Anda di halaman 1dari 28

MODUL 1

WORK SAMPLING

2
6

MUHAMMAD TAUFIQ MUHARRAR


D221 12 266
KELOMPOK IV

LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja suatu sistem kerja ditentukan oleh performansi dari pekerjanya,
yaitu berupa tingkat keefektifan pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu metode untuk menghitung tingkat keefektifan
tersebut, salah satu caranya adalah melakukan sampling pekerjaan (work
sampling). Pada awalnya sampling pekerjaan dikembangkan di Inggris oleh
L.H.C. Tippet pada pabrik-pabrik tekstil di Inggris. Sampling pekerjaan
menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik.
Sampling pekerjaan dapat dilakukan terhadap tenaga kerja tak
langsung, tenaga kerja langsung, maupun terhadap mesin. Sampling pekerjaan
adalah suatu prosedur pengukuran yang dilakukan dengan melakukan
kunjungan-kunjungan pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan secara acak
(random). Kunjungan-kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang
terjadi atau kegiatan apa yang sedang dilakukan di tempat kerja yang
bersangkutan, frekuensi kegiatan tersebut, dan berapa persen waktu yang
dipergunakan untuk pekerjaan itu. Semakin banyak kunjungan yang
dilakukan, semakin kuat dasar (berupa tingkat ketelitian) untuk mengambil
kesimpulan.
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memisahkan pekerjaan pada sistem kerja menjadi
elemen-elemen kerja yang produktif dan non-produktif.
2. Praktikan mampu melakukan pengukuran waktu kerja secara langsung
dengan menggunakan metode work sampling.
3. Praktikan dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil sampling
pekerjaan untuk melakukan perbaikan/pengaturan kerja dalam upaya
meningkatkan efektifitas, efesiensi, dan produktifitas kerja.

BAB II
TEORI DASAR

A. Defenisi Work Sampling


Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay
Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,
proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan
kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti
(Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum
probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek
yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi)
melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang
diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989).
Pengukuran waktu dengan sampling pekerjaan mempunyai beberapa
kegunaan, yaitu :
1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja
oleh pekerja atau kelompok kerja
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di
pabrik.
3. Untuk mengetahui waktu baku suatu pekerjaan.
4. Untuk memperkirakan kelonggaran (allowance) suatu pekerjaan.
B. Prosedur Work Sampling
Cara melakukan pengamatan dengan metode sampling pekerjaan terdiri
dari beberapa langkah, sebagai berikut :
1.
Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa hasil pengukuran
digunakan, beberapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang
diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
2.
Melakukan sampling pendahuluan.
Pada tahap ini ditentukan waktu-waktu pengamatan secara acak,
dengan menggunakan tabel bilangan acak.
3.
Memisahkan pekerjaan pada sistem kerja yang diteliti menjadi
elemen-elemem kerja.
4.
Melakukan pengukuran waktu.
5.
Menguji keseragaman data:

BKA =

p3

p 1 p
n

BKB =

Dimana :
Dengan

6.

p 1 p
n

p3

p
k

dan

pi = Persentase produktif di hari ke-i


k = Jumlah hari pengamatan

Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan.


Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja
akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat ketelitian dari
hasil pengamatan dan tingkat keyakinan dari hasil pengamatan.
Dengan asumsi bahwa tejadinya kejadian seorang operator akan
bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal, maka
untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat
dicari dengan rumus :

N =

k 2 (1 p )
S2 p

Dimana :
N
S
p
k

7.

=
=
=
=

Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja


Tingkat ketelitian yang dikehendaki (bentuk desimal)
Persentase terjadinya kejadian yang diamati (bentuk desimal)
Harga indeks yang besarnya bergantung pada tingkat kepercayaan yang
diambil:
Tingkat kepercayaan 68% mempunyai harga k = 1
Tingkat kepercayaan 95% mempunyai harga k = 2
Tingkat kepercayaan 99% mempunyai harga k = 3

Melakukan perhitungan waktu baku.

C. Faktor Penyesuaian
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka harus diadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu
pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian/rating factor. Faktor ini adalah
sebagai berikut :

1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas batas


kewajaran (normal) maka rating factori akan lebih besar dari satu (p>1
atau p> 100%)
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan
di bawah kewajaran (normal) maka rating factor akan lebih kecil dari
satu (p < 1 atau p< 100%).
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor
diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%)
Guna melaksanakan pekerjaan normal maka dianggap bahwa operator
tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usahausaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan
dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Berikut ini
akan diuraikan beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya
diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja.
1. Skill dan Effort Rating
Tahun 1916 Charles E. Bedeaux memperkenalkan suatu sistem untuk
pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja (Wignjosoebroto, 2008).
Sistem yang diperkenalkan oleh Bedeaux ini berdasarkan pengukuran
kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka Bs. Prosedur
pengukuran kerja yang dibuat oleh Bedeaux juga menentukan rating
terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan operator
pada saat bekerja. Bedeaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance
standar yang harus dicapai oleh seorang operator. Dengan kata lain
seorang operator yang bekerja dengan kecepatan normal diharapkan
mampu mencapai angka 60 Bs per jam dan insentif dilakukan pada tempo
kerja rata-rata sekitar 70 sampai 80 Bs per jam.
2. Westing house Sytems Rating
Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang
dianggap lebih lengkap bila dibandingkan dengan sistem yang
dilaksanakan oleh Bedeaux (Wignjosoebroto, 2008). Selain kecakapan
(skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedeaux sebagai
faktor yang mempengaruhi performance manusia, Westing House
menambahkan kondisi kerja (working condition) dan konsistensi dari
operator di dalam melakukan kerja. Westing House telah berhasil
membuat suatu tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai yang
berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut.
Untuk menormalkan waktu yang ada, dapat dilakukan dengan jalan
mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah
keempat rating factor yang dipilih sesuai dengan performance.
D. Faktor Kelonggaran
Waktu normal untuk suatu pekerjaan adalah untuk menunjukkan
bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaan pada kecepatan tempo kerja normal. Walaupun demikian pada

kenyataannya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator


tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari. Operator akan
sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu khusus untuk keperluan
seperti kebutuhan pribadi, istirahat untuk melepas lelah dan alasan-alasan lain
di luar kontrolnya.
1. Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi (Personal Allowance)
Kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum untuk
menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, mengobrol dengan teman
kerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam
kerja.
2. Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Lelah (Fatique)
Rasa lelah tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi
baik jumlah maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan
pekerja harus bekerja untuk menghilangkan performance normalnya,
maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normalnya dan
ini akan menambah rasa lelah. Bila hal ini berlangsung terusmenerus pada akhirnya akan terjadi rasa lelah total yaitu jika
anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan
gerakan kerja sama sekali, walaupun sangat dihendaki. Hal
demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya, pekerja
dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga
gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa lelah
ini. Oleh karena itulah kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah
karena fatique perlu ditambahkan.
3. Kelonggaran untuk Hambatan - Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari
berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti
22 mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja
dan ada juga hambatan yang tidak dapat terhindarkan karena
berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi
hambatan-hambatan yang pertama tidak ada pilihan selain
menghilangkannya sedangkan bagi hambatan-hambatan
yang
terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan
akan tetap ada karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan
waktu baku.
E. Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku
1. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan
berturut-turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan.Dapat dikatakan
waktu siklus ,merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera
dalam stopwatch.

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada


umumnya kan sedikit berbeda dengan dari siklus ke siklus kerja sekalipun
operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform ,tiap-tiap elemen
dalam siklus yang berbeda tidak selalu akan bias disesuaikan dalam waktu
yang persis sama.Variasi dan nilai waktu ini bias disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu diantaranya bias terjadi karena perbedaan didalam
menetapkan saat mulai atau berakhirnya suatu elemen kerja yang
seharusnya dibaca dari stopwatch.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

x'
n

Dimana :
X
x
n

= Waktu siklus
= Waktu Pengamatan
= Jumlah pengamatan yang dilakukan

2. Waktu normal
Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
factor penyesuaian , yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan faktor
penyesuaian. Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan
rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor
tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai
performance Rating/speed Rating). Rating Faktor ini umumnya
dinyatakan dalam persentase(%) atau angka desimal, dimana performance
kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Rating faktor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu
kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan
kerja operator yang berubah-ubah. Untuk maksud ini, maka waktu normal
dapat diperoleh dari rumus berikut:

Waktu Normal = Waktu pengamatan

rating faktor
100

Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan sebagai
waktu baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja,karena disini factorfaktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (allowance time) agar
operator bekerja sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.
3. Waktu baku

Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk


memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap
part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk
mengatasi kelelahan atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan.
Namun jangka waktu penggunaannya waktu standard ada batasnya.
Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan
mengaplikasikan rumus berikut:

a. Standar time : normal time + (normal time % allowance)


b. Standar time : normal time

x=

100
100 allowance

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Stopwatch
2. Tabel random (tabel acak)
3. Lembar pengamatan
B. Metode Praktikum
1. Praktikum modul ini dilaksanakan di luar laboratorium. Masing-masing
kelompok praktikan mencari suatu sistem kerja untuk dilakukan
pengamatan dan pengukuran waktu dengan metode work sampling.
2. Pemilihan sistem kerja yang akan diukur harus sesuai dengan
karakteristik metode sampling.
3. Pada sistem kerja yang diamati, lakukan tahap-tahap pengukuran waktu
dengan metode work sampling.
C. Tugas dan Pelaporan
1. Pengumpulan Data
a. Penjelasan tentang sistem kerja yang akan diteliti dengan metode
sampling pekerjaan.
b. Pemisahan elemen-elemen pekerjaan pada sistem kerja yang akan
diteliti.
c. Data jumlah kegiatan produktif dan non-produktif pada sistem
kerja yang bersangkutan.
2. Pengolahan dan Analisa Data
a. Perhitungan persentase kegiatan produktif pegawai/operator pada
sistem kerja.
b. Penentuan rating factor dan besarnya kelonggaraan (allowance)
dalam sistem kerja.
c. Perhitungan waktu baku dari pelaksanaan pekerjaan pada sistem
kerja yang diamati.
d. Analisa terhadap hasil yang didapat, dan usulan perbaikan pada
sistem kerja.

BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
A. Pengolahan Data
1. Tabel Kumulatif
Tabel 1. Tabel Kumulatif data

Frekuensi Jam Ke
Kegiatan

II

III

IV

VI

VII

Jumlah

Produktif
Non Produktif
Jumlah
Presentase Produktif

6
3
9
66%

5
3
8
62%

9
2
11
81%

4
4
8
50%

10
0
10
90%

6
3
9
66%

0
1
1
0

40
16
56
70%

2. Uji Keseragaman Data


a. Persentase Produktif Rata Rata.
P
= i = 66 +62+81+50+90+ 66 = 415
P
K
7
7
59,28 =0.59

b. Jumlah Jam Pengamatan


n
i = 9+8+ 11+8+10+ 9+1 = 56 =8 jam
N=
K
7
7

c. BKA (Batas Kontrol Atas)

P ( 1- P )
BKA =P +3

N
=0,59 +3

0,59 (1-0,59 )
8

=0,59 +3

0,59 (0, 41 )
8

=0,59 +3 0,03
= 0,59 + 0,52

1,11 menit/ produk


d. BKB (Batas Kontrol Bawah)
P ( 1- P )
BKB = P -3

0, 59 (1-0,59 )
=0,59 -3
8
0, 59 (0, 41 )
=0,59 -3
8
= 0,59 - 0,52
=0,07 menit/ produk

3. Jumlah Kunjungan Yang Diperlukan.


K 2 (1 p)
N '=
S2 p
Dik:
K = 2 = 95%
=10%
S 2 =0,1
P= 0,59
Penyelesaian:

N '=

4( 0,41)
0,01. 0,59

N ' =277,69

2 ( 10,59)
0,12 0,59

sehingga pada penelitian ini data yang diperoleh dinyatakan tidak valid
karena N>N dimana N=277,69 dan N=56
4. Rating Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse
P= Bobot Penyesuaian+1
a. Skill
good: C1 = +0,06
Karena pekerja mampu menyelesaikan berbagai jenis
pekerjaan dalam waktu relative cepat dan teliti
b. Effort
good: C1= +0,05
Pekerja mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan
berusaha menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
c. Condition (Kondisi)
good: C = +0,02
kondisi tempat kerja yang tidak mengganggu kondisi kerja
dimana kondisi tempat kerja sangat nyaman bagi oprator
karena berada dalam ruangan dan dilengkapi dengan kipas
angin sehingga membuat udara tempat kerja jadi sejuk.
d. Consistensy (Konsisten)
Excellent: B = +0,03
Pekerja melakukan pekerjaan yang satu dan melakukan
pekerjaan yang lain sesuai dengan waktunya.

Tabel 2. Rating Factor PenyesuainMenurutWestinghouse

Faktor

Kelas

Lambang

Penyesuaian

Skill

Good

C1

+0,06

Effort

Good

C1

+0,05

Condition

Good

+0,02

Excellent

+0,03

Consistency
Jumlah

+0,16

P = bobot penyesuaian + 1
= +0.16 + 1
= 1.16

5. Rating Faktor Allowance


a. Tenaga Yang Dikeluarkan
Ringan = 8
Dikarenakan pekerjaan berat seperti mencuci dilakukan
dengan

mesin

cuci

sehingga

pekerja

tidak

terlalu

membutuhkan banyak tenaga.


b. Sikap Kerja
Membungkuk = 4
Karena posisi menjemur pakaian di lakukan dengan posisi
membungkuk

kemudian

berdiri,

kemudian

untuk

memasukkan dan mengeluarkan juga dilakukan dengan


posisi membungkuk
c. Gerakan Kerja
Agak terbatas = 2

Karena gerakan yang digunakan pekerja ketika melakukan


pekerjaannya terbatas akibat penempatan alat dan cucian
tidak teratur sehingga ruang kerja terlihat sempit dan ruang
gerak menjadi sempit
d. Kelelahan Mata
Pandangan yang hampir terus menerus = 2
Karena pekerjaan dalam melakukan pekerjaan menyetrika
membutuhkan focus yang hampir terus menerus.

e. Keadaan Temperatur
Normal = 3
Karena pengerjaan kebanyakan dilakukan di dalam
ruangan dengan suhu normal
f. Keadaan Atmosfir
Cukup = 7
Dikarenakan keadaan udara dan bau dari sampah rumah
tangga yang berada tidak jauh dari tempat laundry
g. Keadaan Lingkungan yang Baik
Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah = 0
Dikarenakan lokasi tempat kerja berada di tengah
pemukiman sehingga tidak ada sumber kebisingan atau
keramaian
h. Kebutuhan Pribadi Pria

Kebutuhan pribadi = 1
Karena kebutuhan pribadi seperti ketoilet, menelfon,
mengobrol, dalam hal ini tidak terlalu mempengaruhi
pekerjaan yang dilakukan pekerja.
i. Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Hambatan cuaca = 2
Dikarenakan hambatan yang dihadapi adalah cuaca yang
buruk sehingga memperlambat waktu pengerjaan
Tabel3. Rating Factor Allowance

Faktor
Tenaga yang dikerjakan: ringan
Sikap kerja: membungkuk
Gerakan kerja: agak terbatas
Kelelahan mata: pandangan yang hampir

Kelonggaran
(%)
8,5
4,0
2,0

terus-menerus
Keadaan temperatur: normal
Keadaan atmosfer: cukup
Kedaan lingkungan yang baik: bersih, sehat,

2,0
3,0
7,0

cerah dengan kebisingan rendah


Kebutuhan pribadi pria
Hambatan yang tidak terhindarkan
Jumlah

0
1,0
2,0
27,5

Allowance = Bobot Allowance

8,5+4,0+ 2+ 2+ 3+7+0+ 1+ 2
27,5

0,27

6. PerhitunganWaktu Baku
Jumlah produktif = 40
a.

Ws=

Jumlah Menit Pengamatan


Jumlah Produktif

7 x 60
40

420
40

= 10,5
b.

Wn=Ws. p
10,5 x 1,16
12,296

c.

Wb=Wn+(Kelonggaran x Wn)
=12,296 + (26 x 12,296)
=12,296 + 319,696
=332,265

7. Utilitas Mesin
a. Presentase Produktifitas

Jumlah Kegiatan Produktif


x 100
Jumlah Pengamatan

40
x 100
56
=71,42%
b. Jumlah Manual Kontrol = 30
1. Presentase

Jumlah manual
x 100
Jumlah Pengamatan

30
x 100
56

53,57

2. Waktu Siklus

Ws=

Xi
n

420
30
14

3. Waktu Normal
Wn=14. p
=14 x 1,16
=16,24
4. Waktu Baku
Wb=Wn+(Kelonggaran x Wn)

= 14,26 + (26 x 14,26)


= 14,26+ 370,76
= 385,02
c. Jumlah Mesin Kontrol = 10
1. Presentase

Jumlah Mesin Kontrol


x 100
Jumlah Pengamatan

17,58

10
x 100
56

2. Waktu Siklus

Ws=

Xi

n
420
10

42

3. Waktu Normal
Wn=Ws. p
= 42 x 1,16
=48,72
4. Waktu Baku
Wb=Wn+(Kelonggaran x Wn)

=48,72 + (26 x 48,72)


= 48,72 + 1266,72
= 1315,44

B. Analisa Data
Laundry
Dari hasil pengamatan pada percobaan diatas dapat diperoleh nilai
N==277,69 dan N=56 dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat
ketelitian 10% , sehingga pada penelitian ini data yang diperoleh
dinyatakan tidak valid karena N>N. Pada perhitungan persentasi
produktif diketahui memiliki hasil-hasil secara berurutan setiap jam nya,
yaitu sebesar 66%, 62%, 81%, 50%, 90% dan 0%. Dari hasil per frekuensi
pengamatan tersebut, diperoleh persentasi produktif rata-rata sebesar 70%.
Pada uji keseragaman data untuk Batas Kontrol Atas (BKA) diperoleh
1,11 menit/produk, sedangkan untuk Batas Kontrol Bawah (BKB)
diperoleh 0,07 menit/produk serta jumlah kunjungan yang diperlukan
sebesar 278 kali
Selain itu pada perhitungan rating factor penyesuaian menurut cara
Westinghouse diperoleh nilai rating performance sebesar 1,16 dengan
rincian penilaian sebagai berikut :

a) Keterampilan : good, C1, +0,06


Untuk keterampilan pekerja digolongkan ke dalam kelas Good (C1).
b) Usaha : good C1, +0,05

Untuk usaha pekerja digolongkan ke dalam kelas Good (C1).


c) Kondisi kerja : good, C, +0,02
Untuk kondisi kerja digolongkan ke dalam kelas Good (C).
d) Konsistensi : Excellent, B, +0,03
Untuk konsistensi pekerja digolongkan ke dalam kelas Excellent (B).
Sedangkan untuk rating factor allowance, kita dapatkan hasil sebesar
27,5% dengan rincian sebagai berikut:
a. Tenaga Yang Dikeluarkan
Ringan = 8, karena pekerjaan berat seperti mencuci dilakukan dengan
mesin cuci sehingga pekerja tidak terlalu membutuhkan banyak
tenaga.
b. Sikap Kerja
Membungkuk = 4, Karena posisi menjemur pakaian di lakukan dengan
posisi membungkuk kemudian berdiri, kemudian untuk memasukkan
dan mengeluarkan juga dilakukan dengan posisi membungkuk
c. Gerakan Kerja
Agak terbatas = 2, Karena gerakan yang digunakan pekerja ketika
melakukan pekerjaannya terbatas akibat penempatan alat dan cucian

tidak teratur sehingga ruang kerja terlihat sempit dan ruang gerak
menjadi sempit.
d. Kelelahan Mata
Pandangan yang hampir terus menerus = 2, Karena pekerjaan dalam
melakukan pekerjaan menyetrika membutuhkan focus yang hampir
terus menerus.
e. Keadaan Temperatur
Normal = 3, Karena pengerjaan kebayakan dilakukan di dalam ruangan
yang suhunya normal
f. Keadaan Atmosfir
Cukup = 7, karena keadaan udara dan bebauan dari sampah rumah
tangga yang berada tidak jauh dari tempat laundry
g. Keadaan Lingkungan yang Baik
Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah = 0, karena lokasi
tempat kerja berada di tengah pemukiman sehingga tidak ada sumber
kebisingan atau keramaian
h. Kebutuhan Pribadi

Kebutuhan pribadi Pria = 1, Karena kebutuhan pribadi seperti ketoilet,


menelfon, mengobrol, dalam hal ini tidak terlalu mempengaruhi
pekerjaan yang dilakukan pekerja.
i. Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Hambatan cuaca = 2, karena hambatan yang dihadapi adalah cuaca
yang buruk sehingga memperlambat waktu pengerjaan dan sampai
kembalinya pakaian ke pelanggan akan mengalami keterlambatan.

Jumlah menit pengamatan yang dilakukan sebesar 420 menit dengan


jumlah jam pengamatan kerja terhitung selama 7 jam, dengan jumlah
kegiatan produktif sebanyak 40 kegiatan dengan waktu siklus sebesar 10,5
menit, waktu normal sebesar 12,296 menit dan waktu baku sebesar
332,265 menit.
Serta hasil perhitungan utilitas mesin manual control diperoleh
persentasi produktif sebesar 71,42% dengan jumlah manual kontrol
sebesar 30 kegiatan dengan presentase sebesar 53,57% dengan waktu
siklus sebesar 14 menit, waktu normal sebesar 16,24 menit, dan waktu
baku sebesar 385,02 menit. Serta dengan jumlah kegiatan yang dilakukan
mesin sebanyak 10 kegiatan dengan presentase sebesar 17,58% dengan
waktu siklus sebesar 42 menit, waktu normal sebesar 48,72 menit dan
waktu baku sebesar 1315,44 menit.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penelitian ini adapun beberapa kesimpulan yang didapatkan yaitu :
a

Data yang kumpulkan tidak valid, karena pada penelitian ini data
yang

dikumpulkan

(N)

sebanyak

56

pengamatan

namun

pengamatan yang dibutuhkan (N) sebanyak 278 pengamatan. Jadi


N lebih besar daripada nilai N yaitu N > N
b Pada penelitian ini didapatkan beberapa aktivitas pada pekerjaan
dengan pengelompokan kegiatan produktif yaitu menimbang
pakaian, menendai pakaian, memisah jenis pakaian, merendam
sprei, mencuci pakaian dengan dengan mesin cuci, menjemur
pakaian, memisahkan pakaian berdasarkan paket, menyetrika,
melipat, dan membungkus paket pakaian. Serta dengan kelompok
kegiatan non produktif yaitu nonton tv, mengobrol, ke toilet, dan
bermain HP.
c

Pada perhitungan yang dilakukan dengan jumlah data sebanyak 56


didapatkan presentasi produktif rata-rata sebesar 70% dengan
Batas Kontrol Atas (BKA) sebesar 1,11 menit/produk dan Batas
Kontrol Bawah (BKB) sebesar 0,07 menit/produk serta jumlah
kunjungan yang diperlukan sebesar 278 kali.

d Dalam perhitungan rating faktor pada oprator diperoleh nilai rating


performance sebesar 1,16 dan rating faktor allowance sebesar
27,5%
e

Didapatkan hasil perhitungan waktu siklus sebesar 10,5 menit,


waktu normal 12,296 menit dan waktu baku sebesar 332,265 menit
dengan jumlah kegiatan produktif sebesar 40 kegiatan.

Didapatkan hasil perhitungan utilitas mesin manual control dengan


presentasi produktif sebesar 71,42% dengan rincian jumlah manual
kontrol sebesar 30 kegiatan dengan presentase 53,57% dengan
waktu siklus 14 menit, waktu normal 16,24 menit dan waktu baku
385,02 menit. Serta jumlah kegiatan yang dilakukan mesin
sebanyak 10 kegiatan dengan presentase sebesar 17,58% dengan
waktu siklus 42 menit, waktu normal 48,72 menit dan waktu baku
1315,44 menit.

Pada percobaan di dapatkan beberapa kegiatan produktif dan


kegiatan

non

produktif

dengan

waktu

kegiatan

sehingga

kedepannya dapat memberikan saran kepada oprator kerja dalam


upaya meningkatakan efektifitas, efesiensi, dan produktifitas kerja.
B. SARAN
1. Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya, tempat praktikum ditetapkan ruangannya agar pada saat
praktikum tidak berpindah-pindah ruangan dan dapat berjalan dengan
baik.

2. Saran Untuk Asisten


a. Asisten I (Kak Chrezensia E.N. Tappang) : Sebaiknya, kakak
lebih pelan pada saat menjelaskan kepada praktikan agar
praktikan bisa lebih mengerti dan tetap konsisten dengan
mudah dihubungi.
b. Asisten II (Kak Chrisma Sarah) : Sebaiknya, kakak dalam
menghadapi praktikan kami banyak salah jadi harap
dimaklumi namanya proses belajar.
c. Asisten III (Kak Soraya Annisa Rusla) : Sebaiknya, kakak
banyak tampil lagi dalam menjelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc. Cormick, Ernest J.; Human Factors in Engineering and Design, Mc


Graw-Hill, Inc.; 1992, New York, USA.
2. Sutalaksana, I.Z.,et. Al.1979 Teknik Tata Cara Kerja; Laboratorium Tata
Cara Kerja & Ergonomi, Dept. Teknik Industri : ITB.
3. Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
4. Wignjosoebroto,Sritomo. 2006. Ergonomi : Studi Grerak dan Waktu. ITS :
Surabaya.

LAMPIRAN
TABEL ACAK
Tabelacak (baris ke-3)
N
o
1

8.15

Tabel
Acak
3

N
o
11

8.20

8.2
5
8.3

Jam

Jam
9.20

Tabel
Acak
16

N
o
21

12

9.25

17

22

13

9.30

18

23

14

9.40

20

24

Jam
10.2
0
10.2
5
10.3
0
10.3

Tabel
Acak
28

N
o
31

29

Jam
11.15

Tabel
Acak
39

N
o
41

32

11.25

41

42

30

33

11.40

44

43

31

34

11.45

45

44

Jam
13.2
5
13.3
0
13.4
0
13.4

Tabel
Acak
65

N
o
51

67

52

68

53

69

54

Jam
14.2
5
14.3
5
14.4
5
14.5

Tabel
Acak
77
79
81
82

0
5
6
7
8
9
10

8.3
5
8.4
0
8.4
5
8.5
0
8.5
5
9.0
5

5
7

15

9.45

21

25

16

9.50

22

26

17

9.55

23

27

10

18

25

28

11

19

26

13

20

10.0
5
10.1
0
10.1
5

27

5
32

35

11.50

46

45

33

36

11.55

47

46

34

37

47

35

38

61

48

37

39

63

49

30

11.10

38

40

13.0
0
13,0
5
13.1
5
13.2
0

60

29

10.4
0
10.4
5
10.5
0
10.5
5
11.05

64

50

13.5
0
13.5
5
14.0
5
14.1
0
14.1
5
14.2
0

0
70

55

71

56

73
74
75
76

TABEL FREKUENSI PENGAMATAN


JAM
8.00-9.00
9.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00

JUMLAH PENGAMATAN
9
8
11
8
10
9
1

14.5
5
15.0
0

83
84

Anda mungkin juga menyukai