Anda di halaman 1dari 2

Perubahan Degeneratif Rongga Mulut Pada Lansia

Dengan bertambahnya usia, lapisan epitel yang menutupi mukosa


mulut cenderung mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi,
berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah, serta serabut
kolagen yang terdapat pada lamina propria akan mengalami
penebalan.(Hasibuan, 1998)
Secara klinis mukosa terlihat lebih pucat, tipis dan kering, proses
penyembuhan menjadi lambat, mukosa mulut lebih mudah
mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan. Hal ini karena
berkurangnya aliran saliva pada lansia. (Hasibuan, 1998))
Kelainan sistemik juga dapat berakibat kelainan yang menimbulkan
manifestasi di dalam rongga mulut.(Ernawati, 1997)
Perubahan perubahan pada gigi dan mulut yang sering terlihat pada
lansia adalah:
2.2.1. Gigi
Dengan bertambahnya usia email akan berwarna gelap dentin akan
menjadi rapuh pada akar gigi yang disebut translucent dentin.
Pengecilan ruang pulpa sehingga sulit diidentifikasi dan terkadang
terjadi hipersementosis atau menyatunya tulang dengan akar gigi.
Volume pulpa berkurang, pada usia 75 tahun ruang pulpa menhilang
secara total.
Atrisi pada gigi akibat cara menyikat gigi yang salah menjadikan rasa
ngilu pada gigi yang disebabkan email yang terkelupas
2.2.2. Keratosis
Ditandai dengan adanya penebalan berwarna putih pada mukosa
mulut, tidak dapat dihapus dengan sapuan kapas maupun jari. (Franks
and Hedegard, 1973) biasa dijumpai dan sering dapat dibuktikan
berhubungan dengan cengkeraman gigi tiruan, tepi yang kasar dari
gigi tiruan atau fraktur gigi, pada perokok berat dan juga pada
mukosa bukal yang berhadapan dengan gigi.( Ernawati, 1997)
Keratosis sebagian besar bersifat jinak tetapi dapat berpotensi
menjadi ganas (Ernawati, 1997). Prevalensinya laki-laki lebih banyak
daripada perempuan. (Franks and Hedegard, 1973).
2.2.3. Lidah
Pada orang tua membran mukosa menjadi atropi, epitel lebih tipis dan
kurang berdiferensiasi disertai peningkatan jaringan kolagen.
Permukaan punggung lidah cenderung menjadi lebih licin dan papila
mengalami atropi dan sering terbentuk disura yang dalam dan
ekstensif (Bates dkk, 1984). Sensasi rasa dalam mulut akan berkurang
sesuai dengan usia. Jumlah putik kecap tidak berkurang secara
bermakna tetapi ambangnya meningkat terhadap rasa asin dan pahit.
Tidak ada perubahan terhadap rasa manis dan asam

2.2.4. Temporo mandibular joint (TMJ)


Permukaan sendi TMJ menjadi licin akibat proses degeneratif,
kondilus mandibula mengecil sehingga pergerakan sendi menjadi
lebih lemah. Selain itu aktifitas proprioseptif pada otot menurun yang
menyebabkan pengaturan gerakan pada sendi temporomandibular.
2.2.5. Saliva
Di dalam rongga mulut terdapat tiga pasang kelenjar saliva yaitu,
kelenjar parotis, submandibula dan sublingual. Serta beberapa
kelenjar kecil seperti kelenjar labial, palatal, dan bukal dengan fungsi

primer sebagai penghasil saliva.


Saliva memegang peranan penting dalam kesehatan mulut karena
memiliki komponen anti bakteri dan antifungi yang sangat berguna
untuk mempertahankan keseimbangan flora dalam mulut. Selain itu,
saliva berperan dalam mempertahankan pH dalam rongga mulut
secara langsung melindungi gigi geligi.
Saliva mengandung Kalsium, garam fosfat, dan berbagai protein yang
membantu remineralisasi gigi.
Dengan berubahnya usia terjadi perubahan histologik secara
kualitatif dan kuantitatif antara lain atropi jaringan akinar,
proliferasi elemen duktus, dan perubahan degeneratif lainnya.
Sehingga sekresi saliva menurun dengan bertambahnya usia,
sehingga mudah terjadi karies gigi, gigi mudah tanggal, mukosa
mulut terasa kering, dan mudah terjadi infeksi.
Pembentukan dan pergerakan makanan di dalam mulut menjadi lebih
sukar sehingga menimbulkan disfagia dan nikmat makanan pun
menjadi berkurang. Akhirnya berbagai keadaan tersebut
menyebabkan gangguan pola makan yan sering menimbulkan
kekurangan gizi.
Aliran saliva menurun pada usia di atas 60 tahun, bahkan pada wanita
sudah mulai berkurang sesudah menopause. Rangsangan makanan
dapat memberikan penetrasi terhadap mukosa sehingga menimbulkan
rasa panas terbakar, gataldan diduga sebagai penyebab terjadinya
karsinoma.
2.2.6. Gusi
Pada usia di atas 65 tahun sering ditemukan radang gusi dan kantong
gusi yang dalam disekitar gigi (Bates dkk,1984). Dengan
bertambahnya usia, gusi secara bertahap menyusut, sehingga akar
gigi terbuka.sehingga akan terasa ngilu. Respon Jaringan Periodontal
Ada berbagai perubahan terkait usia yang terjadi pada imunitas tubuh
dan respon peradangan yang dapat mempengaruhi ketahanan
periodonsium terhadap bakteri plak. Respon imun terhadap plak
berkurang pada lansia. Gambaran klinis perubahan jaringan
periodonsium pada pasien geriatric :
1.Epitel mulut bertambah tipis, kurang berkeratin, dan terdapat
peningkatan kepadatan sel.
2.Komponen serabut dan sel pada ligamen periodontal berkurang dan
strukturnya tidak teratur. Sehingga mengakibatkan
ligament periodontal melebar dan meningkatnya mobilitas gigi.
3.Terjadinya peningkatan ketebalan dan ketidakteraturan permukaan
sementum di gigi, sehingga memudahkan terjadinya
penumpukan plak.
4.Tulang alveolar menunjukkan perubahan yang mencakup
meningkatnya jumlah lamella interstitial, menghasilkan septum
interdental yang padat, dan menurunnya jumlah sel pada lapisan
osteogenik pada fasia kribosa.
2.3. Penyakit di dalam rongga Mulut
Pada lansia dengan kebersihan mulut kurang terpelihara, dapat timbul
karies pada bagian akar gigi, begitu juga dengan yang aliran
salivanya berkurang.
Lansia yang memakai gigi tiruan, dapat terjadi resorpsi tulang. Sering
terjadi trauma pada mukosa tempat gigi tiruan berada Atropi pada

lidah sering menyebabkan keadaan glositis superfisial (geographic


tongue). Keadaan ini tidak berhubungan dengan sistemik
Berbagai tumor dapat terjadi pada orang tua seperti tumor jinak
misalnya keratoachantoma. Lesi berupa plak putih pada mukosa
dengan terutama usia 50-80 tahun.
Perhatian terhadap kesehatan rongga mulut lansia sangatlah penting
dimana peningkatan kualitas kesehatan dan usia harapan hidup.
Saat ini jumlah lansia menjadi bertambah dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya dan masalah lansia ini akan dialami oleh setiap manusia
yang akan berkemBAng menjadi masalah yang lebih kompleks.
Kelompok lansia ini memerlukan perhatian yang khusus, karena
makin tua usia pertahanan dan perbaikan jaringan tubuh secara
bertahap menjadi kurang efektif
Pada proses penuaan terjadi penurunan fungsi organ tubuh sesuai
dengan peningkatan usia , seperti penurunan fungsi saluran
pernapasan, pembuluh darah, jantung, tulang, ginjal kulit, mata dan
telinga.
Mulut adalah tempat segala rasa dan awal masuknya makanan.
Kesehatan rongga mulut menjadi penting karena berpengaruh
pada asupan gizi yang dimakan oleh lansia. Kemampuan
mengunyah tidak hanya terletak pada gigi. tetapi juga organ
lainnya seperti TMJ, lidah, saliva, dan mukosa.
Temporomandibular join yang disingkat TMJ saling terkait dengan
komponen lainnya untuk proses mengunyah. Penyebab dislokasi TMJ

adalah akibat keausan pada condyl dan kehilangan gigi geraham


untuk mengunyah, mengharuskan lansia mengunyah dengan gigi
depan yang masih ada .
Kelainan TMJ ini sebenarnya dapat ditanggulangi dari promosi yang
dilakukan oleh dokter gigi pada saat sedini mungkin. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh lengkapnya gigi geligi. Sehingga penyuluhan dapat
dimulai pada masa sekolah dasar. Sehingga gigi dapat bertahan
sampai lanjut usia. Minimal dalam rongga mulut masih ada 18 gigi
karena dalam kondisi ini proses mengunyah maksimal.
Kelainan pada TMJ ini dapat dikurangi dan diatasi dengan pembuatan
gigi tiruan sehingga proses fungsional mengunyah dapat lebih baik
sehingga asupan gizi pada lansia mencukupi dan dislokasi mandibula
dapat di minimalisir.
Lidah pada lansia mengalami atropi akibat efek degeneratif. Papila
pada lidah menjadi tumpul yang mengakibatkan rasa pengecapan
berkurang bahkan rasa panas seperti terbakar.
Kebersihan rongga mulut pada lansia sering terabaikan sehingga
timbul kelainan pada gusi. Yang menyebabkan bau mulut dan
kerusakan pada gusi sehingga kualitas hidup lansia berkurang.
Keganasan pada rongga mulut yang biasanya terjadi pada lansia yang
mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok. Menjadi faktor
predisposisi keganasan.
Kelainan yang timbul akibat usia tua memberikan dampak sosio
ekonomi yang berupa perawatan yang kadang-kadang memerlukan
waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar. Hal tersebut
tidak hanya menjadi masalah bagi lansianya saja tetapi juga
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai