisis
reduksi debit banjir. Data dikumpulkan di Kota Bandung, Bogor dan Jakarta. Hasil penelitian: (1) semakin
luas RTH menerapkan subreservoir air hujan, semakin besar genangan air (banjir) dapat direduksi di
permukiman kota. (2) Seluruh RTH (30% wilayah kota) dapat digunakan untuk pencegahan banjir preventif
dan mereduksi genangan hingga 48%. (3) Semakin kecil RTH kota semakin besar kecenderungan terjadi
genangan air hujan di perkotaan, (4) RTH 16% diprediksi peluang terjadi genangan banjir mencapai 74%
dan RTH eksisting sekitar 9% peluang terjadi genangan banjir mencapai 86%. (5) Subreservoir pada RTH
berpotensi menahan air limpasan mencapai 100% dan mengalirkan kelebihan air ke drainase kota hingga
nol persen atau zero runoff.
Kata Kunci : Ruang terbuka hijau, intensitas hujan, subreservoir, reduksi genangan air, zero runoff
ABSTRACT
Changes function of land in urban areas is very high having caused the land surface become watertight,
water runoff is bigger, flood rate is higher and flood disaster is higher in downstream. The Republic of
Indonesia Law No. 26 year 2007: Spatial Planning determines that every city must provide the green open
space (GOS) is 30%. In 2011 had researched the technical design criteria of the sub reservoir in the GOS is to
be rainwater reservoir, infiltration and rainwater harvesting. The aims of research are to know the capacity
of sub reservoir is in the GOS make the flood reduction. Research method used the Gumbel distribution
method, Talbot, Ishiguro, Sherman and Mononobe and rational formula, urban and GOS area analysis and
the flood rate reduction analysis. Data collected in Bandung, Bogor and Jakarta cities. Research result (1)
more and more GOS area used the rainwater sub reservoir will be more and more the flood disaster can be
reduced in the human settlements. (2) All of the GOS (30% of urban area) can be used to prohibit preventive
flood and reducing flooded area up to 48% (3) smaller citys GOS, bigger inclination happens in hold flooded
area in city (4) GOS 16% predicted to be flooded up to 74% and GOS exist approximately 9% opportunity to
be flooded up to 86% (5) Subreservoir in GOS potented to hold overflow water up to 100% and flowing
excessive water to citys drainage up to zero percent or zero runoff.
Keywords : Green opened space, rain intensity, subreservoir, reduce flooded water, zero runoff
PENDAHULUAN
Air adalah anugerah Tuhan. Jumlahnya sangat
banyak, jauh melebihi semua keperluan1. Pada
musim hujan banyak terjadi banjir, longsor, erosi.
Sebaliknya, pada musim kemarau menderita
kekurangan air. Seringkali kualitasnya buruk,
salinitas tinggi, asam, bau, mengandung lumpur,
polutan, kuman dan lain-lain2.
177
b. Taman RW
c. Taman kelurahan
d. Taman kecamatan
e. Taman kota
f. Hutan kota
3.
RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan median jalan
4.
RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api
Privat**)
Catatan:
*) Hampir semua jenis RTH pada Tabel 1 di atas dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan Subreservoir Air Hujan,
kecuali area pemakaman sebaiknya jangan digunakan untuk
keperluan tersebut.
**) Taman lingkungan yang merupakan RTH privat adalah taman
lingkungan yang dimiliki orang perseorangan/masyarakat
atau swasta yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas.
178
kawasan
dengan
penerapan
angka-angka
kemungkinan terjadinya banjir terbesar.
Koefisien Limpasan
Koefisien pengaliran (C) merupakan perbandingan
antara jumlah air yang mengalir di suatu daerah
akibat turunnya hujan dengan jumlah hujan yang
turun di daerah tersebut (Imam Subarkah, 1980).
Koefisien
(C)
0.05 0.10
0.10 0.15
0.15 0.20
0.13 0.17
0.18 0.22
0.25 0.35
0.75 0.95
0.50 0.70
0.50 0.60
0.60 0.80
0.70 0.90
0.50 0.60
0.60 0.90
0.45 0.55
0.20 0.30
0.10 0.25
0.20 0.35
0.70 0.95
0.80 0.95
0.70 0.85
0.10 0.30
Subreservoir a
Kajian Subreservoir Air (Sarbidi)
Subreservoir
Eksplorasi
Sumur Resapan
METODOLOGI
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dan
data primer. Data sekunder dikumpulkan dari
pustaka dan data primer dari survei dan observasi
pada kawasan perumahan skala besar yang telah
menerapkan kolam penampungan air hujan di
ruang terbuka hijau (RTH). Jenis data sebagai
berikut:
Data curah hujan (I).
Data hujan runtut waktu selama (5 10) tahun.
Dalam penelitian ini digunakan curah hujan
dengan satuan menit, jam atau harian.
Data luas bidang tadah (A).
Data bidang tadah adalah luas total ruang
terbuka hijau (RTH), luas total wilayah kota dan
luas total atap rumah dan bangunan. Permukaan
tanah untuk bidang tadah diasumsikan sebagian
besar telah berubah menjadi kedapa air akibat
alih fungsi lahan.
Data koefisien runoff (C).
Kekedapan permukaan tanah di wilayah kota
bervariasi dan diasumsikan relatif kedap air,
dalam perhitungan digunakan nilai C = 0,5.
Kekedapan atap rumah dan bangunan, jalan raya
beton dan aspal mempunyai koefisien limpasan
(C) antara (0,7 0,95). Perhitungan kapasitas
subreservoir Gambar 2 dipakai nilai C = 0,8.
Metoda Analisis
1. Distribusi frekuensi hujan rencana (XT)
Analisis distribusi frekuensi hujan rencana
menggunakan Metode Distribusi Gumbel11,
yakni sesuai persamaan [1].
X T X S x K ........................................................... [1]
Keteraangan
XT = hujan rencana, periode ulang T tahun
a
........................................................ [3]
t b
Keterangan:
I = intensitas hujan, dalam mm/jam.
t = durasi hujan, dalam menit atau jam.
a dan b = tetapan
Rumus Sherman
a
................................................................. [4]
tn
Keterangan:
I = intensitas hujan, dalam mm/jam.
t = durasi hujan, dalam menit atau jam.
a dan n = tetapan
Rumus Mononobe
X 24 24
24
t
2/3
....................................... [5]
Keterangan:
I
= Intensitas hujan rencana, (mm/jam)
X24 = Curah hujan harian, 24 jam, (mm)
t
= lama hujan, (jam)
3. Analisis bidang tadah (A)
RTH ditetapkan dalam 3 (tiga) katagori , yaitu:
(1) RTH 30% (luas RTH maksimum sesuai
ketentuan UU No.26/2008, (2) RTH 16%
180
Luas
Kota Wilayah
( Ha)
Prediktif
% (Ha)
Eksisting
% (Ha)
16% (
2.677)
34,08%
2. Bogor
11.850
3.555
(4.038)
15,75%
3. Jakarta
64.895 19.469
(10.221)
Sumber : Modifikasi dari Sarbidi, et al, 2011
8,76%
(1.465)
15,85%
(1.878)
9,78%
(6.347)
1.
181
Bandung
16.730
5.019
DAFTAR PUSTAKA
Meinzen-Dick, R.S. and M.W. Rosegrant. 2001.
Overview. Overcoming Water Scarcity and
Quality Constraints. IFPRI. Washington, DC,
USA.
Ban Damme, H. 2001. Domestic Water Supply,
Hygiene, and Santation. Overcoming Water
Scarcity and Quality Constraints. IFPRI,
Washington, DC, USA.
Irianto, G. 2004. Bagaimana Menanggulangi Banjir
dan Kekeringan. Tabloid Sinar Tani, 28 April
2004. Balitbang Pertanian, Jakarta.
Heryani, Nani. 2008. Sistem Pemanfaatan Air Hujan
(rain water catchment system) Dalam Upaya
Pengelolaan Air Hujan di Daerah Perkotaan.
Buletin DAS Volume 4 No 4 Tahun 2008.
Liaw, C. 2003. Impacts from the use of rainwater
catchment
systems
for
stormwater
management in urban areas. International
Training Course on Rainwater Harvesting and
Utilization Gansu Research Institute for
Water Conservancy. September 8 October
22, 2003. Dalam Nani Heryani, Buletin DAS
Volume 4 No 4 Tahun 2008.
.......... 2009. 7th Ministers Forum on Infrastructure
Development in Asia-Pasific Region, Singapore,
June 21 22, 2009. Country Paper. Ditjen
Sumber Daya Air Kementerian PU. 2009.
Sarbidi. et al. 2012. Kriteria Teknis Desain
Subreservoir Air Hujan Pada Ruang Terbuka
Hijau
Untuk
Drainase
Berwawasan
Lingkungan. Prosiding Kolokium Hasil Litbang
Puslitbang Permukiman, Mei 2012.
Sarbidi. et al (Tim Pelaksana). 2011. Penyusunan
Kriteria Teknis Desain Subreservoir Air Hujan
Pada RTH Untuk Drainase Berwawasan
Lingkungan. Laporan Akhir. Satker Puslitbang
Permukiman, Bandung, Desember 2011.
.......... 2007. Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
.......... 2008. Permen PU No.05/PRT/M/2008,
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan.
184
: hlm. 126
: 1907-4352
I. GOVERNMENTS OFFICE
1. Hermawan, Yuri
2. Widyahantari, Rani
3. Judul
Tulisan ini membahas hasil simulasi ruang kantor pemerintah yang ergonomis berdasarkan antropometri manusia
Indonesia. Simulasi menggunakan simulasi komputer dan simulasi skala penuh 1 : 1. Survei lapangan dilakukan
untuk mengidentifikasi aktivitas pokok, perabot dan peralatan yang digunakan pada ruang kantor pemerintah.
Studi menunjukkan bahwa luasan ruang minimum untuk staf golongan I dan II adalah 1,9 m 2, staf golongan III dan
IV adalah 2,6 m2, pejabat eselon IV adalah 10,8 m2, pejabat eselon III adalah 20,5 m2, dan pejabat eselon II adalah
107 m2.
Kata kunci : antropometri, ergonomi, kantor pemerintah, luasan minimum, simulasi
UDC
69.032.2
Pri Prihandono, Aris
k
Kajian masalah ekologis dalam penataan permukiman di kawasan pesisir-zona atas air/ Aris
Prihandono.--Jurnal Permukiman.-- Vol. 7 No. 3 November 2012.-- Hal. 138-150.-- Bandung : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Permukiman, 2012.
193 hlm.
: ilus. : 30 cm
Abstrak
ISSN
: hlm. 138
: 1907-4352
I. SPATIAL REORGANIZATION
1. Judul
Kepadatan bangunan yang tinggi dan lemahnya pengelolaan sanitasi-persampahan merupakan faktor yang
mengganggu ekosistem terumbu karang di permukiman Bajo. Penataan kembali permukiman, penerapan teknologi
struktur, bahan bangunan, sanitasi berbasis potensi lokal serta pelibatan masyarakat merupakan solusi yang dinilai
mampu mengatasi masalah tersebut.
Kata kunci : ekologi, terumbu karang, penataan permukiman, tradisional, potensi lokal
UDC
69.052.1
Bram Bramantyo
i
Identifikasi arsitektur rumah tradisional Nias Selatan dan perubahannya / Bramantyo. Jurnal
Permukiman.-- Vol. 7 No. 3 November 2012.-- Hal. 151-161.--Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman, 2012.
193 hlm.
: ilus. : 30 cm
Abstrak
ISSN
: hlm. 151
: 1907-4352
I. TRADITIONAL ARCHITECTURE
1. Judul
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan arsitektur yang terjadi dan dampaknya terhadap eksistensi dari
rumah tradisional Nias Selatan. Hasil kajian menunjukkan bahwa eksistensi rumah tradisional Nias masih cukup
kuat pada desa-desa adat, dimana secara umum kondisinya masih relatif baik dan masih dihuni. Perubahan yang
terjadi secara umum tidak menghilangkan karakteristik asli arsitektur tradisional Nias Selatan, namun ikut
mempengaruhi kearifan lokal yang dimiliki terkait resistensi bangunan tersebut terhadap ancaman gempa.
Kata kunci : rumah tradisional, arsitektur tradisional, Nias Selatan, perubahan arsitektur, penambahan bangunan,
resistensi terhadap gempa
185
UDC
69.03.13
Suh Suhaeni, Heni
p
Peran kawasan inner city residents di Kota Bandung bagi kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah / Heni Suhaeni.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 7 No. 3 November 2012.-- Hal. 162-169.-- Bandung :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2012.
193 hlm.
: ilus. : 30 cm
Abstrak
ISSN
: hlm. 162
: 1907-4352
1. Judul
Kawasan inner city residents banyak dibutuhkan sebagai tempat tinggal dan tempat bekerja, walaupun kondisi
kawasan tersebut padat huni dan kumuh. Pertanyaannya adalah, mengapa penduduk memilih bertempat tinggal di
kawasan inner city residents yang kumuh dan padat huni. Tulisan ini membahas mengenai kawasan inner city
residents dan penduduknya. Hasilnya menunjukkan bahwa kawasan inner city residents memiliki peran penting
yang signifikan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, karena menyediakan berbagai pilihan tempat
tinggal yang variatif dan terjangkau, dan posisi geografisnya strategis sebagai tempat mencari nafkah di sekitar
kawasan tersebut.
Kata kunci : area pusat kota, keterjangkauan, status hunian, masyarakat berpenghasilan rendah
UDC
691.11
Cah Cahyadi, Dany
p
Pemanfaatan abu terbang dan serbuk gergaji untuk pembuatan mortar ringan geopolimer / Dany
Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, dan Bambang Subiyanto .-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 7 No. 3 November
2012.-- Hal. 170-175.-- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2012.
193 hlm.
: ilus. : 30 cm
Abstrak
ISSN
: hlm. 170
: 1907-4352
1. Triastuti
4. Judul
2. Firmanti, Anita
Salah satu penyebab pemanasan global saat ini adalah emisi karbondioksida. Pabrik semen adalah salah satu
penyumbang emisi karbondioksida. Dengan mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan beton dapat
mengurangi emisi karbondioksida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan abu
terbang dan serbuk gergaji terhadap sifat fisik dan mekanik mortar ringan geopolimer. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggantian semen Portland dan abu terbang serta penambahan larutan Natrium Hidroksida
dan larutan Natrium Silikat ke dalam campuran dapat meningkatkan kuat tekannya sampai 19,7 Mpa dibandingkan
dengan kuat tekan mortar kontrol sebesar 15,3 Mpa. Sedangkan penambahan kadar serbuk gergaji ternyata
menurunkan kuat tekan menjadi 8,1 Mpa.
Kata kunci : kuat tekan, mortar ringan, geopolimer, abu terbang, serbuk gergaji
UDC
69.58.4
Sar Sarbidi
k
Kajian subreservoir air hujan pada ruang terbuka hijau mereduksi genangan air (banjir) / Sarbidi. -Jurnal Permukiman. -- Vol. 7 No. 3 November 2012. -- Hal. 176--184. -- Bandung : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman, 2012.
193 hlm.
: ilus. : 30 cm
Abstrak
ISSN
: hlm. 176
: 1907-4352
1. Judul
Tahun 2011 telah diteliti subreservoir air hujan pada ruang terbuka hijau (RTH) kota. Hasilnya : 1. Subreservoir air
hujan yang diterapkan di seluruh RTH (30 % wilayah kota) dapat mereduksi genangan banjir hingga 48 %, 2.
Subreservoir RTH berpotensi untuk menahan air limpasan hingga 100 % dan mengalirkan kelebihan air ke
drainase kota hingga nol person atau zero run-off.
Kata kunci : ruang terbuka hijau, intensitas hujan, subreservoir, reduksi genangan air, zero run off
186
: Page 126
: 1907 4352
I. GOVERNMENTS OFFICE
1. Hermawan Yuri
2. Widyahantari, Rani
3. Title
This paper presents the simulation results on government offices workspace based on Indonesian anthropometry.
Computer simulation and full scale simulation were employed in this study. Field survey was carried on to gather
information regarding to main activities. Equipments and furnitures used in workspace. This study shows that
minimum space area required for staff level I and II is 1.9 m2, for level III and IV is 2.6 m2, for echelon IV is 10.8 m2,
for echelon III is 20.5 m2, and for echelon II is 107.0 m2.
Keywords : anthropometry, ergonomics, government office, minimum area of workspace, simulation
UDC
69.03.2
Pri Prihandono, Aris
s
Study of ecological issues in settlement structuring on the water coastal zone / Aris Prihandono. -Jurnal Permukiman. -- Vol. 7 No. 3 November 2012. -- Page 138-150. -- Bandung : Research Institute for
Human Settlements, 2012.
193 Pages : Ilus.; 30 cm
Abstract
ISSN
: Page 138
: 1907 4352
I. SPATIAL REORGANIZATION
1. Title
The high density of building and sanitation service deficiency were factors disturb coral ecosystem where Bajo
ethnics settlement was situated. Spatial redevelopment, application of technology concerning with building
structure, building material, sanitation based on local potential and community involvement were among solutions
could overcome the problems.
Keywords : ecology, coral reef, spatial reorganization, traditional, local potential
UDC
69.512
Bram Bramantyo
a
Architecture identification of South Nias traditional houses and its transformations / Bramantyo.-Jurnal Permukiman. -- Vol. 7 No. 3 November 2012. - -Page 151-161. -- Bandung : Research Institute for
Human Settlements, 2012.
193 Pages : Ilus.; 30 cm
Abstract
ISSN
: Page 151
: 1907 4352
I. TRADITIONAL ARCHITECTURE
1. Title
This study was conducted to identify the transformation that happened and its impact to the existence of South
Nias traditional houses. The result showed that the existence of the houses was strong enough in traditional
villages, which in general had a good conditions and still occupied. The transformations of its houses generally did
not eliminate the original characteristics of its traditional architecture, but affected the local wisdom related to the
building resistance from earthquake.
Keywords : traditional house, traditional architecture, South Nias, transformation of architecture, building
addition, resistance of earthquake
187
UDC
69.013.3
Suh Suhaeni, Heni
t
The role of inner city residents in the city of Bandung for the low income people / Heni Suhaeni. -- Jurnal
Permukiman. -- Vol. 7 No. 3 November 2012. -- Page 162-169. -- Bandung : Research Institute for Human
Settlements, 2012.
193 Pages : Ilus.; 30 cm
Abstract
ISSN
: Page 162
: 1907 4352
1. Title
In the developing countries, the evident show that many people need to live and work in the inner city residents,
although these inner city residents are slum and crowded. The question is, why do people prefer to reside in the
slum and crowded residence. This paper elaborates the inner city residents and the inhabitants. The results of this
research show that inner city residents have a significant role for the low income people in the provision of
affordable and multi alternatives housing, and also its strategic location as a place for living and working in and
around inner city.
Keywords : the core area, affordability, housing tenure, low income people
UDC
691.11.
Cah Cahyadi, Dany
t
The utilization of fly ash and sawdust for the manufacture of lightweight geoplymer mortar / Dany
Cahyadi, Triastuti, Anita Firmanti, and Bambang Subiyanto . -- Jurnal Permukiman. --Vol. 7 No. 3 November
2012. -- Page 170-175. --Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2012.
193 Pages : Ilus.; 30 cm
Abstract
ISSN
: Page 170
: 1907 4352
1. Triastuti
4. Title
2. Firmanti, Anita
One of the cause of current global warming is carbon dioxide emissions. Cement plants is one of the contributors or
world carbon dioxide emissions. By reducing the use of cement in making concrete can reduce the carbon dioxide
emissions. The purpose of this study was to determine the effect of the addition of fly ash and sawdust to the
physical and mechanical properties of lightweight geopolymer mortar. The results showed that the replacement of
Portland cement with fly ash and the addition of a solution of sodium hydroxide and sodium silicate solution into
the mix can increase the compressive strength athe age of 7 days up to 19.7 Mpa, which compared to the control
mortar compressive strength of 15.3 Mpa. While the addition of sawdust levels apparently decreasing the
compressive strength to 8.1 Mpa.
Keywords : compressive strength, lightweight mortar, geopolymer, fly ash, sawdust
UDC
69.058.4.
Sar Sarbidi
r
Research on rain water subreservoir in green opened space in reducing the inundate rate (flood) /
Sarbidi. -- Jurnal Permukiman. -- Vol. 7 No. 3 November 2012. -- Page 176-184. Bandung : Research Institute
for Human Settlements, 2012.
193 Pages : Ilus.; 30 cm
Abstract
ISSN
: Page 176
: 1907 4352
1. Title
In 2011 had been researched the rain water sub reservoir in urban green opened space (GOS). Research result : 1.
Rain water sub reservoir that is applicated in all of the GOS (30 % of urban area) can reduce the flooded area up to
48 %, 2. Sub reservoir in GOS patented to hold overflow water up to 100 % and flowing excessive water to citys
drainage up to zero percent or zero run-off.
Keywords : green opened space, rain intensity, sub reservoir, reduce flooded water, zero run-off
188
Indeks Subjek
A
Abu terbang = 170, 171, 172.
Antropometri = 126, 127, 128, 132, 137.
Arsitektur tradisional = 151, 152, 153, 154, 155, 156,
157.
E
Ergonomi = 126, 127, 132, 133, 134, 136, 137.
Ekologi = 138, 139, 150.
G
Geopolimer = 170, 171, 172.
I
Intensitas hujan = 176, 178, 179.
K
Kantor pemerintahan = 126, 128, 130, 135.
Kawasan/Area pusat kota = 162, 168.
Keterjangkauan = 162.
Kuat tekan = 170, 172
L
Luasan minimum = 126, 131.
M
Masyarakat berpenghasilan rendah = 162, 163, 164.
Mortar ringan = 170, 171, 173, 174.
N
Nias Selatan = 151, 152, 155.
Penambahan bangunan = 151, 153, 154, 156, 157. 160.
P
Penataan permukiman = 138, 139, 145.
Perubahan arsitektur = 151.
Potensi lokal = 138.
R
Reduksi genangan air = 176.
Resistensi terhadap gempa = 151, 160.
Ruang terbuka hijau = 176, 178, 179.
Rumah tradisional = 151, 152, 153, 154, 156, 157, 159,
160.
S
Serbuk gergaji = 170, 171, 173, 174.
Simulasi = 126, 127, 128, 131, 134, 135.
Status hunian = 162, 166, 168.
Subreservoir = 176, 178, 181, 183, 184.
A
Affordability = 162.
Anthropometry = 126, 127, 128, 132, 137.
B
Building addition = 151, 153, 154, 156, 157. 160.
C
Compressive strength = 170, 172.
Coral reef = 138, 140, 141, 144, 145, 146, 150.
E
Ecology = 138, 139, 150.
Ergonomics = 126, 127, 132, 133, 134, 136, 137.
F
Fly ash = 170, 171, 172.
G
Geopolymer = 170, 171, 172.
Governments office = 126, 128, 130, 135
Green opened space = 176, 178, 179.
H
Housing tenure = 162, 166, 168.
L
Local potential = 138.
Lightweight mortal = 170, 171, 173, 174.
Low income people = 162, 163, 164.
M
Minimum area of workspace = 126, 131.
R
Rain intensity = 176, 178, 179.
Reduce flooded water = 176.
Resistance of earthquake = 151, 160.
S
Sawdust = 170, 171, 173, 174.
Simulation = 126, 127, 128, 131, 134, 135.
South Nias = 151, 152, 155.
Spatial reorganization = 138, 139, 145.
Subreservoir = 176, 178, 181, 183, 184.
T
Terumbu karang = 138, 140, 141, 144, 145, 146, 150.
Tradisional = 138, 146.
T
The core area = 162, 168.
Traditional = 138, 146.
Traditional architecture = 151, 152, 153, 154, 155, 156,
157.
Traditional house = 151, 152, 153, 154, 156, 157, 159,
160.
Transformation of architecture = 151.
Z
Zero runoff = 176, 177, 178, 183.
Z
Zero runoff = 176, 177, 178, 183.
189
Indeks Pengarang
Aan Sugiarto. Analisis pengembangan unit produksi conblock dan paving block berbasis limbah batubara dalam
rangka mendukung pembangunan rumah murah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 5-12.
Aan Sugiarto. Sifat fisis dan mekanis papan semen partikel kayu akasia (Acasia mangium) dan sengon (Paraserienthes
falcataria). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012.
Hal. 95-100.
Anita Firmanti. Analisis pengembangan unit produksi conblock dan paving block berbasis limbah batubara dalam
rangka mendukung pembangunan rumah murah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 5-12.
Anita Firmanti. Pemanfaatan abu terbang dan serbuk gergaji untuk pembuatan mortar ringan geopolimer. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Hal. 170-175.
Anita Firmanti. Sifat fisis dan mekanis bambu laminasi bahan berbentuk pelupuh (zephyr) dengan penambahan
methanol sebagai pengencer perekat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman.
Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 1-4.
Anita Firmanti. Sifat fisis dan mekanis papan semen partikel kayu akasia (Acasia mangium) dan sengon
(Paraserienthes falcataria). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No.
2 Agustus 2012. Hal. 95-100.
Arief Sabaruddin. Faktor-faktor disain rumah susun yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 76-87.
Aris Prihandono. Kajian masalah ekologis dalam penataan permukiman di kawasan pesisir-zona atas air. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Hal. 138-150.
Aryenti. Peningkatan fungsi tempat pengelolaan sampah terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 33-39.
Aryenti. Peran pendamping masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) di Kota Banjar. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 101-109.
Aventi. Analisis pengembangan unit produksi conblock dan paving block berbasis limbah batubara dalam rangka
mendukung pembangunan rumah murah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 5-12.
Bambang Subiyanto. Analisis pengembangan unit produksi conblock dan paving block berbasis limbah batubara
dalam rangka mendukung pembangunan rumah murah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 5-12.
Bambang Subiyanto. Pemanfaatan abu terbang dan serbuk gergaji untuk pembuatan mortar ringan geopolimer.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Hal. 170175.
Bambang Subiyanto. Sifat fisis dan mekanis bambu laminasi bahan berbentuk pelupuh (zephyr) dengan penambahan
methanol sebagai pengencer perekat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman.
Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 1-4.
Bambang Subiyanto. Sifat fisis dan mekanis papan semen partikel kayu akasia (Acasia mangium) dan sengon
(Paraserienthes falcataria). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No.
2 Agustus 2012. Hal. 95-100.
Bambang Sugiharto. Analisis pengembangan unit produksi conblock dan paving block berbasis limbah batubara
dalam rangka mendukung pembangunan rumah murah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 5-12.
Bramantyo. Identifikasi arsitektur rumah tradisional Nias Selatan dan perubahannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Hal. 151-161.
Dany Cahyadi. Pemanfaatan abu terbang dan serbuk gergaji untuk pembuatan mortar ringan geopolimer. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Hal. 170-175.
Dany Cahyadi. Analisis pengembangan unit produksi conblock dan paving block berbasis limbah batubara dalam
rangka mendukung pembangunan rumah murah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 5-12.
Dany Cahyadi. Sifat fisis dan mekanis bambu laminasi bahan berbentuk pelupuh (zephyr) dengan penambahan
methanol sebagai pengencer perekat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman.
Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 1-4.
Dany Cahyadi. Sifat fisis dan mekanis papan semen partikel kayu akasia (Acasia mangium) dan sengon
(Paraserienthes falcataria). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No.
2 Agustus 2012. Hal. 95-100.
Fitrijani Anggraini. Peran komunitas dalam pengelolaan sampah berbasis pola pilah kumpul olah terhadap reduksi
sampah kota. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012.
Hal. 24-32.
Heni Suhaeni. Parameter untuk menyusun stratifikasi penghasilan, studi kasus : Kecamatan Ngampilan Kota
Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012.
Hal. 51-57.
190
Heni Suhaeni. Peran kawasan inner city residents di Kota Bandung bagi kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012.
Hal. 162-169.
I Putu Agus Wira Kasuma. Karakteristik ruang tradisional pada desa adat Penglipuran, Bali. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 40-50.
Iwan Suprijanto. Karakteristik ruang tradisional pada desa adat Penglipuran, Bali. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 40-50.
Machfud. Analisis keberlanjutan kawasan permukiman perkotaan Cisauk di daerah aliran sungai (DAS) Cisadane.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 88-94.
Muhammad Nur Fajri Alfata. Studi ergonomi terhadap rancangan ruang kerja kantor pemerintah berdasarkan
antropometri Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3
November 2012. Hal. 126-137.
Nanang S. Santosa. Analisis keberlanjutan kawasan permukiman perkotaan Cisauk di daerah aliran sungai (DAS)
Cisadane. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012.
Hal.88-94.
Ramalis Sobandi. Analisis keberlanjutan kawasan permukiman perkotaan Cisauk di daerah aliran sungai (DAS)
Cisadane. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012.
Hal. 88-94.
Rani Widyahantari. Studi ergonomi terhadap rancangan ruang kerja kantor pemerintah berdasarkan antropometri
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November
2012. Hal. 126-137.
Ratna Jatnika. Faktor penentu kebutuhan rumah, studi kasus Kota Cirebon. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 110-120.
Rumiati R. Tobing. Faktor-faktor disain rumah susun yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 76-87.
Santun R.P. Sitorus. Analisis keberlanjutan kawasan permukiman perkotaan Cisauk di daerah aliran sungai (DAS)
Cisadane. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012.
Hal. 88-94.
Sarbidi. Kajian subreservoir air hujan pada ruang terbuka hijau dalam mereduksi genangan air (banjir). Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Hal. 176--184.
Silvia F. Herina. Pengaruh kadar kehalusan butir terhadap ketahanan geser tanah pasir vulkanik. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 13-23.
Sri Darwati. Peningkatan fungsi tempat pengelolaan sampah terpadu. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 33-39
Sri Darwati. Peran komunitas dalam pengelolaan sampah berbasis pola pilah kumpul olah terhadap reduksi sampah
kota. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Hal. 2432.
Tri Harso Karyono. Faktor-faktor disain rumah susun yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 76-87.
Wahyu Wuryanti. Keputusan multikriteria dalam menilai konstruksi rumah tinggal terhadap lingkungan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 66-75.
Yulinda Rosa. Faktor penentu kebutuhan rumah, studi kasus Kota Cirebon. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol.7 No. 2 Agustus 2012. Hal. 110-120.
Yuri Hermawan. Studi ergonomi terhadap rancangan ruang kerja kantor pemerintah berdasarkan antropometri
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November
2012. Hal. 126-137.
191
Authors Indexs
Aan Sugiarto. Analysis on the development of production unit of conblock and paving block using waste from burnt
coal to support the supply of low-cost housing. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman.
Vol. 7 No. 1. April 2012. Page 5-12.
Aan Sugiarto. Physical and mechanical properties of acasia (Acasia Mangium) and falcata (Paraserienthes falcataria)
wood cement bonded particle board. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No.
2 August 2012. Page 95-100.
Anita Firmanti. Analysis on the development of production unit of conblock and paving block using waste from burnt
coal to support the supply of low-cost housing. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman.
Vol. 7 No. 1. April 2012. Page 5-12.
Anita Firmanti. Physical and mechanical properties of acasia (Acasia Mangium) and falcata (Paraserienthes
falcataria) wood cement bonded particle board. Research Institute for Human Settlements. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 95-100.
Anita Firmanti. Physical and mechanical properties of zephyr-shaped laminated bamboo with addition of methanol as
adhesives diluents. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012.
Page 1-4.
Anita Firmanti. The utilization of fly ash and sawdust for the manufacture of lightweight geoplymer mortar. Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 170-175.
Arief Sabaruddin. The influence of design factors toward the thermal comfort in flats. Research Institute for Human
Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2. August 2012. Page 76-87.
Aris Prihandono. Study of ecological issues in settlement structuring on the water coastal zone. Research Institute for
Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 138-150.
Aryenti. Improved function place of integrated waste management. Research Institute for Human Settlements. Jurnal
Permukiman.Vol. 7 No.1 April 2012. Page 33-39.
Aryenti. Task field officer in waste management 3R (reduce, reuse, recycle) concept community in Banjar City. Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 101-109.
Aventi. Analysis on the development of production unit of conblock and paving block using waste from burnt coal to
support the supply of low-cost housing. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7
No. 1. April 2012. Page 5-12.
Bambang Subiyanto. Analysis on the development of production unit of conblock and paving block using waste from
burnt coal to support the supply of low-cost housing. Research Institute for Human Settlements. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 1. April 2012. Page 5-12.
Bambang Subiyanto. Physical and mechanical properties of acasia (Acasia Mangium) and falcata (Paraserienthes
falcataria) wood cement bonded particle board. Research Institute for Human Settlements. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 95-100.
Bambang Subiyanto. Physical and mechanical properties of zephyr-shaped laminated bamboo with addition of
methanol as adhesives diluents. : Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1
April 2012. Page 1-4.
Bambang Subiyanto. The utilization of fly ash and sawdust for the manufacture of lightweight geoplymer mortar.
Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 170-175.
Bambang Sugiharto. Analysis on the development of production unit of conblock and paving block using waste from
burnt coal to support the supply of low-cost housing. Research Institute for Human Settlements. Jurnal
Permukiman. Vol. 7 No. 1. April 2012. Page 5-12.
Bramantyo. Architecture identification of South Nias traditional houses and its transformations. Research Institute for
Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 151-161.
Dany Cahyadi. Analysis on the development of production unit of conblock and paving block using waste from burnt
coal to support the supply of low-cost housing. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman.
Vol. 7 No. 1. April 2012. Page 5-12.
Dany Cahyadi. Physical and mechanical properties of acasia (Acasia Mangium) and falcata (Paraserienthes falcataria)
wood cement bonded particle board. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No.
2 August 2012. Page 95-100.
Dany Cahyadi. Physical and mechanical properties of zephyr-shaped laminated bamboo with addition of methanol as
adhesives diluents. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012.
Page 1-4.
Dany Cahyadi. The utilization of fly ash and sawdust for the manufacture of lightweight geoplymer mortar. Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 170-175.
Fitrijani Anggraini. The role of community in solid waste management based on pattern sorting, collecting and
treating to reduce city waste. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April
2012. Page 24-32.
Heni Suhaeni. Parameter for stratified incomes, cased study of Ngampilan Sub District, Yogyakarta City. Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Page 51-57.
Heni Suhaeni. The role of inner city residents in the city of Bandung for the low income people. Research Institute for
Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 162-169.
192
I Putu Agus Wira Kasuma. Characteristic of traditional space in the traditional village of Penglipuran, Bali. Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Page 40-50.
Iwan Suprijanto. Characteristic of traditional space in the traditional village of Penglipuran, Bali. Research Institute
for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Page 40-50.
Machfud. Sustainable analysis of Cisauk urbanized settlement at Cisadane river basin. Research Institute for Human
Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 88-94.
Muhammad Nur Fajri Alfata. Ergonomics study of design of government offices workspace based on Indonesian
Anthropometry. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012.
Page 126-137.
Nanang S. Santosa. Sustainable analysis of Cisauk urbanized settlement at Cisadane river basin. Research Institute for
Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 88-94.
Ramalis Sobandi. Sustainable analysis of Cisauk urbanized settlement at Cisadane river basin. Research Institute for
Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 88-94.
Rani Widyahantari. Ergonomics study of design of government offices workspace based on Indonesian anthropometry.
Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 126-137.
Ratna Jatnika. Determinants of housing needs, case study of Cirebon city. Research Institute for Human Settlements.
Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 110-120.
Rumiati R. Tobing. The influence of design factors toward the thermal comfort in flats. Research Institute for Human
Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 76-87.
Santun R. P. Sitorus. Sustainable analysis of Cisauk urbanized settlement at Cisadane river basin. Research Institute for
Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 88-94.
Sarbidi. Research on rain water subreservoir in green opened space in reducing the inundate rate (flood). Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 185-188.
Silvia F. Herina. Effect of fine soils content of the volcanic sand shear resistance. Research Institute for Human
Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Page 13-23.
Sri Darwati. Improved function place of integrated waste management. Research Institute for Human Settlements.
Jurnal Permukiman.Vol. 7 No. 1 April 2012. Page 33-39.
Sri Darwati. The role of community in solid waste management based on pattern sorting, collecting and treating to
reduce city waste. Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 1 April 2012. Page
24-32.
Tri Harso Karyono. The influence of design factors toward the thermal comfort in flats. Research Institute for Human
Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2. August 2012. Page 76-87.
Triastuti. The utilization of fly ash and sawdust for the manufacture of lightweight geoplymer mortar. Research
Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 170-175.
Wahyu Wuryanti. Multicriteria decision in assess the house construction to environment. Research Institute for Human
Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 66-75.
Yulinda Rosa. Determinants of housing needs, case study of Cirebon City. Research Institute for Human Settlements.
Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 2 August 2012. Page 110-120.
Yuri Hermawan. Ergonomics study of design of government offices workspace based on Indonesian anthropometry.
Research Institute for Human Settlements. Jurnal Permukiman. Vol. 7 No. 3 November 2012. Page 126-137.
193