yurisdiksinya
terancam
karena
adanya
B. PERMASALAHAN HUKUM
1. Apakah Italia telah melanggar kewajibannya untuk menghormati kekebalan
yurisdiksi German dengan menerima gugatan dari warga negara Italia terhadap
German, menyita asset-aset German di wilayah Italia dan menerima gugatan warga
negara Yunani terhadap German di pengadilan negeri Italia?
2. Apakah pelanggaran HAM berat sebagai pelanggaran jus cogens oleh Jerman
terhadap warga negara Italia dapat mengesampingkan imunitas Jerman di pengadilan
negeri Italia?
C. PUTUSAN
1. Mahkamah memutus bahwa Italia melanggar imunitas jurisdikdi Jerman
dengan menerima gugatan warga negara Italia terhadap Jerman, menyita assetaset Jerman di wilayah Italia dan dengan menerima gugatan warga negara
Yaniani terhadap Jerman di Pengadilan Negeri Italia
2. Mahkamah memutus bahwa pelanggaran HAM berat yang termasuk sebagai
pelanggaran jus cogens tidak bertentangan dengan prinsip imunitas negara
sehingga jus cogens tidak dapat mengesampingkan imunitas jerman.
D. DASAR PERTIMBANGAN ICJ
1. Prinsip imunitas ini lahir dari sifat negara yang berdaulat dan juga wilayah
yurisdiksi yang dimiliki negara. Dalam hukum internasional, imunitas negara
merupakan prinsip yang menerapkan bahwa suatu negara dapat bebas dari
tuntutan negara lain. Ini dikarenakan bahwa setiap negara yang berdaulat
memiliki tingkatan yang sederajat.Dan prinsip ini merupakan ketentuan
procedural (ketentuan procedural berisikan prinsip-prinsip yang diterapkan
pada proses proseudral suatu sengketa, seperti terhadap permasalah
kewenangan pengadilan, admissibility of the case), sehingga prinsip ini tidak
diukur dari tanggal jaman Jerman Reich, melainkan mulai dari permasalahan
imunitas ini mulai, yaitu ketika adanya gugatan warga negara Italia terhadap
Jerman di pengadilan Italia.
2. Dalam penerapan prinsip imunitas negara ini, harus diperhatikan sifat dasar
atas tindakan pelakunya. Tindakan ini dibagi menjadi dua, yaitu acta iuri
imperii dan acta iuri gestionis. Acta jure imperii adalah tindakan yang
dilakukan oleh negara dan yang termasuk sebagai tindakan yang tidak dapat
dituntut oleh negara lain atau dilindungi oleh imunitas negara. Sedangkan acta
jure gestionis adalah tindakan komersil atau tindakan yang bukan dilakukan
oleh negara dan tidak dapat dilindungi oleh imunitas negara. Tindakan Jerman
dalam zaman Jerman Reich ini dikategorikan sebagai acta jure imperii, dimana
tentang prinsip ini. Namun, didalam keputusan yang dibuat oleh Pengadilan
Tinggi Spesial Yunani mengatakan bahwa territorial tort principle tidak
berlaku apabila kejahatan tersebut dilakukan oleh pasukan militer dalam
keadaan perang. Selanjutnya, Mahkamah mengamati bahwa prinsip yang
mengatakan tempat terjadinya kejahatan (territorial tort principle) tidak
mengenyampingkan kekebalan negara adalah suatu kebiasaan internasional
yang didukung adanya state practices dan juga opinio juris.
11. Didalam argumen kedua Italia, Italia menyampaikan 3 alasan yang dapat
mengenyampingkan kelebalan negara yang dimiliki oleh German. Pertama,
Italia berpendapat bahwa kejahatan yang dilakukan pasukan militer Jerman
merupakan pelanggaran berat terhadap kemanusiaan. Kedua, bahwa tindakan
Jerman merupakan pelanggaran terhadap norma Jus Cogens. Ketiga, Italia
berpendapat bahwa Jerman telah menolak segala bentuk pertanggungjawaban
terhadap para korban, sehingga melalui pengadilan Italia merupakan hal
terkahir yang dapat ditempuh (last resort).
12. Mahkamah tidak menyangkal bahwa tindakan yang dilakukan oleh pasukan
militer jerman merupakan sebuah pelanggaran berat terhadap kemanusiaan
dan juga merupakan pelanggaran terhadap norma Jus Cogens. Jus Cogens atau
peremptory norms terdapat dalam pasal 53 Viena Convention on the Law of
Treties, yang menyebutkan bahwa Jus cogens merupakan norma yang di
dikenal oleh komunitas negara internasional secara keseluruhan yang tidak
boleh ada pengurana pada sifatnya dan hanya dapat diubah oleh norma yang
memiliki karakter yang sama. Norma ini pun berkedudukan sebagai norma
tertinggi dalam hokum internasional. Contoh daripada Jus Cognes adalah
pelarangan atas penggunaan kekerasan, genosida, perbudakaan, pelanggaran
berat hak asasi manusia atas pengakuan diri dan diskriminasi ras.
13. Namun, mahkamah berpendapat bahwa permasalahan imunitas negara
merupakan masalah prosedural yang berkaitan dengan apa pengadilan dalam
negeri sebuah negara mempunyai wewenang untuk mengadilli negara lain
yang memiliki kekebalan negara. Oleh karena itu sebelum pengadilan dalam
negeri mengadili sebuah kasus, terlebih dahulu harus dilihat apakah
pengadilan tersebut mempunyai wewenang, sebelum masuk ke permasalahan
yang dibawa oleh para pihak.Mahkamah menganalisis bahwa argument yang
dibawa Italia ini tidak didukung oleh keputusan pengadilan lainnya, dan hanya
didukung oleh kasus Distomo dan Pinochet yang tidak relevan untuk
diaplikasikan disini.
14. Sehingga Mahkamah memutuskan selain bahwa argumen Italia ini kurang
didukung oleh legal basis yang baik, argumen bahwa norma jus cogens
mampu mengenyampingkan imunitas negara ketika berbenturan adalah tidak
relevan. Dikarenakan, tidak ada benturan antara norma jus cogens dan
imunitas negara. Karena norma jus cogens merupakan substantive rules
sedangkan imunitas negara merupakan prosedural rules yang tidak saling
berbenturan. Sehingga immunitas suatu negara tidak hilang walaupun telah
dilakukan pelanggaran jus cogens.
15. Pengadilan Negeri Italia tetap menolak adanya imunitas Jerman sehingga tetap
mengadilinya, hal ini dikarenakan bahwa kompensasi yang dijanjikan Jerman
ternyata tidak dipenuhi. Jerman ternyata tidak memberikan pemulihan atau
kompensasi terhadap para tawanan militer Italia, karena menurut Jerman para
militer tersebut adalah tawanan perang pada saat itu sehingga tidak perlu
diberikan kompensasi. Hal ini sangat disayangkan oleh Mahkamah karena
tawanan tersebut ternyata juga korban yang harus diberikan kompensasi.
16. Menurut Mahkamah, walaupun terdapat perbedaan imunitas di beberapa kasus
yang masuk ke ICJ, tetapi dalam konteks kasus ini tetaplah imunitas jurisdiksi
suatu negara tidak boleh dikesampingkan dengan alasan apapun. Dengan ini
Mahkamah menolak argument Italia yang menyatakan bahwa dalam hal ini
imunitas dari negara Jerman dapat dikesampingkan.
17. Pada tanggal 7 juni 2007, Yunani sebagai penuntut atas penyitaan property
Jerman yang ada di sekitar Danau Como.Jerman berpendapat bahwa penyitaan
terhadap property milik Jerman merupakan sebuah pembatasan terhadap
imunitas jurisdiksi negara jerman. Tetapi tuntutan atas masalah tersebut
ditunda untuk menunggu proses beracara yang sedang berlangsung di
mahkamah pada saat itu.Menurut mahkamah, perampasan yang dilakukan
terhadap properti Jerman yang ada diluar wilayah Jerman merupakan suatu
pertentangan terhadap hukum internasional. Penindakan sepihak yang
dilakukan oleh Italia terbukti tidak legal.
18. Berkenaan dengan kompensasi/penggantian uang yang yang dijanjikan oleh
Jerman apabila belum dibayarkan, tidak dibenarkan apabila secara sepihak
Dengan
ini
Jerman
menuntut
bahwa
didalam
negara
tidak ada bentrokan atas prinsip imunitas negara dengan jus cogens karena
sifat dasar dari kedua prinsip tersebut berbeda.
E. ANALISA
Pada dasarnya, setiap negara yang berdaulat mempunyai kedudukan
yang sama, yaitu yang disebut sebagai sovereign equality of States. 1Pada kasus
Jerman v Italia, kelompok kami tidak setuju dengan keputusan Mahkamah
Internasional yang tetap memberikan imunitas kepada negara Jerman dimana Jerman
telah melakukan pelanggaran berat terhadap kemanusiaan dan juga pelanggaran
terhadap Jus Cogens norms. Tindakan Jerman dalam zaman Jerman Reich yaitu
pembunuhan dan kerja paksa (kejahatan humaniter) merupakan pelanggaran dari
norma jus cogens.
Seperti yang telah tercantum dalam artikel 53 Vienna Convention on the Law
of Treaties (VCLT) bahwa norma jus cogens merupakan norma tertinggi dalam
hokum internasional dan tidak dapat di kesampingkan oleh hukum dibawahnya. 2
Dalam Advisory Opinion pada kasus Lagality of Nuclear Weapons dimana
Mahkamah Internasional tidak perlu lagi bertanya apakah pelanggaran terhadap
kejahatan humaniter merupakan pelanggaran jus cogens karena telah jelas bahwa
pelanggaran tersebut adalah kejahatan yang tidak dapat diganggu gugat.3
Dilain pihak, Imunitas negara merupakan kekebalan negara untuk diadili oleh
negara lain di pengadilan negerinya. Imunitas ini adalah sebuah kebiasaan
internasional yang telah diterapkan oleh banyak negara. Prinsip ini lahir karena pada
dasarnya semua negara bersifat independen dan sama rata, sehingga negara-negara ini
tidak dapat memberlakukan jurisdiksinya terhadap negara lain. 4Keadaan ini juga
sesuai dengan prinsip par in parem non habet imperium, yaitu suatu negara yang
berdaulat tidak memiliki kewenangan terhadap negara lain.5
Namun pada kenyataannya dalam kasus ini, prinsip imunitas negara mampu
mengenyampingkan norma jus cogens itu sendiri. Sehingga terjadi perbedaan antara
teori jus cogens sebagai norma tertinggi dan dalam kenyataannya.
Tetapi, Seperti telah dijelaskan oleh Professor Alexander Orekelashvili, bahwa
norma jus cogens merupakan prinsip paling tinggi dalam hokum internasional dan
harus dlihat secara keseluruhan. Walaupun ada ketentuan imunitas dari negara, tetapi
tindakan negara itu harus diteliti lebih dahulu apakah harus di utamakan atau tidak,
seperti halnya prinsip jus cogens sebagai prisnip paling tinggi di hokum
internasional.6Seperti halnya teori ini telah diterapkan oleh pengadilan negeri Italia.
Dalam halnya hakim Cancado Trindade menganalisa dari kasus seperti kasus AlAdsani (2001) dan Kalageropoulou and Others (2002), yang pada kedua kasus
tersebut terdapat pelanggaran jus cogens dan permasalahan mengenai prinsip imunitas
negara. Walaupun European Court of Human Rights dalam putusannya di Al-Adzani
menyatakan bahwa dengan pelanggaran jus cogens, suatu negara tidak lagi
mendapatkan kekebalan dari tuntutan oleh negara lain dimana kejadian tersebut
dilakukan,7 tetapi opini menentang dari hakim-hakim ECHR mengatakan bahwa
ketika ada pelanggaran jus cogens, tentunya akan ada pertenangan dengan prinsip lain
yang ada dibawahnya. Dan dalam kasus Kalageropoulou and Others, ECHR
mengatakan bahwa prinsip imunitas ini sebagai prinsip dalam kebiasaan internasional
dapat saja dikesambingan dengan bertumbuhnya zaman.8
Harus juga diperhatikan pernyataan dari tindakan iure imperii dan iure gestionis
dalam tindakan Jerman ini.Dalam kasus ini tindakan Jerman dalam zaman Jerman
Reich memang telah terbukti suatu tindakan negara yang disebut dengan acta jure
imperii yang dilindungi oleh imunitas negara. Tetapi, dengan tindakan negara tersebut
yang merupakan pelanggaran jus cogens, tidak perlu lagi melihat tindakannya lagi
dikarenakan pelanggaran jus cogens ini harus diutamakan.
Selanjutnya
kelompok
kami
setuju
dengan
pernyataan
Mahkamah
Internasional dimana imunitas sebuah negara merupakan prosedural rules yang hanya
membicarakan apakah pengadilan negeri sebuah negara mempunyai wewenang untuk
mengadili negara lain.9 Sedangkan, norma jus cogens merupakan substantive rules
yang membicarakan salah atau benarnya suatu tindakan yang dilakukan oleh negara
6 A. Orekelashvili, Peremptory Norm in International Law, OUP Oxford, 2008.
7Al-Adsani v The United Kingdom, European Court of Human Rights, 2001.
8Kalageropoulou and Others v Greece and Germany, European Court of Human
Rights, 2002.
didalam hukum internasional.10Tetapi tetap saja kalau tidak melihat dari sifat dasar jus
cogens sebagai norma tertinggi. Apabila ketentuan procedural mengalahkan norma jus
cogens, kejadian tersebut tidak akan konsisten dengan tujuan dari jus cogens itu
sendiri sebagai norma tertinggi yang tidak dapat diganggu gugat, dan juga akan
menimbulkan
impunitas
(kebebasan
dari
hukum),
menyulitkan
hak
untuk
9 S. Talmon, Jus Cogens after Germany v. Italy: Substantive and Procedural Rules
Distinguished, Leiden Journal of Intenational Lae, December 2012, hal 981-982.
10 Ibid.