Percobaan 2 Pala
Percobaan 2 Pala
Judul
Tujuan
reaksi
penyabunan
Trimiristin
untuk
I. DASAR TEORI
Tanaman pala atau Myristica Fragan Houtt
termasuk familia myristicaceae, yang tumbuh di
Indonesia, terutama di Maluku. Pohon pala
merupakan tanaman yang tingginya sekitar 10 meter.
Bauahnya yang masak berwarna kuning di bagian
tengahnya alur, garis tengah buah ini sekitar 5 cm.
Biji pala yang banyak diperlukan sebagai bahan obat barkadar minyak
atsiri yang tidak kurang dari 5% volume berat, sedangkan kadar minyak atsiri
serbuk tidak kurang dari 4%. Uraian makroskopik bijinya adalah sebagai berikut:
a.
b.
1.
minyak atsiri sampai 10% berisi miristin (yang bersifat membius) sekitar 4%,
pinen 80%, kamfer 8%, dipentesafrol 0,6%, egenol, ko-egenol dan alkohol
6%.
2.
Minyak lemak sekitar 40% berupa gliserida dari asam miristat, asam oleat dan
asam linoleat
3.
Abu 4%, zat putih telur 25% sampai 40% pati dan gula
Demikian banyak kandungan zatnya, sehingga banyak diperlukan bagi
obat pembius, menyebabkan rasa ngantuk dan memperlambat pernafasan. Selain
sebagai bahan obat sering pula dijadikan bahan pewangi.
Manfaat Tanaman Pala
Selain sebagai rempahrempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman
penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan,
minumandankosmetik.
1) Kulitbatangdandaun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan kino hanya dimanfaatkan
sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan
minyakatsiri
2) Fuli
Fuliadalahbendauntukmenyelimutibijibuahpalayangberbentukseperti
Anyaman pala, disebut bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering
banyakdijualdidalamnegeri.
3) Bijipala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orangorang pribumi sebagai
rempahrempah.Buahpalasesungguhnyadapatmeringankansemuarasasakit
dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam
lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang
terganggu,obatmuntahmuntahdanlainlainya.
4) Dagingbuahpala
Dagingbuahpalasangatbaikdansangatdigemariolehmasyarakatjikatelah
diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,
marmelade,selaipala.
Hampir semua orang mengenal buah pala (Myristica Fragrans Houtt). Kita
biasa menggunakan bijinya sebagai bumbu masakan. Olahan daging maupun
masakan bersantan terasa lebih harum dan lezat dengan menambahkan sedikit
pala halus. Daging buahnya lain lagi, aromanya yang harum dengan rasa sedikit
asam menjadikan daging buah pala cocok untuk bahan baku sirup maupun
manisan.
Kebiasaan
menggunakan
pala
sebagai
bumbu
masakan
atau
menggunakan pelarut non polar, misalnya heksana atau dietil eter dengan soxlhet
(karena sampel biji pala berupa padatan). Pelarut yang ada dalam labu didih
dipanaskan kemudian mengembun. Bila volumenya mencukupi pelarut yang telah
membawa solut akan keluar melalui pipa kecil kedalam labu. Proses ini
berlangsung terus-menerus (kontinu) menggunakan sokhlet dan metode perkolasi.
Asam miristat juga dapat diperoleh dari trimiristin dengan reaksi penyabunan dan
hidrolisis dan dimurnikan dengan rekristalisasi menggunakan aseton.
Reaksi Penyabunan Trimistin Menjadi Asam Miristat
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asamasam lemak. Sabun mengandung terutama garam C 16 dan C18. Namun dapat juga
juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah.
Sebagaimana telah kita ketahui, buah pala (myrictica fragrans) memiliki
komposisi kimia seperti minyak atsiri (berisi miristin), minyak lemak (berupa
gliserida dari asam miristat, asam oleat dan asam linoleat, serta abu, zat putih
telur, pati dan gula.
Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol
dan asam miristat. Gliserida ini terkandung dalam buah pala yang bersifat nonpolar. Karena kadar trimiristin yang tinggi dalam biji pala maka dapat diekstraksi
dengan menggunakan pelarut non-polar misalnya heksana atau dietil eter dengan
soxhlet dan dimurnikan dengan cara kristalisasi menggunakan aseton.
Penyabunan trimiristin menggunakan NaOH menghasilkan gliserol dan
garam natrium dari asam miristat. Bila larutan ini diasamkan akan menghasilkan
asam miristat yang dapat dikumpulkan dengan pengeringan vacum.
Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada
zaman yang lampau. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi
(natrium hidroksida) dan karenanya terhidrolisis menjadi gliserol dan garam
natrium dari asam lemak. Dulu digunakan abu kayu ( yang mengandung basa
seperti kalium karbonat) sebagai ganti lindi (lye = larutan alkali).
Reaksi penyabunan :
Natrium Miristat
1 set
2.
Corong Buchner
1 buah
3.
Corong Biasa
1 buah
4.
Baskom
1 buah
5.
Erlenmeyer 50 mL
1 buah
6.
Statif + Klem
1 buah
7.
Labu Bundar
1 buah
8.
Penangas Air
1 buah
9.
Penangas Minyak
1 buah
10.
Evaporator
1 set
11.
1 buah
12.
Gelas Ukur 50 mL
1 buah
13.
Pipet Tetes
5 buah
14.
Pipet Ukur
1 buah
15.
Batang Pengaduk
1 buah
16.
Spatula
1 buah
17.
Sendok
1 buah
18.
Kaca Arloji
1 buah
19.
Neraca Analitik
1 buah
20.
Termolyn
1 buah
21.
Termometer
1 buah
22.
Kasa
1 buah
23.
Kaki Tiga
1 buah
24.
Bunsen
1 buah
25.
1 set
III.
Prosedur Kerja
A. Isolasi Trimistin
1. Membungkus dengan kertas saring 80 gram serbuk biji pala kemudian
memasukkan ke dalam alat soxhlet.
ekstrak
untuk
mengeluarkan
pelarutnya
sehingga
Hasil Pengamatan
N
Hasil pengamatan
o
A. Isolasi Trimistin
1
Menimbang serbuk pala
80,0736 gram
2
Membungkus serbuk pala dengan kertas Pala terbungkus kertas saring
3
saring
Melakukan soxhletasi
Mengevaporasi ekstrak
Pelarut
terpisah
dengan
minyak,
minyak
berwarna
coklat bening
6
Larutan
Menyaring endapan
kekuningan
Larutan bening kekuningan
9
10
11
12
bening
berwarna
Endapan putih
Terdapat endapan putih
Endapan terpisah dengan filtrat
Endapan putih
21,2110 gram
larut,
larutan
keruh
Larutan bening kecoklatan
yang Terbentuk kristal putih
3.
4.
Merefluks 1 jam
Mendinginkan dalam
6
7
mengandung es
Menyaring dengan corong buchner
Massa Kristal
200o 204oC
wadah
V. Analisis Data
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan senyawa organik dengan
menggunakan ekstraksi padat cair, dimana dalam percobaan ini melakukan isolasi
trimiristin asam miristat dari biji pala menggunakan soxhlet dan melakukan reaksi
penyabunan trimiristin menjadi asam miristat.
A.
dijadikan serbuk halus. Hal ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung dalam biji
pala mudah larut dalam pelarut, karena semakin halus serbuk maka semakin luas
permukaan sentuh antara pelarut dengan sampel sehingga akan semakin besar
kontak dengan pelarut yang digunakan.
Selanjutnya sebelum memulai proses soxhletasi serbuk biji pala dibungkus
dengan kertas saring berbentukl lonjong dan diikat dengan benang gandir agar
sampel tidak keluar dasri kertas saring paada saat menyoxhlet. Penggunaan kertas
saring sebagai pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis
dan berpori yang dapat mempermudah pelarut untuk menyerap lemak yang
terkandung dalam serbuk biji pala.
Kemudian sampel serbuk biji pala yang sudah dibungkus kertas saring
tadi disoxhlet. Dalam percobaan ini menggunakan metode pemisahan dengan
soxhlektasi karena dalam percobaan ini sampel yang digunakan berupa padatan
yaitu serbuk biji pala. Adapun
dimasukkan dalam labu bundar dan ditambahkan pula dengan batu didih yang
bertujuan untuk menjaga tekanan dan suhu larutan agar tetap stabil.
Selanjutnya melakukan soxhletasi selama 3 jam dengan beberapa siklus
untuk menghasilkan ekstrak yang berupa larutan bening. Dengan terbentuknya
larutan bening maka menandai proses ekstraksi ini berlangsung sempurna.
Dalam proses soxhletasi ini digunakan penangas minyak agar pelarut
dapat menguap dengan sempurna tanpa didahului oleh penguapan penangas,
karena titik didih minyak yang lebih tinggi daripada pelarut n-heksana yaitu untuk
minyak sekitar 200oC dan n-heksana sekitar 69oC. Pada soxhletasi terjasdi suatu
siklus yaitu ketika pelarut yaitu ketika pelarut n-heksana dalam labu bundar akan
menguap akibat dari pemanasan penangas minyak yang berasal dari termolyne.
Uap pelarut akan naik, kemudian akan dikondensasikan oleh kondensor menjadi
molekul-molekul cairan pelarut yang jatuh ke dalam tempat sampel serbuk biji
pala. Terjadinya pengembunan ditandai dengan adanya tetesan-tetesan pelarut ke
dalam sampel. Setelah volume tempat sampel dipenuhi oleh pelarut, maka seluruh
cairan ( pelarut yang telah membawa solut ) akan turun kembali ke labu dasar
bundar melalui pipa kecil dan proses inilah yang disebut dengan satu siklus.
Siklus ini terjasdi berulang-ulang ( kontinu ) sehingga terjadi suatu
sirkulasi. Dalam percobaan ini diperoleh siklus sebanyak 15 kali, hasil siklus ini
adalah pelarut n-heksana beserta zat-zat non polar yang terkandung dalam serbuk
biji pala dasn senyawa non polar yang ikut terlarut bersama-sama dengan pelarut
n-heksana adalah minyak pala.
Dalam proses soxhletsi ini, ketika pelarut n-heksana masuk ke dalam
tempat sampel maka pelarut n-heksana yang bersifat non polar akan melarutkan
zat-zat yang bersifat non polar yang terkandung dalam biji pala lalu akan turun
kembali ke dalam labu bundar bersama-sama dengan pelarut n-heksana. Semakin
bvanyak siklus yang terjadi maka semakin banyak ekstrak yang didapat karena
semakin banyak zat-zat yang ikut terlarut di dalam pelarut sehingga hasil ekstrak
akan semakin besar sampai pada batas kandungan zat/jumlah zat tersebut di dalam
sampel. Dari proses soxhletasi ini diperoleh minyak yang berwarna coklat muda
bening yang merupakan minyak pala dan hasil mini diperoleh dari perlakuan
evaporasi.
Selanjutnya hasil dari proses soxhletasi tadi dievaporasi dengan
menggunakan alat evaporator. Perlakuan dengan evaporasi bertujuan untuk
memisahkan antara zat pelarut dengan minyak pala. Pada pemisahan dengan
evaporasi ini merupakan pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih dimana zat
yang mempunyai titik didih rendah akan menguasp terlebih dahhulu. Dalam
proses ini, pelarut n-heksana mempunyai titik didih yang lebih rendah darida
minyak pala sehingga n-heksana menguap terlebih dahulu akibatnya n-heksana
akan terpisah dari minyak pala.
Pada proses pemisahan ekstrak biji pala dari pelarutnya ini dilakukan
dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu bundar. Pelarut nheksana dapat menguap 5-10oC di bawah titik didih pelarutnya. Hal ini
disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap
pelarut akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul pelarut murni yang ditampung dalam labu bundar penampung
pelarut dan terpisah dengan hasil ekstraknya.
Selanjutnya minyak yang diperoleh ini hasil evaporasi ditambahkan
dengan aseton. Penggunaan aseton ini bertujuan untuk memisahkan zat pengotor
dari zat murni dari biji pala, dan proses pemisahan ini disebut rekristalisasi.
Dalam proses rekristalisasi, kriteria pelarut yang digunakan tentunya pelarut yang
tidak bereaksi dengan zat padat yang terlarut. Dalam percobaan ini digunakan
aseton karena pelarut ini tidak bereaksi dengan zat yang terkandung serbuk biji
pala. Selain itu kriteria pelarut yang baik dalam proses rekristalisasi adalah pelarut
yang tidak memiliki titik didih melebihi titik leleh zat padatnya, kemudian pelarut
hanya sedikit melarutkan zat padat padam suhu kamar, tetapi sangat mudah
melarutkan pada suhu didihnya.
Dalam percobaan ini digunakan aseton karena titik didh aseton lebih
rendah dibandibgkan titik leleh zat yang terkandung dalam biji pala yaitu titik
leleh aseton berdasarkan literatur adalah 56,2oC sedangkan titik leleh trimiristin
adalah 56o 57oC. Pada penambahan aseton timbul endapan berwarna putih, hal
dengan mencampurkan antara 0,8 gram trimiristin hasil isolasi dengan soxhletasi
tadi dengan NaOH dan etanol. Penggunaan NaOH ini bertujuan agar dalam reaksi
ini dihasilkan sabun. Sedangkan penambahan etanol berfungsi sebagai pelarut di
mana etanol akan melarutkan hasil campuran setelah direfluks yakni sabun dan
gliserol
Campuran trimiristin, NaOH, dan etanol direfluks dengan penangas air
selama 1 jam. Hal ini bertujuan agar campuran dapat melarut secara sempurna dan
juga jumlah produk akan meningkat dengan dilakukan pemanasan. Pada saat
merefluks tentunya dilakukan penambahan batu didih dalam labu bundar yang
berisi campuran. Hal ini bertujuan agar suhu dan tekanan akan tetap stabil
sehingga tidak terjadi tiupan ketika merefluks.
Natrium Miristat
penambahan HCl dapat langsung terbentuk dan kristalnya dapat cepat terbentuk
dengan adanya pendinginan dari air es.
Setelah terbentuknya kristal putih agak krem, larutan disring dengan
corong Buchner dan mencucinya dengan menggunakan air dingin. Pencucian
berfungsi agar garam NaCl sebagai hasil samping dapat terpisah dari kristal asam
miristat sebab sifat dari garam NaCl adalah mudah larut dalam air, sedangkan
asam miritat sukar larut dalam air karena asam miristat tergolong asam lemak
yang mempunyai sifat kelatutan dalam air tidak begitu larut.
Kemudian, kristal yang terbentuk dikeringkan dan ditimbang. Dari hasil
percobaan massa kristal asam miristat nyata sebesar 0,1294 gram dan untuk massa
kristalasam miristat secara teoritis adalah 0,7006 gram, sehingga dapat ditentukan
persentase rendemen perbandingan antara berat kristal asam miristat nyata dengan
perbandingan teoritis adalah 17,4 %.
Selanjutnya, ketika penambahan titik leleh terhadap kristal yang diperoleh
dan didapatkan data bahwa titik leleh asam miristat berada pada trayek 2002040C. Titik leleh yang diperoleh ini jauh lebih tinggi daripada titik leleh asam
miristat secara literature, yaitu sebesar 54,10C. hal ini mungkin disebabkan dalam
kristal masih belum murni yaitu kemungkinan masih banyak mengandung gliserol
yang pada dasarnya merupakan minyak yang sukar larut dalam air. Jadi,
kemungkinan ketika mencuci dengan air dingin, gliserol tidak terpisah dengan
baik dari kristal
disebabkan juga oleh kurang bagusnya memasukkan kristal ke dalam pipa kapiler
sehingga mengakibatkan titik leleh dari kristal yang dihasilkan kurang sesuai
dengan literature.
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
2. Dari 80 gram serbuk biji pala yang digunakan sebagai sampel dan diperolah
trimiristin 21,2110 gram dengan persentase rendemen sebesar 20,49 % dan
titik leleh dengan trayek 43-50 oC
3. Reaksi penyabunan trimiristin akan menghasilkan asam miristat dan diperoleh
garam natrium, dan gliserol. Semuanya diperoleh melalui penambahan NaOH
dan etanol ke dalam trimiristin yang menghasilkan natrium miristat dan
gliserol, kemudian dengan penambahan HCl akan menhasilkan asam miristat
dan garam NaCl.
4. Massa asam miristat yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar 0,1294
gram dan persentase perbandingan rendemen nyata dengan teoritis adalah
sebesar 0,12 % .
VII.
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Diketahui : massa serbuk biji pala = 80,0736 gram
Massa kristal = 21,2110 gram
Ditanya : % rendemen ......?
Jawaban:
=
= 26,49 %
Jadi % rendemen trimistin adalah 26,49 %
2. Diketahui : massa trimistin = 0,8029 gram
Massa kristal = 0,1294 gram
Ditanya: % rendemen....?
Jawaban :
Mr asam miristat = 228 gr/mol
Mr trimiristin = 722 gr/mol
Mol trimiristin = massa / Mr = 0,8029 gr / 722 grmol-1 = 0,001112049
1 mol trimistin ~ 3 mol asam miristat
0,001112049 mol trimistin ~ 0,003336149 mol asam miristat
Massa asam miristat = 0,003336149 mol x 228 g/mol
= 0,7606 gram
% rendemen =
= 17,12 %
B. Jawaban pertanyaan
1. Untuk mengisolasi trimistin, diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana,
karena pelarut n-heksana bersifat non polar yang nantinya bias melarutkan
senyawa trimistin yang juga bersifat non polar. Disini kita berpegang pada
prinsip like dissolve like. Meskipun air merupakan suatu pelarut universal
tetapi bersifat polar dan titik didihnya pun juga terlalu tinggi.
2. Aseton dipakai untuk terkristalisasi trimistin adalah karena aseton dapat
melarutkan zat yang masih terkandung dalam residu (trimistin) dan juga
mampu memisahkan zat-zat pengotor dari zat murni dalam keadaan panas.
3. cara yang lebih baik untuk mendapatkan asam miristat dari trimistin
adalah dilakukan penyabunan lebih dahulu karena dari reaksi ini akan
menghasilkan natrium miristat yang nantinya akan diikat oleh HCl.
C. Flowchart
a. Isolasi Trimistin
80 gram serbuk pala dalam kertas saring + 250 mL n-heksana + batu didih
Memasukkan ke dalam labu soxhlet
Menyoxhlet selama 3 jam
Ekstrak pala
- mengevaporasi
Minyak pala
Pelarut
Larutan panas
- menyaring
Residu
filtrat
mendinginkan dalam wadah yang mengandung es
Kristal putih
Mencuci dengan aseton sebanyak 2 kali
Membiarkan kristal sampai kering
Kristal putih kering
menimbang kristal
menentukan titik leleh
lelehan
Larutan
Kristal kering
Catatan
Menimbang kristal kering, menentukan titik lelehnya