Anda di halaman 1dari 9

Transportasi

ANALISIS KINERJA DAN PEMETAAAN ANGKUTAN UMUM (MIKROLET ) DI


KOTA MAKASSAR ( STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM TRAYEK A,C, G, J, S )
(136T)
Syafruddin Rauf1, Ahmad Faisal Aboe 1,
1

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UnhasJl.Perintis Kemerdekaan Km 10


Tamalanrea MakassarEmail : syafrauf@yahoo.co.id
21
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UnhasJl.Perintis Kemerdekaan Km 10
Tamalanrea MakassarEmail : a_faisalaboe@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kota Makassar Sebagai salah satu kota terbesar Indonesia timur dan menjadi pusat kegiatan
masyarakat disektor perdagangan, perindustrian, dan pendidikan di Sulawesi Selatan. Angkutan
umum sebagai salah satu sarana transportasi perkotaan bagi masyarakat sangat memegang peranan
penting dalam pergerakan lalulintas masyarakat. Kinerja angkutan umum merupakan tolok ukur
dalam menilai operasional dalam melayani penguna/masyarakat.
Tujuan dari studi ini adalah : (1) Menganalisa kinerja angkutan umum (mikrolet) di kota Makassar
khususnya trayek A, C, G, J, S; (2) Menganalisis demand jalur angkutan Umum dengan peta buffer
dengan program Quantum gis open source. Metodologi penelitian berupa survey quisioner untuk
mengetahui persepsi pengguna angkutan umum. Dan survey dan pemetaan jalur angkutan umum
menggunakan alat survey GPS.
Kinerja angkutan umum berdasarkan standar world Bank (1986), maka dapat dikatakan untuk trayek
A,C,G memiliki kecepatan, waktu perjalanan, Load Factor, dan Availability yang baik jika
dibandingkan dengan standar world bank,.. Dan untuk trayek J memiliki kecepatan, waktu tunggu
penumpang yang dan headway yang baik, sedangkan waktu perjalanan, dan availability masih cukup
dalam standar pelayanan angkutan umum, sedangkan load factor, dan utilisasi masih kurang baik
dalam pelayanan angkutan umum jika dibandingkan dengan standar world bank. Dan untuk trayek S
memiliki headway yang baik, sedangkan waktu perjalanan, kecepatan perjalanan, availability dan
waktu tunggu penumpang masih cukup dalam standar pelayanan angkutan umum, sedangkan load
factor, dan utilisasi masih kurang baik dalam pelayanan angkutan umum jika dibandingkan dengan
standar world bank. Jalur trayek angkutan umum telah dipetakan dan dianalisis demand angkutan
umum berdasarkan wilayah kecamatan dengan metode buffer quantum gis open source.
Kata kunci: Angkutan Umum, Pemetaan, Quantum GIS, Kota makassar

1. PENDAHULUAN
Kota Makassar salah satu kota terbesar Indonesia timur dan menjadi pusat kegiatan masyarakat di sektor
perdagangan, perindustrian, dan pendidikan di Sulawesi Selatan. Seiring dengan perkembangan, Jumlah Penduduk
di kota Makassar terus bertambah dari tahun ke tahun, dan telah mencapai 1. 191.4 jiwa dengan luas wilayah 175,78
km2, demikian pula dengan aktifitas masyarakat yang terus meningkat, sehingga kebutuhan akan sarana dan
prasarana angkutan umum makin mendesak hal ini yang mendorong pemerintah daerah terus mengupayakan
penyediaan sarana dan prasarana kota untuk memberikan pelayanan transportasi guna mendukung kegiatan
masyarakat di Makassar. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan pemerintah daerah demi menunjang
kelancaran mobilitas masyarakat adalah jasa angkutan umum.
Angkutan umum sebagai salah satu prasarana transportasi perkotaan bagi masyarakat sangat memegang peranan
penting, akan tetapi jumlah kendaraan angkutan umum dari waktu ke waktu terus bertambah bahkan jumlahnya
melebihi daripada kebutuhan masyarakat, hal tersebut tidak diimbangi dengan pertambahan prasarana transportasi
yang berkaitan langsung dengan hal itu seperti ; terminal kota, halte, . ditambah lagi tindakan yang kurang disiplin
oleh pengemudi angkutan umum dalam menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan, hal ini mengakibatkan
kemacetan di ruas-ruas jalan yang dilalui angkutan umum makin macet.dan kecelakaan lalu lintas, yang kian hari
kian meningkat. Umumnya dampak yang ditimbulkan langsung dirasakan oleh penumpang dan pengguna kendaraan
umum, penumpang akan terasa terganggu dalam perjalanan karena kepadatan yang meningkat, padahal seemestinya
penumpang mendapatkan pelayan yang aman dan nyaman, waktu perjalanan singkat, kenyamanan dalam angkutan
umum, dan ongkos yang terjangkau.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 103

Transportasi

Masalah Angkutan Umum tersebut juga terjadi dalam lingkup trayek A, C, G, J, S. Penyedian prasarana dan sarana
angkutan umum oleh Pemerintah Kota Makassar sangat terbatas dan belum berkembang dengan baik. Penyedian
sarana angkutan umum dalam hal ini trayek non kampus dilayani oleh moda mikrolet (pete-pete) dengan standard
kapasitas 12 tempat duduk. Berhubung dengan keterbatasan itu, maka pelayanan angkutan umum di kota Makassar
belum optimum.
Mengingat kondisi diatas, apabila tidak ditangani secara serius, akan semakin buruk dan pengaruh yang ditimbulkan
semakin meluas, sehingga perencanaan operasional pelayanan angkutan umum harus dilakukan sebaik mungkin.
Selain itu, pelayanan yang sudah ada pun perlu dievaluasi dari waktu ke waktu untuk dapat memahami apakah
pelayanan yang diberikan masih memadai atau sudah perlu ditingkatkan. Perencanaan pelayanan angkutan umum
dan evaluasi kinerjanya hanya dapat dilakukan berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan akurat. Data dan
informasi yang dibutuhkan akan diperoleh melalui proses pengumpulan data yang cukup komprehensif. Serta
perlunya juga pemetaan jaringan trayek angkutan umum untuk melihat tingkat pelayanan dan kebutuhan angkutan
umum disuatu tempat.

2. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitiAdapun maksud dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui kinerja angkutan umum di kota Makassar berdasarkan efektifitas dan :
Menganalisa persepsi pengguna angkutan umum mikrolet berdasarkan indikator tingkat kepuasan pengguna
mikrolet.
Menganalisa kinerja angkutan umum (mikrolet) di kota Makassar khususnya trayek A, C, G, J, S berdasarkan
indikator efektifitas dan efisiensi angkutan umum mikrolet.
Menganalisa tingkat kebutuhan suatu trayek dengan cara buffer
dengan menggunakan aplikasi Quantum
G.I.S Open Source.

3. TINJAUAN PUSTAKA
Transportasi
Transportasi perkotaaan merupakan satu kesatuan dari pada elemen-elemen yang saling mendukung dan
bekerjasama dalam pengadaan transportasi untuk melayani wilayah perkotaan.
Komponen-komponen utama transportasi adalah:
Manusia dan barang (yang diangkut)
Kendaraan dan Peti Kemas (alat angkut)
Jalan (tempat alat angkut bergerak)
Terminal (tempat memasukkan dan mengeluarkan yang diangkut kedalam dan dari alat angkut)
Sistem pengoperasian (yang mengatur 4 komponen di atas)
Batasan sistem transportasi kota secara umum adalah gabungan elemen-elemen jalan dan terminal, kendaraan dan
sistem pengoperasian yang saling berkait dan bekerjasama dalam mengantisipasi permintaaan dari manusia dan
barang yang melayani wilayah perkotaan. Transportasi kota sebagai tulang punggung terlaksananya berbagai
aktifitas kota merupakan suatu sistem berkarateristik dinamis dalam konteks spasial. Secara defenitif transportasi
kota terbentuk oleh kebutuhan, sistem transportasi kelembagaan yang selanjutnya diturunkan dalam bentuk
kebijakan transportasi kota.

Angkutan Umum
Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Angkutan umum massal adalah layanan jasa angkutan yang memilki trayek dan jadwal yang tetap. Dalam hal
massal, biaya angkutan umum menjadi beban tanggungan bersama, sehingga sistem angkutan umum menjadi efisien
dalam biaya karena sangat murah. Peranan angkutan umum itu sendiri adalah melayani kepentingan mobilitas
masyarakat dalam melakukan kegiatannya. Aspek lain pelayanan angkutan umum adalah peranannya dalam
pengendalian lalu lintas, penghematan energi dan pengembangan wilayah. Karena melibatkan banyak orang maka
pengguna harus memilki kesamaan dalam berbagai hal antara lain: asal, tujuan, lintasan dan waktu. Berbagai
kesamaan ini pada akhirnya akan menimbulkan berbagai masalah keseimbangan antara ketersediaan dan
permintaan. Pelayanan angkutan umum akan berjalan dengan baik apabila dapat tercipta keseimbangan antara
sediaan dan permintaan (Warpani,1990,h.171). Adapun jenis angkutan umum berdasarkan dari segi kualitas dan
kapasitas:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 104

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

Hubungan antara trayek dan jenis pelayanan/jenis angkutan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 1: Hubungan antara trayek dan jenis pelayanan/jenis angkutan

Berdasarkan sifat pelayanan angkutan dapat dikategorikan dalam 2 jenis, yaitu:



Pelayanan non-ekonomi
Pelayanan ekonomi
Tabel 2. Penentuan jenis angkutan berdasarkan ukuran kota dan trayek

Jaringan trayek
Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum, Dephub (2002) dinyatakan bahwa
jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor dalam penetapannya, yaitu:



Pola Tata guna lahan


Pola pergerakan penumpang angkutan umum
Kepadatan penduduk
Daerah pelayanannya

Klasifikasi Rute Angkutan Umum


Ditinjau dari peranannya dalam struktur jaringan jalan rute dapat diklasifikasin berdasarkan tipe pelayanan, tipe
jaringan dan rute berdasarkan beban pelayanan yang diberikan. Berdasarkan tipe perjalanan, rute dikelompokkan
menjadi 4 jenis, yaitu:



Rute tetap.
Rute tetap dengan deviasi khusus
Rute dengan batasan koridor
Rute dengan deviasi penuh

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 105

Transportasi

Jika ditinjau dari pendekatan efesiensi, penentuan rute yang baik adalah rute yang mampu menawarkan pelayanan
yang maksimal pada daerah pelayanannya kepada penumpang dengan biaya operasi yang serendah mungkin.
Sedangkan jika ditinjau dari pendekatan efektifitas, penentuan rute yang baik adalah rute yang mampu menyediakan
pelayanan yang semaksimal mungkin pada daerah pelayanan kepada penumpang dengan penggunaan sumber daya
yang ada.

Tipe Jaringan
Berdasarkan tipe jaringan jalan, rute angkutan umum dapat dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu bentuk grid, linear,
radial, territorial, dan bentuk modifikasi radial.




Pola Jaringan Grid (Orthogonal)


Pola Jaringan Linear
Pola jaringan rute radial
Pola jaringan territorial
Pola jaringan modifikasi radial

Indikator dan Karakteristik Angkutan Penumpang


Karakteristik angkutan penumpang meliputi tingkat pelayanan dan operasionalnya yang mengacu pada efektifitas
dan efisiensi dari angkutan kota tersebut antara lain:

Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem
jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan dan kemudahan
mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut
dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Tamin, 2000). Ada yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat
dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua
tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas antara keduanya itu rendah.
Jadi tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan
tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata.
Berikut ini adalah skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal yang diterangkan mengenai
aksesibilitas pada tabel. (Tamin, 2000)

Kapasitas (Jumlah Mikrolet yang Beroperasi per Panjang Trayek )


Kapasitas adalah banyaknya mikrolet yang beroperasi yang melayani ruas jalan (trayek) per panjang trayek tertentu.
(Nur Chalimi, ST, dkk,1998,h.261).

Kecepatan dan waktu tempuh

Kecepatan didefenisikan sebagai perbandingan antara jarak yang ditempuh dengan waktu yang diperlukan untuk
menempuh jarak tersebut. Sedangkan waktu tempuh adalah waktu yang ditempuh untuk menempuh suatu
perjalanan. Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam km/jam atau dapat dinyatakan dengan
rumus (Hobbs; 1995,h. 60) :

Headway (Waktu Antara) dan Waktu Tunggu

Headway yaitu waktu antara kedatangan atau keberangkatan dari kendaraan pertama dan kedatangan atau
keberangkatan dari kendaraan berikutnya yang diukur pada suatu titik tertentu. (Napitupulu, 1999,h. 49)
Besaran waktu tunggu ditentukan oleh headway angkutan kota dari terminal, ukuran angkutan kota, waktu tempuh
angkutan kota dan faktor muatan angkutan tersebut. Hubungan waktu tunggu berdasarkan headway rata-rata
keberangkatan angkuta kota dari terminal dengan asumsi penumpang dapat naik pada angkutan kota yang pertama
datang.
Kapasitas Operasi (Availability)
Availability adalah persentase jumlah angkutan umum yang rata-rata beroperasi dibandingkan dengan jumlah
angkutan umum yang memilki banyak trayek (jumlah angkutan umum yang ada). (Nur Chalimi, ST, dkk, h.263).

Load Factor (Faktor Muat)


Load Factor atau biasa disebut faktor muat adalah perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan
kapasitas tempat duduk penumpang di dalam kendaraan periode waktu tertentu. Tujuan dari perhitungan load factor

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 106

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

ini nantinya akan diketahui apakah setiap kendaraan dari trayek mampu mengangkut penumpang dalam kapasitas
maksimal setiap kendaraan tersebut. Tinggi dan rendahnya nilai dari load factor memiliki hubungan terbalik antara
pengguna jasa dengan pengelola.
Standar Pelayanan
Untuk mengetahui apakah angkutan umum tersebut sudah berjalan dengan baik atau belum, dapat dievaluasi dengan
memakai indikator kendaraan angkutan umum baik dari standar world bank atau standar yang telah ditetapkan
pemerintah. Untuk indikator standar pelayanan kendaraan umum dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3: Indikator Kinerja Angkutan Umum

Quantum GIS Open Source


Quantum GIS (QGIS) adalah sebuah aplikasi Geographical Information System (GIS) sumber terbuka dan lintas
platform yang dapat dijalankan disejumlah sistem operasi termasuk Linux. QGIS juga memiliki kemampuan untuk
bekerjasama dengan paket aplikasi komersil terkait. QGIS menyediakan semua fungsionalitas dan fitur-fitur yang
dibutuhkan oleh Pengguna GIS pada umumnya.
Menggunakan plugins dan fitur inti (core features) dimungkinkan untuk menvisualisasi (meragakan) pemetaan
(maps) untuk kemudian diedit dan dicetak sebagai sebuah peta yang lengkap. Pengguna dapat menggabungkan data
yang dimiliki untuk dianalisa, diedit dan dikelola sesuai dengan apa yang diinginkan.
Konversi ke format internal khusus tidak diperlukan umtuk melihat (viewing) maupun menggabungkan (overlaying)
data yang berasal dari format-forma lain yang berbeda. Quantum GIS mendukung banyak tipe format termasuk yang
banyak digunakan dan didukung oleh pustaka OGR Library, digital elevation models, landsat imagery dan aerial
photography.
Antarmuka yang ramah pengguna membantu pengguna dalam pembuatan peta, menjelajahi data spasial secara
interaktif memanfaatkan beraneka tools seperti overview panel, spatial bookmarks, vector diagram overlay and
layering. Pengguna dapat membubuhkan label hak cipta di peta hasil buatannya sebagai proteksi, menambahkan
kemudahan menyimak peta tersebut. Quantum GIS mendukung pengguna GPS tools untuk menggunggah
(upload) atau mengunduh (download) data langsung ke unit GPS. Pengguna juga dapat mengknversi format-format
GPS ke format GPX atau melakukan import dan export terhadap data format GPX yang ada.

6. METODOLOGI
Adapun metodologi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 107

Transportasi

Gambar 1: Metodologi Penelitian

7. HASIL DAN PEMBAHASAN


Trayek Angkutan Umum
Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan diperoleh jalur gerak (rute) angkutan umum kota makassar
trayek A,C,J,G,S

Gambar 2: Trayek A, C dan Buffer GIS Angkutan Umum

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 108

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

Gambar 3: Trayek J,G dan Buffer GIS Angkutan Umum


Penyedian Jasa Angkutan Umum
Pengadaan angkutan penumpang angkutan umum dikota makassar diselenggrakan oleh perangkutan penumpang PD.
Terminal Metro Makassar Metro yang merupakan MPU dengan jumlah tempat duduk untuk penumpang 12 tempat
duduk. Adapun jumlah armada angkutan umum yang kami teliti yaitu :
Trayek A : 165 unit
Trayek C : 220 unit
Trayek G : 348 unit
Trayek J : 200 unit
Trayek S : 221 unit
Angkutan umum khususnya mikrolet bertujuan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat
pengguna jasa mikrolet. Kepuasan pengguna angkutan umum dalam hal ini memiliki beberapa faktor yang dapat
dinilai Dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengguna jasa angkutan umum melalui kuisioner sebanyak
294 eksamplar. Adapun dalam kuisioner tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan langsung
terhadap kepuasan pengguna jasa mikrolet dan juga kepada supir angkutan mikrolet tersebut yang disebar ke trayektrayek angkutan umum kode A, C, G, J, S, dalam jangka waktu 2 hari yang terdiri dari hari kerja dan hari non-kerja
(libur). Adapun hasil yang diperoleh dari kuisioner tersebut mengena kepuasaan pengguna jasa angkutan umum
adalah sebagai berikut:
Tabel 4: Tingkat Pelayanan Angkutan mikrolet

Analisa Tingkat Pelayanan Angkutan Umum


Dalam analisis ini akan dilakukan identifikasi terhadap kualitas operasional angkutan umum di kota makassar.
Parameter yang dipakai sesuai standar Departemen perhubungan, sebagai berikut :
Aksesibilitas
Parameter aksesibilitas dapat ditentukan dengan jarak antara tempat tinggal ke tempat pengambilan angkutan
umum, waktu tempuh yang digunakan, dan moda yang digunakan namun dalam penelitian ini diasumsikan bahwa
untuk menentukan aksesibilitasnya digunakan parameter jarak untuk menentukan aksesibilitas. Berdasarkan
penentuan jarak tempat tinggal dengan menggunakan aplikasi Quantum GIS open Source ke tempat pengambilan
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 109

Transportasi

angkutan mikrolet dimana menggunakan buffer 500 maka dapat diperoleh hasil bahwa berdasarkan sampel trayek
yang diambil dimana luas wilayah aksesibilitas suatu trayek tercakupi dari total luas kecamatan. Sehingga diperoleh
untuk trayek A, dengan tingkat aksesibilitas tinggi yaitu dengan cakupan luas 93.96% di kecamatan wajo, 77.69% di
kecamatan ujung pandang yang terlayani. Sedangkan untuk aksesibilitas sedang yaitu kecamatan mamajang dengan
50.79% luas wilayah yang terlayani dari kecamatan mamajang. Untuk aksesibilitas rendah yaitu tamalate 9.76% .
Berdasarkan gambar dari Buffer setiap trayek diatas, maka diperoleh hasil luas area buffer atau luas area pelayanan
angkutan mikrolet sebagai berikut:
Tabel 5: Buffer GIS Trayek angkutan Umum

Tabel 6: Indikator Trayek angkutan Umum

Jadi melihat tabel Perbandingan antara hasil analisa dengan perbandingan standar world bank dan dirjen
perhubungan darat diatas tentang kinerja angkutan umum, maka dapat disimpulkan untuk trayek A memiliki
kecepatan, waktu perjalanan, Load Factor, dan Availability yang baik diantara trayek lain, sedangkan untuk
headway semua trayek memenuhi standar world bank dan dirjen perhubungan darat tapi yang paling baik ialah
trayek J, dan utilisasi semua trayek tidak ada yang memenuhi standar world bank dan dirjen perhubungan darat, tapi
yang paling mendekati ialah taryek G, sedangkan yang terakhir ialah waktu Tunggu penumpang, yang paling baik
dalam indikator tersebut ialah trayek G. Dan secara garis besar dapat disimpulkan kalau trayek A yang paling baik
diantara trayek yang lainnya kalau dibandingkan dengan standar world bank dan dirjen perhubungan darat.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

T - 110

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Transportasi

8. KESIMPULAN
Berdasarkan kinerja angkutan umum yang telah ditinjau dengan standar world Bank (1986), maka dapat dikatakan
untuk trayek A memiliki kecepatan, waktu perjalanan, Load Factor, dan Availability yang baik jika dibandingkan
dengan standar world bank, sedanngkan untuk headway dan waktu tunggu penumpang untuk trayek A, masih cukup
dalam standar pelayanan angkutan umum dan utilisasi untuk trayek A masih kurang baik jika dibandingkan standar
world bank. Dan untuk trayek C memiliki kecepatan dan waktu tunggu penumpang yang baik, sedangkan waktu
perjalanan, headway, dan availability masih cukup dalam standar pelayanan angkutan umum, sedangkan load factor,
dan utilisasi masih kurang baik dalam pelayanan angkutan umum jika dibandingkan dengan standar world bank.
Dan untuk trayek G memiliki kecepatan, waktu perjalanan, dan headway yang baik, sedangkan availability dan
waktu tunggu penumpang, masih cukup dalam standar pelayanan angkutan umum, sedangkan load factor, dan
utilisasi masih kurang baik dalam pelayanan angkutan umum jika dibandingkan dengan standar world bank. Dan
untuk trayek J memiliki kecepatan, waktu tunggu penumpang yang dan headway yang baik, sedangkan waktu
perjalanan, dan availability masih cukup dalam standar pelayanan angkutan umum, sedangkan load factor, dan
utilisasi masih kurang baik dalam pelayanan angkutan umum jika dibandingkan dengan standar world bank. Dan
untuk trayek S memiliki headway yang baik, sedangkan waktu perjalanan, kecepatan perjalanan, availability dan
waktu tunggu penumpang masih cukup dalam standar pelayanan angkutan umum, sedangkan load factor, dan
utilisasi masih kurang baik dalam pelayanan angkutan umum jika dibandingkan dengan standar world bank.

Hasil zona buffer angkutan mikrolet menggunakan GIS Open Source

Dengan menggunakan aplikasi GIS open source maka dapat diperoleh daerah atau besaran luas pelayanan angkutan
mikrolet yang telah tercakupi wilayahnya di kecamatan kota Makassar dengan menggunakan buffer 500
sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa wilayah
Makassar telah terjangkau dengan moda transportasi angkutan mikrolet.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,2002, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di
Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, Departemen Perhubungan Darat. Jakarta.
Hoobs, F.D (1995), Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University Pers. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Perhubungan, KM35 Tahun 2003. Menteri Perhubungan (2003)
Makassar Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik. Makassar (2010)
Morlok, E. K, (1985), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga. Jakarta
Rauf, S (2012), Pemetaan Rute demand angkutan umum kampus universitas hasanuddin Makassar berbasis
Quantum Gis Open Source. Paper FSTPT. Makassar
AD, Ana.F Dan Mashuri (2010), Studi Kebutuhan Angkutan Umum Penumpang Perkotaan di Kota Palu (Studi
kasus: Trayek Mamboro - Manonda). Palu
Situmeang, P (2008), Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus :
Angkutan Umum Trayek Medan Tarutung). Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
Alberto, J, ( 2008 ), Rasionalisasi Angkutan Kota. FT UI.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

T - 111

Anda mungkin juga menyukai