BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh
darah vena atau arteri pada makluk hidup. Trombosis merupakan istilah
yang umum dipakai untuk sumbatan pembuluh darah, baik arteri maupun
vena. Trombosis hemostatis yang bersifat self-limited dan
terlokalisir untuk
akut
vaskuler,
sedangkan
trombosis
patologis
seperti
trombosis vena dalam (TVD), emboli paru, trombosis arteri koroner yang
menimbulkan infark miokard, dan oklusi trombotik pada serebro vaskular
merupakan respon tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan akut dan
kronik pada pembuluh darah dan darah. Ahli bedah vaskular berperan untuk
mengeluarkan
trombus
trombektomi.
Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada
tahun 1856 dengan diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai
Triad of Virchow, yaitu terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah,
perubahan komposisi darah, dan gangguan aliran darah. Ketiganya merupakan
keadaan
yang
saling
tumpang
tindih.
Trombosis
dapat
mengakibatkan efek lokal adan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan
derajat sumbatan yang terjadi pada pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa
gejal-gejala akibat fenomena tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan
memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya
trombus akn menjadi emboli dan mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri,
seperti yang terjadi pada emboli paru, otak dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANAMNESIS
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan
Alloanamnesis. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis
dapat dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, pasien sangat lemah atau sangat
sakit untuk menjawab pertanyaan maka perlu orang lain untuk menceritakan
permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari informasi orang lain ini disebut
Alloanamnesis.
Yang perlu dilakukan pada anamnesis pada pasien adalah sebagai berikut.
Pertama Identitas yang meliputi Nama ( serta nama keluarga), umur/ usia, jenis
kelamin, alamat, umur/ pendidikan/ pekerjaan serta juga agama dan suku bangsa.
Berikutnya menanyakan riwayat penyakit yang meliputi keluhan utama, keluhan/
gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat dan tidak harus sejalan dengan
diagnosis utama. Selanjutnya riwayat perjalanan penyakit yang terdiri dari cerita
kronologis, rinci, jelas tentang keadaan pasien sebelum ada keluhan sampai
dibawa berobat, pengobatan sebelumnya dan hasilnya (macam obat dll), tindakan
sebelumnya (suntikan, penyinaran), reaksi alergi, perkembangan penyakit gejala
2
sisa/ cacat, riwayat penyakit pada anggota keluarga, tetangga dan riwayat penyakit
lain yg pernah diderita sebelumnya. Terakhir menannyakan hal-hal yang perlu
ditanyakan tentang keluhan / gejala yang meliputi lama keluhan, keluhan lokal
(lokasi, menetap, pindah-pindah, menyebar), bertambah berat/ berkurang serta
upaya yang dilakukan dan hasilnya.5
Hal-hal yang perlu ditanyakan sebagai panduan prinsip dasar penilaian
klinis adalah riwayat umum pasien. Hasil anamnesis berdasarkan skenario adalah
identitas pasien yaitu seorang anak laki-laki berusia 65 tahun. Keluhan pasien
adalah betis kirinya sakit di sertai bengkak dan kemerahan sejak 4 jam yang lalu.
Dan pasien sudah 2 hari di rawat setelah menjalani operasi penggantian sendi
panggul kiri 2 hari yang lalu.
B. PEMERIKSAAN
FISIK
Emboli paru, sebagai petunjukn klinis pertama dari thrombosis.Edema dan
pembengkakan ektremitas karena aliran darah tersumbat.Nyeri tekan akibat
inflamasi
Edema unilateral
Tanda humans: nyeri tekan pada betis sewaktu dorsofleksi kaki
Tandalowernburg: nyeri dipaha atau betis sewaktu pengembungan mangset
Peningkatan turgor jaringan
Kenaikan suhu kulit
Bintik-bintik dan sianosis karena stagnasi aliran
PENUNJANG
1. Tes Darah
a) Tes D-dimer
Plasma D-dimer adalah spesifik turunan dari fibrin, yang dihasilkan ketika fibrin
terdegradasi oleh plasmin, jadi konsentrasinya meningkat pada pasien dengan
tromboembolisme vena. Walaupun sensitive untuk tromboembolisme vena,
konsentrasi yang tinggi D-dimer tidak cukup spesifik untuk membuat suatu
diagnosis karena d-dimer juga dapat meninggi pada kelainan seperti keganasan,
kehamilan dan setelah operasi.
jika tidak ada sisa lumen saat dilakukan tekanan ini mengindikasikan bahwa tidak
adanya trombosis pada vena.
Dupleks ultrasonografi : karakteristik aliran darah dinilai dengan menggunakan
pulsasi signal Doppler. Aliran darah yang normal terjadi secara spontan dan fasik
dengan pernapasan. Ketika pola fasik tidak ada, ini mengindikasikan adanya
obstruksi dari aliran vena.
Colour flow duplex : menggunakan teknik dupleks ultrasonografi tetapi dengan
3. Didapatkan tanda dan gejala pada tungkai bawah bilateral : USG harus
dilakukan
sebagai
skrining
awal;
pertimbangkan
MRI
untuk
DIFFERENT DIAGNOSIS
TROMBOFLEBITIS
Tromboflebitis didefinisikan sebagai peradangan vena yang terjadi dikaitkan
dengan bekuan intravaskuler atau trombus.Tromboflebitis dan plebotrombosis
adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan berbagai manifestasi proses
penyakit dasar trombosis vena.
Patogenesis
Pada vena yang normal dapat terjadi trombosis karena penyebab eksogen,
misalnya trauma, kelelahan, kurang gerak / imobilisasi, pascabedah, atau adanya
keganasan yang terjadi hanya pada salah satu segmen vena. Trombosis ini
menyebabkan reaksi radang lokal pada dinding vena. Dalam hal ini trombosis
terjadi karena perlambatan aliran darah, kelainan dinding pembuluh darah, atau
gangguan pembekuan darah (trias Virchow).
Pada vena yang mengalami plebaran atau varises, turbulensi darah pada
kantong vena di sekitar katup merangsang terjadinya trombosis. Menipisnya
dinding vena mempercepat proses radang. Dalam keadaan ini, kelainan dinding
vena dan melambatnya aliran darah merupakan sebab terjadinya tromboflebitis.
Rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan tromboflebitis,
misalnya pada pemasangan infus jangka lama (lebih dari dua hari) di tempat yang
sama, atau penyuntikan obat intravena. Kelainan jantung yang mengubah aliran
darah,
dehidrasi
berat
yang
mengakibatkan
hemokonsentrasi,
koagulasi
Tromboflebitis
permukaan
pada ekstremitas
bawah biasanya
disebabkan oleh varises vena atau trauma. Jika ada penyebab yang diketahui jelas,
maka harus dipertimbangkan kemungkinan proses penyakit lain yang mendasari,
seperti penyakit buerger atau keganasan.
antara faktor yang beredar. Hal ini mungkin akibat dari peningkatan sirkulasi
aktivasi faktor jaringan, dikombinasikan dengan penurunan sirkulasi plasma
antithrombin dan fibrinolysins.
Seiring waktu, perbaikan telah dibuat dalam deskripsi faktor-faktor dan
kepentingan relatif mereka terhadap perkembangan trombosis vena. Asal
trombosis vena sering multifaktorial, dengan komponen dari Virchow triad
pentingnya asumsi variabel pada individual pasien, namun hasil akhirnya adalah
interaksi awal trombus dengan endotelium. Interaksi ini merangsang produksi
sitokin lokal dan memfasilitasi adhesi leukosit ke endotel, baik yang
mempromosikan trombosis vena. Tergantung pada keseimbangan yang relatif
antara koagulasi dan trombolisis yang diaktifkan, sehingga propagasi trombus
terjadi.
Penurunan kontraktilitas dinding pembuluh darah dan disfungsi katup vena
memberikan kontribusi pada pengembangan insufisiensi vena kronis. Kenaikan
tekanan vena menyebabkan berbagai gejala klinis seperti varises, edema tungkai
bawah, dan ulserasi vena.
Pasien dengan faktor risiko tinggi untuk menderita trombosis vena dalam
yaitu apabila :
- Riwayat trombosis, stroke
- Paska tindakan bedah terutama bedah ortopedi
- Imobilisasi lama terutama paska trauma/ penyakit berat
- Luka bakar
- Gagal jantung akut atau kronik
- Penyakit keganasan baik tumor solid maupun keganasan hematologi
- Infeksi baik jamur, bakteri maupun virus terutama yang disertai syok.
- Penggunaan obat-obatan yang mengandung hormon esterogen
- Kelainan darah bawaan atau didapat yang menjadi predisposisi untuk terjadinya
trombosis.
Keadaan ini dapat menyerang semua usia, tersering setelah usia 60 tahun,
dan tidak terdapat perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan.
E. EPIDEMIOLOGI
11
Trombosis vena dalam terjadi kira-kira 1 per 1000 orang per tahun. Kirakira 1-5% menyebabkan kematian akibat komplikasi. Trombosis vena dalam
sangat sedikit dijumpai pada anak-anak. Ratio laki-laki dan perempuan yaitu
1:1,2. Trombosis vena dalam biasanya terjadi pada umur lebih dari 40 tahun.
F. ETIOLOGI
1. Kerusakan sel endotel
Lupus eritematous
Penyakit Burgers
Penyakit Takayasu
2. Hiperkoagulasi
Sindrom antifosfolipid
Disfibrogenemia
3. Stasis
Hiperviskositas
12
cairan
(edema)
yang
menyebabkan
pembengkakan
pada
13
Gejala lanjut dari trombosis adalah pewarnaan coklat pada kulit, biasanya
diatas pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh keluarnya sel darah merah dari
vena yang teregang ke dalam kulit. Kulit yang berubah warnanya ini sangat peka,
cedera ringanpun (misalnya garukan atau benturan), bisa merobek kulit dan
menyebabkan timbulnya luka terbuka (ulkus, borok).10
Trombosis vena dalam merupakan keadaan darurat yang harus secepat
mungkin didiagnosis dan diobati, karena sering menyebabkan terlepasnya
trombus ke paru dan jantung. Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan
berupa :
- Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada
ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak
berkurang dengan istirahat.
- Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
- Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
- Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
14
15
lain-lain. Tindakan
ini akan
2. Terapi Farmakologi
Pada thrombosis vena superficial hanya diperlukan istirahat, peninggian
letak tungkai dan pemanasan local. Pengobatan yang lebih serius ditujukan pada
thrombosis venadalam. Pada thrombosis vena dalam diperlukan terapi dengan
antikoagulan sistemik seperti heparin dan warfarin.2
a) Terapi heparin
Terapi heparin harus diberikan dengan loading dose dati 10.000 unit
diikuti dengan infuse continuous yang awalnya berkecepatan 1.000 unit/jam.
Manfaat setelah pemberian heparin ini adalah menjaga tingkat kesamaan dari
antikoagulan dan memperkecil manisfestasi perdarahan.
Heparin dapat membatasi pembentukan bekuan darah dan meningkatkan
proses fibrinolisis. Heparin lebih unggul dibandingkan dengan antikoagulan oral
tunggal sebagai terapi awal untuk DVT, karena antikoagulan oral dapat
16
17
c) Trombolisis
Pengobatan dengan trombolisis, contohnya streptokinase, urokinase
recombinant tissue activator (tPA) dapat dipertimbangkan pada pasien bila
disertai emboli paru masif dan syok. Obat fibrinolisis mengurangi besarnya darah
beku pada DVT kaki yang diperlihatkan dengan angiografi, yaitu 30-40%
terjadilisis komplet dan 30% terjadi lisis parsial. Obat trombolisis diberikan
langsung melalui kateter pada pasien dengan trombolisis iliofemoral masif.
Beberapa penelitian melaporkan pada pasien yang mendapatkan obat trombolisis,
angka kejadian sindrom pascatrombosis berkurang. Akan tetapi, saat ini
pemberian obat trombolisis vena hanya dianjurkan pada trombolisis vena
iliofemoral.
d) Antiagregasi trombosit
Umumnya tidak diberikan pada DVT, kecuali ada indikasi. Seperti
sindrom antifosfolipid (APS) dan sticky platelet syndrome. Aspirin dapat
diberikan dengan dosis bervariasi mulai dari 80-320 mg.
e) Trombektomi vena
Trombektomi vena yang mengalami trombosis memberikan hasil yang
baik bila dapat dilakukan segera sebelum lewat tiga hari dengan tujuan pertama
untuk mengurangi gejala pascaflebitis, mempertahankan fungsi katup dan dengan
demikian mencegah terjadinya komplikasi seperti ulkus stasis padatungkai bawah
dan untuk mencegah emboli paru.
Kadang trombektomi masih memberikan hasil yang baik,walaupun
dilakukan setelah lewat 5 hari bahkan sampai 4 minggu apalagi bila trombosis
yang terjadi segmental. Bila terjadi stenosis pada salah satu segmen vena
dipertimbangkan untuk diatasi dengan balon dan bidai. Kontraindikasi
trombektomi adalah pada pasien dengan tumor yang inoperable atau bila
pemberian antikoagulan tidak dianjurkan.
Indikasi yang tepat untuk melakukan trombektomi pada thrombosis vena
adalah pada kasus phlegmasia cerulea dolens yaitu suatu kombinasi trombosis
vena dalam dengan iskemi yang sangat nyeri, hilangnya pulsasi distal dan
ekimosis. Trombektomi (dengan membuat fistula arteri-vena sementara)
merupakan pilihan baik pula pada pasien dengan thrombosis vena ileofemoral
18
kurang dari satu minggu. Tindakan ini bertujuan mencegah meluasnya trombosis
serta terjadinya emboli dan rusaknya katup vena.
Kontraindikasi relative adalah perdarahan susunan saraf pusat, metastasis
tumor, pada pembedahan, hipertensi berat, perkarditis atau endokarditis dan
perdarahan
aktif
atau
kecenderungan
untuk
mengalami
perdarahan.
J. PROGNOSIS
Semua pasien dengan trombosis vena dalam pada masa yang lama mempunyai
19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Trombosis vena dalam adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah
vena terutama pada tungkai bawah.
Penyebab dari deep vein thrombosis adalah :
Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada
biasanya)
Trauma pada vena
Tanda dan gejala klinis yang sering ditemukan berupa :
Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan,
biasanya pada ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai
berjalan dan tidak berkurang dengan istirahat.
Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
Faktor-faktor penyebab pada trombosis vena dikenal dengan virchow triad
(tigaserangkai Virchow) yaitu perubahan dinding pembuluh darah, perubahan
aliran darah dan perubahan komposisi darah
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
2. Katzung BG. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC
3. T. Heather Herdman. 2009. NANDA International NURSING DIAGNOSES :
Definitions & Classification 2009-2011. Wiley-Blackwell.
4. Sue Moorhead, Marion Johnson, Maridean L. Mass, Elizabeth Swanson.
2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. BOOK AID
International.
5. Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman.
2004. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Elsevier.
21
22