Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui dalam
praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa mengenal perbedaan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan tingkat pendidikan. Di Amerika
lebih dari 80 persen penduduknya pernah mengalami nyeri punggung bawah dan
di Indonesia sendiri diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi (Sunarto, 2005).
Onset terjadinya nyeri punggung bawah biasanya pada usia 20-55 tahun
dan paling banyak terjadi pada pertengahan umur 30-40 tahun (Kisner, 1996).
Sedangkan puncak insiden nyeri punggung bawah adalah pada usia 45-60 tahun
(Bratton, 1999 yang dikutip oleh Meliala, 2004). Data ini membuktikan nyeri
punggung bawah banyak diderita pada usia muda (produktif). Sebab saat ini, 90
persen nyeri punggung bawah bukan karena kelainan organik melainkan
kesalahan posisi tubuh dalam bekerja/kecelakaan kerja. Permasalahan ini yang
sering dihadapi para buruh dan pekerja yang menyebabkan mereka harus mangkir
kerja, kehilangan pendapatan, turunya produktivitas yang berdampak pada
masalah ekonomi dan sosial. Di Amerika kerugiannya mencapai 50 milyar dollar
AS pertahun. Sedangkan biaya pengobatan mencapai 20 milyar dollar AS. Ini
merupakan ranking tiga termahal setelah penyakit kanker dan jantung (Samara,
2003) dan (Perina, 2001).

Dari sisi medis nyeri punggung bawah dapat menimbulkan berbagai


tingkat ganguan seperti nyeri, spasme otot, turunnya kekuatan otot dan
keterbatasan lingkup gerak sendi jika berlanjut mengakibatkan gangguan
fungsional seperti jongkok, berdiri, membungkuk dan berjalan.
Berdasarkan data yang ada lebih kurang 85 persen kasus nyeri punggung
bawah adalah muskuloskeletal, kelainan yang mendasari nyeri punggung bawah
ini adalah cidera otot, ligament, sprain, strain serta spasme otot (Wirawan, 2004).
Berbagai pendekatan yang dipakai untuk mengatasi nyeri punggung bawah
ini seperti medikamentosa, fisioterapi, pemakaian alat adapatasi, behavior,
akupuntur, bahkan sampai tindakan pembedahan. Khusus pendekatan fisioterapi
tersedia berbagai modalitas yang terdiri dari: (1) heating; infrared, short wave
diathermy (SWD), micro wave diathermy (MWD), ultra sound (US), (2) stimulasi
listrk; transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS), interferensi, (3)
massage, (4) traksi lumbal dan (5) terapi latihan (Kaplan et al, 1989). Untuk
menangani nyeri punggung bawah muskuloskeletal salah satu modalitas yang
sering dipakai adalah terapi latihan dan traksi lumbal. Kenyataan di lapangan
sering kita jumpai para praktisi melakukan terapi latihan untuk mengatasi problem
nyeri punggung pada kliennya. Sedangkan di Jerman pada kwartal pertama tahun
1995 dari 445 praktisi telah melakukan tindakan traksi lumbal sebanyak 1880 seri
dalam mengatasi problem nyeri punggung (Warner dan Roland, 1999).
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa kedua metode ini efektif dalam
perbaikan nyeri dan disabilitas seperti penelitian Pettersen (2002) pada subakut/
kronik nyeri punggung bawah lebih dari 8 minggu, dengan subyek 260 dilakukan

terapi latihan selama 2 bulan terlihat adanya perbaikan dalam pengurangan nyeri
dan disabilitas sedangkan Warner dan Roland (1999) membandingkan interferensi
dan traksi lumbal terhadap 152 penderita nyeri punggung bawah selama 3 bulan,
kedua kelompok efektif dalam perbaikan nyeri dan fungsional disabilitas serta
tidak ada perbedaan pada akhir terapi. Carpenter dan Nelson (1999) menyatakan
bahwa back exercise yang dilakuakan selama 3 minggu sudah dapat memberi
kesembuhan lebih dari 75 persen, dan apabila dilakukan selama 8 minggu akan
memberikan perbaikan lebih dari 90 persen. Namun sampai saat in peneliti belum
mendapatkan kejelasan apakah terapi latihan lebih efektif dalam pengurangan
nyeri dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal
dibandingkan dengan traksi lumbal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
membandingkannya.

B. Rumusan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang teridentifikasi, maka dapatlah disusun
rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terapi latihan back school
berpengaruh terhadap pengurangan nyeri dan peningkatan aktifitas fungsional
disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal ?.

C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum:

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi


latihan back school terhadap perbaikan nyeri dan peningkatan aktifitas fungsional
disabilitas dalam penanganan NPB muskuloskeletal.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi latihan back school pada nyeri
punggung bawah muskuloskeletal.

D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
peneliti, bagi pendidikan maupun praktisi fisioterapi rumah sakit antara lain :
(1) bagi peneliti guna menambah pengetahuan, kemampuan, keterampilan serta
wawasan dalam mengembangkan diri dan potensi yang ada untuk berperan aktif
dalam pengembangan dunia kesehatan, khususnya kemajuan fisioterapi dimasa
yang akan datang, (2) bagi pendidikan dapat menambah khasanah keilmuan
fisioterapi dalam wadah fisioterapi muskuloskeletal terutama nyeri punggung
bawah, (3) bagi praktisi fisioterapi rumah sakit dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan fisioterapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Nyeri punggung bawah bukanlah suatu penyakit atau diagnosis yang
menunjukkan suatu penyakit tetapi mengacu pada sindroma klinis dengan
manifestasi berupa nyeri dan keluhan tidak nyaman seperti ketegangan atau
kekakuan otot didaerah punggung bawah yang dimulai dari VTh XII sampai
dengan anus ( Simon DS, dikutip oleh parjoto,2005 ), sedangkan nyeri punggung
bawah muskuloskeletal nyeri yang dirasakan dapat berasal dari struktur
penyangga tulang belakang (ligamen, otot, tulang dan sendi) struktur ini peka
terhadap rangsangan nyeri karena terdapatnya syaraf sensoris kecuali ligamantum
flavum dan diskus intervertebralis tidak peka nyeri karena tidak memiliki
persyarafan sensoris ( Cailliet, 1981 ).
1. Anatomi fungsional punggung bawah
Secara anatomis, yang dimaksud dengan punggung bawah (low
back) atau sering juga disebut daerah pinggang adalah daerah tulang
belakang lumbal pertama (L1) sampai seluruh tulang sakrum dan struktur
jaringan di sekitarnya, termasuk diskus intervertebralis,ligamen,otot dan
fascianya ( Sidharta, 1984)
Secara fungsional, kolumna vertebralis di daerah lumbal tersusun dari
serangkaian unit mekanik atau unit fungsional.
5

Setiap unit terdiri dari segmen anterior dan posterior. Segmen anterior
terdiri dari korpus vertebrae yang dihubungkan satu dengan yang lainnya
oleh diskus intervertebtalis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinale
anterior dan posterior yang melekat erat pada korpus vertebrae . Segmen
anterior ini berfungsi sebagai penopang berat badan (weight-bearing) dan
peredam gerakan yang tiba-tiba (shock-absorben). Segmen posterior
terdiri dari arkus vertebrae (arkus neural), prosesus transversus, prosesus
spinosus, dan persendian faset (apofisis), yang satu sama lain diikat satu
dengan

yang

lain

oleh

ligamentum

interspinosum,

ligamentum

intertrasversum, ligamentum supraspinosum dan ligamentu flavum


( Borenstein,1989 ). Fungsi segmen posterior ini bukan sebagai penopang
berat badan, melainkan melindungi struktur saraf (medula spinalis) yang
terdapat di dalamnnya dan memungkinkan gerakan dari kolumna
vertebralis ( fleksi dan ektensi ). Arah gerakan kolumna vertebralis lumbal
ini sangat ditentukan oleh segmen posterior ini, terutama sendi faset
(apofisis) atau sendi zygapophyseal. Pada daerah lumbal, bidang gerak
sendi faset terletak pada bidang sagital, sehingga arah gerakan yang paling
mungkin dan bebas adalah gerakan fleksi dan ektensi. Sedangkan gerakan
rotasi dan lateral fleksi yang terbatas dimungkinkan kompleks hubungan
diskus intervertebralis dengan kedua sendi faset. Gerakan yang simultan

dalam suatu rasio yang ritmik antara gerakan lumbal dengan rotasi pelvis
pada bidang sagital disebut lumbar- pelvik rhythm ( Borenstein, 1989 ).
Dalam posisi statik maupun dinamik, unit fungsional kolumna
vertebralis lumbal ditunjang oleh otot-otot disekitarnya. Otot-otot ini
berperan menjaga keseimbangan dan stabilitas postur tubuh serta
memungkinkan gerakan di daerah lumbal. Ada 2 kolompok otot utama
yang menunjang kolumna vertebralis lumbal, yaitu : kelompok otot fleksor
dan ektensor. Kelompok otot ektensor terdiri dari 3 lapisan kelompok otot
paraspinal dibagian posterior, otot lapisan luar terdiri dari otot-otot
polisegmental panjang, disebut otot-otot erector spinae (M. Iliocostalis,
longissimus,spinalis), merupakan kelompok ektensor utama. Lapisan
tengah terdiri dari otot-otot polisegmental pendek (M. Semispinlis dan
multifida) dan lapisan dalam terdiri dari otot-otot intersegmental kecil (M.
Interspinalis, intertransversaii dan rotatores). Sebagian otot-otot paraspinal
posterior tersebut juga berperan dalam membantu gerakan rotasi aksial
( M.semispinalis, multifidi, rotatores dan erector spinae ) dan fleksi lateral
(M.erector spinae). Otot-otot lain yang juga berperan dalam ektensi
punggung bawah adalah M.latissimus dorsi, quadratus lumborum dan
ektensor hip ( M.gluteus maximus dan hamstring). Sedangkan kelompok
otot fleksor terdiri dari kelompok otot abduminal (M.obliquus externalis
dan internalis, tranversus abdominis dan iliopsoas). Sebagian otot-otot

fleksor tersebut juga berperan dalam rotasi aksial( M.obliquus externalis


dan internalis) dan lateral fleksi ( M.iliopsoas).
Saat berada dalam posisi statik, misalnya saat berdiri, otot-otot
ektensor punggung merupakan kelompok otot yang terutama berperan
menjaga agar postur tubuh tetap tegak untuk melawan gaya gravitasi.
Sedangkan saat melakukan gerakan trunkus, kelompok otot ektensor dan
fleksor tersebut bergantian berkontraksi secara konsentrik dan eksentrik
untuk mengontrol gerakan, sehingga memungkinkan suatu gerakan
trunkus yang terkoordinir, stabil, dan halus.
1. Patofisiologi
Keluhan utama pada pasien nyeri punggung bawah adalah nyeri
dan keterbatasan aktivitas fungsional, terutama yang berhubungan dengan
mobilitas lumbal. Nyeri terjadi jika akhiran saraf sensorik perifer, yang
disebut nosiseptor, terpicu oleh rangsangan mekanik, kimiawi, atau termal.
Didaerah punggung bawah, ada berbagai bangunan yang mengandung
akhiran saraf sensorik (nosiseptor), sehingga bangunan-bangunan tersebut
berpotensi menimbulkan nyeri. Bangunan-bangunan tersebut adalah
periosteum,lapisan luar anulus fibrosus, ligamentum longitudinalis anterior
dan posterior, kapsul sendi dan kartilago sendi faset (apofisis), pembuluh
darah, serabut-serabut saraf tepi, otot dan fasianya.

Jika nosiceptor pada bangunan-bangunan tersebut di atas terpicu


oleh rangsang mekanik, kimiawi ataupun termal, maka impuls nyeri akan
dihantarkan ke serabut-serabut aferen cabang saraf spinal yang
bersangkutan, kemudian menuju ke kornu dorsalis medula spinalis.
Dari medula spinalis impuls diteruskan ke otak melalui jaras
spinotalamikum kontralateral. Selanjutnya otak akan memberikan respons
terhadap impuls nyeri tersebut respon tersebut berupa upaya untuk
menginhibisi atau mensupresi nyeri dengan pengeluaran subtansi peptida
endogen yang mempunyai sifat analgetika, yaitu endorfin. Disamping itu
impuls nyeri yang mencapai medula spinalis, akan memicu respons refleks
spinal segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokontriksi.
Spasme otot yang terjadi di sini merupakan suatu mekanisme proteksi,
karena spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah
kerusakan atau lesi yang lebih berat. Namun dengan adanya spasme otot
ini, juga terjadi vasokontriksi yang menyebabkan iskemia dan sekaligus
juga menjadi titik picu (trigger point) terjadinya nyeri (Meliala, 2004).
Pada kasus nyeri punggung bawah muskuloskeletal,aktivitas
nosiseptor umumnya disebabkan oleh rangsangan mekanik, yaitu
penggunaan otot yang berlebihan (overuse). Pengunaan otot yang
berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi statik
atau postur yang salah untuk jangka waktu yang cukup lama di mana otot-

10

otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur


tubuh yang normal, atau pada saat aktivitas/ gerakan yang menimbulkan
beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot punggung bawah, misalnya
mengangkat beban yang berat dengan posisi yang salah (tubuh
membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban ke tubuh cukup jauh)
Sidharta,1984.
Penggunaan otot yang berlebihan ini menimbulkan iskemia dan
inflamasi, sehingga terjadi peningkatan kadar berbagai mediator inflamasi
( seperti, histamin, bradikinin, serotinin dan prostaglandin). Mediator
inflamasi tersebut akan mensensitisasi nosiseptor otot. Akibat otot menjadi
sensitif, stimuli mekanik yang seharusnya tidak menimbulkan nyeri,
seperti saat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang menggunakan
otot-otot punggung bawah, dapat menyebabkan nyeri. Setiap gerakan otot
akan menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot. Karena
terdapat spasme otot lingkup gerak sendi (range of motion) pungung
bawah menjadi terbatas. Mobilitas lumbal menjadi terbatas, terutama
untuk gerakan membungkuk ( fleksi ) dan memutar tubuh ( rotasi ).
Nyeri dan spame otot seringkali membuat individu takut
menggunakan otot-otot punggungnya untuk melakukan gerakan pada
lumbal

(disuse

otot-otot

punggung

bawah).

Selanjutnya

menyebabkan perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu

akan

11

berkurangnya massa otot dan penurunan kekuatan otot. Akhirnya individu


akan mengalami penurunan tingkat aktivitas fungsionalnya. Jadi akibat
nyeri punggung bawah ini maka terjadi suatu lingkaran setan antara nyeri,
spasme otot, keterbatasan ROM, disuse, dan keterbatasan aktivitas
fungsional.
2. Nyeri
Nyeri

merupakan

suatu

mekanisme

perlindungan

dengan

menyadarkan seseorang untuk membuat tanggap rangsang yang memadai


guna

mencegah

kerusakan

lebih

lanjut

dari

jaringan

yang

bersangkutan.Menurut The Internasional Association For The Study Of


Pain, nyeri di definisikan suatu rasa yang tidak menyenangkan dan
merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial dan terkadang nyeri
digunakan untuk menyatakan adanya kerusakan jaringan (Tan, dikutip
parjoto 2005).
Untuk itu setiap klinikus termasuk fisioterapis perlu memahami
neurofisiologi mekanisme nyeri, dimana reseptor nyeri perifir (akhiran
saraf bebas yangdisebut nosiseptor) terdapat pada setiap stuktur kutan,
somatik dalam maupun visera tubuh (meliputi kulit, bantalan lemak, otot,
ligamen, fasia, kapsul sendi, periosteum, tulang sub kondral dan dinding

12

pembuluh darah). Adanya stimuli noksius atau stimuli noksius potensial,


nosiseptor akan melepaskan zat-zat kimiawi endogen yang selanjutnya
akan mentransduksi stimuli ini menjadi impuls nyeri (nosiseptik) melalui
mekanisme yang belum diketahui dengan pasti.
Ada 3 tipe kimiawi endogen untuk nyeri yaitu : 1) yang
menghasilkan nyeri lokal secara langsung ( bradikinin, histamin,
asetilkolin dan kalium ), 2) yang mempasilitasi nyeri dengan cara
mensitisasi nosiseptor tampa menstimulasinya ( prostaglandin, leukotrin,
interleukin dan tromboksan ) dan 3) yang menghasilkan ektravasasi
neuropeptida ( bahan P dan calcitonin gene-related peptide- CGRP ).
Pelepasan bahan P dan neupeptida secara berlebihan akan membantu
terjadinya efek pri inflamasi di jaringan dan akan menyebabkan inflamasi
neurologik yang dapat kontributor terjadinya sindroma nyeri kronik
(Tan,dikutip oleh Parjoto ,2005).
Teori tentang nyeri oleh Mellzack dan Wall melaporkan bahwa
penerima nyeri di receptor saraf perifer karena rangsangan pada kulit,
perjalanan melalui suatu badan pengontrol, dinamakan Gate Control
Theory menurut teori ini ada dua macam serabut, yang satu tebal (besar),
yang lain halus, bersama-sama mengirim rasa nyeri memasuki akar
belakang bersambung dengan sel saraf yang dinamakan T-cell pada neuron
kedua (internuncial neurons) disini berhubungan dengan sel saraf (SG

13
Cell) . Pada teori ini dikatakan bahwa sel SG menekan rangsang nyeri
yang dikirim ke sel T.
Rangsangan nyeri dari serabut yang tebal (besar), berfungsi
memperkuat tekanan pada sel SG dan rangsang nyeri dari serabut yang
halus, bekerja untuk mengurangi tekanan pada sel SG, berarti sel SG
adalah suatu gerbang. Untuk menerima rasa nyeri yang akan masuk sel T,
rasa nyeri dari serabut tebal (besar), gerbang ini menyempit, berakibat
rangsangan kepada sel T menjadi lemah, bila rasa nyeri melalui serabut
halus, gerbang akan melebar, rangsangan yang akan diterima menjadi
lebih kuat : membuka dan menutup gerbang bukan saja dipengaruhi oleh
dua macam serabut tersebut diatas, tetapi pusat kontrol dari pusatpun
mempengaruhi. Impuls rasa nyeri masuk melalui saraf perifer ke columna
posterior dan system projection dorsolateral sebagai pacu kontrol sentral
mengumpulkan informasi, sifat dan letaknya rasa nyeri, mengirimkannya
ke thalamus sebagai pusatnya, kemudian melalui desending afferent fiber
mengirim ke gerbang yang akan membuka atau menutup gerbang
(Satyanegara,1978 ).
3. Problematik fisioterapi
Pada kondisi nyeri punggung bawah muskuloskeletal ini
problematiknya adalah : 1) problematik gerak, dimana terdapat nyeri yang
menyebabkan spasme otot-otot paravertebra sehingga menimbulkan
keterbatasan gerak fleksi dan ektensi lumbal serta penurunan kekuatan otot

14

karen kurangnya aktifitas gerak, 2) problematik fungsional yaitu aktifitas


jongkok, berdiri, duduk terlalu lama dan berjalan jauh mengalami
gangguan karena adanya nyeri.
4. Pemeriksaan nyeri punggung bawah muskuloskeletal
Dalam pemeriksaan ini ditujukan untuk menilai intensitas nyeri
yang dimodifikasi dengan kebebasan gerak membungkuk secara optimal.
1) Penilaian intensitas nyeri.
Penilaian yang digunakan adalah Visual Analoge Scale (VAS). Caranya
penderita disuruh menunjuk titik nyeri yang dialami pada suatu garis
horisontal yang panjangnya 10 cm yang merupakan rentangan skala dari 0
sampai 10. 0 merupakan titik tidak ada nyeri, 10 menunjukkan nyeri
tak tertahankan (Mariani, dikutip parjoto 2005).

Tidak nyeri

nyeri tak tertahankan

Sedangkan menurut Parjoto S , dkk 1993 parameter pengukuran


nyeridengan memakai skala lima tingkat, yaitu derajat 0 = tak ada nyeri
baik saat aktivitas maupun istirahat, derajat 1 = nyeri minimal timbul
sewaktu bekerja lama dan berat, saat dilakukan penekanan kuat nyeri
timbul. Saat istirahat tak ada nyeri, derajat 2 = nyeri ringan , tetapi

15

dirasakan terus menerus meski tidak menggangu aktivitas. LGS normal


pada penekanan nyeri timbul, nyeri dirasakan saat gerak fleksi maupun
ektensi lumbal, derajat 3 = nyeri sedang, dirasakan terus menerus dan
mengganggu aktivitas, LGS juga terbatas, derajat 4 = nyeri berat,
menyulitkan penderita untuk beraktivitas dan hampir tak tertahankan
gerakan fleksi dan ekstensi lumbal hampir tak dapat dilakukan/ tak
mampu.
2). Penilaian aktifitas fungsional
Kuesioner disabilitas nyeri punggung bawah Oswestri berupa formulir
kuesioner berisi 10 item peryataan, subyek diminta untuk memilih salah
satu peryataan yang mengambarkan disabilitasnya.
5. Teknologi intervensi fisioterapi
a. Micro Wave Diathermy (MWD)
Micro Wave Diathermy merupakan alat yang menggunakan stressor
fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan arus listrik bolakbalik dengan frekuensi 2450 MHz, dengan panjang gelombang 12,25
cm. Produksi radiasi gelombang micro. Magnetron memproduksi arus
bolak-balik frekuensi tinggi, yang dialirkan oleh kabel koaksial ke
tranduser.
Tranduser terdiri dari antena dan reflektor, jalannya arus frekkuensi
tinggi melalui antena ini memberi energi kepada transduser.Dan

16

menghasilkan perubahan bentuk energi dari energi listrik menjadi


energi elektromagnetik. Energi

lalu difokuskan oleh reflektor dan

disorotkan ke jaringan. Intensitas gelombang micro bervariasi,


tergantung dari jumlah tenaga yang diberikan pada magnetron.
1). Efek Biofisika dan Biokimia.
Peristiwa yang terjadi pada saat MWD diaplikasikan ke jaringan
adalah(1) Penetrasi, dalamnya penetrasi tergantung frekuensi dari
gelombang dan sifat medium yang dipenetrasi. Secara umum, energi dari
gelombang menurun secara eksponensial dengan besarnya jarak yang
dilalui, dan mengalami penurunan dengan naiknya frekeunsi. Jaringan
dengan dielektrik tinggi dapat ditembus lebih dalam dibanding dengan
jaringan yang dielektriknya lebih rendah. Efektifitas penetrasi dari
gelombang micro 2450 MHz mencapai sekitar 3 cm. (2) Absorbsi, energi
elektromagnetik diubah menjadi energi panas ketika berinteraksi dengan
molekul jaringan yang lain. Molekul non polar akan mengarah ke kutub
pada area yang dikenai gelombang mikro. Molekul bipolar akan berputar
bolak-balik, ion akan bergetar pada area tersebut. Total energi MWD yang
hilang akan diubah menjadi energi panas. Perbedaan sifat listrik dari
berbagai jaringan menentukan jumlah absorbsi energi yang terjadi.
Sebagai contoh alat dan jaringan lain yang mengandung dielektrik tinggi

17

akan menyerap lebih banyak energi elektromagnetik dibanding dengan


lemak atau tulang.
2). Efek Fisiologis.
Dengan

diserapnya

gelombang

MWD

dalam

jaringan,

menimbulkan produksi panas, tetapi bentuk distribusinya berbeda dengan


pemanasan yang lain. Daya tembusnya lebih dalam dari infra merah,tetapi
tidak dapat melintas di seluruh jaringan tubuh seperti pada SWD, MWD
tidak dapat digunakan untuk mengobati jaringan yang dalam letaknya.
Daya tembusnya kira-kira 3 cm. Gelombang MWD banyak diserap oleh
dielektrik tinggi, sehingga jaringan yang banyak mengandung darah lebih
banyak menerima panas dari pada lemak.
Begitu telah terjadi perubahan energi gelombang micro menjadi
energi panas, maka akan terjadi pertukaran panas dengan area yang
bersuhu lebih rendah sampai tercapai tahap steady state.
Respon fisiologis akibat dari radiasi MWD tergantung pada reaksi
jaringan terhadap kenaikkan suhu dan jumlah energi yang diabsorbsi.
Pengaturan suhu tubuh diatur oleh jantung, system hormon dan kontrol
saraf. Panas yang diberikan pada kulit menyebabkan naiknya aliran darah
pada kulit, yang akan mendistribusikan panas ke daerah lainnya.
Dengan penetrasi gelombang micro sekitar 3 cm maka energi panas
akan diabsorsi oleh kulit dan kemudian didistribusikan ke daerah lain

18

yang lebih dalam seperti lemak dan otot yang terletak di bagian bawah dari
kulit tersebut. Energi panas akan memberikan efek dilatasi pada pembuluh
darah kapiler dikulit. Dengan adanya dilatasi tersebut akan menjadikan
sirkulasi darah setempat meningkat. Energi panas akan diteruskan baik
secara konduksi maupaun konveksi ke jaraingan yang leteknya lebih
dalam seiring dengan meningkatnya sirkulasi darah pada pembuluh darah
arteri dan vena di otot. Meningkatnya sirkulasi darah arteri di otot akan
meningkatkan proses metabolisme sehingga proses pemberian zat-zat
makanan dan 02 menigkat, sedang meningkatnya sirkulasi darah vena akan
meningkatkan proses pengangkutan zat-zat sisa metabolisme.
3). Efek Terapeutik.
Efek terapeutik adalah mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot,
dan resolusi proses inflamasi (subakut atau kronis). MWD sebaiknya
diberikan sebelum melakukan latihan untuk meningkatkan fleksibilitas.
b. BACK SCHOOL
Back School mempunyai tujuan untuk menambah pengetahuan pasien
tentang pemeliharaan atau perawatan postur tubuh yang benar dan
peningkatan kemampuan fungsional. Dalam pemeliharaan postur tubuh,
pasien diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang antomi,
memperbaiki bentuk dan mekanisme tubuh serta meningkatkan kekuatan
dan fleksibilitas ( Martin, 1992 ).

19

Back school mempunyai mamfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan


otot-otot punggung sehingga tubuh dalam keadaan tegak / posisi netral.
Back school juga akan mengurangi nyeri melalui mekanisme
gerbang

kontrol. Meski pada umumnya perbaikan nyeri tidak terdapat

pada keseluruhan latihan. Pengurangan rasa nyeri seharusnya menjadi


pertimbangan terbaik pada hasil dalam tempo yang lama. Pada perbaikan
bentuk dan penambahan kekuatan serta daya tahan (Martin ,1992). Dalam
memberikan latihan yang hendak dipilih hal utama yang harus diperhatikan
ialah komponen-komponen / sistem tubuh yang terlibat serta dampak yang
akan terjadi pada komponen tersebut saat suatu aktifitas / bentuk latihan
tertentu diberikan pada pasien atau dengan kata lain fisioterapis harus
mengenal respon jaringan tubuh terhadap jenis / bentuk maupun intensitas
latihan yang diberikan.
Pada penelitian ini secara operasional pemberian terapi latihan
back school pada nyeri punggung bawah bertujuan untuk : (1)
Mengembalikan fleksibilitas dan kekuatan otot-otot penegak, (2)
Memperbaiki mobilitas pelvis / lumbar pelvic rhytmy, (3) Menguatkan
otot-otot perut, (4) Meningkatkan / memperbaiki fleksibilitas otot-otot
anggota gerak bawah, (5) Memperbaiki dan mempertahankan sikap tubuh
yang baik, (6) Membiasakan diri untuk melakukan gerak-gerak yang
sesuai dengan mekanik tulang belakang.

20
B. Kerangka Pikir

MWD & Back School


Post-test

Pre-test

Nyeri
Punggung Bawah
Muskuloskeletal

Pre-test

Post-test
MWD

Gambar 2.
Keterangan :
Pada pasien nyeri punggung bawah muskuloskeletal dibagi dalam dua
kelompok : kelompok perlakuan satu dan kelompok perlakuan dua. Kedua
kelompok pada fase baseline diukur derajat nyeri dan kemampuan aktifitas
fungsional. Pada fase tindakan kelompok perlakuan satu diberi terapi MWD dan
back school tiga kali dalam satu minggu. Sedang kelompok perlakuan dua diberi
terapi MWD tiga kali dalam satu minggu. Setelah fase tindakan kedua kelompok
dilakukan pengukuran derajat nyeri dan kemampuan aktifitas fungsional lalu
dilihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan, dilihat juga perbedaan pada
kedua kelompok.

21
C. Kerangka Konsep

NPB
Muskuloskelet
al

Nyeri &
Aktivitas Fungsional
terbatas

MWD

Back School & MWD

Nyeri

= O

Aktivitas Fungsional
meningkat
Gambar 2.

22

D. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah: pemberiaan terapi MWD dan back
school dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsional disabilitas
pada nyeri punggung bawah muskuloskletal lebih baik dari pada pemberian
MWD saja.

akibat adanya pergeseran antar faset dan menjadi tumpuan berat badan.
Akibatnya permukaan sendi tertekan sehingga timbul peradangan sendi
menyebabkan

nyeri. Selain itu berkurangnya jarak antar sendi akan

mengiritasi saraf yang keluar dari foramen intervertebralis.


2).Dinamik atau kinetik nyeri punggung bawah
Dalam keadaan normal gerakan tulang berlangsung dan terintegrasi dengan
baik dan terjadi pembatasan oleh otot dan ligamen. Agar tidak menimbulkan
nyeri, gerakan ini tidak boleh melenggar keterbatasan. Disini nyeri yang timbul
disebabkan kelainan pada irama lumbal pelvis, sehingga mempengaruhi
pergerakan, atau bisa saja struktur tulang vertebra normal tetapi fungsinya tidak
sempurna. Pada nyeri punggung dinamik terdapat tiga penyebab antara lain:
tekanan abnormal pada punggung bawah yang normal, tekanan normal pada
punggung bawah yang abnormal, tekanan normal pada punggung bawah yang
normal, tetapi tubuh tidak siap meenghadapinya.
a) Tekanan abnormal pada punggung bawah yang normal
Dalam keadaan normal seseorang mampu mengangkat beban dengan berat
tertentu tanpa menimbulkan cidera/strain ligament. Cidera ini dapat terjadi
apabila: (1) beban terlalu berat sehingga otot tidak mampu menahan, (2) beban
yang diangkat jaraknya terlalu jauh dari tubuh, (3) waktu mengangkat terlalu
lama.
b) Tekanan normal pada punggung bawah yang abnormal
Kelainan ini dapat terjadi pada struktur yang postur memperkuat tulang
belakang: (1) persendian, ligamen, otot, atau gabungan datau pada saatatubuh

yang normal,ri struktur tersebut, seperti: skoliosis, posisi sendi faset sejajar, tetapi
akan miring bila fleksi/ekstensi, (2) pemendekkan hamstring atau kurangnya
fleksibilitas menahan rotasi pelvis (irama lumbal pelvis tidak semestinya) maka
saat tubuh fleksi, rotasi pelvis telah maksimal sedangkan fleksi total belum
tercapai, akibatmya lengkung lumbal akan bertambah sehingga ligamentum
longitudinal posterior akan tertarik dan menyebabkan robekan ligamen tersebut,
(3) pemendekan otot punggung bawah dan ligamen. Dalam hal ini rotasi dan
irama lumbal pelvis bagus, hannya saja fleksi lumbal terhambat. Bila dipaksakan
akan timbul nyeri sebagai akibat regangan pada ligamen longitudinal posterior
dan jaringan fibrus pada otot para spinal.

c) Tekanan normal pada punggung bawah yang normal


Meskipun tekanan normal pada punggung bawah yang normal tetapi karena
tubuh tidak siap menghadapinya menyebabkan cidera otot, ligamen dan timbul
nyeri.misalnya, mengangkat beban berat diluar dugaan.
B. Patologi
Proses terjadinya nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah karena
mengangkat barang terlalu berat pada posisi membungkuk, gerakan mendadak
atau melampaui kekuatan otot tersebut misalnya, ketika mengejar dan memukul
bola (tenis, bulutangkis, golf, dll) (Lalang, 2004). Cidera ini menimbulkan
kerusakan jaringan lunak yang akan merangsang reseptor nyeri atau nosiseptor.
Keadaan ini akan berlanjut dengan adanya bahan kimia yang mengumpul di
sekitar nyeri. Bahan kimia ini berasal dari: (1) bocoran membran sel rusak, (2)

hasil sintesa enzim-enzim setelah trauma atau saat terjadi ekstravasasi dan migrasi
sel setelah ruda paksa dan (3) reseptor nyeri sendiri saat mengalami rangsangan.
Salah satu zat tersebut yaitu substansi P yang akan menghasilkan peningkatan
mikrosirkulasi lokal dan ekstravasasi plasma yang peka dan menyebabkan
chemical stimulasi sehingga menyebabkan nyeri (Sri Witono, 1987) dan (Joesoef,
1996). Karena adanya nyeri menyebabkan penderita takut bergerak sehingga
terjadi penurunan mobilitas sendi tulang belakang dan kecenderungan penderita
mengambil posisi yang paling nyaman tanpa memperhatikan posisi yang benar,
bila dibiarkan terus akan menghambat kesembuhan bahkan dapat memperburuk
keadaan (Mc. Farland, 2000).

1. Nyeri
Definisi nyeri menurut The Internasional Association For The Study Of
Pain yang dikutip oleh Anwar (1995) nyeri merupakan pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berpotensi merusak jaringan. Definisi tersebut berdasarkan dari sifat nyeri yang
merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat
dipahami adanya kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan
perasaan nyeri yang sama. Fenomena ini timbul karena adanya kemampuan sistem
syaraf untuk merubah berbagai stimulasi (mekanik, kimia, thermal dan elektris)
kemudian dijalarkan ke syaraf pusat. Perjalanan nyeri ini terbagi menjadi dua
sistem yaitu: (1) sistem nosiseptor, perjalanan impuls rasa nyeri diterima oleh
reseptor kemudian diteruskan melalui serabut syaraf aferen untuk masuk ke

medula spinalis selanjutnya melalui traktus spino talamikus lateral dibawa ke


batang otak lalu masuk ke thalamus dan nyeri dapat dirasakan, (2) perjalanan
tingkat pusat, yaitu perjalanan impuls nyeri dari batang otak ke kortek serebri dan
kortek asosiasi sensoris. Bila impuls sudah sampai disini maka berat ringannya
dan lokalisasi serta sifat nyeri dapat digambarkan dengan jelas dan terperinci oleh
yang bersangkutan.
Sedangkan pada penderita nyeri punggung bawah muskuloskeletal nyeri
yang dirasakan dapat berasal dari struktur penyangga tulang belakang (ligamen,
otot tulang dan sendi) struktur ini peka terhadap rangsangan nyeri karena
terdapatnya syaraf sensoris kecuali ligamentum flavum dan diskus intervertebralis
tidak peka nyeri karena tidak memiliki persyarafan sensoris (Cailliet, 1981).
Mekanisme tentang nyeri telah mengalami perkembangan dalam beberapa
dekade terakhir, teori nyeri mula-mula diusulkan oleh Mellzak dan Wall (1965)
mengemukakan teori gerbang kontrol yang banyak diterima ahli. Menurut teori ini
aferen terdiri dari dua kelompok serabut, yaitu kelompok yang berdiameter besar
(A-beta) dan serabut berdiameter kecil (A-delta dan C). Kedua kelompok ini
berinteraksi dengan substansia gelatinosa (SG) berfungsi sebagai modulator
(gerbang kontrol) terhadap A-beta, A-delta dan C. Apabila SG aktif, gerbang akan
menutup sebaliknya apabila SG menurun aktifitasnya gerbang membuka. Aktif
dan tidaknya SG tergantung pada kelompok aferen mana yang terangsang.
Apabila serabut besar terangsang, SG menjadi aktif dan gerbang menutup, ini
berarti bahwa rangsang yang menuju pusat melalui transiting cell (T-sel). Serabut
A-beta adalah penghantar rangsang bukan nyeri misal sentuhan, propioseptif.

Apabila kelompok berdiameter kecil (A-delta dan C) terangsang, SG akan


menurun aktifitasnya sehingga gerbang membuka. A-delta dan C adalah serabut
pembawa rangsang nyeri sehingga jika terangsang gerbang akan membuka dan
rangsangan nyeri akan diteruskan kepusat. Modalitas fisioterapi berupa terapi
latihan (back exercise) dan traksi lumbal akan merangsang aferen mekanoreseptor
yang dibawa oleh serabut berdiameter besar A B, mekanoreseptor ini selain
berjalan kepusat juga bergabung dengan nukleus spinal yang mempunyai
pengaruh inhibisi/supresi nyeri (Wyke B, 1979).

2. Problematika Fisioterapi
Adapun

problematika

pada

kondisi

nyeri

punggung

bawah

muskuloskeletal ini adalah: (1) problematika gerak yaitu adanya nyeri yang
menyebabkan spasme otot-otot para vertebra sehingga menimbulkan keterbatasan
gerak fleksi/ekstensi lumbal serta penurunan kekuatan otot karena kurangnya
aktivitas gerak, (2) problematika fungsional yaitu aktivitas jongkok, berdiri,
duduk terlalu lama dan berjalan jauh mengalami gangguan karena adanya nyeri.
3. Teknologi intervensi fisioterapi
Berdasarkan permasalahan yang ada pada nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yaitu adanya nyeri, spasme otot, nyeri gerak yang menuju pada
gangguan fungsional, pemberian tindakan fisioterapi berupa terapi latihan dan

traksi lumbal serta diperlukan nasihat kepada penderita untuk membiasakan diri
melakukan gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung.
a. Terapi latihan (back exercise)
Adalah upaya penyembuhan dengan menggunakan bagian tubuh secara
aktif maupun pasif bertujuan untuk relaksasi dan penguluran otot-otot punggung
bawah yang mengalami spasme (kejang otot) akibat aktivitas motor refleks yang
terjadi pada jaringan yang rusak oleh karena trauma (Kisner, 1978). Adanya
spasme/ketegangan otot menimbulkan nyeri. Rangsangan ini diterima oleh
serabut-serabut aferen medula spinalis, menghasilkan kontraksi beberapa otot
akibat spinal motor refleks. Nosiseptif stimulus ini dapat dijumpai di beberapa
tempat seperti kulit, organ visceral, bahkan otot itu sendiri. Adanya kontraksikontraksi tadi dapat meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan
tendon. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit sehingga menimbulkan lingkaran
setan, kejang otot - nyeri - kejang otot - nyeri dan seterusnya. Kondisi ini akan
diperburuk oleh adanya ischemia lokal sebagai akibat dar kontraksi otot yang kuat
dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari
disregulasi sistem simpatis (Heru Purbo K, 2000). Oleh karena itu cukup
beralasan menggunakan terapi latihan dalam pengurangan nyeri akibat spasme
otot pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal. Disamping itu latihan otot-otot
untuk memperbaiki postur baik saat berdiri maupun waktu duduk sehingga dapat
mengurangi cidera/strain yang pada akhirnya untuk mencegah kekambuhan
(Sadoso, 2002). Pada penelitian ini secara operasional tujuan pemberian latihan
ditujukan: (1) memperkuat otot yang lemah, terutama otot dinding perut, gluteus

maksimus medius dan otot punggung, (2) memperbaiki postur (3) meregangkan
otot-otot yang memendek terutama otot punggung bawah dan hamstring dan (4)
mengurangi spasme otot (Sunarto, 2005).
1. Teknik latihan
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu dirancang tehnik dan dosis
yang tepat, tehnik latihan ini secara umum terdiri dari dua bagian yaitu penguatan
dan penguluran otot-otot punggung, adapun gerakannya adalah sebagai berikut:
a) Curl-up
Untuk menguatkan otot perut dengan tehnik: posisi awal tidur terlentang
pada alas yang keras dengan sendi lutut setengah fleksi dan telapak kaki
menumpu rata, gerakan berupa mengencangkan atau mengkotraksikan otot perut,
silangkan kedua lengan pada dada, gerakan mengangkat kepala ke arah dada
sehingga dagu menyentuh dada atas, gelang bahu ikut terangkat, saat gerakan
tidak boleh terjadi gerak sit up karena dapat menegangkan otot-otot leher dan
menimbulkan kelelahan. Lihat gambar 2.1.

Gambar 2.1

Curl-up (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)


b). Arm-and-leg extension
Untuk menguatkan otot punggung yang berada disepanjang punggung
sampai ke pantat untuk mencapai perbaikan postur dengan teknik : (1) posisi awal
merangkak dengan kedua tangan tepat berada di bahu dan kedua lutut tepat di
bawah pinggul. Usahakan agar punggung lurus dan kepala serta leher berada satu
baris dengan punggung, (2) secara perlahan-lahan naikkan lengan kanan dan kaki
kiri, buat berada satu beris dengan punggung. Jari-jari tangan diluruskan
menunjuk kedepan, sementara jari-jari kaki menunjuk ke belakang. Jika
memungkinkan lengan dan kaki dapat direntangkan sedikit lebih tinggi dari pada
punggung. Beberapa gerakan yang harus diperhatikan yaitu jangan menjatuhkan
kepala, mendongak ke atas dan jangan sampai miring. Lihat gambar 2.2

Gambar 2.2
Arm-and-leg extension (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)
c) Knee-chest strecth

Gerakan lutut ke dada untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan
spasme, serta mengoreksi lordosis dengan teknik: tidur terlentang, terik kedua
lutut ke dada semaksimal mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit dan rileks
kembali ke posisi awal. Lihat gambar 2.3

Gambar 2.3
Knee-chest strecth (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)
d) Hamstring strecth
Gerakan badan condong ke depan untuk meregangkan otot punggung bawah dan
hamstring yang memendek, dapat dilakukan dengan tehnik: posisi awal long
sitting, kemudian satu kaki ditekuk berada disamping lutut tungkai yang lurus,
condongkan badan dengan kedua lengan lurus ke depan semaksimal mungkin
tanpa menimbulkan sakit yang berlebihan pada tungkai yang lurus terutama pada
lutut bagian bawah, tahan dan rileks ganti pada sisi yang lain ( Brien J, 1997).
Lihat gambar 2.4

Gambar 2.4
Hamstring strecth (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)

2. Dosis latihan (back exercise)


Menurut sadoso (2002) dan (Brief J, 1997) untuk mencapai hasil yang
diharapkan dalam mengatasi keluhan nyeri NPB muskuloskeletal diperlukan
program latihan yang konsisten dengan dosis dan aturan yang tepat, yaitu:
a) Curl-up.
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu, pengulangan sebanyak 8-12 kali per
set. Latihan dilakukan 1-3 set, diantara 2 set latihan istirahat 30-60 detik, pada
tahap awal dilakukan pengulangan 8-20 kali, kecepatan gerak mengangkat kepala
3 detik dan dipertahankan 3-5 detik, 3 detik istirahat, 3 detik kembali ke posisi
semula.

b) Arm-and-leg extension
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu, pengulangan sebanyak 8-12 kali per
st. Latihan dilakukan 1-3 set, diantara 2 set latihan istirahat 30-60 detik, pada
tahap awal dilakukan pengulangan 8-10 kali, kecepatan gerak mengangkat kepala
3 detik dan dipertahankan 3-5 detik, 3 detik istirahat, 3 detik kembali ke posisi
semula.
c) Knee-chest strecth
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu dan pengulangan sebanyak 5-7
kali.begitu juga pada sisi yang lain, kecepatan gerak perlahan tanpa menimbulkan
sakit, rasakan ketegangan, pertahankan posisi 15-20 detik dan kembali perlahan
pada posisi semula, istirahat 3 detik.

d) Hamstring strecth
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu dan pengulangan sebanyak 5-7 kali.
Tarik kedua lutut perlahan mendekati dada, rasakan ketegangan dan kembali
perlahan pada posisi semula, istirahat 3 detik.
a. Traksi lumbal
Traksi lumbal adalah suatu teknik aplikasi kekuatan tarikan pada daerah
lumbal untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi. kekuatan
tarikan dapat dilakukan secara manual elektromekanik dengan beban dan sistem
katrol maupun secara elektronik halus. Pemberian traksi lumbal pada penelitian
ini ditujukan untuk membebaskan spasme otot dan rileksasi sehingga nyeri

berkurang. Hal ini dikarenakan pengaruh traksi lumbal dapat mengurangi


penekanan pada daerah struktur peka nyeri atau adanya hambatan perjalanan
rangsangan nyeri karena adanya stimulasi mekanoreseptor yang terjadi akibat
gerakan osilasi yang dihasilkan oleh gerakan traksi lumbal intermitten, adanya
pengurangan nyeri dapat memfasilitasi rileksasi dan pengurangan spasme otot.
Menurut DanieL N Hooker (1994) pemberian traksi lumbal dapat merelaksasikan
dan mengurangi spasme otot, hal ini terbukti dengan pemasangan EMG pada otot
erektor spinal saat dilakukan traksi lumbal menunjukkan adanya penurunan
aktifitas otot tersebut. Otot yang dilakukan traksi intermitent akan terjadi
kontraksi dan rileks sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan dapat
merangsang propioseptif yang menghasilkan penutupan gerbang kontrol sehingga
nyeri berkurang.

1.Tehnik aplikasi
Dalam penelitian ini prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal
adalah sebagai berikut :
a) Penentuan alat
Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi komputer digital dan
menggunakn musik yang diharapkan dapat membantu rileksasi otot penderita
secara general .
b) Posisi traksi lumbal

Posisi yang umum dipakai berbaring terlentang, dengan sedikit paha dalam
keadaan fleksi 80-85 dan eksorotasi 10-15 serta sendi lutut dalam keadaan fleksi
85- 90 (Thamrim Syam, 1991).
c) Alat pengikat
Mengunakan alat ikat punggung berupa sabuk khusus ( pelvic belt) yany
diikatkan di atas kristal iliaca dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada
tubuh bagian atas untuk menghindari tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan
traksi lumbal.
d) Intermiten traksi
Belum ada kejelasan mana yang terbaik antara intermiten dan statik traksi
lumbal, peneliti lebih memilih intermiten oleh karena tujuan utama pada
penelitian ini adalah mengurangi nyeri sebagai akibat adanya spasme otot dan
menurut Daniel N Hoeker (1994) tarikan traksi kurang dari 10 detik pada fase
tarikan hanya akan menyebabkan minimalnya jarak atau sendi, akan tetapi dapat
mengaktifkan dan merangsang propioseptor yang ada pada sendi dan otot
sehingga nyeri berkurang. Sedangkan fase istirahat/rileks yang lebih pendek tetapi
juga berorientasi pada kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan penderita dan
merasakan rileksasi otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan
dapat mempertahankan otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi
spasme otot, melancarkan peredaran darah sehingga nyeri berkurang.
2) Dosis traksi lumbal
Michelle H (1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal
pada kondisi nyeri punggung bawah muskuluskeletal dengan sasaran untuk

mengurangi spasme otot. Menggunakan beban tarikan 25 persen berat badan,


menggunakan intermiten traksi dengan perbandingan tarikan/waktu rileks adalah
5/5 detik, total waktu yang digunakan 20-30 menit.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Warner dan Roland (1999)
melakukan traksi lumbal menggunakan traksi elektrik dengan tehnik intermitten
5/5 detik, 2-3 kali perminggu, beban tarikan 10-20 kg, waktu 10 menit
menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengurangan nyeri dan perbaikan
fungsioanal disabilitas.
c.Nasehat
Agar tidak terjadi berulangnya cidera tindakan fisioterapi diperlukan
nasehat pada penderita NPB muskuloskeletal sebagai berikut: (1) waktu berdiri
jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, berdiri yang terlalu lama diselingi
dengan jongkok, berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk
mengurangi hiper lordosis lumbal, megambil sesuatu di tanah tekuklah lutut,
mengangkat beban berat regangkan kedua kaki lalu tekuklah lulut dan punggung
tetap tegak lalu angkat barang tersebut sedekat mungkin dengan tubuh, (2) waktu
berjalan dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa, (3) waktu duduk
pilihlah tempat duduk dengan kriteria busa jangan terlalu lunak, punggung kursi
berbentuk huruf S, bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak
dengan kursi dan bila duduk dalam waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi
dari yang satunya, (4) waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar (jangan
pakai alas dari per) (Sunarto, 2005).

E. Kerangka Teori

Dinamik

NPB musculo
skeletal

Statik

Modalitas
fisioterapiTerap
latihan
Traksi lumbal
Nyeri

Kortek
serebri

Inhibisi nyeri
Nukleu spinal

Mekanoreseptor

Nyeri berkurang
Gambar 2.5
Skema teori penurunan nyeri sunber: Wyke B (1979)
Keterangan :
Penyebab utama NPB muskuluskeletal adalah faktor mekanik baik statik
maupun dinamik, sehingga menimbulkan cidera/kerusakan jaringan yang akan
merangsang reseptor nyeri atau nosiseptor, impuls nyeri ini dalam perjalananya
melalui serabut aferen untuk masuk ke medula spinalis sel;anjutnya melewati
traktus spinotalamikus lateral dibawa kebatang otak lalu masuk ke thalamus dan
nyeri dapat dirasakan, jika perjalannya sampai kekortek serebri atau kekortek

assosiasi sensoris, berat, ringan,lokasi dan sifat nyeri dapat tergambarkan,


Modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dan traksi lumbal akan merangsang
aferen mekanoreseptor yang dibawa oleh serabut berdiameter besar A B,
mekanoreseptor ini selain berjalan ke pusat juga bergabung dengan nukleus spinal
yang mempunyai pengaruh inhibisi/supresi nyeri, sehingga nyeri berkurang.

F. Kerangka Konsep

Sebelum

Sesudah
Terapist

Pasien
dengan nyeri
punggung
bawah

Nyeri

Aktifitas
Fungsional

Terapi Latihan
Back School

Pasien
dengan nyeri
punggung
bawah

Nyeri

Aktifitas
Fungsional

Gambar 2.6
Keterangan :
Kondisi pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah dapat dipengaruh
oleh beberapa faktor diantaranya

umur, pekerjaan

dan postur, , sedangkan

problem yang sering dihadapinya berupa keluhan nyeri, terutama nyeri

saat

bergerak sehingga penderita enggan untuk bergerak akibat takut adanya nyeri ini,
keadaan ini bila berlajut akan mempengaruhi aktifiras fungsional seperti duduk,
jongkok dan berjalan, untuk mengatasi keluhan nyeri punggung bawah dapat
digunakan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dan traksi lumbal. Dalam
pelaksanaanya kedua metode ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan
terapis, ketepatan penggunaan dosis terapi yang akan dilakukan dan adanya
nasehat/edukasi kepada penderita dalam mengatasi atau mencegah teulangnya
kembali penderitaan/keluhan yang dihadapi. Hasil dari pelaksanaan intervensi ini
berupa pengurangan nyeri sehingga penderita tidak takut bergerak yang pada
akhirnya dapat meningkatkan aktifitas fungsional penderita.

G. Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah:
Ho : tidak ada pengaruh terapi latihan back school terhadap pengurangan nyeri
dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuluskeletal
Ha : ada pengaruh terapi latihan back school terhadap pengurangan nyeri dan
fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuluskeletal

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
eksperimen. menggunakan rancangan penelitian one group pre-test post-test
design. Untuk mengetahui pengaruh dari terapi latihan back school terhadap
pengurangan nyeri dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah
muskuluskeletal. Dalam penelitiaan ini menggunakan hanya satu kelompok
subyek penelitian yang diberikan intervensi terapi latihan back school berupa
latihan penguatan dan penguluran otot-otot punggung bawah yang dilakukan
dengan frekwensi 3 kali perminggu, durasi 30-45 menit, selama 3 minggu,
Sebagai acuan dalam merumuskan kerangka penelitian, maka rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Pre-test
O1

Perlakuan
X1

Post- test
O2

Keterangan :
O1 : Penderita nyeri punggung bawah yang diukur intensitas nyeri dengan
menggunakan VAS dan fungsional disabilitas dengan menggunakan kuesioner
disabilitas nyeri punggung bawah Oswestry sebelum diberikan intervensi latihan
back school (pre-test).

X1 : tindakan atau intervensi yang dilakukan sebagai perlakuan berupa latihan


back school.
O2 : pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan VAS dan fungsional
disabilitas menggunakan kuesioner disabilitas nyeri punggung bawah Oswestry
setelah diberikan intervensi latihan back school (post-test).

B. Subyek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medis RSUD Ulin
Banjarmasin tempat kami bekerja dengan alasan fasilitasnya mendukung untuk
digunakan menjadi tempat/lahan penelitian. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan
Rumah Sakit Propinsi dengan type B Pendidikan serta menjadi rumah sakit
rujukan beberapa kabupaten/kota propinsi di Kalimantan.
2. Batasan populasi
Populasi penelitian ini adalah penderita nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yang berkunjung pada Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Ulin
Banjarmasin. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini ditentukan sebanyak
10 orang.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua penderita nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yang memenuhi baik kriteria inklusi maupun eksklusi.
a. Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: (1) subyek dengan nyer
punggung bawah muskuloskeletal berusia 20-60 tahun, (2) tidak adanya kelainan
neurologis, (3) tidak ada kelainan pada sendi, (4) nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yang telah melewati masa akut/ stadium lanjut lebih dari 2
minggu, (5) kooperatif dan mengikuti program
b. Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : (1) penderita yang ada
kelainan neurologis, (2) adanya kelaian fasepjoint (3) adanya penjalaran nyeri
sampai tungkai, (4) penderita dengan fraktur lumbosacaral, (5) spondilolisthesis
lebih dari 25 persen (6) adanya perbedaan panjang tungkai yang tida dapat
dikoreksi, (7) ostheoporosis, (8) scoliosis structural, (9) sepsis. (10) tumor ganas
dan (11) wanita hamil.
4. Besarnya subyek penelitian
Unrtuk menetukan besarnya subyek penelitian, peneliti menggunakan
tabel Kreejie dengan tingkat kesalahan 5 persen. Jika populasi yang didapat besar
dilakukan teknik sampling probabilitas sampling secara random untuk dijadikan
sampel dalam penelitian, dan jika populasi yang didapat kecil kurang dari 10
maka seluruh populasi digunakan sebagai subyek penelitian
5. Langkah-langkah pengambilan subyek penelitian
Setelah mendapatkan subyek penelitian, peneliti melakukan

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari: (1) variabel bebas
adalah terapi latihan back school, (2) variabel terikat adalah penurunan nyeri
(VAS) dan fungsioanal disabilitas (OWS).

D. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah : (1) nyeri punggung bawah
muskuloskeletal dapat ditentukan melelui penegakan diagnosa berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan dokter dan peneliti, yang akan mendapatkan hasil
pemeriksaan berupa : neurologis normal (perasaan normal, perasaan tajam
simetris, refleks fisiologis normal). Adanya perasaan nyeri tumpul yang
terlokalisir atau meluas ke daerah glutea, nyeri tidak menjalar, nyeri tidak disertai
hipestesia, parastesia, nyeri dapat dirasakan antara Th 12 bagian bawah pinggul
atau lubang dubur (Jefry R et al, 2000), (2) terapi latihan adalah suatu gerakan
tubuh tertentu dalam bentuk gerakan aktif maupun pasif berupa latihan penguatan
dan penguluran otot- otot punggung bawah dilakukan dengan frekuensi 3 kali
perminggu durasi 30-45 menit, repertisi untuk penguatan 10 kali persetnya,
dilakukan 3 set, setiap set istirahat 30-60 detik untuk menghindari kelelahan, Dan
untuk penguluran otot punggung bawah frekuensi 3 kali perminggu, repetisi 5
kali, penguluran dilakukan secara perlahan tanpa menimbulkan rasa sakit,
pertahankan 15-30 detik, kenbali ke posisi awal, rileks 3 detik, (3) traksi lumbal
adalah terapi yang menggunakan mesin traksi yang dapat diatur waktu, beban,
tarikan, dan fase istirahat, pada penelitian ini meggunakan frekwensi 3 kali per
minggu, beban 10-20 Kg meningkat secara bertahap, hold 5/5 detik, durasi 10

menit, (4) Visual analogue scale (VAS) adalah berupa garis lurus horisontal
dengan panjang 10 cm, bertuliskan tidak ada nyeri pada awal garis dan akhir garis
nyeri tak tertahankan. Sebelum subyek mengisi VAS peneliti memberi penjelasan
sebelumnya, (5) fungsional disabilitas adalah menggambarkan ketidak mampuan
melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti, duduk, jongkok, berdiri, jalan
sedangkan alat ukur yang peneliti gunakan adalah kuesioner disabilitas nyeri
punggung bawah Oswestri yaitu berupa pernyataan yang disusun untuk
memberikan gambaran kepada peneliti terhadap kemampuan fungsional subyek,
terdiri dari 10 macam pernyataan, subyek diminta memilih salah satu pernyataan
yang menggambarkan disabilitasnya, dengan memberikan tanda cek ( ) pada
kotak yang disediakan, dari tiap item nilai 5 yang terbaik dengan nilai maksimal
50 dan hasil yang dapat diberikan pada scala 0-50.

E. Alat Ukur
Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah: (1) visual analogue
scala (VAS) untuk mengukur intensitas nyeri punggung bawah muskukoskeletal
berupa sebuah garis lurus horisontal sepanjang 1-0 cm pada awal garis tidak ada
nyeri dan akhir garis nyeri tak tertahankan, subyek diminta menunjukkan derajat
nyerinya pada garis tersebut, kemudian dinyatakan dalam milimeter, (2) kuesioner
disabilitas nyeri punggung bawah oswestri, berupa formulir kuesioner berisi 10
macam pernyataan dan peneliti meminta subyek untuk memilih salah satu
jawaban dari 6 pilihan yang disediakan dengan nilai 0-5 dari 10 macam
pernyataan tadi nilai yang ada dijumlah, hasil nilai 0-50. Alat ukur ini sebelum

digunakan pada subyek, peneliti melakukan uji coba awal kepada penderita nyeri
punggung bawah yang lain dengan sampel kecil untuk mengetahui realibilitas dari
alat ukur tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui dua tahap yaitu tahap
pertama sebelum tindakan/intervensi (pre-test)

dengan teknik wawancara,

dokumentasi untuk penegakan diagnosa nyeri punggung bawah muskuluskeletal,


kuesioner/angket digunakan untuk mengukur fungsional disabilitas, dan scala
untuk mengetahui intensitas nyeri. Pada tahap kedua peneliti melakukan
pengukuran akhir (post-test) setelah kedua kelompok selesai dilakukan perlakuan
selama 3 minggu. Pengukuran yang dilakukan teknik dan obyeknya sama seperti
pada pengukuran awal (pre-test).

G. Analisa Data
penelitian ini meneggunakan uji beda dengan sample t- test terhadap
kelompok perlakuan. Dasar pengambilan keputuasan adalah jika probabilitas (p)
kurang dari 0,05 berarti ada perbedaan yang

bermakna antara sebelum dan

sesudah perlakuan (Ho ditolak) dan apabila probabilitas (p) lebih besar dari 0,05
berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan
(Ho diterima).

H. Jadwal Penelitian

Agar Penelitian dapat berjalan dengan lancar dan terarah serta tepat waktu
maka peneliti menyusun jadwal perencanaan penelitian ini sebagai berikut:

No.
1.

Kegiatan Penelitian
Pemeriksaan screning,
penderita, penelitian

2.

awal
Pemilihan subyek

Nopember

Tahun
Desember
2

.
3-5

Januari

3.

Pengukuran awal

4.

Pre-test
Pelaksanaan

6-9
10-30

intervensi
5.

Pengukuran akhir

1-3

Post-test

Lampiran II

No. Urut:

STATUS FISIOTERPI
IDENTITAS

Hari/tgl/thn.

Nama subyek

Umur

: tahun, bulan

Jenis Kelamin

: 0 = laki-laki 1 = wanita

Pendidikan

: 0 = rendah (s/d tamat SD / sederajad)


1 = sedang (SLTP hingga SLTA/ sederajad)
2 = tinggi (perguruan tinggi / sederajad)

Pekerjaan

: .

Jika pegawai atau pensiunan sebutkan jenis kegiatan yang terbanyak


dilakukan, misalnya duduk, berjalan, berdiri dll.
Status perkawinan

: 0 = tidak,

1 = ya

Alamat

2 = cerai

Diagnosis Medis

:.,

ANAMNESISKeluhan Utama & Riwayat Penyakit Sekarang:

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Keluarga & Status Sosial:

Deskripsi nyeri
Lokasi: nyeri punggung terasa pada area seperti pada gambar (subyek
menggambar sendiri)

Sifat :
0 = tumpul dan terlokalisir

1 = tumpul dan difus

Onset : nyeri palilng terasa terutama saat


0 = bangun tidur

3 = setelah berjalan seharian

1 = setelah duduk lama

4 = setelah kerja seharian

2 = setel;ah berdiri lama

5 = sepanjang hari

Faktor pencetus: nyeri punggung bawah saat melakukan aktifitas

0 = tak jelas

6 = membungkuk

1 = mengangkat barang

7 = memuntir

2 = menjinjing

8 = terpeleset

3 = menurunkan barang

9 = duduk lama

4 = menarik

10 = paparan alat/vibrasi

5 = mendorong

11 = berulang

Lamanya nyeri: nyeri telah dirasakan selama


0 = sub akut ( 8 hari- 6 bulan)

1 = kronik (> 6 bln/ kambuh >3x)

Hal-hal yang memberatkan.


Hal-hal yang merinngankan
PEMERIKSAAN FISIK
Status umum
Tanda vital

:T . N.. RR t

Status gizi

: BB.kg TBm

Inspeksi

Palpasi
Spasme/ nyeri tekan

ada

tidak ada

ada

tidak ada

Join test
Nyeri gerak
Muscle test

Neorological test

Tes kemampuan fungsional & lingkungan aktifitas

PEMERIKSAAN SPESIFIK
.

a. Tanda klinis kondisi FT A/FT B/FT C/FT D/FT E.

b. Laboratorium Fisioterapi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
X Photo, lab,dll
Lampiran: III

VISUAL ANALOGUE PAIN RATING SCALE ( VAS )

Nama subyek :
Umur

Jenis kelamin :.
Perlakuan

: I / II

Visual Anologue Pain Rating Scale ( VAS )

Penilai
an

Tanggal

VAS

Pre-test

VAS:

Tidak ada nyeri

nyeri tak tertahankan

Tidak ada nyeri

nyeri tak tertahankan

mm
Post-tes

VASt

mm

Lampiran: IV

Kuesioner Disabilitas Nyeri Punggung Bawah Oswestri


Isilah pernyataan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban dari
pernyataan yang menggambarkan kondisi kemampuan aktifitas fungsional anda
saat ini sebagai akibat nyeri punggung yang anda derita, dengan memberikan
tanda cek ( )

Nama subyek :
Umur

Jenis kelamin :
Alamat

:.

Peralakuan

: I / II

Tanggal penilaian Pre-test: ..dan Post -test.

Seksi 1: Intensitas nyeri

II

0.

Saat ini saya tidak merasa nyeri

1.

Saat ini nyeri saya sangat ringan

2.

Saat ini saya nyeri sedang

3.

Saat ini nyeri cukup berat

4.

Saat ini nyeri sangat berat

5.

Saat ini adalah paling nyeri yang dapat dibayangkan

Seksi 2 : Perawatan diri


0.

Saya dapat mengurus diri sendiri secara normal tanpa


bertambah nyeri

1.

Saya dapat mengurus diri sendiri secara normal tetapi sangat


nyeri

2.

Saya merasa nyeri ketika mengurus diri sendiri, sehingga saya


melakukannya secara perlahan dan hati-hati

3.

Saya memerlukan sedikit bantuan, tetapi melakukan sebagian


besar perawatan diri.

4.

Saya memerlukan bantuan setiap hari dalam sebagian aspek


perawatan diri.

5.

Saya tidak dapat memakai baju, mencuci sulit dan berbaring


di ranjang

Seksi 3: Mengangkat
0.

Saya dapat mengangkat beban berat tanpa bertambah nyeri

II

1.

Saya dapat mengangkat beban berat tetapi menyebabkan


bertambah nyeri.

2.

Nyeri membatasi saya untuk mengangkat berat dari lantai,


tetapi saya dapa melakukannya jika benda tersebut diatur
dulu letaknya, diletakkan di atas meja.

3.

Nyeri membatasi saya untuk mengangkat beban berat dari lantai,


tetapi saya dapat mengangkat beban ringan atau sedang jika
benda tersebut diatur dulu letaknya.

4.

Saya hannya dapat mengangkat beban yang sangat ringan

5.

Saya sama sekali tidak dapat mengangkat atau menjinjing


apapun.

Seksi 4: Berjalan
0.

Nyeri tidak membatasi saya berjalan berapapun jaraknya.

1.

Nyeri membatasi saya berjalan > 1 mil

2.

Nyeri membatasi saya berjalan > 1/ 4 mil.

3.

Nyeri membatasi saya berjalan > 100 yard.

4.

Saya hannya dapat berjalan dengan memakai tongkat atau


kruk.

5.

Saya hampir selalu berbaring diranjang, dan harus merangka


jika hendak dikamar kecil.

Seksi 5: Duduk
0.

Saya dapat duduk dikursi manapun sesuka saya.

1.

Saya dapat duduk dikursi favorit saya sesuka saya.

2.

Nyeri membatasi saya untuk duduk > 1 jam

3.

Nyeri membatasi saya untuk duduk > 1/2 jam

4.

Nyeri membatasi saya untuk duduk > 10 menit

5.

Nyeri membuat saya sama sekali tidak bisa duduk.

Seksi 6 : Berdiri
0.

Saya dapat berdiri selama saya mau tanpa bertambah nyeri

1.

Saya dapat berdiri selama saya mau tetapi menyebabkan


bertambah nyeri.

2.

Nyeri membatasi saya untuk berdiri > 1 jam

3.

Nyeri membatasi saya untuk berdiri > 1 /2jam

4.

Nyeri membatasi saya untuk berdiri > 10 menit

5.

Nyeri membuat saya sama sekali tidak bisa berdiri

Seksi 7: Tour
0.

Tidurku tidak pernah terganggu oleh nyeri.

1.

Tidurku kadang-kadang terganggu oleh nyeri

2.

Karena nyeri saya hannya tidur < 6 jam

3.

Karena nyeri saya hannya tidur < 4 jam

4.

Karena nyeri saya hannya tidur < 2 jam

5.

Nyeri membuat saya sama sekali tidak bisa tidur.

Seksi 8 : Kehidupan seksual


0.

Kehidupan seksual saya normal tanpa bertambah nyeri

1.

Kehidupan seksual saya normal tetapi menyebabakan


sedikit bertambah nyeri

2.

Kehidupan seksual saya mendekati normal tetapi sangat


nyeri.

3.

Kehidupan seksual saya sangat terbatas oleh karena nyeri.

4.

Kehidupan seksual sayahampir tidak ada karena nyeri.

5.

Nyeri membatasi sama sekali kehidupan seksual saya.

Seksi 9 : Kehidupan Sosial


0.

Kehidupan sosial saya normal tanpa bertambah nyeri.

1.

Kehidupan sosial saya normal tetapi memperberat nyeri.

2.

Nyeri tidak mempengaruhi kehidupan sosial saya secara


berarti, kecuali dalam aktifitas yang lebih energetik,
misalnya olah raga.

3.

Nyeri membatasi kehidupan sosial saya, sehingga saya tidak


keluar rumah sesering dulu.

4.

Nyeri membatasi kehidupan sosial, saya hannya di rumah.

5.

Saya tidak bersosialisasiu karena nyeri.

Seksi 10: Bepergian


0.

Saya dapat bepergian kemanapun tanpa nyeri.

1.

Saya dapat bepergian kemanapun tetapi bertambah nyeri.

2.

Nyerinya berat tetapi saya masih dapat bepergian > 2 jam

3.

Nyerinya berat tetapi saya masih dapat bepergian < 1 jam

4.

Nyeri membatasi saya hannya untuk bepe Nyerinya berat


tetapi saya masih dapat bepergian > 2 jam.

5.

Nyeri membatasi saya untuk bepergian kecuali berobat.

Total nilai: ..../..

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI LATIHAN BACK SCHOOL TERHADAP


PENGURANGAN NYERI DAN FUNGSIONAL DISABILITAS
PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH MUSKULUSKELETAL

Disusun oleh :
Z AI MAH
P27226006124

Telah disetujui
Pada tanggal, ................... 2006
Mengetahui;
Ketua Prodi D IV Fisioterapi

Pembimbing

Nur Basuki, M.Physio


NIP. 140218159

NIP. 140

DAFTAR PUSTAKA

Anwa, HK; Manfaat Terapi Arus Interfernsi dalam Pengurangan Nyeri Punggung
Bawah Muskuluskeletal; FK UNDIP, Semarang, 1995, hal. 13-15.
Brien J, Shiple; Relieving Low-Back Pain With Exercise; The Physician and
Sportmedicine, 1997, Vol. 25, hal. 1-3.
Cailliet, R; Low Back Pain Syndrome; Third Edition, F.A Davis Company,
Philadelphia, 1981.
Carperter, Nelson; Low Back Strengthening for the Prevention and Treatment of
Low Back Pain; Med Sci, Sports Exerc, 1999, Vol. 31, No. 1, hal. 18-24.
Daniel N Hooker; Traction as a Speciallized Modality; Therapeutic Modalities in
Sports Medicine; Third Edition William E. Prentice,Philadelphia, 2001,
hal. 289-318.
Heru Purbo, K; Elektroterapi pada Sindroma Nyeri Bahu; AKFIS Dep Kes, Solo,
2004, hal. 1-13.
Jeffry, R, et al; Laser Therapy: A Randomized, Controlled Trial of the Effects of
Low Back Pain; Arch Phys Med Rehabil, 1999, Vol. 80, hal 647-652.
Joesoef, A; Makalah Simposium Nyeri pada Spasme Otot, Diagnosis dan
Penatalaksanaanya; FK UNAIR, Surabaya, 1996, hal. 3-21.
Lalang, KH; Tengkuk dan Pinggang yang Terbaik; Kompas Cyber Media, 21 Mei
2004,
dari
http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/apt/0405/21/apt.3htm
Kaplan, et al; Musculusceletal Pain and Disability: Appleton & Lange, Amerika,
1989, hal 80-94.
Kisner, C; Therapeutic Exercise Foundation and Tehniques; Third Edition, F.A
Davis Company, Philadelphia, 1996, hal. 497-515.
Kuswantoro, at al; Diagnosis Klinik Nyeri Punggung Bawah Miofasial; dalam:
Pertemuan Regional IV Neurolog Jateng DIY. Panitia, Ambarawa, 25-26
Juli,1987, hal. 36-63.
Mc Farland; http;//www.spinehealth.com . Dikutip 16 januari 2003.
Meliala L, Pinzon R; Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri punggung Bawah;
Kumpulan Makalah. Pain Symposium; Toward Mechanism Base
Treatment, Jogjakarta, 5 Desember 2004, hal. 109.

Michelle, H; Physical Agents in Rehabilitation: Forrn Research to Practice, WB


Saunders, Philadelphia, 1999, hal. 218-242.
Perina, D; http://www.emidicine.com{EMERG/topic50.htm.11/13/02.
Pettersen, T; The Effect of Mc Kenzie Therapy as Compared Whith that of
Intensive Strengthening Training for the Treatment of Patients With
Subacut or Chronic Low Back Pain: A Randomized Controlled Trial;
Journal Spine, 2002, Lippincott Williams & Wi.kins. Inc, Vol.27, hal.
1702-1709.
Sadoso, S; Langsing Lebih Muda dan Tidak Bungkuk; Kompas Cyber Media, 11
September
2002,
dari
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0209/11/225421.htm
Samara, D; Nyeri Punggung Bawah: Kompas Cyber Media, 26 Februari 2003,
dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/6302/26/ilpeng/149555.htm
Sunarto; Latihan Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah; Medika Jwalita, Edisi
II/406. 054/2005, hal. 8-9.
Sriwitono; Nyeri Otot dan Punggung , Permasalahannya dan Penanganannya; FK
UNDIP-UGM-UNS, Ambarawa, 1987,hal. 8-35.
Thamrinsyam, H; Aspek Fisiaterik Nyeri; URM RSUD. DR. Soetomo/FK.
UNAIR, Surabaya, 1991.
Warner, Roland; Randomized Trial Comparing Interferential Therapy With
Motorized Lumbar Traction and Massage in the Management of Low Back
Pain in a Primary Care Setting; Journal Spne, 1999, Lippincott Williams &
Wi.kins. Inc, Vol.24, hal. 1579
Wirawan, RB; Diagnosis dan Manajemen Nyeri Pinggang Bawah; Kumpulan
Makalah. Pain Symposium; Toward Mechanism Base Treatment,
Jogjakarta, 5 Desember 2004, hal.107
Wyke, B; Neurological Mechanism in the Experience of Pain, Acupuncture and
Electrotherapeutic; Res Int J 1979, Vol. 4 (1) , hal.27-35.

Lampiran: I
Persetujuan Tindakan Fisioterapi (Informed Consent)
Dalam Mengikuti Program Pelitiaan
Pengaruh Terapi Latihan Back School terhadap Pengurangan Nyeri
dan Fungsional Disabiliti pada Nyeri Punggung Bawah Muskuloskeletal
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: ......................................................................................................

Umur

: ..

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan


Alamat

: ......

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan


penelitian, cara pelaksanaan dan konsekuensi-konsekuensinya, untuk manfaat
yang sebesar-besarnya bagi penanganan nyeri punggung bawah yang saya derita
dan bagi upaya peningkatan aktifitas fungsional, dengan ini menyatakan:
1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, cara-cara
pelaksanaan dan konsekuensi-konsekuensinya serta manfaatnya.
2. Bersedia mengemukakan dengan sejujurnya segala hal yang berkaitan
dengan keluhan yang saya derita.
3. Bersedia untuk menerima dan mengikuti petunjuk penelitiaan yang
diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

4. Bersedia menghubungi peneliti apabila ada hal-hal yang kurang dipahami


maupun melaporkan hal-hal yang berkembang selama penelitiaan.
5. Bersedia untuk sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti
guna pelaksanaan atau penyempurnaan penelitian ini.
6. Tidak akan membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan,
tindakan atas keluhan yang saya derita dan penyelenggarakan penelitiaan
ini.
Demikiaan surat pernyataan kesediaan mengikuti program penelitian ini, saya
setujui tanpa ada paksaan dari pihak manapun, untuk kiranya menjadi pegangan
bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan maupun yang terkait dalam
penelitian ini.

Yang memberi penjelasan


( Z AI MAH )

Banjarmasin,
Yang meyatakan persetujuaan
(.)

PENGARUH TERAPI LATIHAN BACK SCHOOL


TERHADAP PENGURANGANNYERI DAN FUNGSIONAL
DISABILITAS PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH
MUSKULUSKELETAL

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI


Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

Diajukan oleh :
Z AI MAH
P27226006124

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI


JURUSA FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2006

Anda mungkin juga menyukai