Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari


mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang
perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak
ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi
setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan
membuat serum rabies (Hardianty, 2011).
Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada
bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain:
biokimia. Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan
tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang
farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga
astrobiologi dan arkeologi (Hardianty, 2011).
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel
tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak
terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun
tidak bersifat seluler.

Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut

mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiologi.


Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga

renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula
dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya
(Munir, 2006).
Kebanyakan

orang

beranggapan

bahwa

yang

dapat

dianggap

mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan


dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu
memperbanyak diri secara mitosis. Mikroorganisme berbeda dengan sel
mikrooganisme. Sel makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan
menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan
sistem organ. Sementara itu, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan
proses kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan
bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain (Munir, 2006).
Untuk mengetahui banyaknya mikroba misalnya bakteri pada suatu
sample sangat tidak mungkin bila kita tidak menggunakan metode penghitungan.
Dalam dunia mikrobiologi, mikroba seperti bakteri dapat diperkirakan jumlahnya
dengan suatu metode penghitungan. Terdapat dua metode penghitungan bakteri
yaitu metode hitungan mikroskopis langsung (direct microscopis count) dan
metode hitungan tak langsung (indirect count) dengan hitungan cawan, baik
dengan metode penyebaran maupun metode penuangan. Dalam aplikasinya
pengetahuan mengenai jumlah bakteri penting untuk mengetahui kualitas bahan
atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut.
Penghitungan bakteri secara langsung memiliki banyak kelemahan yaitu tidak
dapat membedakan sel mati dan sel hidup, selain itu penghitungannya rumit
karena sel bakteri sangat kecil dan berjumlah banyak. Oleh karena itu dalam
praktikum ini dikaji cara penghiungan bakteri dengan metode penghitungan tak
langsung (Hardianty, 2011).
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari berbagai campuran nutrisi
yang dipakai untuk menumbuhkan mikrobia, selain untuk menumbuhkan berbagai
jenis mikrobia. Medium tersebut juga dapat digunakan untuk mengisolasi,

memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikrobia.


Medium digunakan untuk menumbuhkan mikrobia jenis tertentu, sehingga dapat
mengamatinya

secara

langsung.

Macam

medium

yang

tersedia

dapat

dikelompokkan dalam berbagai cara, yaitu tipe media dapat berupa media
kimiawi yang tidak dipergunakan untuk kultivasi rutin bakteri, melainkan
substansi-substansi tertentu seperti pepton, ekstrak daging dan kadang-kadang
ekstrak khamir yang dilarutkan dengan air dengan jumlah bermacam-macam.
Sehingga media menunjang pertumbuhan berbagai ragam bakteri dan berbagai
jenis mikroorganisme yang lain (Munir, 2006).
Medium atau media agar adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi yang banyak dipakai untuk isolasi, memperbanyak, pengujian, sifat-sifat
fisiologi dan juga untuk perhitungan mikroba. Medium dapat dibedakan menjadi
tiga macam, berdasarkan susunan kimia yaitu medium organik, medium
anorganik, medium sintetik dan medium nonsintetik. Berdasarkan fungsinya yaitu
medium diperkaya, medium spesifik, medium diferensiasi, medium penghitung
dan medium penguji (Suriawiria, 2005).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum uji mikrobiologi ikan ini adalah agar mahasiswa
mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap pertumbuhan mikroba pada
bahan pangan seperti ikan air laut dan ikan air tawar.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Ikan sarden
Sistematika ikan sarden Sistematika ikan sarden (Sardinella lemuru)
menurut Effendie (2002), adalah sebagai berikut :
kingdom

: Animalia

phylum

: Chordata

class

: Pisces

sub class

: Teleostei

ordo

: Malacopterygixi

family

: Clupeidal

genus

: Sardinella

species

: Sardinella lemuru
Ikan sarden memiliki warna tubuh yang unik yakni tubuhnya berwarna

biru kehijauan pada bagian atasnya, putih perak pada bagian bawahnya. Ikan ini
terdapat 10 totol- totol gelap pada bagian atas badan, totol-totol ini tidak nyata
lagi setelah lama mati. Bentuk badan memanjang dan perut agak bulat. Awal sirip
punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat ke arah moncong
daripada kesirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, serta sirip
duburnya 18-20 (Effendie, 2002).
B. Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan
Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai
produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan karena pengaruh selektif

yang terjadi terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan,
sehingga satu atau beberapa jenis mikroorganisme menjadi dominan daripada
lainnya dan merupakan mikroorganisme yang spesifik pada produk perikanan
tertentu. Mikroorganisme yang terdapat pada produk perikanan dapat berasal dari
berbagai sumber seperti tanah, air permukaan, debu, saluran pencernaan manusia
dan hewan, saluran pernafasan manusia dan hewan, dan lingkungan tempat
pemeliharaan/ budidaya, persiapan, penyimpanan atau pengolahan. Beberapa
parameter yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada produk
perikanan menentukan apakah suatu mikroorganisme dapat tetap dorman, mati,
atau hidup subur sehingga menjadi dominan pada produk perikanan tersebut
(Tampubolon, 2008).
Menurut Tampubolon (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan dapat dibedakan atas empat
faktor utama, yaitu faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, factor pengolahan, dan
faktor implisit.
1. Faktor Intrinsik
Sifat-sifat fisik, kimia dan struktur produk perikanan yang mempengaruhi
populasi maupun keanekaragaman dan pertumbuhan mikroorganisme disebut
faktor intrinsik. Faktor-faktor tersebut terdiri dari: pH, aktifitas air (aw), potensi
oksidasi-reduksi (EM), kandungan nutrisi, senyawa antimikroba, dan struktur
biologi (Tampubolon, 2008).
a. Nilai PH
Kebanyakan mikroorganisme tumbuh baik pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5),
dan hanya beberapa yang dapat tumbuh di bawah pH 4.0. Bakteri mempunyai
kisaran pH pertumbuhan yang lebih sempit dibandingkan dengan kapang dan
khamir. Sebagai contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di
bawah 4.0 dan di atas 8.0, sedangkan kapang mempunyai kisaran pH
pertumbuhan 1.5-2.0 sampai 11.0, dan khamir mempunyai kisaran pH
pertumbuhan 1.5 sampai 8.0-8.5. Oleh karena itu produk perikanan yang
mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit jenis
mikroorganisme yang dapat tumbuh (Tampubolon, 2008).

Nilai pH atau keasaman produk perikanan dipengaruhi oleh asam yang


terdapat pada produk perikanan tersebut. Asam di dalam produk perikanan
mungkin terbentuk selama fermentasi, misalnya pada kecap ikan, dan sebagainya.
Nilai pH minimum untuk pertumbuhan mikroorganisme kadang-kadang
dipengaruhi oleh jenis asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut.
Sebagai contoh, beberapa bakteri Laktobasili dapat tumbuh pada pH yang lebih
rendah jika asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam sitrat,
HCl (asam asetat), asam fosforat atau asam tartarat, dibandingkan jika asam yang
terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam asetat atau asam
laktat(Tampubolon, 2008).
b. Aktifitas Air (aw)
Nilai aw kebanyakan produk perikanan segar adalah di atas 0.99.
Kebanyakan bakteri, pembusuk tidak dapat tumbuh pada aw di bawah 0.91,
sedangkan kebanyakan khamir pembusuk tidak dapat tumbuh pada aw di bawah
0.88, dan kebanyakan kapang pembusuk tidak dapat tumbuh pada aw di bawah
0.80. Bakteri pathogen yang dapat tumbuh pada aw relatif rendah adalah
Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh sampai aw 0.86, sedangkan
Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh pada aw di bawah 0.95. Bakteri yang
dapat tumbuh pada aw paling rendah adalah bakteri halofilik, yaitu sampai aw
0.75, sedangkan kapang xerofilik dapat tumbuh sampai aw 0.65, dan khamir
osmofilik dapat tumbuh sampai aw 0.60 (Tampubolon, 2008).
c. Potensi Oksidasi-Reduksi (O/R, Eh)
Mikroorganisme berbeda dalam sensitivitasnya terhadap potensi oksidasi
reduksi dari medium pertumbuhannya. Potensi O/R dari substrat menunjukkan
kemampuan substrat untuk melepaskan electron (teroksidasi) atau menerima
electron (tereduksi). Potensi O/W suatu sistem diberi simbol Eh. Mikroorganisme
aerobic memerlukan nilai, Eh positif (teroksidasi), sedangkan mikroorganisme
anaerobic memerlukan nilai Eh negatif (tereduksi). Komponen-komponen yang
menyebabkan kondisi, tereduksi (keadaan anaerobik) pada produk perikanan
terutama adalah grup sulfhidril (-SH) di dalam daging ikan. Selain itu tekanan
oksigen di atmosfer yang terdapat di sekitar produk perikanan juga mempengaruhi

potensi O/R (Tampubolon, 2008).


Beberapa bakteri aerobik tumbuh lebih baik pada kondisi tereduksi, dan
bakteri semacam ini disebut bakteri mikroaerofilik. Beberapa contoh bakteri
mikroaerofilik

misalnya

Laktobasili

dan

Streptokoki.

Beberapa

bakteri

mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada keadaan aerobik maupun anaerobik


dan disebut anaerob fakultatif. Kebanyakan kapang dan khamir yang tumbuh pada
produk perikanan bersifat aerobik, dan hanya beberapa yang bersifat anaerobik
fakultatif (Tampubolon, 2008).
d. Kandungan Nutrisi
Untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, mikroorganisme
membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut: air, sumber energi, sumber
nitrogen, vitamin dan faktor pertumbuhan lainnya, serta mineral. Dari kebutuhan
nutrien untuk pertumbuhan, kapang mempunyai kebutuhan nutrien yang paling
minimal, diikuti dengan khamir, kemudian bakteri gram negatif, sedangkan
bakteri gram positif mempunyai kebutuhan nutrien yang paling tinggi. Sebagai
sumber energi, mikroorganisme yang ada di produk perikanan dapat
menggunakan berbagai gula, alkohol, dan asam amino. Beberapa mikroorganisme
dapat menggunakan sumber karbohidrat yang lebih kompleks seperti pati dan
sellulosa, dengan terlebih dahulu memecahnya menjadi unit-unit gula sederhana.
Lemak juga dapat digunakan oleh beberapa mikroorganisme tertentu sebagai
sumber energy (Tampubolon, 2008).
Sumber nitrogen utama bagi mikroorganisme heterotrofik adalah asam
amino. Sebagai senyawa sumber nitrogen juga dapat digunakan oleh berbagai
mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme dapat menggunakan nukleotida dan
asam amino bebas, sedangkan mikroorganisme lainnya dapat menggunakan
peptida dan protein. Pada umumnya mikroorganisma akan menggunakan senyawa
yang paling sederhana terlebih dahulu, yaitu asam amino, sebelum menggunakan
senyawa yang lebih kompleks seperti protein. Mikroorganisme mungkin
membutuhkan vitamin B dalam jumlah kecil. Pada umumnya bakteri gram positif
mempunyai kemampuan paling rendah dalam mensintesa vitamin, sedangkan
bakteri gram negatif dan kapang dapat mensintesa hampir semua factor

pertumbuhan yang dibutuhkan, oleh karena itu kedua grup mikroorganisme


tersebut sering ditemukan tumbuh pada produk- produk perikanan yang
mempunyai kandungan vitamin B rendah (Tampubolon, 2008).
e. Senyawa Antimikroba
Ketahanan produk perikanan terhadap serangan mikroorganisme juga
dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa antimikroba yang terdapat secara
alamiah di dalam produk perikanan tersebut. Secara rinci masih belum terungkap
senyawa anti mikroba yang secara alamiah didapat dalam produk perikanan
(Tampubolon, 2008).
f. Struktur Biologi
Beberapa

produk

perikanan

mempunyai

struktur

spesifik

yang

melindunginya terhadap masuknya organisme pembusuk dan proses pembusukan


selanjutnya. Contoh struktur tersebut misalnya kulit pada ikan dan hewan, dan
sebagainya. Selain itu tekstur produk perikanan juga mempengaruhi kecepatan
pembusukan oleh organisme pembusuk. Sebagai contoh, ikan lebih cepat
mengalami kerusakan dan kebusukan dibandingkan dengan daging sapi karena
ikan mempunyai struktur yang lebih lembut dan lunak dibandingkan dengan
daging sapi (Tampubolon, 2008).
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor

ekstrinsik

adalah

kondisi

lingkungan

penyimpanan

yang

mempengaruhi produk perikanan dan mikroorganisme. Faktor ekstrinsik yang


mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan terutama
adalah suhu penyimpanan, kelembaban relatif lingkungan, dan susunan gas di
lingkungan tempat penyimpanan (Tampubolon, 2008).
a. Suhu
Menurut

Tampubolon

(2008),

berdasarkan

suhu

optimum

pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu:


1) Psikrofil yang mempunyai suhu optimum 5-150C dengan kisaran suhu
pertumbuhan -5 sampai 200C
2) Mesofil yang mempunyai suhu optimum 20-40 0C dengan kisaran suhu
pertumbuhan 10 sampai 450C

3) Termofil yang mempunyai suhu optimum 45-600C dengan kisaran suhu


pertumbuhan 25 sampai 800C.
b. Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif (RH) lingkungan tempat penyimpanan mempengaruhi
aw di dalam produk perikanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
produk perikanan. Produk perikanan dengan aw rendah akan menyerap air jika
disimpan di dalam lingkungan dengan RH tinggi. Demikian juga sebaliknya,
produk perikanan dengan aw tinggi akan kehilangan air jika disimpan di dalam
ruangan dengan RH rendah. Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan
dengan RH rendah dapat mencegah kebusukan oleh mikroorganisme, akan tetapi
pada RH yang rendah produk perikanan juga akan kehilangan sebagian airnya
sehingga mengerut dan menurunkan mutu produk perikanan. Dalam memilih RH
lingkungan

yang

tepat,

perlu

diperhatikan

kemungkinan

pertumbuhan

mikroorganisme pembusuk dengan tetap mempertahankan mutu produk perikanan


yang disimpan (Tampubolon, 2008).
c.

Susunan Gas Atmosfer


Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan dengan konsentrasi CO 2

dinaikkan ternyata dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Cara penyimpanan ini


disebut controlled atmosphere storage (CA storage), dimana CO2 ditambahkan ke
dalam ruangan dari sumber mekanis atau menggunakan es kering (CO2 padat).
Selain CO2, ozon (O3) juga mempunyai efek mengawet terhadap beberapa produk
perikanan. Dengan konsentrasi beberapa ppm, ozon terbukti dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Karena ozon merupakan suatu senyawa
pengoksidasi kuat, maka ozon tidak dapat digunakan untuk mengawetkan produk
perikanan yang mempunvai kandungan lipid tinggi karena akan menyebabkan
ketengikan pada produk perikanan tersebut (Tampubolon, 2008).
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada produk perikanan
sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya oksigen di sekelilingnya. Daging ikan yang
disimpan pada suhu rendah biasanya banyak terkontaminasi oleh bakteri gram
negatif yang bersifat psikrofil. Pada kondisi penyimpanan aerobik, bakteri
predominan pada karkas daging yang disimpan pada suhu rendah (lemari es)

adalah bakteri gram negative berbentuk batang dan pembentuk lendir, sedangkan
persentase bakteri gram positif menurun selama beberapa jam penyimpanan.
Sebaliknya, pada daging yang dipak secara vakum (kondisi anaerobik) dan
disimpan pada suhu penyimpanan yang sama, bakteri yang predominan adalah
bakteri gram positif yang bersifat anaerobik fakultatif dan menyebabkan
keasaman atau penurunan pH daging ikan. Selama penyimpanan vakum jumlah
bakteri gram negatif pada daging ikan menurun (Tampubolon, 2008).
3.

Faktor Implisit
Faktor implisit adalah parameter biotic yang mempengaruhi jumlah dan

jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam produk perikanan, dan meliputi


antagonisme, sinergisme dan sintrofisme. Sinergisme dan antagonisme terjadi
terutama melalui pembentukan senyawa perangsang (untuk sinergisme) atau
penghambat (untuk antagonisme). Contoh senyawa penghambat yang terbentuk
oleh mikroorganisme misalnya bakteriosin. Siretrofisme adalah pertumbuhan
antara dua mikroorganisme sehingga membentuk kondisi nutrisi Yang
memungkinkan mikroba untuk tumbuh. Meskipun mikroorganisma patogen atau
pembusuk terdapat di dalam produk perikanan, tetapi kadang-kadang tidak terjadi
keracunan atau kebusukan produk perikanan karena pertumbuhan dan
metabolisme dari mikroorganisme pathogen atau pembusuk tersebut dihambat
melalui reaksi antagonistik oleh mikroorganisme lainnya. Tabel 24 menunjukkan
mikroorganisme yang umum terdapat pada produk perikanan dan bersifat
antagonis terhadap mikroorganisme lainnya (Tampubolon, 2008).
4.

Faktor Pengolahan
Setelah seleksi oleh faktor-faktor intrinsic dan ekstrinsik, jumlah dan jenis

mikroorganisme yang terdapat di dalam produk perikanan juga dipengaruhi oleh


proses pengolahan yang dilakukan terhadap produk perikanan tersebut. Perlakuan
panas, irradiasi dan penggunaan senyawa pensteril seperti etilen okside pada
umumnya dapat membunuh semua atau sebagian mikroorganisme pembusuk.
Disamping itu, beberapa tahap pangan yang paling mudah rusak selama
penyimpanan, sedangkan kelas yang tertinggi, yaitu kelompok delapan

merupakan kelompok produk perikanan yang paling awet karena telah mengalami
pengawetan dengan sterilisasi (Tampubolon, 2008).
Pada bahan pangan segar seperti daging, susu, telur, daging ayam dan ikan
segar, mikroorganisme yang dominan terutama adalah bakteri gram negatif
berbentuk batang dan bersifat psikrotrof. Pada bahan pangan yang telah
mengalami proses pasteurisasi, bakteri gram negatif pada umumnya akan mati dan
yang masih tahan pasteurisasi adalah Streptokoki grup D dan Lancefield sera
bakteri pembentuk spora. Penurunan aw produk perikanan akan mengubah
mikroba pada produk perikanan tersebut. Bahan pangan yang diturunkan aw -nya
sampai 0.95 dan dikombinasi dengan penurunan pH, penambahan bahan
pengawet serta pengemasan hermetis, mempunyai daya tahan simpan beberapa
minggu pada suhu di bawah 100C. Mikroorganisme yang predominan pada
produk perikanan semacam ini terutama adalah Laktobasili, Streptokoki, kapang
dan khamir (Tampubolon, 2008).
Produk perikanan yang diturunkan awnya sampai 0.85 pada umumnya
tidak ditumbuhi bakteri, tetapi yang predominan terutama adalah kapang dan
khamir. Jika aw produk perikanan diturunkan lagi sampai 0.80, hanya kapang
yang dapat tumbuh pada produk perikanan tersebut. Pada produk perikanan yang
disterilisasi dengan cara pengalengan, hanya bakteri pembentuk spora yang masih
mungkin tumbuh dan menyebabkan kebusukan (Tampubolon, 2008).
C. Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan
Seperti yang telah kita ketahui, pendinginan dapat memperpanjang masa
simpan suatu makanan, karna selama pendinginan pertumbuhan mikroba dapat
dicegah atau diperlambat. Pertanyaan yang sering timbul adalah: bagaimana
pendinginan dapat memperlambat suhu maksimum dan suhu minimum sebagai
yang terbaik untuk pertumbuhannya. Suhu yang terbaik untuk pertumbuhan
mikroba disebut suhu optimum. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba
disebabkan suhu mempengaruhi aktifitas enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi
biokimia di dalam sel mikroba.dibawah suhu optimum, keaktifan enzim di dalam

selmikroba menurun dengan semakin rendahnya suhu, akibatnya pertumbuhan sel


juga terhambat. Pada suhu pembekuan keaktifan metabolism akan berhenti
disebabkan keaktifan enzim berhenti, juga karna sel kekurangan cairan
isekelilingnya

yang

digunakan

untuk

menyerap

zat-zat

makanan

dan

mengeluarkan sisa-sisa metabolism, akibatnya pertumbuhan sel akan berhenti


sama sekali (Hidayat, 2006).
Tortora (2002) menyatakan bahwa berdasarkan suhu minimum, optimum
dan maksimum untuk pertumbuhan mikroba dibedakan atas tiga grup yaitu:
1. Grup psikrofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0 oC, dengan
suhu optimum 5-15oC dan suhu maksimum sekitar 20oC.
2. Grup mesofilik, yaitu mikroba yang tumbuh baik pada suhu 20-45 oC. beberapa
mikroba mesofilik dapat tumbuh pada suhu rendah yaitu 5oC atau dibawah,
sehingga sifatnya menyerupai pisikrofilik. Berdasarkan sifat tersebut, dikenal
dua grup mikroba yaitu psikotrofik atau mikroba yang tumbuh baik pada suhu
rendah tetapi tidak membutuhkan suhu tersebut untuk pertumbuhannya, dan
psikrodurik yaitu mikroba yang lebih menyukai suhu pertengahan untuk
pertumbuhannya tetapi masih tahan hidup pada suhu rendah
3. Grup termofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada suhu yang relative
tinggi dengan suhu minimum 25oC, suhu optimum 45-55oC dan suhu
maksimum 60-65oC. beberapa bakteri termofilik bahkan masih dapat hidup
dan tumbuh sampai suhu 75oC, misalnya Bacillus stearothermophilus dan
Clostridium thermosaccharolyticum. Bateri yang masih tahan dan tidak mati
pada suhu pasteurisasi disebut bakteri termodurik

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu danTempat
Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan mengenai Media dan Cara
Pembuatannya ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 08 April 2013, pukul
10.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain seperti:
autoklaf, beker gelas, bunsen, cawan petri, Erlenmeyer, tabung reaksi, timbangan
dan pipet tetes. Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan laut dan ikan tawar serta
larutan PCA dan alkohol 70%.
C. Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan media cair PCA
a. Siapkan 300 ml aquadest dalam Erlenmeyer 500 ml.
b. Masukan glukosa, pepton, ekstrak yeast ke dalam 300 ml aquadest.
c. Masukkan sisa akuadest sampai mencapai volume 1 liter
d. Ukur pH sampai 7,4
e. Masukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 9 ml, sumbat dengan kapas.
f. Sterilisasi pada suhu 121oC dengan autoklaf selama 15 menit
2. Membiakkan bakteri

a. Siapkan kawat yang dibalut kapas ujungnya.


b. Oleskan kapas tadi pada permukaan ikan yang telah beku seluas 2x2 cm.
c. Masukkan kawat yang dilapisi kapas pada tabung reaksi yang tersedia lalu
kocok hingga kira-kira sudah tercampur semua.
d. Lalu lakukan pengenceran 10-2 10-3 dan 10-4, dan biakkan bakteri pada cawan
petri yang telah disediakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil yang di peroleh dari praktikum uji mikrobiologi ikan ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah mikroba pada cawan
Bahan
10-2
Ikan laut pada
A
B
frezeer
124
25

Pengenceran
10-3

10-4

156

20

29

216

B. Pembahasan
Pada praktikum uji mikrobiologi ikan ini digunakan media PCA. Pada
praktikum ini awalnya dilakukan pengenceran untuk mendapatkan media PCA
dalam bentuk larutan atau cairan, yaitu pembuatan media agar dalam cawan petri.
Media yang dibuat pada praktikum ini mengandung glukosa, pepton, ekstak yeast
dan aquadest. Dimana keempat bahan itu memiliki fungsi masing-masing dalam
proses pembuatan media cair. Glukosa berfungsi sebagai mempercepat
perkembangan mikroba atau bakteri agar cepat tumbuh karena glukosa pada
proses pembuatan media dapat berfungsi sebagai sumber makanan atau sumber
karbohidrat yang berguna sebagai sumber energi yang dimanfaatkan oleh mikroba
sehingga perkembangbiakan atau pertumbuhannya dapat berjalan, sedangkan
fungsi dari ekstak yeast itu sendiri merupakan bahan utama yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroba.

Pada praktikum ini digunakan media cair atau yang sering disebut dengan
broth, yaitu berupa nutrient yang dilarutkan dalam air. Mikroba dikatakan tumbuh
maupun berkembang jika di dalam cairan yang digunakan tersebut terlihat adanya
pertambahan kekeruhan atau semakin keruh. Setelah proses atau sebelum proses
pembuatan media praktikan harus menjaga kebersihan dan sanitasi selama
praktikum

berlangsung

supaya

alat-alat

yang

telah

disterilisasi

tidak

terkontaminasi oleh bakteri yang tidak diinginkan baik itu dari tangan praktikan,
pakaian maupun meja. Sehingga hasilnya kelak sesuai dengan yang diharapkan.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pendinginan dan pembekuan dapat
memperpanjang masa simpan suatu bahan makanan, karena selama pendinginan
dan pembekuan tersebut pertumbuhan mikroba dapat dicegah atau bahkan di
perlambat. Sampel yang digunakan adalah ikan sarden yang telah mengalami
proses pembekuan (ikan air laut dalam freezer) selama 26 jam di kulkas rumah
tangga. Bakteri akan mati pada saat bahan sudah mengalami pendinginan atau
pembekuan, tapi ada juga bakteri yang dapat bertahan pada suhu rendah. Namun
tidak sebanyak pada saat ikan tidak mengalami perlakuan. Bakteri pada ikan yang
dapat bertahan pada suhu rendah termasuk pada bakteri golongan psikrofilik yaitu
bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0oC (suhu beku).
Pada praktikum uji mikrobiologi ikan ini telah dihitung mikroba yang
tumbuh pada cawan petri yang telah diinkubasi selama 48 jam dengan coloni
counter dan diperoleh data sebagai berikut: pada pengenceran 10-2 jumlah bakteri
yang diperoleh sebanyak 25 pada cawan a dan 31 pada cawan b, pada
pengenceran 10-3 jumlah bakteri yang diperoleh sebanyak 39 pada cawan a dan 20
pada cawan b, dan pada pengenceran 10-4 jumlah bakteri yang diperoleh sebanyak
29 pada cawan a dan 54 pada cawan b.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum uji mikrobiologi ikan ini
adalah sebagai berikut:
1.

Medium atau media agar yang sering digunakan adalah media cair atau yang
sering disebut dengan broth, yaitu berupa nutrient yang dilarutkan dalam air

2.

Fungsi glukosa yang terdapat pada media PCA yang digunakan adalah sebagai
sumber energy dan bahan makanan mikroba sehingga bakteri yang diisolasi
dapat tumbuh

3.

Pembekuan dapat memperpanjang masa simpan suatu makanan, karena


selama pendinginan pertumbuhan mikroba dapat dicegah atau diperlambat

4.

Pembekuan bahkan dapat membunuh mikroba namun tidak semua mikroba


dapat mati karena mikroba dari golongan psikrofilik masih dapat bertahan
pada suhu beku tersebut

5.

Data yang diperoleh sebagai berikut: pada pengenceran 10-2 jumlah bakteri
yang diperoleh sebanyak (a) 25 dan (b) 31, pada pengenceran 10-3 jumlah
bakteri yang diperoleh sebanyak (a) 39 dan (b) 20, dan pada pengenceran 10-4
jumlah bakteri yang diperoleh sebanyak (a) 29 dan (b) 54
B. Saran
Sebaiknya yang melakukan pembuatan media yang akan digunakan adalah
praktikan namun masih dalam pengawasan dan bimbingan asisten supaya
praktikan tidak pasif saat praktikum dilaksanakan serta pada praktikum yang akan

datan alat dan bahan terutama alat harus diperhatikan cukup atau tidaknya agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama. Yogyakarta.
Hardianty, denty Irma. 2011. Uji Mikrobiologi dan Uji Aktivitas Starter. Riau.
Hidayat, C. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Munir, 2006. Penentuan Mikroorganisme Keamanan Pangan Laut. Bogor.
Suriawiria, Unus. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
Tampubolon, Komariah. 2008. Penentuan Mikroorganisme Keamanan Pangan
Laut. Bogor.
Tortora, G. J., B. R. Funke, and C. L. Case. 2002. Microbiology An Introduction.
New York : Addison Wesley Longman.

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN
UJI MIKROBIOLOGI IKAN

Oleh :
Kelompok I
Savitri Lestari
Yogi Christian J
Krismawati Sianturi
Norayati Siregar
Riyan Saputra

(05101006002)
(05111006019)
(05111006024)
(05111006026)
(05111006042)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013

Anda mungkin juga menyukai