Anda di halaman 1dari 9

Proposal Proyek

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI


SEDIAAN FARMASI I
FORMULASI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus
heterophyllus Lam.)

Disusun oleh :
Hernalhis Esanda

(138114006)

Kenny Kowira

(138114034)

Natasha Queen F.

(138114045)

Kevin Giovedi

(138114063)

Asti Aprilia Putri

(138114071)

Dendi Putro A.

(138114082)

Kelompok A1 / FST 2013


LABORATORIUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

I.

NAMA SEDIAAN
HELENA Healing Gel Nangka

II.

BAHAN AKTIF
1. Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.)
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan
menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Potensi tanaman nangka utnuk digunakan
dalam dunia pengobatan sangat besar, salah satunya karena banyaknya kandungan zat
aktif yang dapat dimanfaatkan. Karakteristik nangka (terutama pada daunnya) yang
mengandung flavonoid dalam gel penyembuh luka yang mampu mempercepat regenerasi
sel sel pada jaringan kulit yang rusak dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
Kandungan lain di dalam daun nangka yang mampu menyembuhkan luka adalah tanin.
Tanin memacu penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme, yakni kelasi oleh radikal
bebas dan oksigen yang reaktif (Hamzah, et al., 2013).
Dalam pengobatan luka, tanin juga efektif mengurangi bekas luka. Tanin dapat
mengurangi edema dan eksudasi pada jaringan yang menyebabkan terbentuknya koreng
secara cepat. Dengan terbentuknya koreng, maka luka menjadi terlindungi dari bakteri
asing yang dapat menyebabkan infeksi pada luka (Choudary, 2011).
2. Klasifikasi Artocarpus heterophyllus Lam.
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Rosales
Famili
: Moraceae
Genus
: Artocarpus
Spesies
: Artocarpus heterophyllus Lam.
(Harry, 1994).
3. Zat Aktif Ekstrak Etanol Daun Nangka
Zat-zat yang terkandung dalam ekstrak etanol daun nangka dan manfaatnya
adalah sebagai berikut ini.
1. Saponin : memiliki kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik, selain itu
merupakan bahan pencuci yang sangat baik

2. Alkaloid (flavonoid) : memiliki kemampuan untuk mempercepat proses regenerasi sel


sel tubuh (dalam hal ini adalah sel pada kulit), menghambat pelepasan mediator
inflamasi.
3. Tanin (zat samak) : memiliki kemampuan untuk memperkecil selaput lendir (di
mukosa), dan membentuk kelat
4. Glikosida : berperan dalam proses detoksifikasi dan proteksi.
(Choudary, 2011).

III.

FORMULASI
A. Studi Preformulasi bahan
1 Na CMC
CMC Na atau umumnya disebut Carboxymethylcellulose Sodium
umumnya digunakan sebagai suspending agent, bahan pengikat, coating agent, bahan
peningkat viskositas dan bahan penyerap air. Digunakan pada konsentrasi 3-6% untuk
menghasilkan gel. Untuk mencegah pengeringan basis CMC Na, dapat ditambahkan
senyawa glikol. CMC Na berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, dan berbentuk
serbuk granul dan bersifat higroskopis. Mucilago CMC Na, stabil dalam pH 2 10.
Material ini mudah terdispersi dalam air pada semua temperatur, dan bereaksi
inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi serta beberapa

logam seperti alumunium, merckuri, dan zink. CMC Na membentuk kompleks


dengan gelatin dan pektin, juga dengan kolagen ((Rowe et al., 2009).
2

Aquadest
Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut. Berat molekul 18,02 g/mol. Titik
didihnya 100oC dan titik leburnya 0oC. Sangat mudah larut dalam senyawa polar.
Dalam formulasi, aquadest dapat bereaksi dengan obat dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (penguraian dengan adanya air atau kelembaban) pada suhu kamar
yang ditinggikan. Aquadest juga dapat bereaksi cepat dengan logam alkali seperti
kalsium oksida dan magnesium oksida. Aquadest juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat berbagai komposisi, dan dengan bahan organik
tertentu dan kalsium karbida (Rowe et al., 2009).

Propilenglikol
Propilenglikol berfungsi sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan,
plasticizer, pelarut, stabilizer untuk vitamin, dan kosolven.
Pemerian propilenglikol adalah cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, kental
dengan rasa manis sedkit tajam seperti gliserol. Berfungsi sebagai humektan pada
konsentras 15% dari fomula. Sebagai antiseptik, propilenglikol mirip dengan etanol,
dan hanya sedikit kurang efektif daripada etanol. Tidak bercampur dengan minyak
mineral. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), air, atau gliserin.
Larutannya dapat disterilisasi dengan autoklaf ((Rowe et al., 2009).

Metil Paraben
Metil paraben umumnya digunakan sebagai pengawet antimikroba pada produk
makanan, kosmetik, dan sediaan farmasi. Dapat digunakan tunggal maupun
dikombinasikan dengan senyawa paraben atau antimikroba lainnya. Metil paraben
efektif pada rentang pH yang luas dan memiliki spektrum antimikroba yang juga luas.
Efikasi metil paraben dapat ditingkatkan dengan penambahan propilenglikol (Rowe
et al., 2009).

Daun Nangka
Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai tanaman obat adalah nangka
(Artocarpus heterophyllus). Daun nangka diketahui berkhasiat melancarkan air susu
dan sebagai obat koreng. Daun nangka dalam pengobatan tradisional digunakan

sebagai obat demam, bisul, luka dan penyakit kulit. Daun nangka diketahui
mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang berperan sebagai zat antibakteri
(Harry, 1994).

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas (gelas beaker, cawan porselen, gelas
objek, labu takar, pengaduk, gelas ukur 100 mL, pipet gondok 10 mL, pipet tetes),
termometer, homogenizer, viskositas stromer, pH indicator, kemasan.
Bahan yang digunakan adalah natrium alginat, CMC Na, gliserin, etanol 95%,
propilenglikol, metil paraben, ekstrak etanol daun nangka dan aquades.
Formula acuan untuk pembuatan gel penyembuh luka (wound healing) menurut jurnal:
Formulasi gel ekstrak daun Jambu Biji 5%
R/
Ekstrak

1,25 g

Na-CMC

1,25 g

Gliserin

2,50 g

Propilenglikol

1,25 g

Aquades ad

25 g

C. Formulasi Sediaan
Gel ekstrak etanol daun nangka konsentrasi 5%
Bahan
Ekstrak cair daun nangka
Na CMC
Propilenglikol
Gliserin
Metil Paraben
Aquades

Jumlah
0,75 gram
0,75 gram
0,75 gram
1,00 gram
0,1 gram
ad 15 gram

IV.
PEMBUATAN SEDIAAN
A. Preparasi Ekstrak Etanol Daun Nangka
Daun nangka dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang
melekat pada daun. Daun yang telah dicuci diangin-anginkan kemudia dikeringkan
sampai daun benar-benar kering, ditandai dengan mudah dipatahkannya daun atau hancur
bila diremas. Simplisia yang sudah kering dieserbuk menggunakn blender. Kemudian
serbuk simplisia diayak. Serbuk daun nangka seberat 250 gram direndam ke dalam etanol
95% sebanyak 1000 mL, ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 3 hari
sambil sesekali diaduk. Setelah 3 hari, sampel yang direndam tersebut disaring
menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat 1 dan ampas 1. Ampas yang ada
kemudian ditambah dengan larutan etanol 95% sebanyak 750 mL, ditutup dengan
alumunium foil dan dibiarkan selama 2 hari, sampel tersebut disaring menggunakan
kertas saring menghasilkan filtrat 2 dan ampas 2. Filtral 1 dan 2 dicampur menjadi satu.
Filtrat yang didapat merupakan ekstrak cair daun nangka yang siap dicampurkan dengan
basis gel.
B. Pembuatan Sediaan Gel:
Pembuatan sediaan gel dilakukan secara aseptis. Pengerjaan dilakukan dalam
LAF (Laminal Air Flow). Disiapkan semua bahan yang akan digunakan. Bahan
disterilisasi menggunakan oven (suhu 160), sementara untuk alat-alat dpat disterilisasi
menggunakan oven maupun autoklaf. Bahan yang sudah steril ditimbang sesuai dengan
formula yang ada. Ekstrak dengan konsentrasi 5% dilarutkan dalam sebagian air yang
telah dipanaskan pada suhu 50C. Na-CMC dikembangkan dalam air, diamkan selama 24
jam dan diaduk hingga homogen. Metil paraben dilarutkan

etanol secukupnya,

ditambahkan gliserin, propilenglikol, dan aquadest steril sedikit demi sedikit dengan
pengadukan secara kontinyu hingga terbentuk gel. Gel yang telah terbentuk dicampurkan
dengan esktrak, kemudian disimpan pada suhu ruangan selama semalam.

V. ANALISIS KUALITAS SEDIAAN


A. Uji Organoleptik

Pengujian dilakukan dalam pada hari ke 0,1, 4,6. Pengujian yang dilakukan
meliputi pengamatan kestabilan bentuk (konsistensi), warna, dan bau. Sediaan
dikatakan stabil jika tidak terjadi perubahan dari ketiga aspek tersebut.
B. Uji Homogenitas
Pengujian dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas dari sediaan gel. Gel
dikatakan homogen jika tidak terdapat butiran kasar pada sediaan. Langkah langkah
pengujian homogenitas gel adalah :
1. Letakkan gel secukupnya diatas object glass
2. Letakkan object glass lain di atas unguenta tersebut. Tekan dengan beban 1kg
selama 5 menit.
3. Amati sebaran gel, apakah homogen dan halus (tidak ada butiran kasar)
4. Ulangi sebanyak 3 kali.
C. Uji Daya Sebar
Pengujian dilakukan dengan tujuan melihat kemampuan penyebaran gel. Daya
sebar 5-7 cm (Garg et al., 2002), menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat
nyaman dalam penggunaan. Langkah - langkah pengujian daya sebar gel adalah :
1. Timbang 0,5 gram gel di tengah kaca bundar.
2. Letakkan kaca penutup di atas massa gel, biarkan selama 1 menit.
3. Ukur diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata rata
diameter dari beberapa sisi).
4. Tambahkan 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit. Penambahan
beban dilakukan sebanyak 3 kali lagi dengan setiap penambahan beban
seberat 50 gram diamkan selama 1 menit, dan diukur diameternya.
Pengujian ini juga dapat dilakukan untuk melihat konsistensi gel, dimana gel yang
baik harus mudah dikeluarkan dari wadahnya dan memiliki daya ekstrudabilitas
yang baik-- dapat mempertahankan konsistensinya saat diaplikasikan di kulit
(Harmely, et al., 2012).
D. Uji Viskositas
Pengujian dilakukan untuk mengetahui viskositas gel, menggunakan alat
viscotester Rion T-040, dengan skala 2. Satuan yang diperoleh dalam dPas (desy
Pascal).

E. Uji pH
Nilai pH suatu sediaan topikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5
(Tranggono dan latifa, 2007). Dilakukan juga uji kestabilan pH pada hari ke 0,1,4,
dan 6. Alat yang digunakan adalah pH indikator.
F. Uji Daya Antibakteri
VI.

PEMILIHAN KEMASAN
Kemasan yang digunakan untuk sediaan gel ekstrak etanol daun nangka ini adalah
dengan kemasan tube. Adapun pertimbangan pemilihan kemasan ini adalah tube
karena sediaan gel ini merupakan sediaan steril yang digunakan untuk penggunaan
berkali-kali, sehingga dibutuhkan kemasan yang dapat meminimalisir kontaminasi
mikroba, sehingga pasien dapat terhindar dari infeksi sekunder. Tube dapat
meminimalisir kontak langsung sediaan dengan lingkungan luar (udara, mikroba,
kelembaban uap air).
Selain itu penggunaan tube lebih praktis dan mudah dibawa dibandingkan
kemasaan untuk sediaan semisolid yang laiin seperti pot. Ukuran tube yang kecil dan
ringan membuat kemasan ini lebih praktis dan nyaman untuk digunakan.
Desain kemasan dari produk wound healing kami HELENA (10gram):

VII.

DAFTAR PUSTAKA
Choudhary, G. P., 2011, Wound Healing Activity of the Ethanolic Extract of
Terminalia chebula Retz., International Journal of Pharma and Bio
Sciences, vol 2, 51.

Garg, A., D. Aggarwal, S. Garg., A. K. Sigla. 2002. Spreading of Semisolid


Formulation: An Update.Pharmaceutical TecnoLogy, September : 84-102.
Hamzah, H., Fatimawali, Yamlean, P. V. Y. dan Mongi, J., 2013, Formulasi Salep
Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dan Uji
Efektivitas Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka Pada Kelinci, Jurnal
Ilmiah Farmasi, vol 2, 63.
Harmely, F., Hosiana, V., dan Reskika, R., 2012, Formulasi Pasta Gigi Minyak
Cengkeh (Oleum Caryophylli) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap
Streptococcus mutans, Jurnal Scientia, vol 2, 38.
Harry, N.R, 1994. Nangka. Dalam Lembaran Informasi Prosea. No.7. PROSEA
Indonesia- Yayasan PROSEA, Bogor, hal: 41-42.
Rowe, C.R., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipient, 6th edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, USA, pp. 118-121, 624-625, 766-770.
Tranggono, R.I., F. Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
Gramedia, Jakarta, hal. 67.

Anda mungkin juga menyukai