Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL I
MENGUKUR SUDUT

KELOMPOK 8C
Furqan Yunar

1206217944

Ingrid R. I. Sitorus
Lily Septarina

1206254510
1206220125

Muhammad Fajar Sidiq

1206217925

Tanggal Praktikum

: 24 Maret 2015

Asisten Praktikum

: Ingen Augdiga S.

Tanggal Disetujui

Nilai
Paraf

:
:

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
MENGUKUR SUDUT
A. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui besar sudut horizontal.
2. Menentukan koordinat suatu titik.
3. Menghitung azimuth suatu arah.
4. Menghitung kesalahan relatif.
B. Peralatan
-

Theodolit

Rambu

buah
1

Meteran

buah
1

Patok

buah
5

Payung

buah
2

Statif

buah
1

Unting-unting

buah
1

buah
C. Teori Dasar
Lokasi titik-titik dan orientasi garis-garis sering tergantung pada pengukuran sudut dan arah.
Dalam pengukuran sebidang tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimuth.
Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan sebagai sudut horizontal dan
vertikal, tergantung pada bidang datar dimana sudut diukur. Sudut vertikal adalah sudut yang
terdapat di bidang yz atau sudut yang diukur dari kemiringan tanah terdapat titik bidik awal.
Sudut horizontal adalah sudut yang terbentuk dalam bidang horizontal oleh dua bidang vertikal

yang saling berpotongan. Sudut azimuth adalah sudut putar pada arah horizontal, diukur dengan
menggunakan sudut dari 0360 dan mengikuti arah jarum jam.
Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pengukuran tanah adalah 1) sudut
dalam, 2) sudut ke kanan, dan 3) sudut belokan.
Tiga persyaratan dasar menentukan sebuah sudut yaitu 1) garis awal atau acuan, (2) arah
perputaran, dan 3) jarak sudut (harga sudut).
Ada empat cara untuk menentukan sudut antara dua jurusan, yaitu:
1) Cara reiterasi.
2) Cara repetisi.
3) Cara dengan mengukur jurusan.
4) Cara dengan mengukur sektor-sektor.
Rumus-rumus yang digunakan adalah:
XA = XT + dTA sinTA
YA = YT + dTA cosTA Dimana:
TA
T

= Azimuth TA
= Titik referensi O
= Jarak antara titik O dan

dTA

Jarak dopt dapat dihitung dengan rumus:


dopt = 100 (BA BB) cos2(90 )
Beda tinggi t dapat dihitung dengan rumus:
t = 50 (BA BB) sin2 Dimana:
BA = Pembacaan benang atas BB
= Pembacaan benang bawah
= Sudut vertikal
Sudut vertikal dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:
1. Ukur tinggi theodolit dari as teropong (sumbu I) sampai permukaan tanah misalnya y meter.
2. Arahkan teropong ke rambu pada ketinggian y meter.
3. Baca besar sudut vertikal.
D. Prosedur Percobaan
1. Menempatkan theodolit pada suatu titik (misalkan titik O), yaitu dengan:

a. Memasang tripod, lalu meletakan theodolit pada tripot dan mengunci theodolit.
b. Menandai theodolit dengan patok menggunakan bantuan unting-unting.
c. Memutar sekrup yang berada di sekitar pelat dasar untuk mengatur agar gelembung
pada nivo kotak berada di pusat.
2. Mengukur ketinggian theodolit.
3. Menentukan sketsa 5 titik tembak yang akan dilakukan penembakan kemudian menandainya
dengan patok.
4. Memberi nama untuk masing-masing patok, yaitu A, B, C, D, dan E.
5. Menyalakan theodolit.
6. Mengatur teropong mencapai sudut VA 900000, lalu mengunci teropong.
7. Meletakkan rambu dititik yang ditinjau untuk melaksanakan praktikum tersebut.
8. Menembakkan theodolit pada titik pertama A.
9. Mereset koordinat sudut horizontal HA sehingga titik A memiliki koordinat HA
00000.
10. Membaca benang atas BA, benang tengah BT, dan benang bawah BB.
11. Mengukur jarak titik pembidik (theodolit) O ke titik A dengan meteran.
12. Membidik sasaran B, C, D, dan E.
13. Mencatat setiap sasaran berupa data besar sudut HA, batas atas BA, batas tengah BT, batas
bawah BB, dan jarak titik pembidik O ke sasaran.
14. Setelah membidik sasaran E, memutar kedudukan teropong pada posisi Luar Biasa LB,
dengan cara memutar teropong vertikal 2700000, lalu memutar horizontal sebesar
1800000.
15. Memulai pembacaan dari titik E, D, C, B, dan A.
16. Mencatat setiap sasaran berupa data besar sudut HA, batas atas BA, batas tengah BT, batas
bawah BB.

E. Data Percobaan

Gambar 1 Sketsa Penembakan.


Tinggi alat (TA) = 1,378 m
Tabel 1 Hasil Data Pembacaan Sudut Biasa.
Titik

Sudut Vertikal

Sudut Horizontal

Batas Atas

Batas Tengah

Batas Bawah

(VA)

(HA)

(BA)

(BT)

(BB)

9000'00"

0000'00"

143,0

138,0

133,0

9000'00"

3006'30"

146,0

130,0

131,0

9000'00"

5626'45"

153,5

148,0

142,0

9000'00"

7239'55"

155,0

148,5

142,5

27000'00"

28934'10"

167,5

162,0

156,0

27000'00"

25202'10"

154,0

148,5

143,0

27000'00"

23626'10"

153,0

147,5

142,0

27000'00"

21034'45"

142,0

136,5

131,0

27000'00"

17940'00"

143,0

138,0

133,0

Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan.

Tabel 3 Jarak Titik Pembidik dengan Sasaran di Lapangan.


Titik

Jarak Lapangan (dlap) [cm]

A
B

1010
1090

1140

1225

1160

Sumber: Hasil Pengukuran Lapangan.

F. Pengolahan Data
1. Menentukan besar jarak theodolit dengan titik tembak (d).
dopt = 100 (BA BB) cos2(90 )
Pada percobaan ini sudut vertikal sebesar 900000 untuk percobaan sudut biasa dan
2700000 untuk percobaan sudut luar biasa, sehingga nilai cos2(90 ) = 1.
Sudut Biasa
-

Titik A dopt = 100


(BA BB)
= 100 (143,0 133,0) = 1000 cm

Titik B dopt = 100


(BA BB)
= 100 (146,0 131,0) = 1500 cm

Titik C dopt = 100


(BA BB)
= 100 (153,5 142,0) = 1150 cm

Titik D dopt = 100


(BA BB)
= 100 (155,0 142,5) = 1250 cm

Titik E dopt = 100


(BA BB)
= 100 (167,5 156,0) = 1150 cm

Sudut Luar Biasa


-

Titik A dopt = 100


(BA BB)
= 100 (143,0 133,0) = 1000 cm

Titik B dopt = 100


(BA BB)
= 100 (142,0 131,0) = 1100 cm

Titik C dopt = 100


(BA BB)
= 100 (153,0 142,0) = 1100 cm

Titik D dopt = 100


(BA BB)
= 100 (154,0 143,0) = 1100 cm

Titik E dopt = 100


(BA BB)
= 100 (167,5 156,0) = 1150 cm

Tabel 4 Hasil Pengolahan Data Jarak Theodolit dengan Titik Tembak.


Titik

Jarak Lapangan (d lap)

Jarak Optis Sudut Biasa (dopt)

Jarak Optis Sudut Luar Biasa (dopt)

[cm]
1010
1090
1140
1225
1160

[cm]
1000
1500
1150
1250
1150

[cm]
1000
1100
1100
1100
1150

A
B
C
D
E

Sumber: Pengolahan Data.

2. Menentukan titik koordinat (X, Y).


Dalam menentukan titik koordinat (X, Y) menggunakan persamaan:
X = dopt sin
Y = dopt cos
Sudut Biasa
-

Titik A
XA = 1000 sin(00000) cm

= 0 cm

YA = 1000 cos(00000) cm

= 1000 cm

Titik B
XB = 1500 sin(300630) cm

= 752,4 cm

YB = 1500 cos(300630) cm

= 1297 cm

Titik C
XC = 1150 sin(562645) cm

= 958,4 cm

YC = 1150 cos(562645) cm

= 635,6 cm

Titik D
XD = 1250 sin(723955) cm

= 1193 cm

YD = 1250 cos(723955) cm

= 372,4 cm

Titik E
XE = 1150 sin(1093410) cm

= 1083 cm

YE = 1150 cos(1093410) cm

= -385,2 cm

Sudut Luar Biasa


-

Titik A
XA = 1000 sin(1794000 1800000) cm

= -5,8 cm

YA = 1000 cos(1794000 1800000) cm

999,9

cm
-

Titik B
XB = 1100 sin(2103445 1800000) cm

559,6

YB = 1100 cos(2103445 1800000) cm

cm
= 947,0
cm

Titik C
XC = 1100 sin(2362610 1800000) cm

916,6

YC = 1100 cos(2362610 1800000) cm

cm
= 608,2
cm

Titik D
XD = 1100 sin(2520210 1800000) cm

= 1046

YD = 1100 cos(2520210 1800000) cm

cm
= 339,3
cm

Titik E
XE = 1150 sin(2893410 1800000) cm

= 1083

YE = 1150 cos(2893410 1800000) cm

cm
= -385,2

cm
Tabel 5 Hasil Pengolahan Koordinat Titik Tembak.
Titik
A
B
C
D
E

Sudut Biasa
X
Y
0
1000
752,4
1297
958,4
635,6
1193
372,4
1083
-385,2

Sudut Luar Biasa


X
Y
-5,8
999,9
559,6
947,0
916,6
608,2
1046
339,3
1083
-385,2

Sumber: Pengolahan Data.

1400

B; 752.4; 1297

1200
1000

A; 0; 1000

800
C, 958.4, 635.6

600
400

D; 1193; 372.4

200
0
-200

200

400

600

800

1000

1200

1400

E; 1083;
-385.2

-400
-600
Sumber: Pengolahan. Data

Gambar 2 Koordinat Titik pada saat Pembacaan Sudut Biasa.

1400
1200
1000

A; -5.8; 999.9

B; 559.6; 947

800
C; 916.6; 608.2

600
400

D; 1046; 339.3

200
0
-200

-200

200

400

600

800

1000

1200

-400
-600

E; 1083;
-385.2

Sumber: Pengolahan. Data

Gambar 3 Koordinat Titik pada saat Pembacaan Sudut Luar Biasa.


3. Menentukan kesalahan relatif (KR).
3.1 Kesalahan relatif dari hasil jarak optis dengan jarak lapangan.

Sudut Biasa
-

Titik A

Titik B

Titik C

Titik D

Titik E

1400

Sudut Luar Biasa


-

Titik A

Titik B

Titik C

Titik D

Titik E

Tabel 6 Kesalahan Relatif untuk Jarak Optis dengan Jarak Lapangan.


Titik
A
B
C
D
E

d lap

dopt Sudut Biasa

[cm]
1010
1090
1140
1225
1160

[cm]
1000
1500
1150
1250
1150

Sumber: Pengolahan Data.

3.2 Sudut.

Titik A

Titik B

KR

[%]
0,99
37,61
0,88
2,04
0,86
Jumlah

dopt Sudut Luar Biasa

KR

KR rata-rata

[cm]
1000
1100
1100
1100
1150

[%]
0,99
0,92
3,51
10,20
0,86

[%]
0,99
19,26
2,19
6,12
0,86
29,42

Titik C

Titik D

Titik E

Tabel 7 Kesalahan Relatif Antara Sudut Biasa dengan Sudut Luar Biasa.
Titik
A
B
C
D
E
Total

KR
[%]
1,56
0,02
2,21
0,01
3,80

Sumber: Pengolahan Data.

G. Analisa
1. Analisa Percobaan
Praktikum Modul Pengukuran Sudut bertujuan untuk mengetahui besar sudut horizontal
suatu titik serta titik koordinatnya dengan menentukan jarak titik dengan sudut yang
terbentuk.
Pertama, menempatkan theodolit sebagai titik referensi dan menempatkan patok dengan
bantuan unting-unting, pemasangan patok digunakan untuk mengukur jarak antara theodolit
dengan titik tembak. Lalu theodolit yang telah ditempatkan, diatur sekrup di pelat dasar
hingga gelembung nivo berada dipusat, saat gelembung nivo berada di pusat, menandakan
theodolit sudah datar terhadap permukaan tanah. Sebelum melakukan percobaan,
menggambar sketsa titik tembak yang dilakukan sebanyak lima titik. Kemudian menaruh
patok di tempat sembarang tetapi sesuai dengan sketsa dari titik A, B, C, D dan E. Teropong
pada theodolit diatur pada sudut vertikal VA 900000 untuk penembakan dengan Sudut
Biasa. Lalu titik awal penembakan dilakukan pada titik A, hal ini dilakukan untuk HA
000000 yang merupakan acuan sudut azimuth. Dalam pengukuran sudut ini diperlukan

lebih dari satu praktikan untuk membaca theodilit dan memegang rambu di titik yang telah
ditaruh patok. Dalam menembak sasaran, praktikan melihat teropong kecil untuk memastikan
terdapat segitiga, ini dilakukan untuk memastikan bahwa theodolit sudah tepat menembak
rambu. Pada theodolit praktikan membaca pengukuran di batas atas BA, batas tengah BT,
batas bawah BB serta mengukur jarak antara theodolit dengan titik A dengan meteran. Rambu
yang dipegang di titik sasaran harus tegak lurus sehingga dalam pembacaan batas atas, tengah
dan bawah dapat akurat, tetapi terkadang rambu tidak dipegang secara benar dan fokus pada
teropong belum diatur sehingga skala pada rambu kurang jelas dan mempengaruhi
pembacaan.
Lalu membidik untuk titik B, C, D, dan E secara berurutan, dan untuk setiap titik
membaca besar sudut horizontal HA, batas atas BA, batas tengah BT, batas bawah BB, dan
jarak dengan meteran. Pengukuran jarak theodolit dengan titik dengan meteran dilakukan
untuk membandingkan nilai hasil pengukuran di lapangan dengan hasil pembacaan di
theodolit untuk mencari kesalahan relatif.
Setelah penembakan di titik E, melakukan pembacaan dengan Sudut Luar Biasa, teropong
pada theodolit diatur untuk sudut vertikal VA 2700000 dengan menambah sudut horizontal
HA 1800000. Pembacaan dengan Sudut Luar Biasa dilakukan untuk menentukan kesalahan
relatif pembacaan batas atas BA, batas tengah BT, dan batas bawah BB. Dalam penembakan
ini dimulai dari titik E lalu ke D, C, B, dan terakhir A. Seperti sebelumnya data yang dicatat
untuk setiap titik berupa sudut horinzontal HA, batas atas BA, batas tengah BT, dan batas
bawah BB. Data hasil praktikum selanjutnya diolah dan dilakukan analisa pada Analisa Hasil.
2. Analisa Hasil
Hasil data percobaan ini berupa batas atas BA, batas tengah BT, dan batas bawah BB serta
sudut horizontal untuk setiap titik dan jarak lapangan antara theodolit dengan titik tembak.
Lalu data diolah, untuk mencari jarak optis dari theodolit ke titik tembak dengan selisah dari
batas atas dan batas bawah dikali 100 untuk mendapatkan jarak dengan satuan cm. Persamaan
tersebut didapat ketika sudut vertikal VA 900000 dan 2700000. Berikut tabel penyajian
hasil perhitungan jarak titik.
Tabel Hasil Pengolahan Data Jarak Theodolit dengan Titik Tembak
Titik
A
B
C
D

Jarak Lapangan (d lap)

Jarak Optis Sudut Biasa (dopt)

Jarak Optis Sudut Luar Biasa (dopt)

[cm]
1010
1090
1140
1125

[cm]
1000
1500
1150
1250

[cm]
1000
1100
1100
1100

1160

1150

1150

Dari data tersebut jarak optis untuk sudut biasa di titik B memiliki perbedaan yang cukup
besar dari hasil pengukuran lapangan dengan meteran, sehingga kesalahan relatif saat
pembacaan sudut Biasa di titik B cukup besar. Hasil jarak yang diperoleh dari sudut Luar
Biasa untuk titik B, C, dan D memiliki besar yang sama, sebesar 1100 cm, tetapi kesalahan
relatif yang diperoleh cukup besar dengan jarak pengukuran menggunakan meteran. Hal ini
dapat terjadi karena saat pembacaan BA, BT, dan BB praktikan terlalu terburu-buru sehingga
terjadi kesalahan dalam mengambil data pengukuran theodolit. Dari hasil pengolahan jarak
lapangan terhadap jarak optis untuk sudut Biasa dan Luar Biasa di titik A dan E konsisten
sehingga pengukuran pada titik tersebut sudah baik, adapun terdapat kesalahan relatif terjadi
karena perbedaan keakuratan alat. Berikut besar kesalahan relatif rata-rata di titik A, B, C, D,
dan E secara berurutan 0,99%; 19,26%; 2,19%; 6,12%; dan 0,86%. Lalu untuk jumlah
kesalahan relatif rata-rata sebesar 29,42%.
Lalu menentukan koordinat untuk setiap titik yang berupa bidang datar, sehingga dalam
menentukan koordinat ini tidak memperhitungan ketinggian dari titik tembak. Koordinat
bidang datar menggunakan titik referensi di titik theodolit diletakan. Lalu jarak theodolit
dengan titik tembak pertama A dijadikan sebagai sumbu y dengan besar sudut horizontal HA
00000 sedangkan sumbu x yang tegak lurus dengan sumbu y. Sehingga untuk titik A
memiliki korrdinat (0,1000cm), lalu jarak dari thedolit ke ke titik tembak diproyeksi kan ke
sumbu referensi. Untuk koordinat terhadap sumbu y, jarak dikalikan cosinus sudut horizontal
HA karena sudut bergerak dari titik A ke titik B, dan untuk sumbu x jarak dilakikan sinus
sudut horizontal HA. Berikut koordinat untuk setiap titik berupa A(0; 1000), B(752,4; 1297),
C(958,4; 635,6), D(1193; 372,4), E(1083; 385,2) dengan sudut Biasa, lalu koordinat untuk
sudut Luar Biasa berupa A(-5,8; 999,9), B(559,6; 947,0), C(916,6; 608,2), D(1046; 339,3),
E(1083; -385,2) dan koordinat dalam satuan cm. Pada titik A hasil pengukuran koordinat X
menggunakan sudut Luar Biasa tidak nol karena saat sudut horizontal HA kembali ke titik A
tidak pas 1800000, jumlah kesalahan relatif sudut sebesar 3,80%. Hal ini dapat terjadi oleh
beberapa faktor yang akan dijelaskan pada Analisa Kesalahan.
3. Analisa Kesalahan
Dalam melakukan percobaan, data yang diperoleh dapat dipengurahi oleh beberapa faktor
yang menyebabkan data menyimpang dan terdapat kesalahan relatif. Faktor-faktor kesalahan
yang terjadi pada percobaan berupa:
a. Kesalahan paralaks. Praktikan dalam membaca batas atas, batas tengah, dan batas bawah
terlalu terburu-buru dan kurang teliti sehingga data kurang akurat. Sudut kembali dengan

menggunakan sudut Luar Biasa berbeda dengan hasil sudut Biasa hal ini juga terjadi menjadi
kesalahan relatif disebabkan kesalahan paralaks.
b. Pemasangan rambu yang tidak tegak lurus. Hal ini dapat mempengaruhi pembacaan batas
atas, batas tengah, dan batas bawah sehingga data yang diperoleh pada percobaan tidak
akurat.
c. Menaruh rambu yang tidak tepat dibelakang patok. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan
sudut HA yang dibaca sehingga terdapat kesalahan relatif saat mengukur kembali dengan
sudut Luar Biasa.
d. Kesalahan dalam membaca skala rambu. Hal ini dapat terjadi karena saat penembakan, skala
rambu tidak terlalu jelas dan batang rambu miring, sehingga nilai yang dibaca pada rambu
tidak terlalu akurat pada skala satu angka dibelakang koma.
e. Kesalahan dalam mengukur besar jarak antara theodolit dengan titik-titik tembak
menggunakan meteran. Hal ini dapat terjadi karena tali pada meteran tidak lurus sempurna
sehingga jarak pengukuran lebih besar dari jarak sebenarnya.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini berupa:
1. Pada percobaan ini dapat menentukan besar sudut horizontal dan koordinat dari pembacaan
theodolit.
2. Selisih batas atas dan batas bawah pada sudut vertikal 900000 dan 2700000 merupakan
jarak horizontal antara theodolit dengan titik tembak.
3. Kesalahan relatif rata-rata untuk jarak theodolit dengan titik A, B, C, D, dan E secara
berurutan 0,99%; 19,26%; 2,19%; 6,12%; dan 0,86%.
4. Koordinat titik hasil pembacaan dengan sudut Biasa berupa A(0; 1000), B(752,4; 1297),
C(958,4; 635,6), D(1193; 372,4), E(1083; 385,2).
5. Koordinat titik hasil pembacaan dengan sudut Luar Biasa berupa A(-5,8; 999,9), B(559,6;
947,0), C(916,6; 608,2), D(1046; 339,3), E(1083; -385,2).
I. Referensi
Laboratorium Survey dan Pemetaan. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok: Fakultas
Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.
LAMPIRAN

Mempersiapkan Theodolit dan Alat Ukur

Membaca Batas Atas, Batas Bawah, dan Batas Bawah pada Theodolit.

Anda mungkin juga menyukai