PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial
dan normal
dalam kehidupan manusia membiarkan pergi melepaskan dan terus melangkah terus terjadi
ketika individu menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan normal dengan
mengucapkan selamat tinggal kepada tempat orang, impian dan benda-benda yang
disayangi.Kehilangan memungkinkan individu berupa dan terus berkembang serta memenuhi
potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan diharapkan atau terjadi tiba-tibadan proses
berduka yang mengikutinya jarang terjadi dengan nyaman atau menyenangkan. Walaupun
tidak nyaman kehilangan kadang- kadang bermanfaat dan namun kehilangan juga dapat
menghancurkan individu.
Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka merupakan
aspek Asuhan Keperawatan yang sangat penting.Respon emosional dan spiritual klien saling
terkait ketika klien menghadapi penderitiaan dengan kesadaran akan kemampuan mengkaji
penderitaan klien,
perawat
dapat
meningkatkan
rasa
sejahtera.
Memberi
klien
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu
keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
2. Proses Kehilangan
a. Stress internal atau eksternal gangguan dan kehilangan individu memeberi
makna positi
kompensasi
dengan
perilaku
detruktif
merasa
bersalah
ketidakberdayaan.
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan adalah
pemberian makna ( personal meaning ) yang baik terhadap kehilangan ( Husnudzon )
dan ompensasi yang positif ( konstruktif )
4. Tipe Kehilangan
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak
dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa remaja,
lingkungan yang berharga.
c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan
berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit
terminal.
5. Lima Kategori Kehilangan
a.
Kehilangan hidup
1) Denial ( Mengingkari )
a) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan Tidak,
saya tidak percaya bahwa itu terjadi, itu tidak mungkin.
b)
Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian itu bisa
Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya sebagai
Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias di
tolak.
b) Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut,
atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga.
c) Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, susah tidur, letih,
dorongan libido menurun.
5) Acceptance (menerima)
a) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
b) Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan
tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
c) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang, kadang
klien ingin ditemani keluarga / perawat.
d) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti saya betul-betul
menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis juga, atau Sekarang
saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya baik.
c.
Repudiation ( Penolakan )
Recognition ( Pengenalan )
Reconciliation (Pemulihan /reorganisasi )
.
8. Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia
No
1.
Jenis Stressor
Gempa dan Tsunami di Aceh
Jenis Kehilangan
Rumah, orang yang berarti, pekerjaan,
bagian tubuh.
2.
Lumpur Lapindo
3.
Gempa di Yogjakarta
4.
Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi
permasalahan
termasuk
dalam
menghadapi
perasaan
kehilangan.
Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung
suatu
mempunyai
kemampuan
mengatasi
stress
yang
lebih
tinggi
selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
b. Faktor Presipitasi
Strees yang dapat menimbulkan perasaaan kehilangan dapat berupa stres nyata
atau imajinasi individu, seperti kehilangan yang bersifatn bio-psiko-sosial antara lain
kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri,
kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga , kehilangan posisis di
masyarakat.
Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti
menangis atau tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada tanpa
upaya bunuh diri atau ingin membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang
sering digunakan oleh individu sebagai respons terhadap kehilangan antara lain
menyangkal,represi,intelektualisasi,regresi,suprei, dan projeksi. Regresi yang di pakai
secara berlebihan dan tidak tepat,sering ditemukan pada pasien depresi.
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.
Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam
keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan
tidak tepat.
d. Respon Spiritual
Kecewa dan marah terhadap Tuhan
Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
Sakit kepala, insomnia
Gangguan nafsu makan
Berat badan turun
Tidak bertenaga
f. Respon Emosional
Merasa sedih, cemas
Kebencian
Merasa bersalah
Perasaan mati rasa
Emosi yang berubah-ubah
Penderitaan dan kesepian yang berat
Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda
yang hilang
Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
Gangguan asumsi dan keyakinan
Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
Menangis tidak terkontrol
Sangat gelisah; perilaku mencari
Iritabilitas dan sikap bermusuhan
Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama
membuangnya
Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. Analisa data
Data Subjektif
Data objektif
Menangis
Mengingkari kehilangan
perubahan
dalam
kebiasaan
3. Diagnosa keperawatan