Anda di halaman 1dari 3

KETENTUAN UMUM

A. Pemberlakuan, Kesetaraan
1. Peraturan ini berlaku untuk kapal laut dari baja dengan tanda kelas A 100 yang memiliki
perbandingan lebar terhadap tinggi dalam batas yang umum untuk kapal laut dan memiliki
tinggi H tidak kurang dari:
L/16 untuk Daerah Pelayaran Samudera dan P (Pelayaran Samudera Terbatas)
L/18 untuk L (Pelayaran Lokal)
L/19 untuk T (Pelayaran Tenang)
Tinggi yang lebih kecil dapat disetujui jika dibuktikan adanya kekuatan, kekakuan dan
keselamatan kapal yang setara.
Rancangan konstruksi lambung kapal curah dengan L 90 m yang kontrak
pembangunannya pada atau setelah 1 April 2006 harus dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Konstruksi Bersama (CSR) IACS untuk Kapal Curah.
Demikian pula untuk kapal tangki minyak lambung ganda dengan L 150 m,
Peraturan Konstruksi Bersama IACS untuk Kapal Tangki Minyak Lambung Ganda
berlaku mulai tanggal tersebut. Untuk kapal tangki tersebut Bab 24, A. harus diperhatikan
sebagai tambahan.
Peraturan lain yang terkait dengan rancangan konstruksi lambung yang tidak tercakup
dalam Peraturan Konstruksi Bersama IACS akan dikeluarkan BKI dalam edisi khusus
sebagai Peraturan pelengkap untuk kedua Peraturan Konstruksi Bersama IACS tersebut.
Untuk kapal curah dan kapal tangki minyak dibawah batas masing-masing panjang,
Peraturan BKI ini tetap berlaku dengan pertimbangan khusus sesuai Bab 23 dan Bab 24.
2. Kapal yang tipe, perlengkapan atau beberapa bagiannya menyimpang dari Peraturan
Konstruksi dapat dikelaskan jika bagian konstruksi atau peralatannya terbukti setara
dengan yang disyaratkan oleh BKI untuk kelas yang dimaksud.
3. Untuk Tanda Kelas dan Notasi Kelas lihat Peraturan Klasifikasi dan Survey, Jilid I, Bab 2.
4. Kapal yang cocok untuk survey bawah air yang akan diberi notasi kelas IW, harus
memenuhi persyaratan Bab 37.
B. Daerah Pelayaran yang Dibatasi
1. Untuk penentuan ukuran konstruksi memanjang dan melintang dari kapal yang digunakan
untuk beroperasi di salah satu daerah pelayaran yang dibatasi P, L dan T, beban dinamis
dapat dikurangi sebagaimana disebutkan pada Bab 4 dan 5.
2. Untuk definisi daerah pelayaran P, L dan T, lihat Peraturan Klasifikasi dan Survey, Jilid I,
Bab 2, C.3.1.1.
C. Kapal untuk Penggunaan Khusus
Bila suatu kapal dirancang untuk mengangkut muatan khusus (misal kayu
gelondongan) yang pemuatan, penempatan dan pembongkaran nya dapat menyebabkan
tegangan konstruksi yang besar didaerah palka, maka konstruksi tersebut harus diperiksa
kemampuannya untuk menahan beban tersebut.
D. Aksesibilitas
1. Semua bagian lambung harus dapat dicapai untuk pemeriksaan dan pemeliharaan.
2. Untuk keamanan dalam memasuki dan bekerja dalam tangki besar dan palka kapal curah
lihat Bab 21, N.

E. Stabilitas
1. Umum
Kapal dengan panjang 24 m atau lebih akan diberi kelas hanya setelah diperlihatkan
bahwa stabilitas-utuhnya memadai untuk pelayaran yang diinginkan.
Stabilitas-utuh memadai berarti memenuhi standar yang ditetapkan oleh Pemerintah terkait.
BKI berwenang untuk menyimpang dari standar, jika diminta untuk alasan khusus, dengan
mempertimbangkan tipe dan ukuran kapal.
Dalam hal apapun, tingkat stabilitas-utuh untuk kapal dari semua ukuran tidak boleh
kurang dari yang disyaratkan oleh Resolusi IMO A.749 (18), kecuali pembatasan operasional
khusus yang termuat dalam notasi kelas memungkinkan
hal ini. Bab 4.9 dari Resolusi diatas hanya dipertimbangkan berdasarkan petunjuk khusus dari
Pemerintah yang berwenang.
2. Kapal dengan pembuktian stabilitas kebocoran
Kapal dengan pembuktian stabilitas kebocoran akan diberi tanda . Dalam Buku
Register dan lampiran Sertifikat, pembuktian dari stabilitas kebocoran disebutkan dengan
kode berjumlah lima angka sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Klasifikasi dan Survey,
Jilid I, Bab 2, C 2.5 & C 3.1.2.
3. Peralatan anti miring
Jika tangki digunakan sebagai peralatan anti miring, maka pengaruh momen tangki
maksimum yang mungkin pada stabilitas-utuh harus diperiksa. Pembuktian masingmasing
harus dilakukan untuk beberapa sarat dan mengambil titik berat maksimum yang diizinkan
yang diperoleh dari kurva batas stabilitas sebagai dasar. Umumnya sudut miring tidak boleh
lebih dari 10.

H. Ukuran utama
1 Panjang L
Panjang L adalah jarak dalam meter pada garis muat musim panas dari pinggir depan
linggi haluan ke pinggir belakang linggi kemudi, atau garis sumbu tongkat kemudi jika tidak
ada linggi kemudi.
L tidak boleh kurang dari 96% dan tidak perlu lebih dari 97% panjang garis muat
musim panas. Pada kapal yang bentuk buritan dan haluannya tidak lazim, panjang L akan
dipertimbangkan secara khusus.
2 Panjang Lc (menurut LLC 66, MARPOL 73/78, Koda - IBC and Koda - IGC)
Panjang Lc diambil 96% dari keseluruhan panjang pada garis air di posisi 85% dari
tinggi bentuk terkecil Hc , diukur dari bagian atas lunas , atau panjang dari sisi depan lunas
haluan sampai garis sumbu tongkat kemudi pada garis air tersebut, jika nilainya lebih besar.
Pada kapal yang dirancang dengan lunas miring, maka garis air tempat pengukuran panjang
diambil sejajar dengan garis air rancangan.
Untuk definisi tinggi bentuk terkecil Hc lihat LLC 66, Lampiran I, Bab I, Regulasi 3 (5).
3 Panjang L* (menurut SOLAS 74 Bab II-1, Regulasi 2)
Panjang L* kapal adalah panjang yang diukur antara garis tegak haluan dan garis
tegak buritan yang diambil pada ujung-ujung garis muat subdivisi tertinggi.
4 Panjang subdivisi Ls :
Definisi pada SOLAS 74, Bab II1, Reg. 25 2.2.1 dan Bab 36, B.4. agar dijadikan
acuan.
5 Garis tegak haluan F.P. :
Garis tegak haluan bertepatan dengan sisi depan linggi haluan pada garis air pada
tempat masing-masing panjang L, Lc, atau L* diukur.
6 Lebar B:
Lebar B adalah lebar bentuk terbesar dari kapal.

7 Tinggi H
Tinggi H adalah jarak vertikal dari garis dasar (Garis dasar adalah garis yang
melewati tepi atas pelat lunas pada pertengahan panjang L) sampai pinggir atas balok geladak
menerus teratas diukur pada pertengahan panjang L.
Di daerah bangunan atas efektif untuk penentuan ukuran konstruksi kapal tinggi H
diukur sampai ke geladak bangunan atas.
8 Sarat T
Sarat T adalah jarak vertikal dari garis dasar sampai ke tanda lambung timbul untuk
garis muat musim panas diukur pada pertengahan panjang L. Untuk kapal dengan garis muat
kayu sarat T diukur sampai ke tanda lambung timbul untuk garis muat kayu.
9 Jarak gading-gading a.
Jarak gading-gading a diukur dari tepi bentuk ke tepi bentuk gading.
10 Koefisien blok CB
Koefisien blok bentuk pada sarat T, berdasarkan panjang peraturan L.
displasemen bentuk [m ] pada sarat
L. B. T
11 Kecepatan kapal v0
Kecepatan dinas maksimum [knot], dengan mana kapal dirancang untuk
mempertahankannya pada sarat garis air musim panas dan pada RPM baling-baling sesuai
dengan MCR (kecepatan kontinyu maksimum).
Dalam hal baling-baling kendali langkah, kecepatan v0 ditentukan berdasarkan langkah
maksimum.
C =

12 Definisi geladak
12.1 Geladak sekat: Geladak sekat adalah geladak tempat berakhirnya sekat kedap air.
12.2 Geladak lambung timbul: Geladak lambung timbul adalah geladak yang menjadi
dasar perhitungan lambung timbul.
12.3 Geladak kekuatan: Geladak kekuatan adalah geladak atau bagian geladak yang
menjadi lingkar atas dari konstruksi bujur efektif.
12.4 Geladak cuaca: Semua geladak bebas dan bagian dari geladak yang terbuka terhadap
laut ditetapkan sebagai geladak cuaca.
12.5 Geladak bawah: Dimulai dari geladak pertama dibawah geladak menerus teratas,
geladak bawah ditetapkan sebagai geladak kedua, geladak ketiga, dan seterusnya.
12.6 Geladak bangunan atas: Geladak bangunan atas yang terletak tepat di atas geladak
menerus teratas disebut geladak akil, geladak anjungan, dan geladak kimbul. Geladak
bangunan atas yang terletak di atas geladak anjungan disebut geladak bangunan atas
kedua, ketiga dan seterusnya.
12.7 Untuk susunan palka, pintu dan ventilasi, maka ditetapkan daerah berikut:
Pos. 1 pada geladak lambung timbul terbuka, pada geladak penggal yang ditinggikan, pada
geladak bangunan atas terbuka di daerah seperempat bagian depan dari Lc.
Pos. 2 pada geladak bangunan atas terbuka pada bagian belakang dari seperempat bagian
depan dari Lc.
K. Toleransi Pembulatan
Bila dalam penentuan tebal pelat sesuai dengan ketentuan dari Bab-Bab selanjutnya
nilainya berbeda dari penuh atau setengah mm maka nilai tersebut boleh dibulatkan menjadi
penuh atau setengah milimeter untuk nilai sampai 0,2 atau 0,7; diatas 0,2 atau 0,7 mm
dibulatkan ke atas. Jika ketebalan pelat tidak dibulatkan, maka ketebalan yang disyaratkan
harus dicantumkan dalam gambar.
Modulus penampang profil yang biasa dalam perdagangan termasuk lebar efektif
menurut Bab 3, E. dan F. boleh 3% lebih kecil dari nilai yang disyaratkan menurut peraturan
berikut untuk penentuan ukuran.

Anda mungkin juga menyukai