Pertamina Sekarang
Pertamina Sekarang
Berikut 13 poin
yang dimaksud:
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 sejatinya adalah tuntutan reformasi untuk tata kelola yang
baik, transparansi dan antikorupsi. UU Migas bertujuan untuk memperbaiki kondisi sektor hulu
dan hilir migas yang dulu monopolistik, oligarki, lemah pengawasan dan rawan Korupsi, Kolusi
serta Nepotisme (KKN).
Sejak diberlakukannya UU Migas, tata kelola di sektor hulu migas menjadi membaik yaitu
Pertamina tidak lagi menjadi pengawas sekaligus pemain di industri hulu migas. Hal tersebut
mendorong Pertamina menjadi lebih fokus dalam mengembangkan bisnisnya.
Dampak di sektor hulu migas sangat terlihat dari tingkat produksi Pertamina sebelum UU Migas
No. 22 Tahun 2001 yang hanya 70 ribu barel per hari (bph), namun setelah diberlakukan UU
Migas 22 Tahun 2001 produksi Pertamina naik menjadi 130 ribu bph.
Di sektor hilir juga sangat terlihat perbedaan mencolok sebelum dan sesudah diberlakukannya
UU Migas No. 22 Tahun 2001 di mana sebelum diberlakukan UU Migas pelayanan SPBU
Pertamina sangat buruk. Namun, kini setelah UU Migas No. 22 Tahun 2001 diberlakukan
pelayanan SPBU Pertamina sangat jauh lebih baik sehingga konsumen saat ini lebih diuntungkan
dengan adanya UU Migas 22 Tahun 2001.
2. Pernyataan banyak pihak sejak berlakunya UU Migas No. 22 Tahun 2001 penemuan cadangan
migas baru menurun dan produksi minyak nasional juga turun adalah TIDAK BENAR.
Berdasarkan fakta historikal sejarah atau data yang ada, produksi minyak bumi nasional menurun
sejak 1996 saat kendali industri hulu migas masih dipegang Pertamina atau sebelum UU Migas
diberlakukan, dengan rata-rata laju penurunan produksi mencapai 12 persen per tahun.
3. Setelah UU Migas diberlakukan dan berdirinya BP Migas, laju penurunan produksi minyak
bumi dapat ditekan menjadi hanya 3 persen per tahun, sementara produksi gas dapat ditingkatkan
produksinya. Upaya BP Migas ini berhasil mempertahankan tingkat produksi minyak dan gas
bumi nasional dalam periode 2001 sampai 2011, yang berada di kisaran 2,25 juta barel atau
setara minyak per hari hingga 2,63 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
4. Tingkat penemuan cadangan baru (Reserve Replacement Ratio) juga mengalami kenaikan dari
41 persen pada 2010 menjadi 61 persen pada 2011 sehingga perkiraan cadangan terbukti pada
2012 yang mencapai 3,9 miliar barel minyak dan cadangan gas sebesar 104,49 triliun kaki kubik.
5. Pernyataan banyak pihak mengenai kinerja sektor migas secara nasional mengalami
kemunduran sejak berlakunya UU Migas No. 22 Tahun 2001 juga TIDAK BENAR. Berdasarkan
fakta sejarah atau data yang ada juga menunjukkan sejak kendali industri hulu migas dipegang
BP Migas, target Penerimaan Negara dari sektor hulu migas selalu terlampaui dengan rata-rata
rasio penerimaan Pemerintah selalu di atas 55 persen dari gross revenue.
Pada tahun lalu misalnya, target penerimaan negara ditetapkan sebesar 32,4 miliar dolar AS dan
berhasil dicapai 35,7 miliar dolar AS. Sementara tahun ini target penerimaan negara ditetapkan
sebesar 33,48 miliar dolar AS dan diperkirakan akan tercapai sebesar 34,46 miliar dolar AS.
6. Pernyataan banyak pihak yang mengatakan minat perusahaan atau investor migas yang punya
reputasi berkurang dalam kegiatan eksplorasi di Indonesia juga TIDAK BENAR. Berdasarkan
fakta sejarah atau data yang ada menunjukkan tren tingkat investasi sektor hulu migas termasuk
untuk eksplorasi sejak berlakunya UU Migas No. 22 Tahun 2001 terus mengalami kenaikan.
Dalam tiga tahun terakhir sangat nampak tren peningkatan investasi yang cukup tinggi, yaitu
total investasi sektor migas pada 2010 tercatat 11 miliar dolar AS. Pada 2011 naik menjadi 14
miliar dolar AS dan pada 2012 diproyeksikan akan naik lagi menjadi 15 miliar dolar AS.
Sementara khusus investasi untuk eksplorasi angkanya selalu meningkat dari 2007 sebesar 474
juta dolar AS menjadi 1 miliar dolar AS (prognosa) pada 2012.
7. Sejak berlakunya UU Migas No. 22 Tahun 2001 dan terbentuknya BP Migas, porsi gas untuk
kebutuhan domestik mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mengalami kenaikan lebih
dari 250 persen dalam delapan tahun yaitu dari hanya 1.480 BBTUD pada 2003 melonjak
menjadi 3.497 BBTUD.
Sebelum berlakunya UU Migas No. 22 Tahun 2001 atau saat kendali industri hulu migas masih
dipegang Pertamina, porsi alokasi gas nasional lebih banyak untuk ekspor.
8. Dengan meningkatnya pasokan gas untuk domestik sementara harga jual gas di domestik tidak
mengikuti harga jual gas internasional, maka saat ini industri hulu migas sebenarnya telah
mensubsidi harga gas untuk domestik sekitar Rp 45 triliun per tahun.
Kebijakan harga gas domestik yang 'disubsidi' itu ditetapkan untuk meningkatkan daya saing
industri nasional dan diharapkan dapat memberikan multiplier efek yang lebih luas sejalan
dengan kebijakan pemerintah yang pro growth, pro poor, pro job.
9. Sejak kendali industri hulu migas dipegang BP Migas, nilai komitmen pengadaan dan TKDN
terus mengalami tren kenaikan. Pada tahun ini saja, nilai komitmen pengadaan dan TKDN telah
mencapai 61 persen terdiri dari nilai TKDN barang (cost basis) sebesar 1,02 miliar dolar AS
(TKDN 35,55 persen) dan nilai TKDN Jasa (cost basis) sebesar 4,41 miliar dolar AS.
10. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perminyakan Indonesia, mulai 2009, BP Migas
mewajibkan industri hulu migas menggunakan perbankan nasional sebagai komitmen terhadap
peningkatan kapasitas nasional. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
perminyakan di Indonesia.
Langkah ini juga merupakan komitmen BP Migas dalam membantu mengatasi krisis perbankan
yang menerpa Indonesia pada 2009 di mana perbankan mengalami kekeringan likuiditas. Dengan
masuknya aliran dana segar dari industri hulu migas maka krisis perbankan pada 2009 yang
disebabkan kekeringan likuiditas dapat tertolong. Total nilai transaksi pembayaran pengadaan
melalui bank BUMN dan BUMD sejak April 2009 hingga Agustus 2012 telah mencapai 20,01
miliar dolar AS.
11. Pada 2009, BP Migas juga mewajibkan perusahaan kontraktor kontrak kerja sama
menyimpan dana ASR (Abandonment and Site Restoration) di bank BUMN. Jumlah dana ASR
per 30 September 2012 di Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara
Indonesia (BNI) telah mencapai 278 juta dolar AS.
12. Disamping itu, retensi yang diberikan Pemerintah kepada BP Migas, dengan jumlah
karyawan mencapai 800 orang, untuk mengelola Industri Hulu Migas yang saat ini berjumlah
lebih dari 300 wilayah kerja hanya sebesar satu persen dari gross revenue hulu migas. Sementara
dahulu Pertamina mendapatkan retensi sebesar tiga persen dari gross revenue hulu migas saat
memiliki kewenangan mengelola industri ini, padahal jumlah pegawai di BKKA Pertamina
hanya sekitar 50 orang.
13. Dalam hal keterlibatan dan peningkatan peran daerah, sejak diberlakukannya UU Migas No.
22 Tahun 2001, BUMD mendapatkan hak participating interest di blok migas serta mendapatkan
dana bagi hasil. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, di mana pengelolaan sektor hulu migas
berdasarkan UU No. 8/1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
bersifat sangat sentralistik dan tidak memberikan tempat bagi daerah untuk mengambil peran
dalam pengelolaan industri hulu migas.
520.390 boepd (barrel oil equivalent per day) selama semester I 2014 atau naik sekitar 14%
Analisis pribadi
Dampak positif pemecahan kekuasaan pertamina.
1. Lebih terfokuskan ke urusan bisnis
Bisnis pertamina, berdasarkan data yang diperoleh diatas, semakin tahun semakin
membaik. Hal ini juga dibuktikan dengan perubahan visi pertamina
Visi
Misi
: Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
Pertamina sendiri telah mulai melakukan ekspansi ke luar negeri sejak Januari 2002
melalui kontrak kerjasama pada Blok 10 dan 11.1 Vietnam dengan pola kerjasama yang
diawali dengan government to government. Selanjutnya diikuti dengan Blok SK-305 di
Malaysia pada Juni 2003 serta Blok 3 Western Desert Irak, Blok 13 Read Sea, Sudan,
Blok 123-3 Sirte Onshore, Blok 17-3 Sabratah Offshore dan Blok 3 Offshore Qatar.
Dengan tetap focus dalam pengembangan potensi migas di dalam negeri, Pertamina
akan terus berupaya melakukan ekspansi ke aset-aset luar negeri dengan sedikitnya dua
misi, yaitu mencari sumber-sumber migas di luar negeri untuk pasokan energy di
Indonesia, sekaligus memperluas peluang kerjasama dengan IOC dan NOC sehingga
bisnis hulu Pertamina semakin kuat di masa mendatang.
Hal ini tentunya dilakukan untuk mendukung pencapaian target produksi 2,2 juta boepd
pada 2025 dengan target kontribusi mencapai 600.000 boped.
Sumber-Website resmi pertamina
Secara tidak langsung, UU no 22 tahun 2001 telah membawa dampak pisikologis untuk
pertamina agar mempercepat pertumbuhan perusahaan.
2. Adanya SPBU pasti pas sebagai bentuk pelayanan terbaik kepada konsumen
Dampak di sektor hulu migas sangat terlihat dari tingkat produksi Pertamina sebelum
UU Migas No. 22 Tahun 2001 yang hanya 70 ribu barel per hari (bph), namun setelah
diberlakukan UU Migas 22 Tahun 2001 produksi Pertamina naik menjadi 130 ribu bph.
Di sektor hilir juga sangat terlihat perbedaan mencolok sebelum dan sesudah
diberlakukannya UU Migas No. 22 Tahun 2001 di mana sebelum diberlakukan UU
Migas pelayanan SPBU Pertamina sangat buruk. Namun, kini setelah UU Migas No. 22
Tahun 2001 diberlakukan pelayanan SPBU Pertamina sangat jauh lebih baik sehingga
konsumen saat ini lebih diuntungkan dengan adanya UU Migas 22 Tahun 2001.
Dikutip dari pernyataan BP migas di laman facebooknya
Menandakan pertamina cukup serius dalam berkompetisi dan mengelola sector downstream .
Dampak negative
1. Birokrasi perizinan untuk Wilayah Kontrak kerjasama semakin panjang