PENDAHULUAN
terapi latihan selama 2 bulan terlihat adanya perbaikan dalam pengurangan nyeri
dan disabilitas sedangkan Warner dan Roland (1999) membandingkan interferensi
dan traksi lumbal terhadap 152 penderita nyeri punggung bawah selama 3 bulan,
kedua kelompok efektif dalam perbaikan nyeri dan fungsional disabilitas serta
tidak ada perbedaan pada akhir terapi. Carpenter dan Nelson (1999) menyatakan
bahwa back exercise yang dilakuakan selama 3 minggu sudah dapat memberi
kesembuhan lebih dari 75 persen, dan apabila dilakukan selama 8 minggu akan
memberikan perbaikan lebih dari 90 persen. Namun sampai saat in peneliti belum
mendapatkan kejelasan apakah terapi latihan lebih efektif dalam pengurangan
nyeri dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal
dibandingkan dengan traksi lumbal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
membandingkannya.
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang teridentifikasi, maka dapatlah disusun
rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terapi latihan back school
berpengaruh terhadap pengurangan nyeri dan peningkatan aktifitas fungsional
disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal ?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum:
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
peneliti, bagi pendidikan maupun praktisi fisioterapi rumah sakit antara lain :
(1) bagi peneliti guna menambah pengetahuan, kemampuan, keterampilan serta
wawasan dalam mengembangkan diri dan potensi yang ada untuk berperan aktif
dalam pengembangan dunia kesehatan, khususnya kemajuan fisioterapi dimasa
yang akan datang, (2) bagi pendidikan dapat menambah khasanah keilmuan
fisioterapi dalam wadah fisioterapi muskuloskeletal terutama nyeri punggung
bawah, (3) bagi praktisi fisioterapi rumah sakit dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan fisioterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Nyeri punggung bawah bukanlah suatu penyakit atau diagnosis yang
menunjukkan suatu penyakit tetapi mengacu pada sindroma klinis dengan
manifestasi berupa nyeri dan keluhan tidak nyaman seperti ketegangan atau
kekakuan otot didaerah punggung bawah yang dimulai dari VTh XII sampai
dengan anus ( Simon DS, dikutip oleh parjoto,2005 ), sedangkan nyeri punggung
bawah muskuloskeletal nyeri yang dirasakan dapat berasal dari struktur
penyangga tulang belakang (ligamen, otot, tulang dan sendi) struktur ini peka
terhadap rangsangan nyeri karena terdapatnya syaraf sensoris kecuali ligamantum
flavum dan diskus intervertebralis tidak peka nyeri karena tidak memiliki
persyarafan sensoris ( Cailliet, 1981 ).
1. Anatomi fungsional punggung bawah
Secara anatomis, yang dimaksud dengan punggung bawah (low
back) atau sering juga disebut daerah pinggang adalah daerah tulang
belakang lumbal pertama (L1) sampai seluruh tulang sakrum dan struktur
jaringan di sekitarnya, termasuk diskus intervertebralis,ligamen,otot dan
fascianya ( Sidharta, 1984)
Secara fungsional, kolumna vertebralis di daerah lumbal tersusun dari
serangkaian unit mekanik atau unit fungsional.
5
Setiap unit terdiri dari segmen anterior dan posterior. Segmen anterior
terdiri dari korpus vertebrae yang dihubungkan satu dengan yang lainnya
oleh diskus intervertebtalis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinale
anterior dan posterior yang melekat erat pada korpus vertebrae . Segmen
anterior ini berfungsi sebagai penopang berat badan (weight-bearing) dan
peredam gerakan yang tiba-tiba (shock-absorben). Segmen posterior
terdiri dari arkus vertebrae (arkus neural), prosesus transversus, prosesus
spinosus, dan persendian faset (apofisis), yang satu sama lain diikat satu
dengan
yang
lain
oleh
ligamentum
interspinosum,
ligamentum
dalam suatu rasio yang ritmik antara gerakan lumbal dengan rotasi pelvis
pada bidang sagital disebut lumbar- pelvik rhythm ( Borenstein, 1989 ).
Dalam posisi statik maupun dinamik, unit fungsional kolumna
vertebralis lumbal ditunjang oleh otot-otot disekitarnya. Otot-otot ini
berperan menjaga keseimbangan dan stabilitas postur tubuh serta
memungkinkan gerakan di daerah lumbal. Ada 2 kolompok otot utama
yang menunjang kolumna vertebralis lumbal, yaitu : kelompok otot fleksor
dan ektensor. Kelompok otot ektensor terdiri dari 3 lapisan kelompok otot
paraspinal dibagian posterior, otot lapisan luar terdiri dari otot-otot
polisegmental panjang, disebut otot-otot erector spinae (M. Iliocostalis,
longissimus,spinalis), merupakan kelompok ektensor utama. Lapisan
tengah terdiri dari otot-otot polisegmental pendek (M. Semispinlis dan
multifida) dan lapisan dalam terdiri dari otot-otot intersegmental kecil (M.
Interspinalis, intertransversaii dan rotatores). Sebagian otot-otot paraspinal
posterior tersebut juga berperan dalam membantu gerakan rotasi aksial
( M.semispinalis, multifidi, rotatores dan erector spinae ) dan fleksi lateral
(M.erector spinae). Otot-otot lain yang juga berperan dalam ektensi
punggung bawah adalah M.latissimus dorsi, quadratus lumborum dan
ektensor hip ( M.gluteus maximus dan hamstring). Sedangkan kelompok
otot fleksor terdiri dari kelompok otot abduminal (M.obliquus externalis
dan internalis, tranversus abdominis dan iliopsoas). Sebagian otot-otot
10
(disuse
otot-otot
punggung
bawah).
Selanjutnya
akan
11
merupakan
suatu
mekanisme
perlindungan
dengan
mencegah
kerusakan
lebih
lanjut
dari
jaringan
yang
12
13
Cell) . Pada teori ini dikatakan bahwa sel SG menekan rangsang nyeri
yang dikirim ke sel T.
Rangsangan nyeri dari serabut yang tebal (besar), berfungsi
memperkuat tekanan pada sel SG dan rangsang nyeri dari serabut yang
halus, bekerja untuk mengurangi tekanan pada sel SG, berarti sel SG
adalah suatu gerbang. Untuk menerima rasa nyeri yang akan masuk sel T,
rasa nyeri dari serabut tebal (besar), gerbang ini menyempit, berakibat
rangsangan kepada sel T menjadi lemah, bila rasa nyeri melalui serabut
halus, gerbang akan melebar, rangsangan yang akan diterima menjadi
lebih kuat : membuka dan menutup gerbang bukan saja dipengaruhi oleh
dua macam serabut tersebut diatas, tetapi pusat kontrol dari pusatpun
mempengaruhi. Impuls rasa nyeri masuk melalui saraf perifer ke columna
posterior dan system projection dorsolateral sebagai pacu kontrol sentral
mengumpulkan informasi, sifat dan letaknya rasa nyeri, mengirimkannya
ke thalamus sebagai pusatnya, kemudian melalui desending afferent fiber
mengirim ke gerbang yang akan membuka atau menutup gerbang
(Satyanegara,1978 ).
3. Problematik fisioterapi
Pada kondisi nyeri punggung bawah muskuloskeletal ini
problematiknya adalah : 1) problematik gerak, dimana terdapat nyeri yang
menyebabkan spasme otot-otot paravertebra sehingga menimbulkan
keterbatasan gerak fleksi dan ektensi lumbal serta penurunan kekuatan otot
14
Tidak nyeri
15
16
17
diserapnya
gelombang
MWD
dalam
jaringan,
18
yang lebih dalam seperti lemak dan otot yang terletak di bagian bawah dari
kulit tersebut. Energi panas akan memberikan efek dilatasi pada pembuluh
darah kapiler dikulit. Dengan adanya dilatasi tersebut akan menjadikan
sirkulasi darah setempat meningkat. Energi panas akan diteruskan baik
secara konduksi maupaun konveksi ke jaraingan yang leteknya lebih
dalam seiring dengan meningkatnya sirkulasi darah pada pembuluh darah
arteri dan vena di otot. Meningkatnya sirkulasi darah arteri di otot akan
meningkatkan proses metabolisme sehingga proses pemberian zat-zat
makanan dan 02 menigkat, sedang meningkatnya sirkulasi darah vena akan
meningkatkan proses pengangkutan zat-zat sisa metabolisme.
3). Efek Terapeutik.
Efek terapeutik adalah mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot,
dan resolusi proses inflamasi (subakut atau kronis). MWD sebaiknya
diberikan sebelum melakukan latihan untuk meningkatkan fleksibilitas.
b. BACK SCHOOL
Back School mempunyai tujuan untuk menambah pengetahuan pasien
tentang pemeliharaan atau perawatan postur tubuh yang benar dan
peningkatan kemampuan fungsional. Dalam pemeliharaan postur tubuh,
pasien diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang antomi,
memperbaiki bentuk dan mekanisme tubuh serta meningkatkan kekuatan
dan fleksibilitas ( Martin, 1992 ).
19
20
B. Kerangka Pikir
Pre-test
Nyeri
Punggung Bawah
Muskuloskeletal
Pre-test
Post-test
MWD
Gambar 2.
Keterangan :
Pada pasien nyeri punggung bawah muskuloskeletal dibagi dalam dua
kelompok : kelompok perlakuan satu dan kelompok perlakuan dua. Kedua
kelompok pada fase baseline diukur derajat nyeri dan kemampuan aktifitas
fungsional. Pada fase tindakan kelompok perlakuan satu diberi terapi MWD dan
back school tiga kali dalam satu minggu. Sedang kelompok perlakuan dua diberi
terapi MWD tiga kali dalam satu minggu. Setelah fase tindakan kedua kelompok
dilakukan pengukuran derajat nyeri dan kemampuan aktifitas fungsional lalu
dilihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan, dilihat juga perbedaan pada
kedua kelompok.
21
C. Kerangka Konsep
NPB
Muskuloskelet
al
Nyeri &
Aktivitas Fungsional
terbatas
MWD
Nyeri
= O
Aktivitas Fungsional
meningkat
Gambar 2.
22
D. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah: pemberiaan terapi MWD dan back
school dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsional disabilitas
pada nyeri punggung bawah muskuloskletal lebih baik dari pada pemberian
MWD saja.
akibat adanya pergeseran antar faset dan menjadi tumpuan berat badan.
Akibatnya permukaan sendi tertekan sehingga timbul peradangan sendi
menyebabkan
yang normal,ri struktur tersebut, seperti: skoliosis, posisi sendi faset sejajar, tetapi
akan miring bila fleksi/ekstensi, (2) pemendekkan hamstring atau kurangnya
fleksibilitas menahan rotasi pelvis (irama lumbal pelvis tidak semestinya) maka
saat tubuh fleksi, rotasi pelvis telah maksimal sedangkan fleksi total belum
tercapai, akibatmya lengkung lumbal akan bertambah sehingga ligamentum
longitudinal posterior akan tertarik dan menyebabkan robekan ligamen tersebut,
(3) pemendekan otot punggung bawah dan ligamen. Dalam hal ini rotasi dan
irama lumbal pelvis bagus, hannya saja fleksi lumbal terhambat. Bila dipaksakan
akan timbul nyeri sebagai akibat regangan pada ligamen longitudinal posterior
dan jaringan fibrus pada otot para spinal.
hasil sintesa enzim-enzim setelah trauma atau saat terjadi ekstravasasi dan migrasi
sel setelah ruda paksa dan (3) reseptor nyeri sendiri saat mengalami rangsangan.
Salah satu zat tersebut yaitu substansi P yang akan menghasilkan peningkatan
mikrosirkulasi lokal dan ekstravasasi plasma yang peka dan menyebabkan
chemical stimulasi sehingga menyebabkan nyeri (Sri Witono, 1987) dan (Joesoef,
1996). Karena adanya nyeri menyebabkan penderita takut bergerak sehingga
terjadi penurunan mobilitas sendi tulang belakang dan kecenderungan penderita
mengambil posisi yang paling nyaman tanpa memperhatikan posisi yang benar,
bila dibiarkan terus akan menghambat kesembuhan bahkan dapat memperburuk
keadaan (Mc. Farland, 2000).
1. Nyeri
Definisi nyeri menurut The Internasional Association For The Study Of
Pain yang dikutip oleh Anwar (1995) nyeri merupakan pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
berpotensi merusak jaringan. Definisi tersebut berdasarkan dari sifat nyeri yang
merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini dapat
dipahami adanya kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan
perasaan nyeri yang sama. Fenomena ini timbul karena adanya kemampuan sistem
syaraf untuk merubah berbagai stimulasi (mekanik, kimia, thermal dan elektris)
kemudian dijalarkan ke syaraf pusat. Perjalanan nyeri ini terbagi menjadi dua
sistem yaitu: (1) sistem nosiseptor, perjalanan impuls rasa nyeri diterima oleh
reseptor kemudian diteruskan melalui serabut syaraf aferen untuk masuk ke
2. Problematika Fisioterapi
Adapun
problematika
pada
kondisi
nyeri
punggung
bawah
muskuloskeletal ini adalah: (1) problematika gerak yaitu adanya nyeri yang
menyebabkan spasme otot-otot para vertebra sehingga menimbulkan keterbatasan
gerak fleksi/ekstensi lumbal serta penurunan kekuatan otot karena kurangnya
aktivitas gerak, (2) problematika fungsional yaitu aktivitas jongkok, berdiri,
duduk terlalu lama dan berjalan jauh mengalami gangguan karena adanya nyeri.
3. Teknologi intervensi fisioterapi
Berdasarkan permasalahan yang ada pada nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yaitu adanya nyeri, spasme otot, nyeri gerak yang menuju pada
gangguan fungsional, pemberian tindakan fisioterapi berupa terapi latihan dan
traksi lumbal serta diperlukan nasihat kepada penderita untuk membiasakan diri
melakukan gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung.
a. Terapi latihan (back exercise)
Adalah upaya penyembuhan dengan menggunakan bagian tubuh secara
aktif maupun pasif bertujuan untuk relaksasi dan penguluran otot-otot punggung
bawah yang mengalami spasme (kejang otot) akibat aktivitas motor refleks yang
terjadi pada jaringan yang rusak oleh karena trauma (Kisner, 1978). Adanya
spasme/ketegangan otot menimbulkan nyeri. Rangsangan ini diterima oleh
serabut-serabut aferen medula spinalis, menghasilkan kontraksi beberapa otot
akibat spinal motor refleks. Nosiseptif stimulus ini dapat dijumpai di beberapa
tempat seperti kulit, organ visceral, bahkan otot itu sendiri. Adanya kontraksikontraksi tadi dapat meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan
tendon. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit sehingga menimbulkan lingkaran
setan, kejang otot - nyeri - kejang otot - nyeri dan seterusnya. Kondisi ini akan
diperburuk oleh adanya ischemia lokal sebagai akibat dar kontraksi otot yang kuat
dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari
disregulasi sistem simpatis (Heru Purbo K, 2000). Oleh karena itu cukup
beralasan menggunakan terapi latihan dalam pengurangan nyeri akibat spasme
otot pada nyeri punggung bawah muskuloskeletal. Disamping itu latihan otot-otot
untuk memperbaiki postur baik saat berdiri maupun waktu duduk sehingga dapat
mengurangi cidera/strain yang pada akhirnya untuk mencegah kekambuhan
(Sadoso, 2002). Pada penelitian ini secara operasional tujuan pemberian latihan
ditujukan: (1) memperkuat otot yang lemah, terutama otot dinding perut, gluteus
maksimus medius dan otot punggung, (2) memperbaiki postur (3) meregangkan
otot-otot yang memendek terutama otot punggung bawah dan hamstring dan (4)
mengurangi spasme otot (Sunarto, 2005).
1. Teknik latihan
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu dirancang tehnik dan dosis
yang tepat, tehnik latihan ini secara umum terdiri dari dua bagian yaitu penguatan
dan penguluran otot-otot punggung, adapun gerakannya adalah sebagai berikut:
a) Curl-up
Untuk menguatkan otot perut dengan tehnik: posisi awal tidur terlentang
pada alas yang keras dengan sendi lutut setengah fleksi dan telapak kaki
menumpu rata, gerakan berupa mengencangkan atau mengkotraksikan otot perut,
silangkan kedua lengan pada dada, gerakan mengangkat kepala ke arah dada
sehingga dagu menyentuh dada atas, gelang bahu ikut terangkat, saat gerakan
tidak boleh terjadi gerak sit up karena dapat menegangkan otot-otot leher dan
menimbulkan kelelahan. Lihat gambar 2.1.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Arm-and-leg extension (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)
c) Knee-chest strecth
Gerakan lutut ke dada untuk meregangkan otot punggung yang tegang dan
spasme, serta mengoreksi lordosis dengan teknik: tidur terlentang, terik kedua
lutut ke dada semaksimal mungkin tanpa menimbulkan rasa sakit dan rileks
kembali ke posisi awal. Lihat gambar 2.3
Gambar 2.3
Knee-chest strecth (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)
d) Hamstring strecth
Gerakan badan condong ke depan untuk meregangkan otot punggung bawah dan
hamstring yang memendek, dapat dilakukan dengan tehnik: posisi awal long
sitting, kemudian satu kaki ditekuk berada disamping lutut tungkai yang lurus,
condongkan badan dengan kedua lengan lurus ke depan semaksimal mungkin
tanpa menimbulkan sakit yang berlebihan pada tungkai yang lurus terutama pada
lutut bagian bawah, tahan dan rileks ganti pada sisi yang lain ( Brien J, 1997).
Lihat gambar 2.4
Gambar 2.4
Hamstring strecth (Terry Bolles yang dikutip oleh Brien J,1997)
b) Arm-and-leg extension
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu, pengulangan sebanyak 8-12 kali per
st. Latihan dilakukan 1-3 set, diantara 2 set latihan istirahat 30-60 detik, pada
tahap awal dilakukan pengulangan 8-10 kali, kecepatan gerak mengangkat kepala
3 detik dan dipertahankan 3-5 detik, 3 detik istirahat, 3 detik kembali ke posisi
semula.
c) Knee-chest strecth
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu dan pengulangan sebanyak 5-7
kali.begitu juga pada sisi yang lain, kecepatan gerak perlahan tanpa menimbulkan
sakit, rasakan ketegangan, pertahankan posisi 15-20 detik dan kembali perlahan
pada posisi semula, istirahat 3 detik.
d) Hamstring strecth
Frekuensi latihan 2-3 kali perminggu dan pengulangan sebanyak 5-7 kali.
Tarik kedua lutut perlahan mendekati dada, rasakan ketegangan dan kembali
perlahan pada posisi semula, istirahat 3 detik.
a. Traksi lumbal
Traksi lumbal adalah suatu teknik aplikasi kekuatan tarikan pada daerah
lumbal untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi. kekuatan
tarikan dapat dilakukan secara manual elektromekanik dengan beban dan sistem
katrol maupun secara elektronik halus. Pemberian traksi lumbal pada penelitian
ini ditujukan untuk membebaskan spasme otot dan rileksasi sehingga nyeri
1.Tehnik aplikasi
Dalam penelitian ini prosedur penggunaan tehnik aplikasi traksi lumbal
adalah sebagai berikut :
a) Penentuan alat
Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi komputer digital dan
menggunakn musik yang diharapkan dapat membantu rileksasi otot penderita
secara general .
b) Posisi traksi lumbal
Posisi yang umum dipakai berbaring terlentang, dengan sedikit paha dalam
keadaan fleksi 80-85 dan eksorotasi 10-15 serta sendi lutut dalam keadaan fleksi
85- 90 (Thamrim Syam, 1991).
c) Alat pengikat
Mengunakan alat ikat punggung berupa sabuk khusus ( pelvic belt) yany
diikatkan di atas kristal iliaca dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada
tubuh bagian atas untuk menghindari tertariknya tubuh ke bawah akibat tarikan
traksi lumbal.
d) Intermiten traksi
Belum ada kejelasan mana yang terbaik antara intermiten dan statik traksi
lumbal, peneliti lebih memilih intermiten oleh karena tujuan utama pada
penelitian ini adalah mengurangi nyeri sebagai akibat adanya spasme otot dan
menurut Daniel N Hoeker (1994) tarikan traksi kurang dari 10 detik pada fase
tarikan hanya akan menyebabkan minimalnya jarak atau sendi, akan tetapi dapat
mengaktifkan dan merangsang propioseptor yang ada pada sendi dan otot
sehingga nyeri berkurang. Sedangkan fase istirahat/rileks yang lebih pendek tetapi
juga berorientasi pada kenyamanan akan berpengaruh pada perasaan penderita dan
merasakan rileksasi otot sesaat sebelum traksi lumbal dilanjutkan. Hal ini akan
dapat mempertahankan otot dalam posisi rileks yang pada akhirnya mengurangi
spasme otot, melancarkan peredaran darah sehingga nyeri berkurang.
2) Dosis traksi lumbal
Michelle H (1999) merekomendasikan dosis penggunaan traksi lumbal
pada kondisi nyeri punggung bawah muskuluskeletal dengan sasaran untuk
E. Kerangka Teori
Dinamik
NPB musculo
skeletal
Statik
Modalitas
fisioterapiTerap
latihan
Traksi lumbal
Nyeri
Kortek
serebri
Inhibisi nyeri
Nukleu spinal
Mekanoreseptor
Nyeri berkurang
Gambar 2.5
Skema teori penurunan nyeri sunber: Wyke B (1979)
Keterangan :
Penyebab utama NPB muskuluskeletal adalah faktor mekanik baik statik
maupun dinamik, sehingga menimbulkan cidera/kerusakan jaringan yang akan
merangsang reseptor nyeri atau nosiseptor, impuls nyeri ini dalam perjalananya
melalui serabut aferen untuk masuk ke medula spinalis sel;anjutnya melewati
traktus spinotalamikus lateral dibawa kebatang otak lalu masuk ke thalamus dan
nyeri dapat dirasakan, jika perjalannya sampai kekortek serebri atau kekortek
F. Kerangka Konsep
Sebelum
Sesudah
Terapist
Pasien
dengan nyeri
punggung
bawah
Nyeri
Aktifitas
Fungsional
Terapi Latihan
Back School
Pasien
dengan nyeri
punggung
bawah
Nyeri
Aktifitas
Fungsional
Gambar 2.6
Keterangan :
Kondisi pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah dapat dipengaruh
oleh beberapa faktor diantaranya
umur, pekerjaan
saat
bergerak sehingga penderita enggan untuk bergerak akibat takut adanya nyeri ini,
keadaan ini bila berlajut akan mempengaruhi aktifiras fungsional seperti duduk,
jongkok dan berjalan, untuk mengatasi keluhan nyeri punggung bawah dapat
digunakan modalitas fisioterapi berupa terapi latihan dan traksi lumbal. Dalam
pelaksanaanya kedua metode ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan
terapis, ketepatan penggunaan dosis terapi yang akan dilakukan dan adanya
nasehat/edukasi kepada penderita dalam mengatasi atau mencegah teulangnya
kembali penderitaan/keluhan yang dihadapi. Hasil dari pelaksanaan intervensi ini
berupa pengurangan nyeri sehingga penderita tidak takut bergerak yang pada
akhirnya dapat meningkatkan aktifitas fungsional penderita.
G. Hipotesa
Hipotesa pada penelitian ini adalah:
Ho : tidak ada pengaruh terapi latihan back school terhadap pengurangan nyeri
dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuluskeletal
Ha : ada pengaruh terapi latihan back school terhadap pengurangan nyeri dan
fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah muskuluskeletal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
eksperimen. menggunakan rancangan penelitian one group pre-test post-test
design. Untuk mengetahui pengaruh dari terapi latihan back school terhadap
pengurangan nyeri dan fungsional disabilitas pada nyeri punggung bawah
muskuluskeletal. Dalam penelitiaan ini menggunakan hanya satu kelompok
subyek penelitian yang diberikan intervensi terapi latihan back school berupa
latihan penguatan dan penguluran otot-otot punggung bawah yang dilakukan
dengan frekwensi 3 kali perminggu, durasi 30-45 menit, selama 3 minggu,
Sebagai acuan dalam merumuskan kerangka penelitian, maka rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pre-test
O1
Perlakuan
X1
Post- test
O2
Keterangan :
O1 : Penderita nyeri punggung bawah yang diukur intensitas nyeri dengan
menggunakan VAS dan fungsional disabilitas dengan menggunakan kuesioner
disabilitas nyeri punggung bawah Oswestry sebelum diberikan intervensi latihan
back school (pre-test).
B. Subyek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medis RSUD Ulin
Banjarmasin tempat kami bekerja dengan alasan fasilitasnya mendukung untuk
digunakan menjadi tempat/lahan penelitian. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan
Rumah Sakit Propinsi dengan type B Pendidikan serta menjadi rumah sakit
rujukan beberapa kabupaten/kota propinsi di Kalimantan.
2. Batasan populasi
Populasi penelitian ini adalah penderita nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yang berkunjung pada Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Ulin
Banjarmasin. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini ditentukan sebanyak
10 orang.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua penderita nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yang memenuhi baik kriteria inklusi maupun eksklusi.
a. Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: (1) subyek dengan nyer
punggung bawah muskuloskeletal berusia 20-60 tahun, (2) tidak adanya kelainan
neurologis, (3) tidak ada kelainan pada sendi, (4) nyeri punggung bawah
muskuloskeletal yang telah melewati masa akut/ stadium lanjut lebih dari 2
minggu, (5) kooperatif dan mengikuti program
b. Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : (1) penderita yang ada
kelainan neurologis, (2) adanya kelaian fasepjoint (3) adanya penjalaran nyeri
sampai tungkai, (4) penderita dengan fraktur lumbosacaral, (5) spondilolisthesis
lebih dari 25 persen (6) adanya perbedaan panjang tungkai yang tida dapat
dikoreksi, (7) ostheoporosis, (8) scoliosis structural, (9) sepsis. (10) tumor ganas
dan (11) wanita hamil.
4. Besarnya subyek penelitian
Unrtuk menetukan besarnya subyek penelitian, peneliti menggunakan
tabel Kreejie dengan tingkat kesalahan 5 persen. Jika populasi yang didapat besar
dilakukan teknik sampling probabilitas sampling secara random untuk dijadikan
sampel dalam penelitian, dan jika populasi yang didapat kecil kurang dari 10
maka seluruh populasi digunakan sebagai subyek penelitian
5. Langkah-langkah pengambilan subyek penelitian
Setelah mendapatkan subyek penelitian, peneliti melakukan
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari: (1) variabel bebas
adalah terapi latihan back school, (2) variabel terikat adalah penurunan nyeri
(VAS) dan fungsioanal disabilitas (OWS).
D. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini adalah : (1) nyeri punggung bawah
muskuloskeletal dapat ditentukan melelui penegakan diagnosa berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan dokter dan peneliti, yang akan mendapatkan hasil
pemeriksaan berupa : neurologis normal (perasaan normal, perasaan tajam
simetris, refleks fisiologis normal). Adanya perasaan nyeri tumpul yang
terlokalisir atau meluas ke daerah glutea, nyeri tidak menjalar, nyeri tidak disertai
hipestesia, parastesia, nyeri dapat dirasakan antara Th 12 bagian bawah pinggul
atau lubang dubur (Jefry R et al, 2000), (2) terapi latihan adalah suatu gerakan
tubuh tertentu dalam bentuk gerakan aktif maupun pasif berupa latihan penguatan
dan penguluran otot- otot punggung bawah dilakukan dengan frekuensi 3 kali
perminggu durasi 30-45 menit, repertisi untuk penguatan 10 kali persetnya,
dilakukan 3 set, setiap set istirahat 30-60 detik untuk menghindari kelelahan, Dan
untuk penguluran otot punggung bawah frekuensi 3 kali perminggu, repetisi 5
kali, penguluran dilakukan secara perlahan tanpa menimbulkan rasa sakit,
pertahankan 15-30 detik, kenbali ke posisi awal, rileks 3 detik, (3) traksi lumbal
adalah terapi yang menggunakan mesin traksi yang dapat diatur waktu, beban,
tarikan, dan fase istirahat, pada penelitian ini meggunakan frekwensi 3 kali per
minggu, beban 10-20 Kg meningkat secara bertahap, hold 5/5 detik, durasi 10
menit, (4) Visual analogue scale (VAS) adalah berupa garis lurus horisontal
dengan panjang 10 cm, bertuliskan tidak ada nyeri pada awal garis dan akhir garis
nyeri tak tertahankan. Sebelum subyek mengisi VAS peneliti memberi penjelasan
sebelumnya, (5) fungsional disabilitas adalah menggambarkan ketidak mampuan
melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti, duduk, jongkok, berdiri, jalan
sedangkan alat ukur yang peneliti gunakan adalah kuesioner disabilitas nyeri
punggung bawah Oswestri yaitu berupa pernyataan yang disusun untuk
memberikan gambaran kepada peneliti terhadap kemampuan fungsional subyek,
terdiri dari 10 macam pernyataan, subyek diminta memilih salah satu pernyataan
yang menggambarkan disabilitasnya, dengan memberikan tanda cek ( ) pada
kotak yang disediakan, dari tiap item nilai 5 yang terbaik dengan nilai maksimal
50 dan hasil yang dapat diberikan pada scala 0-50.
E. Alat Ukur
Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah: (1) visual analogue
scala (VAS) untuk mengukur intensitas nyeri punggung bawah muskukoskeletal
berupa sebuah garis lurus horisontal sepanjang 1-0 cm pada awal garis tidak ada
nyeri dan akhir garis nyeri tak tertahankan, subyek diminta menunjukkan derajat
nyerinya pada garis tersebut, kemudian dinyatakan dalam milimeter, (2) kuesioner
disabilitas nyeri punggung bawah oswestri, berupa formulir kuesioner berisi 10
macam pernyataan dan peneliti meminta subyek untuk memilih salah satu
jawaban dari 6 pilihan yang disediakan dengan nilai 0-5 dari 10 macam
pernyataan tadi nilai yang ada dijumlah, hasil nilai 0-50. Alat ukur ini sebelum
digunakan pada subyek, peneliti melakukan uji coba awal kepada penderita nyeri
punggung bawah yang lain dengan sampel kecil untuk mengetahui realibilitas dari
alat ukur tersebut.
G. Analisa Data
penelitian ini meneggunakan uji beda dengan sample t- test terhadap
kelompok perlakuan. Dasar pengambilan keputuasan adalah jika probabilitas (p)
kurang dari 0,05 berarti ada perbedaan yang
sesudah perlakuan (Ho ditolak) dan apabila probabilitas (p) lebih besar dari 0,05
berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan
(Ho diterima).
H. Jadwal Penelitian
Agar Penelitian dapat berjalan dengan lancar dan terarah serta tepat waktu
maka peneliti menyusun jadwal perencanaan penelitian ini sebagai berikut:
No.
1.
Kegiatan Penelitian
Pemeriksaan screning,
penderita, penelitian
2.
awal
Pemilihan subyek
Nopember
Tahun
Desember
2
.
3-5
Januari
3.
Pengukuran awal
4.
Pre-test
Pelaksanaan
6-9
10-30
intervensi
5.
Pengukuran akhir
1-3
Post-test
Lampiran II
No. Urut:
STATUS FISIOTERPI
IDENTITAS
Hari/tgl/thn.
Nama subyek
Umur
: tahun, bulan
Jenis Kelamin
: 0 = laki-laki 1 = wanita
Pendidikan
Pekerjaan
: .
: 0 = tidak,
1 = ya
Alamat
2 = cerai
Diagnosis Medis
:.,
Deskripsi nyeri
Lokasi: nyeri punggung terasa pada area seperti pada gambar (subyek
menggambar sendiri)
Sifat :
0 = tumpul dan terlokalisir
5 = sepanjang hari
0 = tak jelas
6 = membungkuk
1 = mengangkat barang
7 = memuntir
2 = menjinjing
8 = terpeleset
3 = menurunkan barang
9 = duduk lama
4 = menarik
10 = paparan alat/vibrasi
5 = mendorong
11 = berulang
:T . N.. RR t
Status gizi
: BB.kg TBm
Inspeksi
Palpasi
Spasme/ nyeri tekan
ada
tidak ada
ada
tidak ada
Join test
Nyeri gerak
Muscle test
Neorological test
PEMERIKSAAN SPESIFIK
.
b. Laboratorium Fisioterapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X Photo, lab,dll
Lampiran: III
Nama subyek :
Umur
Jenis kelamin :.
Perlakuan
: I / II
Penilai
an
Tanggal
VAS
Pre-test
VAS:
mm
Post-tes
VASt
mm
Lampiran: IV
Nama subyek :
Umur
Jenis kelamin :
Alamat
:.
Peralakuan
: I / II
II
0.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Seksi 3: Mengangkat
0.
II
1.
2.
3.
4.
5.
Seksi 4: Berjalan
0.
1.
2.
3.
4.
5.
Seksi 5: Duduk
0.
1.
2.
3.
4.
5.
Seksi 6 : Berdiri
0.
1.
2.
3.
4.
5.
Seksi 7: Tour
0.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh :
Z AI MAH
P27226006124
Telah disetujui
Pada tanggal, ................... 2006
Mengetahui;
Ketua Prodi D IV Fisioterapi
Pembimbing
NIP. 140
DAFTAR PUSTAKA
Anwa, HK; Manfaat Terapi Arus Interfernsi dalam Pengurangan Nyeri Punggung
Bawah Muskuluskeletal; FK UNDIP, Semarang, 1995, hal. 13-15.
Brien J, Shiple; Relieving Low-Back Pain With Exercise; The Physician and
Sportmedicine, 1997, Vol. 25, hal. 1-3.
Cailliet, R; Low Back Pain Syndrome; Third Edition, F.A Davis Company,
Philadelphia, 1981.
Carperter, Nelson; Low Back Strengthening for the Prevention and Treatment of
Low Back Pain; Med Sci, Sports Exerc, 1999, Vol. 31, No. 1, hal. 18-24.
Daniel N Hooker; Traction as a Speciallized Modality; Therapeutic Modalities in
Sports Medicine; Third Edition William E. Prentice,Philadelphia, 2001,
hal. 289-318.
Heru Purbo, K; Elektroterapi pada Sindroma Nyeri Bahu; AKFIS Dep Kes, Solo,
2004, hal. 1-13.
Jeffry, R, et al; Laser Therapy: A Randomized, Controlled Trial of the Effects of
Low Back Pain; Arch Phys Med Rehabil, 1999, Vol. 80, hal 647-652.
Joesoef, A; Makalah Simposium Nyeri pada Spasme Otot, Diagnosis dan
Penatalaksanaanya; FK UNAIR, Surabaya, 1996, hal. 3-21.
Lalang, KH; Tengkuk dan Pinggang yang Terbaik; Kompas Cyber Media, 21 Mei
2004,
dari
http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/apt/0405/21/apt.3htm
Kaplan, et al; Musculusceletal Pain and Disability: Appleton & Lange, Amerika,
1989, hal 80-94.
Kisner, C; Therapeutic Exercise Foundation and Tehniques; Third Edition, F.A
Davis Company, Philadelphia, 1996, hal. 497-515.
Kuswantoro, at al; Diagnosis Klinik Nyeri Punggung Bawah Miofasial; dalam:
Pertemuan Regional IV Neurolog Jateng DIY. Panitia, Ambarawa, 25-26
Juli,1987, hal. 36-63.
Mc Farland; http;//www.spinehealth.com . Dikutip 16 januari 2003.
Meliala L, Pinzon R; Patofisiologi dan Penatalaksanaan Nyeri punggung Bawah;
Kumpulan Makalah. Pain Symposium; Toward Mechanism Base
Treatment, Jogjakarta, 5 Desember 2004, hal. 109.
Lampiran: I
Persetujuan Tindakan Fisioterapi (Informed Consent)
Dalam Mengikuti Program Pelitiaan
Pengaruh Terapi Latihan Back School terhadap Pengurangan Nyeri
dan Fungsional Disabiliti pada Nyeri Punggung Bawah Muskuloskeletal
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: ......................................................................................................
Umur
: ..
: ......
Banjarmasin,
Yang meyatakan persetujuaan
(.)
Diajukan oleh :
Z AI MAH
P27226006124