Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN PENGATURAN PENDIRIAN

KOPERASI DI INDONESIA
Makalah IV
(Pengembangan Perusahaan)

Diajukan Guna Menempuh Tugas Mata Kuliah Hukum Perusahaan


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono, S.H.

Disusun oleh:
Nama :
Nim

Kelas :

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


UN IVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

PERKEMBANGAN PENGATURAN PENDIRIAN


KOPERASI DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama
dikenal di Indonesia. Pelopor pengembangan perkoperasian di Indonesia adalah
Bung Hatta yang telah dikenal luas sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Koperasi berkembang sesuai dengan asas yang dipandang sangat sesuai
dengan

jiwa

bangsa

Indonesia.

Koperasi

bertujuan

untuk

memajukan

kesejahteraan para anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya


serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil, maju, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Sebuah Koperasi dikatakan berhasil atau sukses jika mampu meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Kesejahteraan dalam hal ini haruslah dipandang secara
luas, yakni bukan hanya kesejahteraan lahiriah saja namun juga mencakup
kesejahteraan rohaniah para anggota koperasi. Dalam upaya peningkatan
kesejahteraan anggota ini, selain bahwa Koperasi harus memiliki kinerja yang
baik, partisipasi anggota dalam kegiatan Koperasi juga memegang peranan yang
penting.
Keberadaan dan peran koperasi di Indonesia juga telah berkembang baik
dalam hal pengaturannya maupun dalam hal praktik perkoperasiannya.
Perkembangan itu terjadi seiring dengan perkembangan laju hidup masyarakat
Indonesia yang juga kian berkembang dari waktu ke waktu, untuk mengetahui
bagaimana peran koperasi dalam mewujudkan kesejahteraan para anggotanya
maka kita perlu mengetahui bagaimana perkembangan pengaturan pendirian
koperasi di indonesia.

1.2. Permasalahan
Dengan merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka penulis
membatasi permasalahan yang dituangkan dalam perumusan masalah, sebagai
berikut :
-Bagaimanakah perkembangan hukum koperasi di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.
a.

Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Indonesia


Pengertian Koperasi
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin

yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari berarti bekerja. Dari dua kata ini,
dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Operation, yang dalam bahasa
Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja
bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Untuk memahami pengertian koperasi dengan baik, perlu dibedakan antara
koperasi dari segi ekonomi dan koperasi dari segi hukum. Koperasi dari segi
ekonomi adalah perkumpulan yang memiliki ciri-ciri khusus berikut ini :
1. Beberapa orang yang disatukan oleh kepentingan ekonomi yang sama
2. Tujuan mereka, baik bersama maupun perseorangan adalah memajukan
kesejahteraan bersama dengan tindakan bersama secara kekeluargaan
3. Alat untuk tujuan itu adalah badan usaha yang dimiliki, dibiayai, dan dikelola
bersama
4. Tujuan utama badan usaha itu adalah meningkatkan kesejahteraan semua
anggota perkumpulan.
Apabila anggaran dasar perkumpulan yang memiliki ciri-ciri khusus

tersebut dibuat di hadapan notaris dan didaftarkan oleh pejabat koperasi setempat
menurut ketentuan Undang-Undang Perkoperasian, perkumpulan itu disebut
koperasi dari segi hukum. Setiap koperasi dari segi hukum adalah badan hukum,
dan ini diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Tentang
Perkoperasian.Sebenarnya suatu definisi itu meskipun banyak persamaannya,
tetapi orang banyak yang memberi tekanan pada salah satu unsurnya. Hal ini
tergantung pada perbedaan segi pandangan falsafah hidup seseorang yang
mengemukakan Tentang Koperasi, sebagai pelengkap dari pengertian koperasi
menurut UU No. 12/1967 (undang undang pertama mengenai Koperasi
Indonesia), diantaranya:
1. Menurut Dr. Muhammad Hatta
Dalam bukunya The Movement in Indonesia beliau mengemukakan
bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan
ekonomi berdasarkan tolong menolong. Mereka didorong oleh keinginan
memberi jasa pada kawan seorang buat semua dan semua buat seorang
inilah yang dinamakan Auto Aktivitas Golongan, terdiri dari : solidaritas,
individualitas, menolong diri sendiri dan jujur.
2.

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Koperasi


Dalam ketentuan Pasal 3 dinyatakan bahwa Koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang
atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai
usaha bersama bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

3. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian


Pada bab I, ketentuan umum Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa
Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang beradasarkan atas
dasar asas kekeluargaan.

Dari definisi diatas, maka koperasi Indonesia mempunyai ciri-ciri seperti


berikut :
1. Adalah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuknya mencapai suatu
tujuan memperoleh keuntungan ekonomis.
2. Tujuan harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraan harus dilakukan secara produktif,
efektif dan efesien, sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang
dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat sebesar-besarnya pada
anggota.
3. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak boleh dipaksakan oleh siapapun
dan bersifat terbuka, yang berarti tidak ada pembatasan ataupun diskriminasi
dalam bentuk apapun juga.
4. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota
dan para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi
dalam koperasi. Karena pada dasarnya anggota koperasi adalah pemilik
sekaligus pengguna jasa koperasi
5. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi, dan balas jasa
terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah terbatas.
6. Koperasi berprinsip mandiri. Ini mengandung arti bahwa koperasi dapat
berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, memiliki kebebasan yang
bertanggung

jawab,

memiliki

otonomi,

swadaya,

berani

mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri dan keinginan mengelola diri


sendiri.
b.

Dasar Hukum Koperasi Indonesia


Untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainya masyarakat adil dan

makmur seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah

satu sarananya adalah Koperasi. Sebagai sarana untuk mencapai masyarakat adil
dan makmur, koperasi tidak lepas pula dari landasan-landasan hukum sebagai
landasan berpijaknya koperasi di Indonesia. Landasan yuridis keberadaan koperasi
sebagai badan usaha dapat di lihat dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 yang mengemukakan :
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan
Dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tercantum dasar demokrasi
ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran orang seorang. Oleh sebab itu,
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan usaha kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Penjabaran lebih lanjut Tentang asas yang dikandung dalam Pasal 33 ayat
(1) UUD 1945, pembentukan undang-undang telah mengudangkan UndangUndang No.12 tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Setelah undangundang ini berlaku selama 25 tahun, barulah diadakan penyempurnaan dengan
diundangkannya undang-undang No. 25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Berdasarkan undang-undang ini, apabila akta pendirian yang memuat anggaran
dasar koperasi disahkan oleh pemerintah (dalam hal ini Menteri Koperasi) dan
dicatat dalam daftar untuk itu, sejak pengesahan itu koperasi memperoleh status
badan hukum. Kini berdasarkan undang-undang jabatan notaris, akta pendirian
koperasi harus dibuat di hadapan notaries.
2. Asas, Tujuan, Fungsi, Peran dan Prinsip Koperasi Indonesia
a. Asas Koperasi Indonesia
Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 25 tahun 1992, koperasi
berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan asas
kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas yang memang sesuai dengan jiwa
dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa Indonesia, Koperasi Indonesia harus
menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai pencerminan
kehidupan yang dipengaruhi oleh keadaan, tempat, lingkungan waktu, dengan
suatu ciri khas adanya unsur Ketuhanan Yang Maha Esa, kegotongroyongan

dalam arti bekerja sama, saling bantu membantu, kekeluargaan dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
b. Tujuan Koperasi Indonesia
Menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 menentukan
tujuan koperasi. Koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya, masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

c.

Fungsi dan Peranan Koperasi Indonesia


Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 menentukan

fungsi dan peran koperasi. Fungsi dan peran Koperasi adalah


1. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
2. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
3. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;
4. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Agar koperasi dapat mewujudkan fungsi dan peran seperti yang dimaksud
dalam Pasal 4, maka koperasi melaksanakan usaha di segala bidang kehidupan
ekonomi dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat. Yang dimaksud
dengan kehidupan ekonomi rakyat adalah semua kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan dan menyangkut kepentingan orang banyak.

d. Prinsip Koperasi Indonesia


Menurut ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 menentukan
prinsip koperasi.
1)

Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: a) keanggotaan


bersifat sukarela dan terbuka; b) pengelolaan dilakukan secara demokratis; c)
pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota; d) pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal;e) kemandirian.

2)

Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip


Koperasi sebagai berikut: a) pendidikan perkoperasian; b) kerja sama
antarkoperasi.
Dalam Penjelasan dari Pasal 5 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tersebut,

diuraikan bahwa prinsip koperasi adalah merupakan satu kesatuan dan tidak
dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan
prinsip tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.
3. Pembentukan Koperasi Indonesia
a. Bentuk Koperasi Indonesia
Ketentuan Pasal 15 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 menyatakan bahwa
koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder. Koperasi
sekunder, menurut penjelasan dari undang-undang tersebut adalah meliputi semua
Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau
Koperasi Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi,
Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sejenis maupun berbagai jenis
atau tingkatan. Dalam hal Koperasi mendirikan Koperasi Sekunder dalam
berbagai tingkatan, seperti yang selama ini dikenal sebagai Pusat, Gabungan, dan
Induk, maka jumlah tingkatan maupun penamaannya diatur sendiri oleh Koperasi
yang bersangkutan.
b. Jenis Koperasi di Indonesia
Ketentuan Pasal 16 Undang-Undang No. 25 tahun 1992 menyatakan bahwa
jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi

anggotannya.
Mengenai penjelasan koperasi ini, jika ditinjau dari berbagai sudut
pendekatan maka dapatlah diuraikan seperti :
a) Berdasarkan pendekatan sejarah timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal
jenis-jenis koperasi seperti berikut : Koperasi konsumsi; Koperasi kredit;
dan Koperasi Produksi.
b) Berdasarkan pendekatan menurut lapangan usaha dan/atau tempat tingal
para anggotanya, maka dikenal beberapa jenis koperasi antara lain : koperasi
simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran
dan koperasi Jasa.
c. Proses Pendirian Koperasi Indonesia
Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap. Pertama-tama
adalah pengumpulan anggota, karena untuk menjalankan koperasi membutuhkan
minimal 20 anggota. Kedua, Para anggota tersebut akan mengadakan rapat
anggota, untuk melakukan pemilihan pengurus koperasi (ketua, sekertaris, dan
bendahara). Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga koperasi itu. Lalu meminta perizinan dari negara. Barulah
bisa menjalankan koperasi dengan baik dan benar.
d. Anggaran Dasar Koperasi Indonesia
Anggaran dasar koperasi adalah sumber peraturan tata tertibnya organisasi
koperasi dengan segala kegiatan usahanya. Dengan kata lain, anggaran dasar
koperasi adalah sebagai dasar formal bagi persetujuan atau kesepakatan para
anggota untuk bekerja sama, yang merupakan fondasi setiap koperasi. Juga
sebagai tata tertib ke dalam yang akan mengikat semua anggota, baik sekarang
maupun yang akan datang, baik anggota lama maupun anggota yang baru.
Anggaran dasar koperasi ini tidak boleh dibuat bertentangan dengan peraturan
pemerintah dan undang-undang.
Di dalam praktek biasanya, anggaran dasar koperasi ini memuat ketentuanketentuan pokok seperti antara lain : nama koperasi, tempat kerja atau daerah
kerja, maksud dan tujuan, syarat-syarat keanggotaan, Tentang permodalan, hak

dan kewajiban serta tanggung jawab anggota, pengurus dan pengawas koperasi,
rapat anggota dan keputusan rapat anggota dan penetapan tahun buku.
4. Koperasi Sebagai Badan Hukum
Dengan menjadinya koperasi sebagai badan hukum, maka harus dipenuhi
syarat sahnya badan hukum yakni cakap untuk memiliki kekayaan yang terpisah
dengan anggotanya, serta semua yang dilakukan oleh pengurus atas nama badan
hukum koperasi merupakan tanggung jawab dari badan hukum koperasi tersebut.
Untuk masalah kapan, syarat-syarat serta ketentuan mengenai perolehan status
badan hukum sangat kasuistis tergatung pada ketentuan hukum prosedur yang
berlaku. Koperasi sebagai suatu badan hukum pasti memiliki hubungan hukum
dengan subjek hukum lainnya seperti pengurus, anggota, maupun pihak ketiga di
luar koperasi. Maka setiap hubungan hukum yang terjadi antara para pihak harus
mengacu kepada peraturan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Bab ketiga
Tentang perikatan pada KUH Perdata.
Pada Akta Pendirian atau Anggaran Dasar, harus dicantumkan nama-nama
anggota atau orang-orang yang dipercaya untuk duduk dalam organ manajemen
koperasi, seperti pengurus, pengelola, dan pengawas yang bersedia untuk
menjalankan koperasi. Selanjutnya setelah semua pendiri menandatangani berita
acara (minuta) pendirian atau Anggaran Dasar Koperasi di hadapan notaris, dalam
waktu yang tidak terlalu lama (umumnya 1 minggu) notaris akan memberikan
salinannya kepada semua anggota pendiri. Setelah itu, tanpa perlu menunggu
salinan dari notaris, koperasi sudah bisa mulai beroperasi sebagai badan hukum.
Koperasi dapat terus saja menjalankan usahanya sementara notaris akan
mengajukan koperasi tersebut menjadi badan hukum ke otoritas koperasi. Selama
paling lambat 3 bulan sejak diajukan oleh notaris akan dikeluarkan pengesahan
akta pendirian koperasi dan diumumkan pula dalam Berita Negara RI. Apabila
terjadi penolakan, maka para pendiri (atau melalui notaris) dapat mengajukan
kembali permintaan untuk pengesahan setelah semua alasan penolakan tersebut
dipenuhi.
Perolehan status badan hukum dimulai semenjak sebuah koperasi
mendapatkan pengesahan atas akta pendirian atau anggaran dasar di hadapan
notaris. Sedangkan pengesahan yang dilakukan di otoritas koperasi sebenarnya

hanya bertujuan sebagai registrasi atau pencatatan di lembaga pemerintahan dan


pengumuman dalam Berita Negara RI untuk memudahkan kantor urusan koperasi
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi-koperasi yang didirikan
di Indonesia.
Dengan mendapatkan status badan hukum berarti sebuah badan usaha
koperasi menjadi subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Sehingga,
terhadap pihak ketiga dapat dengan jelas dan tegas mengetahui siapa yang dapat
diminta bertanggung jawab atas jalannya usaha badan hukum koperasi tersebut.
Dalam kedudukan tersebut apabila dikemudian hari misalnya ternyata koperasi
melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata) terhadap pihak ketiga misalnya, akan dapat ditentukan siapa yang
bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan melawan hukum tersebut,
apakah

badan

hukum

koperasi,

manajer,

atau

para

anggotanya.

Pertanggungjawaban tersebut secara kasuistis dilihat dari sejauh mana tingkat


keterlibatan kesalahan setiap anggota maupun pengurus sebagai organ dwitunggal
dalam koperasi. Sedangkan anggota koperasi hanya akan bertanggung jawab
terhadap kerugian yang diderita oleh koperasi sebatas jumlah simpanan yang
anggota setorkan.
Dengan demikian, maka ketika koperasi sudah berupa badan hukum, maka
secara tegas harus diatur pula Tentang hal-hal pembubaran badan hukum koperasi.
Apabila terjadi pembubaran maka para anggota hanya bertanggung jawab sebatas
simpanan pokok, simpanan wajib, dan modal penyertaan yang disetorkannya.
Dalam hal anggota koperasi yang memberikan pinjaman pribadi pada koperasi, ia
mempunyai posisi yang sama dengan para kreditur lain dalam hal menuntut
pelunasan piutang kepada badan hukum koperasi.
B. Perkembangan Hukum Koperasi di Indonesia
Dalam perkembangannya setelah kemerdekaan, Pada tanggal 2-10 Agustus
1965 diadakan (Musyawarah Nasional Koperasi) MUNASKOP II yang
mengesahkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 Tentang Perkoperasian di
Jakarta. Kemudian pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto
mensahkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian sebagai pengganti Undang-Undang No. 14 tahun 1965. Dan pada

tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang


Perkoperasian.
Perkembangan hukum koperasi ini juga dapat terlihat dalam perubahan
ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1967 dengan
Undang-Undang No. 25 tahun 1992. Dimana dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 1967 dinyatakan bahwa, koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat. Di
jelaskan lebih lanjut bahwa Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat
yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992,
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan Prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, terjadi perubahan dimana koperasi yang
sebelumnya merupakan organisasi ekonomi rakyat kemudian menjadi badan
usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat.
Landasan idiil Koperasi Indonesia adalah Pancasila, landasan strukturilnya
Undang-Undang Dasar 1945 dan landasan geraknya Pasal 33 ayat (1) UndangUndang Dasar 1945 beserta penjelasannya, serta landasan mental koperasi
Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Dalam Undang-Undang
No. 25 Tahun 1992, landasan tersebut diperingkas, sehingga koperasi
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas
kekeluargaan.
Fungsi Koperasi Indonesia adalah sebagai alat perjuangan ekonomi untuk
mempertinggi kesejahteraan rakyat, alat pendemokrasian ekonomi nasional, dan
salah satu urat nadi perekonomian Indonesia, serta alat Pembina insan masyarakat
untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam
mengatur tata laksana perekonomian rakyat. Dalam Undang-Undang No. 25 tahun
1992, fungsi dan peran Koperasi diperluas. Dimana fungsinya, yaitu membangun
dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
dan sosialnya, berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat, memperkokoh perekonomian rakyat sebagai


dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai
soko gurunya, dan berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonimian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Prinsip/ sendi koperasi menurut Undang-Undang No. 12 tahun 1967, yaitu
sifat keanggotaan sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia, rapat
anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pemimpin demokrasi dalam
koperasi, pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota, adanya
pembatasan bunga atas modal, mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya
dan masyarakat pada umumnya, usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka,
serta swadaya, swakarta, dan swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar
percaya pada diri sendiri. Dalam Undang-Undang No. 25 tahun 1992 dijelaskan
bahwa prinsip koperasi, yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka,
pengelolaan dilakukan secara demokrasi, pembagian SHU dilakukan secara adil
sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang
terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, dan kerja sama
antar koperasi. Dari kedua Undang-Undang tersebut, prinsip koperasi yang
dikemukakan terdapat banyak kesamaan. Hanya saja dalam Undang-Undang No.
25 tahun 1992 ditambahkan pendidikan koperasi dan kerjasama antar koperasi.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Koperasi sebagai suatu badan usaha yang menjalankan perusahaan,
memiliki tujuan utama untuk mensejahterakan anggotanya. Kesejahteraan
anggota dapat dilihat secara batiniah maupun lahiriah. Kesejahteraan anggota
merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan koperasi sehingga anggota
dapat ikut berpartiipasi dan partisipasi tersebut menimbulkan dampak positif

dari pelaksanaan kegiatan usaha koperasi. Hal tersebut dapat meningkatkan


nilai tambah koperasi apabila sesuai dengan tujuan koperasi dan koperasi
melaksanakan kinerja dengan baik, sehingga kesejahteraan anggota tersebut
dapat terus menerus dicapai oleh koperasi.
Usaha dan upaya mensejahterakan anggota dapat dilakukan dengan
memperhatikan beberapa aspek hukum koperasi dalam menjalankan usahanya.
Sehingga bergantung pada asas/prinsip, kaidah/norma, lembaga, dan proses
dalam perkoperasiaan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan hukum
koperasi di Indonesia, yang mempengaruhi koperasi dalam menjalankan
usahanya untuk promosi anggota. Peraturan mengenai Koperasi dimulai dari
Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian, kemudian diubah
dengan undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian sebagai pengganti Undang-Undang No. 14 tahun 1965. Dan
yang terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Dalam perkembangannya, Undang-Undang No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian sampai sekarang masih digunakan sebagai ketentuan
yang mengatur masalah koperasi di Indonesia. Ketentuan-ketentuan dalam
undang-Undang tersebut masih relevan untuk digunakan sebagai dasar
pengaturan koperasi karena memiliki empat aspek hukum koperasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2006.
Abdulkadir Muhammad, Hukum Koperasi, Alumni, Bandung, 1982.
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Sembiring, Sentosa, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.
Soedjono

Dirdjosisworo,

Hukum

Perusahaan

Mengenai

Bentuk-bentuk

Perusahaan (Badan Usaha) di Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung,


1997.

Perundang-undangan Republik Indonesia :


Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1967 Tentang PokokPokok Perkoperasian.
Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor

25

Tahun

1992

Perkoperasian

MAKALAH HUKUM PERUSAHAAN


PERKEMBANGAN PENGATURAN PENDIRIAN
KOPERASI DI INDONESIA

Tentang

OLEH :

Nama

: HARITRI GRATA JOHNI ARIFIN PUTRI

NPM

: 11010211400108

Dosen

: Prof. DR.SRI REDJEKI HARTONO., SH


BUDIHARTO, SH.,M.S

Kelas

: AI

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

Anda mungkin juga menyukai