LEMAK
OLEH :
(1311105001)
(1311105003)
(1311105013)
(1311105021)
Meilya Cahyani
(1311105024)
(1311105027)
Sifa Fauziah
(1311105032)
(1311105043)
Aini Amalia
(1311105056)
BAB I
PENDAHULUAN
Bilangan peroksida
Asam lemak bebas dalam lemak/minyak mudah mengalami reaksi
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Becker glass
3. Labu takar
4. Pipet volume
5. Buret
6. Timbangan
7. Corong
8. Sendok
9. Kertas saring
2.2 Bahan
1. Minyak goreng baru
2. Minyak goreng tengik
1. Ditimbang 5 gr sampel
2. Dilarutkan dalam 30 ml campuran larutan dari asam asetat glasial
dan klorofom
3. Ditambahkan larutan KI jenuh sebanyak 0.5 ml
4. Ditambahkan aquadest sebanyak 30 ml dan dikocok
5. Dititrasi larutan dengan larutan standar natrium Tiosulfat 0.1 N
6. Dititrasi hingga warna biru hilang
7. Dihitung bilangan peroksida yang terdapat dalam minyak
Diagram Alir
Didiamkan dalam ruang gelap/ dibungkus dengan aluminium foil selama 30 menit
Ditambahkan 30 ml aquadest
Pembuatan Blanko:
Diamkan dalam ruang gelap/ dibungkus dengan aluminium foil selama 30 menit
Ditambahkan 30 ml aquadest
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Jenis minyak
Berat minyak
V1
V0
Bilangan perioksida
Minyak segar
5,017 gr
0,4
0,1
0,1
5,979 miliekivalen/kg
5,093 gr
0,3
0,1
0,1
3,926 miliekivalen/kg
gr
0,4
0,1
0,1
6 miliekivalen/kg
gr
0,45
0,1
0,1
7 miliekivalen/kg
Minyak tengik
( 10 ) 1000
Keterangan :
V1
V0
Minyak Segar 1 =
Minyak Segar 2 =
=
=
30
5,017
20
5,093
= 5,979 miliekivalen/kg
= 3,926 miliekivalen/kg
= 4,9525 miliekivalen/kg
Minyak Tengik 1 =
Minyak Tengik 2 =
=
=
30
5
= 6 miliekivalen/kg
35
5
= 7 miliekivalen/kg
13
2
= 6,5 miliekivalen/kg
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum uji kandungan peroksida yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kerusakan pada minyak goreng. Bilangan
peroksida dalam minyak goreng segar adalah 4,9525 milieqiuvalen/kg dan
minyal goreng tengik adalah 6,5 milieqiuvalen/kg dapat diketahui bahwa
bilangan peroksida pada minyak tengik lebih tinggi dibandingkan minyak
segar. Artinya minyak goreng tengik yang digunakan telah rusak
ditunjukkan dengan tingginya nilai bilangan peroksida dalam sampel
minyak goreng tengik. Tingginya bilangan peroksida karna diduga
terjadinya reaksi oksidasi.
Reaksi oksidasi lemak terutama terjadi pada lemak/minyak yang
mengandung ikatan rangkap. Reaksi oksidasi lemak melalui tiga tahap
reaksi, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Reaksi oksidasi lemak
merupakan reaksi auto-oksidasi karna radikal bebas ROO yang terbentuk
akan memicu pembentukan radikal bebas baru dari asam lemak tidak jenuh
(Kusnandar, 2011).
Reaksi oksidasi melalui beberapa tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap
propagasi dan terminasi. Radikal bebas yang terbentuk ditahap awal reaksi
(tahap inisiasi) dapat bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan senyawa
peroksida. Keberadaan senyawa peroksida ini digunakan sebagai indikator
terjadinya oksidasi lemak/minyak (Kusnandar, 2011).
Ikatan rangkap asam lemak yang terikat struktur lemak/minyak
mudah teroksidasi oleh oksigen. Reaksi oksidasi ini akan memicu
pembentukan produk primer, sekunder dan tersier yang bersifat volatil
sehingga menyebabkan lemak atau produk yang mengandung lemak
menjadi berbau tengik dan tidak layak untuk dikonsumsi (Kusnandar,
2011).
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Lemak dan minyak merupakan bagian dari kelompok lipid, yaitu kelompok
lipid sederhana yang disusun oleh dua komponen utama, yaitu asam lemak dan
gliserin.
4.2 Tingginya bilangan peroksida menunjukan bahwa jumlah peroksida semakin
banyak dan dapat diduga bahwa tingkat reaksi oksidasi semakin tinggi.
4.3 Dari hasil pratikum ini bilangan peroksida pada minyak goreng tengik tinggi
dibandingkan minyak goreng segar menunjukan bahwa jumlah peroksida
minyak goreng tengik banyak dan reaksi oksidasi yang terjadi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnandar, F. 2011. Kimia Pangan Komponen Makro. Edisi ke-1. PT. Dian
Rakyat : Jakarta.
Mulasari, S. A dan Utami, R.R. 2012. Kandungan Peroksida Pada Minyak Goreng
Di Pedagang Makanan Gorengan Sepanjang Jalan Prof. Dr. Soepomo
Umbulharjo Yogyakarta Tahun 2012. ISSN : 9772302139009. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Ahmad Dahlan, Yogyakarta: 120-123.