ekstra kranium.1,3,4,5
Dengan catatan:
-Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
-Bila usia anak < 6 bulan atau > 5 tahun mengalami kejang didahului oleh
demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi SSP atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam.
-Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk kejang demam.
- Kejang disertai demam pada bayi usia < 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.1,3,4,5
Isi
Pemeriksaan Dasar
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yan gdisebut
sebagai autoanamnesis, atau dilakukan langsung kepada pasien, yang
disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orangtua, wali, orang
yang dekat dengan pasien atau sumber lain disebut alloanmnesis.
Termasuk di
dalam aloanamnesis
adalah semua
keterangan yang
diperoleh selain dari pasiennya sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian
besar anak belum dapat memberikan keterangan, maka dalam bidang
kesehatan anak aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting
daripada autoanamnesis.
Pada kasus kejang demam, sangat dibutuhkan beberapa keadaan yang
harus dipastikan, yaitu:
berapa?
Bagaimana sifat kejang tersebut?
Apakah ada riwayat kejang pada anggota keluarga?6
Pemeriksaan Fisik
Kejang
Kejang harus dipandang sebagai gejala penyakit, dan bukan diagnosis.
Pada setiap kejang harus diperhatikan jenisnya (klonik atau klonik), bagian
tubuh yang terkena (fokal atau umum), lamanya kejang berlangsung,
frekuensinya, selang atau interval antara serangan, keadaan saat kejang
dan setelah kejang (post-iktal), apakah kejang disertai demam atau tidak,
dan apakah anak telah pernah kejang sebelumnya.6
Suhu
Pada bayi dibawah umur 2 tahun suhu dapat pula diukur di rectum atau lipat paha.
Suhu rectum diukur dengan thermometer rectal. sebelum dipakai harus dioles dengan vaselin
lebih dahulu. Suhu rectum menggambarkan suhu tubuh (core temperature), yang lebih tinggi
daripada suhu yang diukur di tempat lain. Semua pengukuran suhu harus dilakukan selama 3
menit, pada umumnya suhu aksila 11 C lebih rendah daripada suhu rectum. Dalam keadaan
normal suhu aksila adalah antara 36oC sampai 37o C.
Demam adalah manifestasi berbagai penyakit. Infeksi bakteri, virus, protozoa, dehidrasi serta
heat stroke menyebabkan demam dari yang ringan sampai hiperpireksia. Hiperpireksia (suhu
tubuh >41oC) adalah keadaan yang berbahaya sehingga perlu penurunan suhu dengan segera.6
Frekuensi nafas
Tabel 1. Frekuensi nafas normal/menit pada anak6
Umur
Neonatus
1 bulan 1 tahun
1 tahun 2 tahun
3 tahun 4 tahun
5 tahun
3 9 tahun
10 tahun atau lebih
Rentang
30 - 60
30 60
25 50
20 30
15 30
15 30
Frekuensi nadi
Takikardi adalah laju denyut jantung yang lebih cepat daripada laju normal. Keadaan
ini antara lain dapat terjadi pada keadaan demam, aktivitas fisis, ansietas, tirotoksikosis,
miokarditis, gagal jantung, dehidrasi, atau renjatan.bradikardi adalah denyut jantung yang
lebih lamabat dari laju normal. Pada demam kenaikan suhu badan 1 oC diikuti oleh kenaikan
denyut nadi sebanyak 15-20/ menit.6
Tabel 2. Frekuensi nadi normal pada anak6
Umur
Baru lahir
1minggu-3 bulan
3 bulan-2 tahun
2 tahun-10 tahun
>10 tahun
Laju
(denyut/menit)
Istirahat (bangun) Istirahat (tidur)
100-180
80-160
100-220
80-200
80-150
70-120
70-110
60-90
55-90
50-90
o
sampai 200
sampai 200
sampai 200
sampai 200
sampai 200
Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai :
Reflek Babinski7
Untuk membangkitkan refleks Babinski, penderita disuruh berbaring dan
istirahat dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya
kaki tetap pada tempatnya. Untuk merangsang dapat digunakan kayu
geretan atau benda yang agak runcing. Goresan harus dilakukan
perlahan, jangan sampai mengakibatkan rasa nyeri, sebab hal ini akan
menimbulkan refleks menarik kaki(flight reflex). Goresan dilakukan pada
telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari. Jika
reaksi (+) , kita dapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari, yang dapat disertai
gerak mekar lainnya.7
Tanda Rangsang Meningeal6,7
a. Kaku kuduk (nuchal rigidity)
Pasien dalam posisi terlentang, bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat
tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, maka
dikatakan kaku kuduk positif. Tahanan juga dapat terasa bila leher dibuat
hiperekstensi, diputar atau digerakkan ke samping. Kadang-kadang kaku
kuduk
disertai
hiperektensi
tulang
belakang,
keadaan
ini
disebut
opistotonus
Di samping menunjukkan adanya rangsang meningeal (meningitis), kaku
kuduk juga terdapat pada tetanus, abses retrofaringeal, abses peritonsilar,
ensefalitis virus, keracunan timbale dan arthritis rheumatoid.
b. Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien yang terlentang
dan tangan lain diletakkan di dada pasien untuk mencegak agar badan
tidak terangkat, kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif.
5
Bila rangsang positif maka kedua tungkai bawah bawah akan fleksi pada
sendi panggul dan sendi lutut.
c. Brudzinski II
Pada pasien yang terlentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
HAsilnya lebih jelas bila waktu fleksi ke panggul sendi lutut dalam
keadaan ekstensi
d. Kernig
Pemeriksaan
Kernig
ini
ada
bermacam-macam
cara,
yang
biasa
sendi
lutut.
Dalam
keadaan
normal
tungkai
bawah
dapat
membentuk sudut lebih dari 135o terhadap tungkai atas. Pada iritasi
meningeal ekstensi lutut secara pasif tersebut akan menyebabkan rasa
sakit dan terdapat hambatan. Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi
dibawah 6 bulan.
Demam
Untuk
memastikan
adanya
demam
atau
tidak,
kita
memerlukan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber
infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit, dan gula darah). 1
Pungsi lumbal2,3
6
CSS dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu pungsi lumbal dan pungsi
suboksipital. Sebaiknya diusahakan mendapatkan cairan tersebut secara
pungsi lumbal. Bila ternyata tidak mungkin baru dipikirkan pengisapan
pada daerah sesterna magna.
Pungsi Lumbal
Syarat :
Anak tidak dalam keadaan kejang dan di daerah pungsi tidak terdapat
kelainan kulit (dekubitus, bisul dan lain-lain)
Cara :
Anak ditidurkan miring dan dilengkungkan hingga tulang punggung
tampak jelas. Tariklah garis antara 2 spina iliaka anterior dan superior.
Tempat pungsi ialah daerah intervertebra di atas atau di bawah garis ini.
(L3-4/L4-5)Setelah kulit dibersihkan secara asepsis dengan iodium dan
alcohol, tutuplah daerah sekitar bagian yang akan ditusuk dengan kain
suci hama. Pakailah sarung steril.
Cara penampungan :
1. Pakailah 3 tabung reaksi untuk menampung likuor secara berturutturut.
Tabung 1 : Pemeriksaan Makroskopik dan Kimia
Tabung 2 : Pemeriksaan Mikroskopik
Tabung 3 : Pemeriksaan Mikrobiologi
Indikasi
pungsi
lumbal
adalah
menegakkan
atau
menyingkirkan
kemungkinan infeksi(meningitis).3
Pada bayi kecil, sulit untuk menentukan meningitis atau bukan hanya dari
pemeriksaan neurologis. Gejala rangsang meningen seperti kaku kuduk
dapat tidak ditemukan.
7
Harus dilakukan pada bayi usia < 12 bulan yang mengalami kejang
demam pertama.
Dianjurkan bayi usia 12-18 bulan.
Tidak dilakukan secara rutin pada bayi usia > 18 bulan. Pungsi
lumbal dilakukan bila secara klinis dicuragi mengalami meningitis.
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak dapat memprediksi berulangnya kejang demam
ataupun memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi di kemudian hari
pada pasien demam kejang. Oleh karenanya pemeriksaan EEG tidak
dianjurkan untuk dilakukan pada anak kejang demam.3
Working diagnosis
Beberapa pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kali.1,3,4,5,8
Differential Diagnosis
1.Epilepsi3,9
Merupakan suatu kondisi gangguan kronik yang ditandai oleh berulangulangnya bangkitan epilepsi.
o
o
o
o
o
o
diantaranya
Asfiksia
Sklerosis hipokampus
Tumor
Trauma kepala
Infeksi
Stroke
Klasifikasi epilepsi:
Komisi Klasifikasi dan Terminologi International League Against Epilepsy
(ILAE) tahun 1981 membuat sistem klasifikasi berdasarkan bentuk
bangkitan, yaitu:
I.
diikuti
II.
simultan.
1. Bangkitan absens
Absens tipikal
disertai
(ditandai
gerakan
oleh
minor
hilangnya
kesadaran
seperti
mengedip,
detik).
Absens atipik (berlangsung lebih lama, diikuti post-ictal
kaku
dengan
rigiditas
ekstensor
yang
tonik.
10
rigiditas
umum.
Tanda-tanda
spesifik
seperti
Kernig,
-Meningitis tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa ialah radang selaput otak komplikasi tuberkulosis
primer.
Gejala klinis:
o Biasa didahului stadium prodromal berupa iritasi selaput otak.
Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau hanya
terdapat kenaikan suhu yang ringan, jarang terjadi akut dengan
panas yang tinggi.
o Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dengan
kejang.
Gejala
sebelumnya
menjadi
lebih
berat
dan
gejala
11
12
Ensefalitis ialah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. Terminologi ensefalopati yang dulu dipakai untuk gejala yang
sama, tanpa tanda-tanda infeksi sekarang tidak dipakai lagi.
- Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis,
misalnya
uji
inhibisi
sama sekali tanda radang yang khas. Pada beberapa penyakit yang
mempunytai predileksi tertentu, misalnya poliomielitis, gambaran
patologi anatomis dapat menyokong diagnosa.8
Tabel 1. Tabel perbandingan dari differential diagnosis.1,3,4,5,8,9,10
Kelainan
Gejala Klinis
-Kejang
<
neurologis
Pungsi lumbal
EEG
15
menit
Kejang demam
-Umum
sederhana
Tidak
Normal
Normal interiktal
EEG
berulang dalam
24 jam
-3 cps spike and
-Pasien
kehilang
-High voltage
kesadaran
-
wave diikuti
Pada
frekuensi yang
grandmal
pasien
Epilepsi
dahulu
(generalisata)
kemudian
melambat(miokl
kaku
onik)
Reflek babinski
(+)
-High voltage
wave atau spike
mengalami
kontraksi
yang simestris,
otot
multipel -Focal
yang berirama
spike menjadi
umum (tonik-
keadaan
klonik).
berlangsung
singkat.
-Suhu
yang
mendadak
Ensefalitis
meningkat
Paresis,
Sering
dalam
-Muntah
Paralisis
batas normal
Aktivitas listrik
merendah
-Kesadaran
Meningitis
menurun
-Akut:
panas,
bakterialis
lesu , muntah
-Tekanan
intrakranial
meningkat
14
Keruh
muntah
terus-
terusan,
kesadaran
menurun,
moaning cry
-Gejala
rangsangan
meningial
-Stadium
prodromal:
suhu
meningkat
sedikit
Meningitis
tuberkulosa
Jernih
-Stadium
transisi: terjadi
kejang,
kaku
atau
kekuningkuningan
(xantokrom)
kuduk
-Stadium
terminal:
kelumpuhan
terjadi.
-Awal-
awal
disertai muntah
Meningitis virus
dan
panas,
dilanjutkan
gejala
Jernih
kejang,
Patofisiologi8
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu
adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi
paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Jadi
sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
Gambar 1. Patofisiologi kejang
demam
15
sangat
sulit
dilalui
oleh
ion
yang
akhirnya
terjadi
hipoksemia,hiperkapnia,asidosis
disebabkan
oleh
anaerobik,hipotensi
demam
laktat
metabolisme
arterial
disertai
aktifitas
menyebabkan
otot
dan
metabolisme
17
Gejala klinis11
Sebuahkejangdemamringanmungkinsebagaimataanakrollingatauanggota
badankaku.
Seringkalidemammemicukejangfull-blown
yangmelibatkanseluruh
tubuh.
Kejangdemamdapatdimulai
dengantiba-tibakontraksiototdi
keduasisitubuhanak-biasanyaotot-ototwajah,
batang,
lengan,
dankaki.
Anakmungkinmenangisatauerangandarikekuatankontraksiotot.
Kontraksiterusselamabeberapa
detik,
ataupuluhandetik.
Anakmungkinmuntahataumenggigitlidah.
anaktidakbernafas,
Kadang-kadanganak-
danmungkin
mulaimembiru.Akhirnya,
kontraksirusakolehmomensingkatrelaksasi. Tubuhanakmulairengsekritmis.
Anaktidakmenanggapisuaraorangtua.
Sebuahkejangdemamsederhanaberhentidengan
sendirinyadalam
beberapadetiksampai
10menit.
Halinibiasanyadiikutidenganperiodesingkatmengantukataukebingungan.11
Etiologi
Penyebab
kejang
demam
tersering
adalah
infeksi
virus
saluran
kompleks.
Dari
pasien
yang
mengalami
kejang
demam
sebagai kejang
Juga
penting
sekali
untuk
mengusahakan
jalan
nafas
agar
oksigenisasi terjamin
2.Bila penderita datang dalam keadaan status konsulvius( kejang):
-Obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara rektal atau
intravena (lebih dipilih rektal karena lebih mudah).
-Jika kejang tidak berhenti dapat diberi lagi setelah ditunggu 5 menit
dengan dosis yang sama dan bila tidak berhenti setelah ditunggu 5
menit kemudian dapat diberikan secara intravena dengan dosis 0,3
mg/kgbb.
- Apabila diazepam tidak tersedia, dapat diberikan fenitoin yang
banyak dipilih untuk menanggungi status konvulsifus karena tidak
menganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernafasan, tetapi
hati-hati karena menganggu frekuensi dan irama jantung.
- Bila kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut diatas
maka sebaiknya penderita dirawat di ruangan intensif untuk diberikan
anestesi umum dengan tiopental yang diberikan oleh seorang ahli
anestesi.
19
KEJANG
Diazepam rektal
(5 menit)
Di Rumah Sakit
KEJANG
Diazepam IV
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (5 menit)
(Depresi pernapasan dapat terjadi)
KEJANG
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB.
Kecepatan 0,5-1 mg/kgBB/menit
(Pastikan ventilasi adekuat)
20
KEJANG
Transfer ke ICU
Pencegahan3,4,8
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antikonvulsan secara
rumat:
- Asam valproat 20-40 mg/kgbb/hr.
-Fenobarbital 4-5 mg/kgbb/hr dibagi 2 dosis
21
Perlu
dipertimbangkan
keuntungan
dan
kerugian
pemberian
obat
kejang.
Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Kejang demam pada bayi < 12 bulan
Kejang demam >/= 4 kali/tahun.
Komplikasi
-
22
Pasien dengan semua 4 faktor risiko yang lebih besar dari 70%
kemungkinan kekambuhan. Pasien dengan tidak ada faktor risiko
memiliki kurang dari 20% kemungkinan kekambuhan.
Epilepsi
Ada beberapa faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari:
Kejang demam kompleks
Faktor yang merugikan lain berupa kelainan status neurologi
sebelum kejang demam pertama (misal: serebral palsy atau
retardasi mental)
Onset kejang demam pertama pada umur < 1 bulan
Riwayat epilepsi atau kejang afebris pada orang tua atau
saudara kandung
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka
dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam
sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama
sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam
hanya 2%-3% saja.1,3,4,5,8
Prognosis8
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan
tidak perlu menyebabkan kematian. Dua penyelidikan masing-masing
mendapat angka kematian 0,46% dan 0,74 %.
Penutup
23
demam
mempunyai
bagian,yaitu
adalah
kejang
demam
yang
tepat
dan
cepat.
Kejang
demam
juga
dapat
24
Daftar Pustaka
1.Tejani
NR.
Febrile
seizures.
5Februari
2010.
Diunduh
25
9.Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta:EGC;2009.
h.616-617.
10.Moe PG, Benke TA, Bernard TJ. Neurologic and muscular disorder. In:
Current Diagnosis and treatment in Pediatric; Hay WW, Levin MJ,
Sondheimer JM, Deterding RR editor. ed18th. USA, The McGraw-Hill
Companies;2007.p.720-4
11.
Dugdale
DC.
Febrile
seizures.
11
Januari
2010.
Diunduh
dari
26