Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu yang lebih dari
150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses, yaitu pirolisa primer dan
pirolisa sekunder (gambar 2.2). Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan
baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan
gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena
panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan memicu reaksi
pembakaran.
Gambar 2.1 Bagan proses pirolisa dengan energi pembakaran gas hasil pirolisa
3. Gasifikasi
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan
selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar (gambar 2.3). Gas
tersebut
dipergunakan
sebagai
bahan
bakar
motor
untuk
menggerakan
generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka
program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu
mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit pengkonversi
bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier, (b) unit
pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.
150 kV Sulutgo (Sulawesi Utara Gorontalo). PLTB Pulubala yang masih berkapasitas 500
kilowatt ini tergolong masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan listrik masyarakatnya. Tapi
hal ini tidak menjadi masalah karena dengan adanya PLTB ini dapat menambah pasokan listrik
di wilayah Gorontalo sekaligus memanfaatkan potensi lokal sebagai sumber energi pembangkit
listriknya. Dengan kapasitas yang masih kecil, direncanakan ke depannya akan dibangun PLTB
lainnya yang berkapasitas 500 kW hingga 1 MW untuk membantu mencukupi kebutuhan listrik
masyarakat Gorontalo.
PRO DAN KONTRA ENERGI BIOMASSA SECARA UMUM
Biomassa menghasilkan jumlah karbon dioksida yang hampir sama dengan bahan bakar
fosil. Namun, pada biomassa, tidak beracun bagi tanaman yang menyerap karbon dioksida, guna
menciptakan keseimbangan karbon di udara, tidak seperti polusi bahan bakar fosil yang
berbahaya bagi lingkungan.
Kekurangannya adalah, bahan bakar biomassa lebih mahal untuk menghasilkan listrik
daripada menggunakan gas alam atau batubara. Oleh karena itu, para ilmuwan terus berusaha
mencari cara untuk menyederhanakan prosesnya sehingga energi biomassa lebih terjangkau.
Jika bahan bakar biomassa dapat dibuat lebih murah, maka seluruh dunia akan menuai
keuntungan karena lahan tempat pembuangan sampah menjadi berkurang dan juga menurunnya
efek rumah kaca. Hal ini merupakan sesuatu hal baik yang akan menyebabkan reaksi berantai
yang positif.
Misalnya, dengan mengurangi pembuangan sampah, ada sedikit peluang bagi polutan
untuk bocor ke tanah dan mencemarinya. Udara lebih bersih karena produksi biomassa akan
berada dalam sistem yang terkendali dan dapat dipastikan jumlah residu yang terkandung di
biomassa. Produksi biomassa juga akan menciptakan lapangan kerja tambahan dan
meningkatkan perekonomian di daerah-daerah tempat produksi listrik tersebut.
Intinya adalah bahwa energi biomassa menjadi alternatif yang lebih menarik sebagai
sumber listrik. Dampak terbesarnya ada di negara-negara berkembang serta orang-orang yang
tinggal di daerah terpencil dan tidak memiliki sumber daya gas alam dan batubara, mereka bisa
menikmati pasokan energi yang lebih memadai. Selain itu, dengan adanya produksi biomassa di
negara-negara ini, maka akan terbuka lapangan kerja baru dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat.
Dalam waktu dekat, cadangan sumber daya alam seperti batu bara dan gas alam akan
semakin tipis. Ketika hal itu terjadi, energi biomassa akan menjadi salah satu sumber energi
terbarukan yang layak untuk menghasilkan listrik, keperluan transportasi dan energi di rumah.