Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Daftar isi
Pendahuluan
Etimologi
Sejarah
Ikhtisar
Doktrin
o
o
o
o
o
Pendahuluan
Dalam beragama, seseorang ataupun suatu kelompok sering dihadapkan
pada pilihan yang amat perlu dikaji secara matang. Masalah tersebut
dapat muncul dari berbagai bidang, di antaranya keyakinan aliran,
persaingan politik, dan lain sebagainya.
Menurut Ibn Khaldun, sebagaimana dikutip A. Hanafi, Ilmu Kalam ialah
ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaankepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi
bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaankepercayaan aliran golongan salaf dan Ahli Sunnah (Abuddin Nata, 2009,
hal. 268)
Aliran Syiah adalah salah satu kelompok dalam sejarah pemikiran Islam
merupakan sebuah aliran yang muncul dikarenakan gejolak politik dan
seterusnya berkembang menjadi aliran teologi dalam Islam. Syiah dikenal
sebagai sebuah aliran teologi dalam Islam, yaitu ketika mereka mencoba
mengkaitkan iman dan kafir dengan Imam, atau dengan kata lain
ketaatan pada siorang Imam merupakan tolak ukur beriman tidaknya
seseorang, di samping paham mereka bahwa Imam merupakan wakil
Tuhan serta mempunyai sifat ketuhanan.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menjelaskan bagaimana latar
belakang munculnya aliran Syiah yang diperjuangkan oleh tokohtokohnya dengan Pokok ajaran dan dasar serta pengaruh pemikirannya,
sikap teologis rasionalnya yang didasari oleh Al- Ushul al- Khamsah Syiah.
Harapan penulis, kiranya dengan adanya sedikit uraian tentang golongan
Syiah ini akan lebih menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap
khazanah peradaban dan pemikiran-pemikiran dalam Islam terkhusus halhal yang berkenaan dengan golongan Syiah.
Etimologi
Syiah (Bahasa Arab: , Bahasa Persia: )ialah salah satu aliran atau
mazhab dalam Islam. Secara umum, Syiah menolak kepemimpinan dari
tiga Khalifah Sunni seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syiah.
Syiah Zaidiyyah, termasuk Syiah yang tidak menolak kepemimpinan tiga
Khalifah sebelum Khalifah Ali bin Abu Thalib. Syiah adalah bentuk
tunggal, sedangkan bentuk jamak-nya adalah "Syiya'an" ()(. Sy`
(Bahasa Arab: . ) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam
Ali. Secara garis besarnya, sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan
kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syiah.
Istilah Syiah berasal dari Bahasa Arab (" )Sy`ah". Lafadz ini
merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk pluralnya adalah
"Syiya'an". Pengikut Syiah disebut "Sy`" (). Syiah adalah bentuk
pendek dari kalimat bersejarah "Syi`ah `Ali" ( ) yang berarti
"pengikut Ali", yang berkenaan dengan turunnya Q. S. Al-Bayyinah ayat
"khair al-bariyyah", saat turunnya ayat itu Nabi Muhammad bersabda,
"Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung
(ya 'Ali anta wa syi'atuka hum al-faizun)".
Kata "Syiah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan
pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas
suatu perkara. Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna:
Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib adalah yang paling
utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk
kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya.
Syiah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring
dengan bergulirnya waktu, Syiah mengalami perpecahan sebagaimana
Sunni juga mengalami perpecahan.
Sejarah
Mengenai kemunculan Syiah dalam sejarah terdapat perbedaan
dikalangan ahli. Menurut Abu Zahrah, Syiah mulai muncul pasda masa
akhir pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang
pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt,
Syiah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara
Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan
ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang
ditawarkan Muawiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua.
Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syiah) dan kelompok mendak sikap
Ali
(Khawarij).
Kalangan Syiah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syiah berkaitan
dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak
kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena
dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syiah
tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada
Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syiah. Bagi mereka, pada masa
kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun, kelompok Syiah sudah
ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan
menyebarkan
doktrin-doktrin
Syiah
kepada
masyarakat.
Syiah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti
Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan
kasar dan kejam dinasti ini terdapat ahl al-Bait. Diantara bentuk kekerasan
itu adalah yang dilakukan pengusaha bani Umayyah. Yazid bin Muawiyah,
umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn
Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala. Diceritakan
bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan
dengan tonkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu
kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti ini menyebabkan kebagian
kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syiah, atau paling tidak
menaruh simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl al-bait.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al
bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syiah juga
mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi,
mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada
kenabian), Nubuwwah (Percaya kepada kenabian), Maad (kepercyaan
akan adanya hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya
imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam
Ensiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara sunni dan
Syiah terletak pada doktrin imamah. Meskipun mempunyai landasan
keimanan yang sama, Syiah tidak dapat mempertahankan kesatuannya.
Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi
beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin
imamah. Diantara sekte-sekte Syiah itu adalah Itsna Asyariyah, Sabiyah.
Zaidiyah,
dan
Ghullat.
Ikhtisar
Muslim Syiah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam
Syiah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam,
guru terbaik tentang Islam setelah Nabi Muhammad, dan pembawa serta
penjaga tepercaya dari tradisi Sunnah. Secara khusus, Muslim Syiah
berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu
Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan
setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang
diakui oleh Muslim Sunni. Menurut keyakinan Syiah, Ali berkedudukan
sebagai khalifah dan imam melalui washiat Nabi Muhammad.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Ahlus Sunnah menjadikan
perbedaan pandangan yang tajam antara Syiah dan Sunni dalam
penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya.
Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syiah berpusat pada perawi
dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak
dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syiah mengakui
otoritas Imam Syiah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai
pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syiah berbeda
dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
Doktrin
Dalam Syiah, ada Ushulud-din (perkara pokok dalam agama) dan
Furu'ud-din (perkara cabang dalam agama). Syiah memiliki lima perkara
pokok, yaitu:
1. Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.
2. Al-Adl, bahwa Tuhan adalah Mahaadil.
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syiah meyakini keberadaan
para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat
manusia.
4. Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam yang senantiasa
memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.
5. Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya Hari Kebangkitan.
Dalam perkara kenabian, Syiah berkeyakinan bahwa:
1. Jumlah nabi dan rasul Tuhan adalah 124. 000.
2. Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad.
3. Nabi Muhammad adalah suci dari segala aib dan tanpa cacat
sedikitpun. Beliau adalah nabi yang paling utama dari seluruh nabi
yang pernah diutus Tuhan.
4. Ahlul-Bait Nabi Muhammad, yaitu Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam
Hasan, Imam Husain dan 9 Imam dari keturunan Imam Husain
adalah manusia-manusia suci sebagaimana Nabi Muhammad.
5. Al-Qur'an adalah mukjizat kekal Nabi Muhammad.
a.
At-Tauhid
Kaum Syiah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat
bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan
juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut
mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat
yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup alim
(mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak),
mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan
kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat
kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat
yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun
dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu,
berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah
dimilikiNya.
b.
Al-Adl
An-Nubuwwah
d.
Al-Imamah
Al-Maad
Perkembangan Syiah
Semua sekte dalam Syiah sepakat bahwa imam yang pertama
adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali.
Namun setelah itu muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam
Husein bin Ali. Dalam hal ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok
pertama yaitu imamah beralih kepada Ali bin Husein, putera Husein bin
Ali, sedangkan kelompok lainnya meyakini bahwa imamah beralih kepada
Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali bin Abi Thalib dari isteri bukan
Fatimah.
Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul
beberapa sekte dalam Syiah. Para penulis klasik berselisih tajam
mengenai pembagian sekte dalam Syiah ini. Akan tetapi, para ahli
umumnya membagi sekte Syiah dalam empat golongan besar, yaitu
Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan Kaum Gulat.
a.
Al-Kaisaniyah
Az-Zaidiyah
Al-Imamiyah
Al-Ghaliyah
(2)
Bada yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah
kehendakNya sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat
memerintahkan dan juga sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut
bahwa bada dalam pandangan Syiah Ghulat memiliki bebrapa arti. Bila
berkaitan dengan ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan yang diketahui Allah. Bila berkaitan dengan
kehendak maka artinya memperlihatkan yang benar dengan menyalahi
yang dikehendaki dan hukum yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan
perintah maka artinya yaitumemerintahkan hal lain yang bertentangan
dengan perintah yang sebelumnya. Faham ini dipilih oleh Mukhtar ketika
mendakwakan dirinya dengan mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik
melalui wahyu yang diturunkan kepadanya atau melalui surat dari imam.
Jika ia menjanjikan kepada pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu
benar-benar terjadi seperti yang diucapkan, maka itu dijustifikasikan
sebagai bukti kebenaran ucapannya. Namun jika terjadi sebaliknya, ia
mengatakan bahwa Tuhan menghendaki bada
(3)
Rajah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syiah
Ghulat mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke
bumi. Faham rajah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte
dalam Syiah. Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan
kembali. Sebagian mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali
dan sebagian lagi megatakan bahwa yang akan kembali adalah Jafar AsShaddiq, Muhammad bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan
Mukhtar ats-Tsaqafi.
(4)
Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syiah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau
menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham
hululiyah dan tanasukh dengan khaliq.
(5)
Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan
semua bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syiah
ghulat berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus
disembah.
(6)
Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba
merupakan kepercayaan Syiah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam
negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba
pertama kali diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686
M di Kufa ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai
Imam Mahdi.
Bani Umayyah dan para pengikut Ali bin Abi Thalib. Sebagian kaum Sunni
menyebut kaum Syiah dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi
bahasa Arab bermakna meninggalkan. Dalam terminologi syariat Sunni,
Rafidhah bermakna "mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu
Bakar dan Umar bin Khattab, berlepas diri dari keduanya, dan sebagian
sahabat yang mengikuti keduanya".
Sebagian Sunni menganggap firqah (golongan) ini tumbuh tatkala seorang
Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang menyatakan dirinya masuk Islam,
mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu memuja-muji Ali bin
Abu Thalib, dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk
mendapatkan kekhalifahan. Syiah menolak keras hal ini. Menurut Syiah,
Abdullah bin Saba' adalah tokoh fiktif.
Namun terdapat pula kaum Syiah yang tidak membenarkan anggapan
Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat
Nabi yang menjadi khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Mereka juga
menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan
pertentangan di antara para sahabat mengenai masalah imamah Abu
Bakar dan Umar.
Sebutan Rafidhah oleh Sunni
Sebutan Rafidhah ini erat kaitannya dengan sebutan Imam Zaid bin
Ali yaitu anak dari Imam Ali Zainal Abidin, yang bersama para
pengikutnya memberontak kepada Khalifah Bani Umayyah Hisyam bin
Abdul-Malik bin Marwan di tahun 121 H.
Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali adalah seorang
yang melebihkan Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat
Rasulullah, mencintai Abu Bakar dan Umar, dan memandang
bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka
ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang
membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap
Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya
mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan
kepada mereka: "Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa
penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid
kepada mereka "Rafadhtumuunii".
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku telah bertanya kepada
ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau (Imam Ahmad) menjawab:
'Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakar dan Umar'. "
Kesimpulan
Ajaran dalam Syiah amatlah banyak dan berbeda-beda, sehingga kita
harus mencari dan mengetahui ajaran-ajaran, doktrin-doktrin, dan tokohtokoh yang berdampak besar dalam golongan ini. Selain itu, di dalam
aliran Syiah ini terdapat banyak bagian-bagian dan perbedaan pendapat
dalam bertahuid. Yang ditandai dengan munculnya beberapa sekte seperti
Kaisaniyah,
Zaidiyah,
Imamiyah,
dan
Kaum
Gulat.
Hal ini menuntut kita untuk selalu berhati-hati serta mengantisipasi atas
adanya doktrin keras yang mungkin berkembang, atau bahkan telah
begitu pesat dalam penyebarluasan ajarannya ke negara-negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti di Indonesia. Salah
satunya adalah menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama di
antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk
kepemimpinan kaum muslimin. Bahkan yang lebih parah adalah yang
memuja dan menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib bukan manusia biasa,
melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri.
Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita harus selalu cermat serta
berhati-hati dalam meyakini dan mempelajari suatu aliran baik itu Syiah
maupun aliran pemikiran yang lain. Selain itu, jangan sampai terlalu
fanatik, karena fanatisme akan berdampak pada keburukan. Allah tidak
menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan.
Sumber: www.id.wikipedia.org