Anda di halaman 1dari 25

Demam tifoid

Typhus Abdominalis = tyfoid fever


Infeksi aku saluran cerna ( usus halus )
gejala demam sat minggu atau lebih , disertai
gangguan saluran cerna dan disertai atau tanpa
gangguan kesadaran

patogenesis
Patofisiologi

Gejala klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari.
Selamamasa inkubasimungkinditemukangejala
prodromalyaituperasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing
dan malaise
Padakasuskhasbiasaditemukangejalaklinisberupademam,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguankesadaran.
Komplikasi
komplikasiberupaperdarahanusus,perforasiusus,peritonitis,miningiti
s, kolesitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatis,dehidrasi,
asidosis.

Demam :

Gejala

klinik

febris bersifat remiten, dan tidak terlalu tinggi


Minggu pertama suhu tubuh berangsur angsur mrningkat, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari
Gangguan saluran cerna
Mulut terdapat bau nafas tak sedap, bibir pecah pecah, lidah ditutupi selaput
kotor( coated tongue) pinggir kemerahan.
Meteorismus ( kembung) hepato splenomegali dengan nyeri tekan .
biasanya didapast konstipasi, bahkan mungkin normal dan kadang dijumpai
diare
Gangguan Kesadaran
Menurun ,apatis sampai somnolen

ETIOLOGI
Salmonella typhi ata Salmonella paratyphi dari genus
Salmonella
Bakteri ini berbentuk batang negatif Gram, tidak
berspora,
bergerak dan mempunyai kapsul dan flagel.
Bakteri tahan dapat hidup beberapa minggu dialam
bebas
bakteri ini dapat mati dengangan pemanasan selama 1520
menit ( 600C), pasteurisasi, mendidih ( 1000C ) dan

Salmonella Taxonomy

The genus Salmonella is divided into two species, S. enterica and S.


bongori .
Over 2000 strains are grouped into S. enterica. This species is further
divided into six subgroups based on host range specificity, which also
involves immunoreactivity of three surface antigens, O, H and Vi.
All strains that are pathogenic to humans are in species S. enterica,
subgroup 1 (also called enterica).
For example, the correct taxonomic name for the organism that
causes typhoid fever is Salmonella enterica ssp. enterica, serovar typhi.
The simplified version: Salmonella typhi.
Taxonomy has been revised several times, due to the degree of DNA
similarity between genomes.
For example, In the U.S., another legitimate species name for
enterica is choleraesuis.

The WHO groups Salmonella into 3 types:


Typhoidal (enteric) Salmonella (example: S. typhi)
causes typhoid and paratyphoid fever
restricted to growth in human hosts
principal habitat is in intestinal tracts and the bloodstream
Nontyphoidal Salmonella (example: S. enteritidis, S. typhimurium)
prevalent in gastrointestinal tracts of a broad range of animals,
including
mamalias, reptiles, birds and insects.
Salmonella mostly restricted to certain animals, such
as cattle and pigs; infrequently in humans; if these
strains do cause disease in humans, it is often
invasive and life-threatening.

Salmonella mempunyai antigen :


1. Antigen O ( somatik )
- terletak pada lapisaan luar badan kuman
-

mengandung liposakarida

Disebut endotoksin

t6ahan terhadap panas dan alkohol tapi tidak tahan

terhadap
formaldehid

2. Antigen H ( antigen flagel )


- terletak pada flagel, fimbrae,
- mengandung protein
- tahan terhadap formaldehid tapi tidak tahan terhadap
panas dan
alkohol

3. Antigen Vi ( Envelop )
- terletak pada kapsul kuman
- dapat melindungi kuman dari fagositodid

Classification
Enterobacteria
Gram-negative
Facultative anaerobes
Glucose-fermenting
Straight, rod
2-3 m in length
Flagellated

Many serovars
Typhi
Typhimurium
Enteriditis

Epidemiologi
Distribusi penyakit Tersebar di seluruh dunia;
Salmonellosis dikategorikan sebagai penyakit yang ditularkan melalui
makanan (foodborne disease)yang terkontaminasi,
Reservoir Sejumlah besar binatang peliharaan dan binatang liar
termasuk unggas, babi, hewan ternak, tikus dan binatang peliharaan
seperti iguana, kura-kura, terapin, ayam, anjing, kucing dan juga
manusia misalnya penderita, carrier yang sedang dalam masa
penyembuhan dan terutama kasus-kasus ringan dan kasus tanpa
gejala. Carrier kronis jarang terjadi pada manusia tetapi cukup tinggi
pada binatang dan burung.

DISTRIBUSI DAN FREKUENSI


Demam tifoid dapat menyerang semua orang
Usia 12 30 th : 70 80 %, 31 40 th : 10 20 %; . 41 tahun : 5 10
%
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Host
Manusia merupakan resevoir
Penularan melalui makanan yang tercemar yan ditularkan dari
pasien atau carrier
Agent
Salmonella, dengan jumlah kuman 10-5 10-9
Lingkungan
Diaderah tropis dengan sumber air yang tidak memadai

Diagnosis
Laboratorium
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan
bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum
tulang, cairan duodenum atau dari rose spots.
bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum
tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di
dalam urine dan feses.
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi
hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya
tergantung pada beberapa faktor

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi


(1) jumlah darah yang diambil;
(2) perbandingan volume darah dari media empedu;
(3) waktu pengambilan darah.

Diagnosis
Laboratorium

Media pembiakan untuk S.typhi adalah media empedu (gall)


S. typhi dan S. paratyphi yang dapat tumbuh pada media
tersebut
Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat
pengambilan pada perjalanan penyakit biakan darah positif
40-80%
atau 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan
positif 10-50%
pada akhir minggu ketiga

Diagnosis
Laboratoriu
Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu

pertama (10-15%)
minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan.
Biakan urine positif setelah minggu pertama , Biakan
sumsum tulang positif didapat pada 80-95% kasus dan
sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan
menghilang pada fase penyembuhan.
Kegagalan dalam isolasi/biakan dapat disebabkan oleh
keterbatasan media yang digunakan, adanya penggunaan
antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah,
volume spesimen yang tidak mencukupi, dan waktu

IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI UJI SEROLOGIS

Diagnosis Laboratorium

Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku


Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum
penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen
somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga
terjadi aglutinasi
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer
antibodi dalam serum
Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide
test) atau uji tabung (tube test).
Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara lain
sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status
imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi;
gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-

TES TUBEX
merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang
lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas.

METODE ENZYME IMMUNOASSAY (EIA) DOT


Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi IgG, IgM
dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi
terhadap antigen Vi S. typhi.
Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen
klinis adalah double antibody sandwich ELISA
sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada
sampel sumsum tulang.

IDENTIFIKASI KUMAN SECARA MOLEKULER


Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang
akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen
flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik
hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan
cara polymerase chain reaction (PCR) melalui
identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi

PEMERIKSAAN DIPSTIK
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik
dikembangkan di Belanda
dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap
antigen LPS S. typhi dengan menggunakan membran
nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi
sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human
immobilized sebagai reagen kontrol.
Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah
distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan
dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai
fasilitas laboratorium yang lengkap.

Gejala klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari.
Selamamasa inkubasimungkinditemukangejala
prodromalyaituperasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
malaise
Padakasuskhasbiasaditemukangejalaklinisberupademam,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguankesadaran.
Komplikasi
Pada tifus abdo0minalis dapat
terjadikomplikasiberupaperdarahanusus,perforasiusus,peritonitis,
miningitis, kolesitis, ensefalopati, bronkopneumonia,

Anda mungkin juga menyukai