PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia secara geografis terletak di antara dua benua, yaitu Benua
Asia dan Australia serta di antara dua samudera, yaitu samudera hindia dan
samudera pasifik. Kondisi ini membuat letak indonesia sangat strategis karena
posisi indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra
memungkinkan menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik lalu lintas udara
maupun laut dan sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia,
antara perdagangan negara - negara industri dan negara - negara yang sedang
berkembang.
Secara astronomis, indonesia terletak antara 6 lintang utara sampai
11 lintang selatan dan 95 sampai 141 bujur timur yang meliputi rangkaian
pulau antara sabang sampai merauke. Menurut data dari Badan Informasi
Geospasial ( BIG ), indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia
dengan jumlah pulau 13.466, luas daratan 1.922.570 km dan luas perairan
3.257.483 km
Luasan wilayah dalam peta negara kesatuan republik indonesia dari
masa ke masa memperlihatkan wilayah negara kesatuan republik indonesia
yang mengalami beberapa perubahan. Saat ini peta indonesia yang terbaru
memperlihatkan penambahan luas wilayah yurisdiksi kelautan republik
indonesia di luar 200 mil laut seluas 4.209 Km yang terletak di sisi barat laut
pulau sumatera, yang disetujui dan disahkan oleh PBB tanggal 17 Agustus
2010 lalu, saat menggelar sidang di new york amerika serikat.
Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 66 tahun 2011
tentang kode dan data wilayah administrasi pemerintahan kementerian dalam
negeri menunjukkan bahwa pada tahun 2012 secara administratif wilayah
Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 497 kabupaten / kota ( 399 kabupaten dan
98 kota ), 6.994 kecamatan, 8.216 kelurahan ( Profil Kesehatan Indonesia,
2012 ).
Menurut undang - undang republik indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah
satu unsur kesejahterahan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita - cita
bangsa indonesia
undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, setiap kegiatan dalam
upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi - tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional.
Efusi pleura merupakan penyakit menular saluran pernapasan yang
kronis. Menurut World Healt Organitation ( Who ) Penyakit ini bukan
merupakan suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang
serius yang dapat mengancam jiwa penderita ( Dep. Kes. RI, 2008 ).
Pada
umumnya klien dengan efusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun
adanya nyeri pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang
lebih khas lagi adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat adanya
akumulasi cairan di kavum pleura ( Bararah 2013 : 37 - 38 )
Pengetahuan yang dalam tentang efusi pleura dan segalanya
merupakan pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan yang tetap.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
Tn.N
DENGAN
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penulis
mampu
memberikan
asuhan
keperawatan
secara
komprehensif yang meliputi bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam usaha membantu klien
mengatasi masalahnya dengan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada Tn. N, dengan gangguan system pernafasan : Efusi
pleura, dengan langkah - langkah sebagai berikut :
TINJAUAN TEORITIS
Mengenai teori dan konsep dasar efusi pleura yang meliputi
pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
laboratorium, tindakan medis dan dampak efusi pleura terhadap
sistem tubuh, manajemen umum medik dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan efusi pleura
sampai evaluasi.
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari laporan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
kepada Tn. N dengan diagnosa efusi pleura melalui pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Membahas kesenjangan
asuhan keperawatan.
PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan pada pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
10
11
12
13
14
adalah
15
16
paru
paru
ialah
pertukaran
gas
oksigen
dan
17
dipungut oleh hemoklobin sel darah merah dan dibawah kejantung. Dari
sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru - paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini
hemoklobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Didalam paru - paru, karbondioksida salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membrane alveolar - kapiler, dari kapiler darah
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial ke trakea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
Menutut Pearce 2010 : 265, Ada 4 ( empat ) proses yang
berhubungan dengan pernapasan paru - paru, yaitu :
a. Ventilasi pulmoner, yaitu gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru - paru.
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat
dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.
d. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kalpiler.
Karbondioksida ( CO2 ) lebih mudah berdifusi dari pada oksigen ( O2 )
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat karbondioksida dan
oksigen. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru - paru
membawa terlalu banyak karbondioksida dan terlampau sedikit oksigen,
karbondioksida itu tidak dapat di keluarkan, maka konsentrasinya dalam
darah arteri bertambah, hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak
untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan
18
dan otot
interkostalis.
a. Pengendalian oleh saraf
Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik didalam medulla
oblongata
untuk
merangsang
otot
interkotalis.
Impuls
ini
19
20
21
3. Manifestasi Klinis
Menurut Murwani, 2011 : 18, manifestasi klinis yang muncul yaitu :
a. Timbulnya cairan dimulai dengan adanya rasa sakit karena adanya
gesekan antara pleura.
b. Kemudian rasa sakit berkurang jika cairan bertambah banyak.
c. Dipsnu bila cairan bertambah banyak.
d. Batuk - batuk.
e. Keluar mukus / lendir.
f. Keluar keringat pada malam hari.
g. Krepitasi pada dada ( suara cairan di rongga dada )
h. Sukar tidur pada bagian yang sakit
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan
kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah ( raba dan vocal ),
pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan
cairan membentuk garis melengkung ( Garis Ellis Damoiseu ).
Di dapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup
timpani dibagian atas garis Ellis Damoiseu. Segitiga Grocco - Rochfusz,
yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada
auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.( Pada
permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura ).
( Padila, 2012 : 120 )
22
4. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat 5 - 15 mili liter cairan yang
cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura
viseralis. Cairan ini di hasilkan oleh kapiler pleura parietalis, karena
adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis.
Sebagian cairan ini diserab kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya ( 10 - 20% ) mengalir kedalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini
terjadi bila keseimbangan produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic
( hipoalbuminemia ), peningkatan tekanan vena ( gagal jantung ). Atas
dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.
Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena tekanan
osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya
akan protein dan berat jenisnya tinggi ( > 30 g / l ). Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih, sebaliknya transudat kadar proteinya
rendah ( < 30 g / l ) sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah
( Padila, 2012 : 121 )
Menurut Muttaqin 2008 : 127, Efusi pleura berarti terjadi
penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Proses
23
24
Tabel 2.1
Patofisiologi Efusi Pleura yang mengarah pada terjadinya masalah
keperawatan
TB Paru
Pneumoni
Atelektasis
Hipoalbuminemia
Inflamasi
Peningkatan Tekanan
Hidrostatik di Pembuluh darah
Karsinoma
Mediastinum
Karsinoma Paru
Peningkatan Permeabilitas
Kapiler paru
Akumuliasi/Penimbunan
cairan di kavum pleura
Sistem
Pernapasan
Sistem Saraf
Pusat
Sistem
Pencernaan
Sistem
Musculoskletal
Respon
Psikososial
PaO2 Menurun
PCO2 Meningkat
Sesak Nafas
Peningkatan Produksi
Secret
Penurunan Imunitas
Penurunan Suplai
Oksigen ke Otak
Efek
Hipoventilasi
Pewnurunan
Suplai Oksigen
Ke Jaringan
Sesak Nafas
Tindakasn
Invasif
Peningkatan
Metabolisme
Anaerob
Koping
Tidak
Efektif
Peningkatan
Produksi Asam
Laktate
Kecemasan
Hipoksia
Serebral
Pusing
Disorientasi
Produksi Asam
lambung Meningkat
Peristaltik Menurun
Mual,Nyeri
Lambung
Konstipasi
Resiko Gangguan
Perfusi Serebral
Ketidak Seimbangan
Nutrisi
Nyeri Lambung
Gangguan Eliminasi
Kelemahan Fisik
Umum
Intoleransi
Aktivitas
25
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Padila 2012 : 121 - 122, Ada 5 ( lima ) macam
pemeriksaan penunjang, yaitu :
a. Pemeriksaan radiologik ( rontgen dada ), pada permulaan didapati
menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 mililiter, akan
tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat
pergeseran di mediastinum.
b. Ultrasonografi
c. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna,
biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea
aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke - 8, didapati cairan
yang mungkin serosa ( serotorak ), berdarah ( hemotoraks ), pus
( piotoraks ) atau kilus ( kilotoraks ). Bila cairan serosa mungkin
berupa transudat ( hasil bendungan ) atau eksudat ( hasil radang ).
d. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil
tahan asam ( untuk tuberculosis ), hitung sel darah merah dan putih,
pemeriksaan kimiawi ( glukosa, amylase, laktat dehidrogenase
( LDH ), protein), analisis sitologi untuk sel - sel malignan dan pH.
e. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
6. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari efusi pleura yaitu :
a. Menurut Kowalak, Welsh, Mayer, 2013 : 251, yaitu kerusakan ventilasi
dan pleuritis.
26
paru.
d. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan
kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleura dan
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
e. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi dan terapi diuretik.
27
perawatan
klien
banyaknya
biaya
pengobatan
28
29
2) Basal
(a)
30
31
32
33
pada dada dan berat badan menurun. Perlu juga ditanyakan sejak
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan - keluhan tersebut
( Muttaqin, 2008 : 128 ).
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pula apakah klien pernah menderita penyakit
seperti TB paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites, dan
sebagainya. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya
kemungkinan faktor predisposisi ( Muttaqin, 2008 : 128 ).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit - penyakit yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura
seperti kanker paru, asma, TB paru dan lain sebagainya ( Muttaqin,
2008 : 128 ).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda
vital, berat badan, dan nilai GCS ( Glassgow Coma Scalle ). Keadaan
fisik secara keseluruhan dari semua sistem organ tubuh, pada klien
dengan Efusi pleura dilakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut :
1)
34
Sistem Pernapasan
Pemeriksaan fisik pada klien dengan efusi pleura merupakan
pemeriksaan fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
(a) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang
klien dengan efusi pleura biasanya tampak kurus sehingga
terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero - posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.
Apabila ada penyulit dari efusi pleura, maka terlihat adanya
ketidaksimetrian rongga dada, pelebaran intercostalis space
( ICS ) pada sisi yang sakit. Efusi pleura yang disertai
atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak
simetris,
yang
membuat
penderitanya
mengalami
35
36
(c) Perkusi
Pada klien dengan efusi pleura minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Pada klien dengan efusi pleura yang berat akan
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sesuai
banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila
disertai
pneumothoraks,
maka
didapatkan
bunyi
Sistem Kardiovaskuler
Kemungkinan terjadi penurunan tekanan darah, takikardi,
peningkatan Jugularis Vena Presure, perubahan jumlah
hemoglobin / hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2
mungkin meredup. Selain itu Pada klien dengan efusi pleura
37
biasanya
denyut
mengalami
nadi perifer
pergeseran
pada
melemah,
efusi
batas
pleura
jantung
berat
dan
5)
Sistem Muskuloskeletal
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak.
Pada klien efusi pleura ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada
tulang - tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang
hebat.
6)
Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor,warna dan
fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien
efusi pleura ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit
tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien
mengalami tirah baring lama akibat pneumothorax / pemasangan
38
Sistem Perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien di
informasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga
pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OAT ( obat anti tuberculosis )
terutama rifampisin.
8)
Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi
syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien efusi pleura
bisa terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan
kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda
kernig dan bruzinsky serta kaku kuduk yang positif.
9)
Sistem Endokrin
Dikaji kelenjar tiroid membesar / tidak, hiperglikemi, hipoglikemi,
luka gangren, ada pus / tidak, juka ada keluhan, data penunjang di
tulis dalam kolom lain - lain. Kolom masalah diisi dengan masalah
yang ditemukan ( Nursalam, 2008 : 55 - 56 ).
39
Nutrisi
Nutrisi meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan,
frekuensi minum serta jenis minuman, porsi dan berapa gelas /
hari.
2)
Eliminasi buang air besar ( BAB ) dan buang air kecil ( BAK )
Frekuensi, konsistensi, warna, bau dan masalah.
3)
Istirahat Tidur
Lamanya tidur, tidur siang, tidur malam, masalah dan jam
tidur.
4)
Personal Hygiene
Personal hygiene : frekuensi mandi, gosok gigi, keramas dan
gunting kuku.
5)
Aktivitas meliputi
Rutinitas sehari - hari dan olah raga.
e. Data Psikososial
1)
Status Emosi
Pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan
saat ini, pengaruh atas pembicaraan orang lain, kestabilan
emosi.
40
2)
Konsep Diri
Bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa
yang disukai dari dirinya, sebagaimana orang lain menilai
dirinya, klien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
3)
Gaya Komunikasi
Cara klien bicara, cara memberi informasi, penolakan untuk
berespon, komunikasi nonverbal, kecocokan bahasa verbal dan
nonverbal.
4)
Pola Interaksi
Kepada siapa klien menceritakan tentang dirinya, hal yang
menyebabkan klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan
dan perilaku, tanggapan terhadap orang lain, hubungan dengan
lawan jenis.
5)
Pola Koping
Apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah
tindakan adaptif, kepada siapa klien mengadukan masalah.
Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman
dekat, cara pemanfaatan waktu dan gaya hidup.
f. Data Spiritual
Data yang harus dikaji meliputi arti kehidupan yang penting dalam
kehidupan
klien,
keyakinan
tentang
penyakit
dan
proses
41
Pemeriksaan Radiologi
Pada fluroskopi maupun foto toraks patologi anatomi cairan
yang kurang dari 300 mili liter tidak bisa dilihat mungkin
kelainan
yang
tampak
hanya
berupa
penumpukan
42
43
Nursalam, 2008 : 59 ).
Diagnosa yang mungkin muncul pada gangguan sistem pernapasan
efusi pleura, Menurut :
44
a. Ketidakefektifan
pola
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
45
4. Perencanaan
Merupakan rencana tindakan yang disusun berdasarkan prioritas
masalah yang meliputi tujuan dengan kriteria intervensi dan rasionalisasi.
a. Ketidakefektifan
pola
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
46
Tabel 2.2
Intervensi dan Rasional Diagnosa pertama
Intervensi
Rasional
1
2
a. Identifikasi faktor penyebab
a. Dengan mengidentifikasi penyebab,
kita dapat menentukan jenis efusi
b. Kaji kualitas frekuensi dan
kedalaman pernapasan serta
pleura
b. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi
yang terjadi.
bisa maksimal.
hipoventilasi.
Sumber : Arif Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan
b. Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
berkurangnya
47
Tujuan
a.
Tabel 2.3
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Dua
Intervensi
Rasional
1
2
Kaji dipsnue, takipnue, bunyi
a. Efusi pleura dapat rnenyebabkan
pernapasan abnormal ( ronki,
b.
distress.
b. Akumulasi sekret dan berkurangnya
warna kuku.
48
c.
d.
1
Tunjukan dan dukung
2
c. Membuat tahanan melawan udara
e.
f.
g.
49
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan,
2) Berat badan normal ( N : 52 - 62 kg )
Tabel 2.4
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Tiga
Intervensi
Rasional
1
2
a. Beri motivasi tentang
a. Kebiasaan makan seseorang
pentingnya nutrisi.
menelan
50
1
dalam pemberian diit tinggi
kalori tinggi protein ( TKTP )
g. Kolaborasi dengan dokter
2
f. Diit tinggi kalori tinggi protein sangat
baik untuk kebutuhan metabolisme
dan pembentukan antibody.
g. Menyediakan kalori dan semua asam
51
kebutuhannya
aktivitas.
perawatan klien.
kebutuhan metabolisme.
f. Resiko
tinggi
trauma
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
52
Intervensi
1
a. Kaji kualitas, frekuensi dan
Rasional
2
a. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi
duduk
posisi
2
yang rendah
53
pernapasan
Sumber : Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.
f. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan
informasi mengenai proses penyakit, perawatan dan pengobatan
Tujuan :
Klien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
Kriteria hasil :
1) Klien dan keluarga menyatakan paham tentang penyebab masalah.
2) Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik.
3) Klien
dan
keluarga
mengikuti
program
pengobatan
dan
efusi pleura
2
atau pengetahuan yang diketahui
54
klien / keluarga
b. Kaji hasil patologi anatomi
masalah individu.
55
berkembang biaknya
mikroorganisme
b. Dapat membantu mengetahui
intervensi apa yang akan dilakukan
sesuai dengan tanda - tanda infeksi
tubuh.
Sumber :Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan
h. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal / faringeal
56
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi,bersihan jalan
nafas kembali efektif
Kriteria Hasil :
1) Klien mampu melakukan batuk efektif
2) Pernapasan klien normal ( 12 - 24
x /
bantu nafas )
b. Kaji kemampuan
1
karakter dan volume sputum
2
hidrasi yang tidak adekuat )
57
efektif
pengisapan ( suktion )
e. Bronkodilatator meningkatkan
udara
Sumber :Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan
i. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan perubahan
suasana lingkungan
Tujuan :
Gangguan pola tidur teratasi
58
Kriteria hasil :
1) Klien dapat tidur 6 - 8 jam setiap malam
2) Secara verbal klien mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar
Tabel 2.10
Intervensi dan Rasional Diagnosa Ke Sembilan
Intervensi
1
a. Kaji masalah gangguan tidur
klien, penyebab kurang tidur
b. Lakukan persiapan untuk tidur
Rasional
2
a. Memberikan informasi dasar dalam
menentukan rencana perawatan
b. Mengatur pola tidur
c. Meningkatkan tidur
5. Pelaksanaan / Implementasi
Menurut Wartonah 2006 : 6 - 7, pelaksanaan / implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
( independen ) dan
tindakan kolaborasi
59
60
formatif
atau
sumatif
tersebut dapat dibuat pada point yang alamiah dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien. Contohnya, adalah perawatan klien sehari hari, masuk rumah sakit,rujukan atau pulang.
a. Evaluasi Formatif
Pernyataan formatif
61
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
62
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. N
Umur
: 48 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
: 219673
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Suku / Bangsa
: Sunda / Indonesia
Pekerjaan
: Swasta
Diagnosa Medis
Tanggal Masuk
: 14 Januari 2015
Tanggal Pengkajian
: 20 Januari 2015
Alamat
: Ny. R
Umur
: 48 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
63
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
(a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pada tanggal 14 januari 2015 klien masuk rumah sakit lewat klinik TB
paru RSAU dr. M. Salamun pukul 14.00 wib, klien kiriman dr. R Sp.P
dengan keluhan sesak nafas, badan terasa lemah, nyeri dada kanan
bawah, terasa mual, muntah tidak ada, tekanan darah 100 / 60, nadi
100 x / menit, pernapasan 34 x / menit, suhu 37,3 C
b) Keluhan Utama Saat di Kaji
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 20 januari 2015, keadaan
umum klien masih lemah, klien sudah tidak merasa sesak lagi, sesak
dirasakan bila melakukan aktivitas / tidur terlentang dan berkurang
saat klien setengah duduk / duduk, mengeluh nyeri skala nyeri
2 ( skala bourbanis 1 - 10 ) dibagian luka WSD
( water seal drainasse ) terutama pada saat menarik nafas dan batuk,
nafsu makan berkurang, mulut pahit dan kering, buang air kecil kuning
keruh, buang air besar lembek, wajah klien terlihat cemas, klien dan
istrinya menanyakan tentang sakit yang dialami, tekanan darah
100 / 60 mmhg, nadi 90 kali permenit, pernapasan 28 kali permenit,
64
suhu 36,5 C.
2) Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien mengatakan pernah dirawat dengan penyakit yang sama pada
tanggal 10 - 15 desember 2014 di ruangan parkit rumah sakit angkatan
udara dr. M. Salamun kota bandung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a) Penyakit Menurun
Menurut keterangan klien dan istrinya, bahwa dalam anggota keluarga
tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama dan tidak ada
yang pernah menderita penyakit menular seperti tuberculosis, HIV AIDS, hepatitis dan kusta serta penyakit paru lainnya.
b) Penyakit Keturunan
Menurut keterangan klien dan istrinya, bahwa dalam anggota
keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes militus, hipertensi dan asma
d. Pola Aktivitas Sehari - hari ( Activiti Day Living )
Tabel 3.1
No
Pola ADL
Sebelum Sakit
1
2
3
1 Nutrisi
Saat Sakit
4
a. Makanan
- Jenis
- Frekuensi
3 x / hari
3 x / hari
- Porsi
1 porsi habis
Habis porsi
- Masalah
Tidak ada
65
berkurang
b. Minuman
- Jenis
Air putih, teh manis, kopi Air putih, teh manis, susu
- Frekuensi
- Masalah
Eliminasi
Tidak ada
Tidak ada
- Konsistensi
Lunak / Lembek
Lunak / Lembek
- Frekuensi
1 x / hari
1 x / hari
- Warna
Kuning
Kuning
- Masalah
Tidak ada
Perut kembung
BAB
BAK
- Frekuensi
5 - 6 x / hari
6 - 7 x / hari
- Warna
Kuning bersih
Kuning keruh
- Masalah
Istirahat
Tidak ada
Tidak ada
- Tidur siang
Tidak menentu
1 - 2 jam
- Tidur malam
- Keluhan
Personal Hygiene
Tidak ada
Tidak ada
- Mandi
2 x / hari
66
2 x / hari
1 x / hari
- Keramas
1 x 2 minggu
- Gunting kuku
Aktivitas
1 x / minggu
Mengerjakan pekerjaan
1 x / Minggu
Klien hanya berbaring
pemenuhan kebutuhan
nafkah ( sopir ),
membersihkan mobil
( istri )
3
di waktu luang klien
2) Sistem Persyarafan
67
terbukti klien
(a)Nervus Olvaktorius ( N I )
Fungsi penciuman baik, terbukti klien bisa membedakan bau kopi dan
minyak kayu putih.
(b)Nervus Optikus ( N II )
Klien dapat membuka mata dengan spontan dan penglihatannya
masih jelas, terbukti bahwa klien bisa membaca papan nama perawat
dari jarak 1 meter.
(c) Nervus Okulomotorius, Trochlearis, Abduscen ( N III, N IV, N VI )
Reflek pupil terhadap cahaya +/+ ( membesar-mengecil ) dan kelopak
mata bisa berkedip secara spontan. Klien mampu menggerakkan bola
matanya kesegala arah yaitu kearah bawah, atas dan samping.
(d) Nervus Trigeminus ( N V )
Klien dapat membuka mulut, dapat menggerakkan maksila dan dapat
menggerakkan mandibula dengan baik.
(e) Nervus Facialis ( N VII )
Klien dapat membedakan antara rasa asin dan rasa manis serta klien
mampu mengerutkan dahi.
(f) Nervus Auditorius ( N VIII )
Klien dapat mendengarkan bisikan dan suara dengan jelas.
68
( skala bourbanis
1 - 10 )
4) Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal lup - dup, tidak ada peningkatan vena jugularis,
capilary rating time kembali kurang dari 3 detik, akral teraba hangat,
tekanan darah 100 / 60 mmHg, nadi 90 x / menit.
5) Sistem Pencernaan
69
70
kembali kurang dari 3 detik, kulit tubuh tidak lengket dan terdapat luka
post operasi pemasangan selang WSD pada dada kanan setinggi costa V
dengan diameter 5 centi meter.
10) Sistem Pendengaran
Bentuk telinga simetris, dapat mendengarkan bisikan, getaran garputala
dan suara dengan jelas
11)Sistem Penglihatan
Bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna putih
kekuningan, reflek kedua pupil terhadap cahaya +/+
yaitu pupil
3) Pola Koping
Klien merasa tenang dirawat dirumah sakit karena dengan perhatian,
perawatan dan pengobatan yang sudah diberikan dari pihak rumah sakit,
klien percaya dapat terhindar dari komplikasi penyakit efusi pleura
seperti kanker paru dan kematian serta keadaanya akan semakin
membaik.
4) Gaya Komunikasi
Klien kooperatif dan mau bekerja sama, terbukti klien selalu menjawab
71
72
i. Data Penunjang
1) Hasil Laboratorium
Tanggal
1
14-1-2015
Pemeriksaan
2
Hemoglobin
Tabel 3.2
Hasil
Nilai Normal
3
4
11,7
L: 14 - 17, P: 12 16
Leukosit
5.900
Hematokrit
33
Trombosit
334.000
20-1-2015
4000 - 10.000
P: 35 - 45, L: 40 - 50
150.000 - 450.000
4
Satuan
5
gr/dl
/mm
%
/mm
GDS
3
100
< 120
5
Mg/dl
Ureum
12
10 - 50
Mg/dl
Mg/dl
Kreatinin
0,90
SGOT
113
P: 0 - 35, L:0 - 50
U/L/370 C
SGPT
99
P: 0 - 35, L:0 - 50
U/L/370 C
Leukosit
8.600
4000 - 10.000
/mm'
Proten Total
65
6,0 - 8,0
g/dl
Albumin
2,8
3,4 - 4,8
g/dl
PaO2
97
> 90
PCO2
40
35 - 45
terselubung
Pulmo : Hemithorak kanan terselubung homogen, tak tampak
73
maligna lain
Kesimpulan : Tidak ditemukan sel maligna pada sample
Kemungkinan infeksi spesifik belum dapat di singkirkan
2. Analisa Data
Tabel 3.3
74
No
1
1 DS :
Data
2
Interpretasi
3
Sistem pernapasan
Masalah
4
Ketidakefektifan
pola pernapasan
PaO2 menurun
tidur terlentang
PCO2 meningkat
DO :
-
Sesak nafas
- Pernapasan 28 x / menit
DS :
-
Sistem pencernaan
pemenuhan
Efek hiperventilasi
berkurang
kebutuhan nutrisi
kurang dari
Produksi asam
DO :
-
Gangguan
kebutuhan tubuh
lambung meningkat
Peristaltik menurun
3
kering
-
Gangguan
75
Tanda
Tangan
5
Pernapasan berhubungan
dengan menurunnya
Amandus
20 - 01 - 2015
Lando
terhadap penumpukan
2
20 - 01 - 2015
Amandus
Lando
76
berhubungan dengan
peningkatan metabolisme
tubuh nafsu makan
terganggu akibat sesak
nafas sekunder yang
3
menekan abdomen
Gangguan ADL ( activity
daily living ) yang
berhubungan dengan
Amandus
20 - 01 - 2015
Lando
2
keletihan sekunder dan
Amandus
20 - 01 - 2015
berhubungan dengan
5
Lando
pemasangan WSD
Kurangnya pengetahuan
(cemas) yang berhubungan
dengan informasi yang
Amandus
20 - 01 - 2015
Lando
pengobatan
Resiko tingggi terpapar
20 - 01 - 2015
Amandus
77
78
4. Perencanaan
Tabel 3.5
No
1
1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
2
3
Ketidakefektifan pola pernapasan Klien mampu
Intervensi
4
1. Identifikasi faktor penyebab
Rasional
5
1. Dengan
berhubungan dengan
mempertahankan
mengidentifikasikan
normal
Kriteria hasil :
di tandai dengan :
1. Irama, frekuensi
DS : Klien mengatakan :
dan kedalaman
Badannya lemah
pernapasan dalam
batas normal
beraktivitas / tidur
terlentang
2. Pada pemeriksaan
rongen thoraks
tepat.
2. Kaji kualitas, frekuensi dan
2. Dengan mengkaji
kedalaman pernapasan,
kedalaman pernapasan,
yang terjadi.
85
2
DO :
-
adanya akumulasi
batuk kering
cairan
3. Bunyi nafas
5
Sejauh mana perubahan
kondisi klien.
3. Penurunan diafragma
terdengar normal
( Broncovesikular )
bisa maksimal.
3
tidak ditemukan
Pernapasan 28 x / menit
ditinggikan 60 - 90 derajat.
4. Observasi tanda - tanda vital
4. Peningkatan frekuensi
pernapasan )
indikasi adanya
penurunan fungsi paru.
5
5. Pemberian oksigen dapat
80
4
5. Kolaborasi dengan tim medis
menurunkan beban
pernapasan dan mencegah
terpenuhi
Kriteria hasil :
oleh kesukaannya,
1) Konsumsi lebih 40
kebiasaannya, agama,
pentingnya nutrisi.
1. Kebiasaan makan
% jumlah makanan,
ekonomi dan
pengetahuannya tentang
( 52 - 62 kg )
dengan :
1
tubuh.
2
DS :
seseorang dipengaruhi
4
2. Auskultasi suara bising usus
5
2. Bising usus yang
81
menunjukkan adanya
makan berkurang
DO :
-
sebelum tidur.
nafsu makan.
menghabiskan porsi
makanan
mungkin.
menarik dapat
meningkatkan nafsu
makan.
4
5. Beri makanan dalam porsi
5
5. Makanan dalam porsi
82
untuk kebutuhan
metabolisme dan
pembentukan antibodi
karena diit TKTP
menyediakan kalori dan
semua asam amino
esensial
4
7. Kolaborasi dengan dokter
5
7. Peningkatan intake
83
Klien mampu
melaksanakan
aktivitas seoptimal
perawatan
mungkin.
selanjutnya.
Kriteria hasil :
DS :
1. Terpenuhinya
aktivitas.
aktivitas secara
optimal
2
melakukan aktivitas mandiri
3
2. Klien kelihatan
tanda vital.
84
segar dan
DO :
-
bersemangat
3. Personel hygiene
klien tercukupi.
dan perawat
Dalam waktu 3 x 24
kedalaman
2
pemasangan WSD, yang ditandai
3
intervensi resiko
4
pernapasan, laporkan setiap
5
kedalaman pernapasan
85
dengan :
trauma pernapasan
DS :
tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. Irama, frekuensi
dan kedalaman
DO :
-
perawat dapat
2. Peningkatan pernapasan
dan tacikardi merupakan
pernapasan dalam
indikasi adanya
batas normal
2. Pada pemeriksaan
Rongen thoraks
kanan Costa V
terlihat adanya
Nadi 88 x / menit
pengembangan paru
Pernapasan 28 x / menit
3. Bunyi nafas
1
2
3
terdengar normal
4
4. Perhatikan undulasi pada
5
4. Undulasi ( pergerakan
86
( Broncovesikular )
selang WSD.
5. Menghindari tarikan
posisi.
1
2
4
6. Atur posisi botol WSD harus
5
6. Gravitasi, udara dan
87
tubuh klien
dan aturan
pengobatan.
Kriteria hasil :
informasi atau
ditandai dengan
pengetahuan yang
Kurangnya pengetahuan
DS:
menyatakan paham
Klien menanyakan tentang
tentang penyebab
masalah.
2
hasil patologi anatomi
3
2. Klien dan keluarga
2. Memberikan pengetahuan
dasar untuk pemahaman
5
kondisi dinamik dan
88
DO:
-
pentingnya intervensi
mengidentifikasi
Terapeutik selanjutnya
yang memerlukan
mengetahui tentang
evaluasi medik.
mampu
klien
mengikuti program
pengobatan dan
kesehatan akan
menunjukkan
membantu menurunkan
perubahan pola
berusaha memberikan
kecemasan yang
dirasakan klien
untuk mencegah
seoptimal mungkin
1
2
3
terulangnya
89
masalah
6
Kriteria hasil :
penusukan dari
meningkat antara
berkembang biaknya
36 - 37,5 C
mikroorganisme
dengan :
DS :
-
2. Dapat membantu
mengetahui intervensi
lesi )
muncul
2
DO :
4
3. Observasi tanda - tanda vital
5
3. Dengan mengetahui
90
klien,dapat membantu
terlihat kemerahan
umum klien
serta bengkak
-
( Antibiotik, Antipiretik )
antipiretik dapat
costa V
meminimalisir
perkembangan
mmhg
mikroorganisme dan
Nadi 88 x / menit
menurunkan ambang
Pernapasan 28 x / menit
suhu tubuh
2
Suhu 36,5 C
4
5. Anjurkan klien minum air
5
5. Intake cairan peroral
91
24 jam.
keseimbangan cairan
tubuh
5.
No
Jam
DP
Tabel 3.6
Implementasi
Paraf
92
1
1
2
3
20-01-2015 09.00
4
1
5
Mengidentifikasi faktor penyebab ketidakefektifan pola nafas
Hasil :
20-01-2015 09.05
Amandus
Lando
Hasil :
20-01-2015 09.10
Amandus
Lando
derajat
Hasil :
-
2
3
20-01-2015 09.15
4
1
5
Memberikan oksigen 3 liter / menit
Amandus
Lando
6
Amandus
Lando
Hasil :
-
93
20-01-2015 11.00
20-01-2015 09.20
Nadi 90 x / menit
- Suhu 36 C
- Pernapasan 22 x / menit
Memberikan motivasi kepada klien dan istrinya tentang pentingnya nutrisi dan makan
Amandus
Lando
2
3
20-01-2015 09.25
4
2
5
Mengauskultasi suara bising usus klien dengan stetoskop
Amandus
Lando
6
Hasil :
20-01-2015 09.30
Amandus
Lando
94
Hasil :
20-01-2015 11.00
- Klien mengerti dan mau menggosok gigi setiap pagi dan malam sebelum tidur
Menimbang berat badan klien
Amandus
Lando
Hasil :
20-01-2015 11.35
Amandus
Lando
Hasil :
1
2
3
20-01-2015 11.40
4
2
5
Memberikan klien makan bubur,sayur dan telur rebus
Amandus
Lando
6
Hasil :
20-01-2015 12.10
- Klien hanya mampu makan 6 sendok, bubur dan 1 butir telur rebus
Memberikan vitamin provital 1 tablet
Amandus
Lando
Hasil :
-
Amandus
Lando
95
21-01-2015 16.00
20-01-2015 13.00
Amandus
Lando
Hasil :
1
4
-
21-01-2015 16.10
Amandus
Lando
6
Amandus
Lando
tersebut.
-
96
21-01-2015 16.15
Pernapasan 25 x / menit
Melibatkan istri klien untuk membantu melakukan aktivitas
Hasil :
2
3
21-01-2015 16.15
4
3
Perawat dan istri klien menyediakan kebutuhan klien ( sisir, pisau cukur )
5
Menjelaskan kepada klien dan istrinya perlunya keseimbangan antara aktivitas dan
Amandus
Lando
6
istirahat
Hasil :
21-01-2015 17.00
Amandus
Lando
Hasil :
4
22-01-2015 10.00
- Nadi 92 x / menit
Mengkaji pernapasan klien
Pernapasan 25 x / menit
Amandus
Lando
Amandus
Lando
Hasil :
-
Pernapasan 22 x / menit
97
10.10
Hasil :
1
4
-
22-01-2015 10.20
5
Punggung klien di ganjal 2 buah bantal
22-01-2015 10.25
Amandus
Lando
Amandus
Lando
oleh perawat.
22-01-2015 10.15
- Posisi selang WSD tetap terpasang dan terfiksasi pada ICS V dada kanan
Mengatur posisi botol WSD
Hasil :
Amandus
Lando
98
4
-
21-01-15
11.00
5
Botol WSD letaknya lebih rendah dari tubuh klien yaitu dibawah tempat tidur
klien
Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit efusi pleura
Hasil :
-
Klien dan keluarga menanyakan apa itu penyakit efusi pleura, penyebab,
pengobatan dan pencegahannya
21-01-2015 11.10
Amandus
Lando
Hasil :
21-01-2015 11.15
Amandus
Lando
Hasil :
1
4
-
5
Klien dan istrinya mengatakan sudah mengetahui apa itu penyakit efusi pleura
99
21-01-2015 11.15
Perawat meyakinkan klien dan keluarga bahwa tim kesehatan akan memberikan
pelayanan seoptimal mungkin demi kesembuhan klien
Hasil :
-
20-01-2015
09.30
21-01-2015
10.00
22-01-2015
10.30
Klien dan keluarga percaya bahwa dengan bantuan dokter, perawat dan tim
Amandus
Lando
Mencuci luka dengan cairan normal salin dan menutup dengan kasa betadin
Amandus
Lando
2
22-01-2015
3
11.45
4
6
5
Mengobservasi tanda-tanda vital ( suhu dan nadi )
Hasil :
-
6
Amandus
Lando
100
20-01-2015 09.30
21-01-2015 10.00
22-01-2015 10.30
20-01-2015 10.00
21-01-2015 18.00
Klien mengatakan pada daerah luka tidak teras panas dan nyeri
Amandus
Lando
Hasil :
22-01-2015 10.00
21-01-2015 12.00
Amandus
Lando
Hasil :
-
Amandus
Lando
101
6. Evaluasi Sumatif
Tabel 3.7
No
1
Tanggal
Jam
2
20-01-2015
DP
3
1
Evaluasi
4
S : Klien mengatakan :
16.00
Paraf
5
Tidak batuk
Tidak sesak
Merasa nyaman dengan posisi
setengah duduk di ganjal bantal
pada punggung.
O:
-
pernapasan
Tidak ada sianosis pada bibir dan
ujung jari
Tanda - tanda vital :
Tekanan darah 110 / 70 mmhg
Nadi 88 x / menit
Suhu 36 C
Pernapasan 22 x / menit
Amandus
Lando
A:
-
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
P:
4
Pertahankan klien dalam posisi
setengah duduk dengan
102
5
23-01-2015
S : Klien mengatakan :
10.00
O:
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
Amandus
Lando
A:
P:
4
Pertahankan beri makan dalam
103
23-01-2015
10.10
O:
-
A:
-
Masalah teratasi
Intervesi dihentikan
P:
23-01-2015
Amandus
Lando
S : Klien mengatakan :
10.15
Pernapasan 22 x / menit
Nadi 88 x / menit
4
Pernapasan diafragma
O:
104
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
A:
P:
21-01-2015
tubuh klien
S : Klien dan istrinya mengatakan :
12.00
Amandus
Lando
5
2
4
O:
-
105
Amandus
Lando
A:
-
Masalah teratasi
P:
23-01-2015
- Intervensi di hentikan
S : Klien mengatakan :
10.00
O:
-
Nadi 88 x / menit
4
-
Suhu 36 C
A:
106
Masalah teratasi
Intervensi dipertahankan :
P :
Amandus
Lando
infeksi
B. PEMBAHASAN
Selama melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pada Tn. N dengan gangguan sisitem pernapasan
akibat efusi pleura di ruang parkit rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun
kota bandung yang dilaksanakan pada tanggal 20 - 23 Januari 2015. Penulis
mendapatkan kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan praktek di lapangan
selama melakukan asuhan keperawatan tersebut. Selain itu penulis menemukan
107
108
pendek. Hal yang terjadi pada Tn. N, yaitu mengeluh sesak nafas, badan
terasa lemah, nyeri dada kanan bawah, mual. Keluarga akhirnya membawah
klien ke rumah sakit angkatan udara dr. M. Salamun kota bandung.
Klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura pada
pengkajian sistem pernapasan secara konsep akan ditemukan klien
mengeluh sesak, terdengar suara ronki, rasa berat pada dada, berat badan
menurun, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernapas serta batuk non produktif,
hal ini terjadi pada Tn. N tetapi sesak dan nyeri yang dirasakan sudah tidak
terlalu di rasakan, hanya apabila tidur terlentang dan batuk, karena Tn. N
sudah dirawat selama 6 hari dan telah dilakukan tindakan pemasangan
selang drainase serta memasuki fase penyembuhan dan pemulihan.
Secara
konseptual
pemeriksaan
fisik
sistem
kardiovaskuler
109
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat 9 ( Sembilan ) diagnosa yang mungkin timbul
pada klien dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura, yaitu :
a. Ketidakefektifan
pola
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
pemasangan WSD
g. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan
pengobatan.
h. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port
110
pola
pernapasan
yang
berhubungan
dengan
pemasangan WSD
e. Kurangnya pengetahuan ( Cemas ) yang berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan
pengobatan.
f. Resiko tingggi terpapar infeksi yang berhubungan dengan adanya port
de entre akibat penusukan dari tindakan WSD
Dari uraian di atas, terdapat 3 ( tiga ) diagnosa keperawatan yang ada
111
pada teori tapi pada kasus tidak ditemukan pada klien Tn. N, dengan konsep
gangguan sistem pernapasan efusi pleura, yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal / faringeal, tidak ada dalam kasus dilapangan karena dari data
klien batuk kering atau nonproduktif.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan
ekspansi paru dan kerusakan membrane alveolar kapiler, tidak ada
dalam kasus dilapangan karena dari hasil rongen klien tidak
mengalami kerusakan membrane alveolar kapiler.
c. Gangguan pola tidur dan istirahat yang berhubungan dengan
perubahan suasana lingkungan, tidak ada dalam kasus dilapangan
karena dari data klien tidur dan istirahat cukup 8 jam
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis merencanakan tindakan keperawatan
menurut diagnosa yang muncul pada Tn. N, disesuaikan dengan kondisi,
situasi dan kemampuan klien ataupun keluarga, serta disesuaikan dengan
sarana dan prasarana yang tersedia di ruangan, pada tahap perencanaan ini
penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun rencana
yang akan dilakukan.
112
113
dan mampu bekerja sama dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah
dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada tahap
ini penulis melakukan penilaian dari respon klien terhadap intervensi yang
telah diberikan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Setelah dilakukan intervensi dari ke 6 ( enam ) diagnosa keperawatan yang
muncul, secara keseluruhan sudah teratasi sesuai dengan kriteria evaluasi
dan pada tanggal 24 januari 2015 klien sudah di perbolehkan pulang dan
menjalani pengobatan rawat jalan di poliklinik paru rumah sakit angkatan
udara dr. M. Salamun kota bandung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. N, dengan
gangguan pada sistem pernapasan efusi pleura di ruang parkit rumah sakit
angkatan udara kota bandung 20 sampai 23 Januari 2015, kemudian penulis
114
2.
gangguan
Ketidakefektifan
pola
pernapasan,
Gangguan
hal
ini
menunjukkan
keunikan
individu
dalam
merespon
4.
115
5.
6.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merekomendasikan
beberapa hal diantaranya :
1. Perawat ruangan diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pernapasan akibat efusi pleura hendaknya
perawat lebih meningkatkan kesabaran dalam memotivasi klien untuk
mempercepat proses penyembuhan.
2. Lembar observasi yang tersedia dibuku observasi, diharapkan dapat diisi
oleh perawat atau mahasiswa sesuai jadwal dinasnya.
3. Bagi klien dan keluarga ( istri klien ) agar tetap melanjutkan pengobatan
efusi pleura di poliklinik paru dengan tuntas, kedisiplinan dalam minum
obat dan makan tinggi kalori tinggi protein.
116
117