PEMBAHASAN
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000).
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya.
Fraktur pada tulang dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan
sendi terganggu, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh
darah. (Heryati, Suratun. dkk. 2008)
B. Etiologi fraktur
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung,gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak,dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer,2002). Umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur
cenderung terjadi pada laki-laki,biasanya fraktur terjadi pada umur di bawah 45 tahun dan
sering berhubungan dengan olahraga,pekerjaan,atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang tua,perempuan lebih sering mengalami fraktur
daripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormon pada menopause (Reeves,2001)
Sedangkan etiologi menurut Barbara C. Long adalah :
1. Fraktur Akibat Peristiwa Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena.Hal ini mengakibatkan kerusakan jaringan lunak disekitarnya.Jika
kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi Fraktur pada tempat
yang jauh daro tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak difraktur mungkin
tidak ada.
2. Fraktur Akibat Kecelakaan atau Tekanan
Otot-otot yang berada disekitar tulang tidak mampu mengabsorsi energi.
3. Fraktur Patologis
Fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang
akibat suatu proses penyakit, kanker yang bermetastase atau osteoporosis.dm
4. Compresion Force
Klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur
kompresi tulang belakang
5. Muscle (Otot)
Incomplete
Complete
Tertutup
Terbuka
Patologis
Tertutup
Terbuka
Komplit
Retak tak-komplit
Oblik
Spiral
Transversal
Segmental
Kominutif
Komplit
Tidak komplit
Tertutup
Terbuka
Greenstick
Transversal
Oblik
Spiral
Kominutif
Depresi
Kompresi
Patologik
Avulasi
Epifiseal
Impaksi
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Brunner & Suddart adalah :
a. Sinar-X
Sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan
perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian
paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar korteks tulang menunjukkan adanya
pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas. Sinar-X sendi dapat menunjukkan
adanya cairan, iregularitas, spur, penyempitan dan perubahan struktur sendi
a. Computed Tomography (CT Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan
untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang pada daerah yang sulit
dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa dilakukan dengan atau tanpa kontras
dan berlangsung sekitar 1 jam.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Adalah teknik pencitraan khusus, noinvasif yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio dan komputeruntuk memperlihatkan abnormalitas (mis.
tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melaui tulang). Jaringan lunak seperti
otot, tendon dan tulang rawan.
c. Angiografi
Adalah pemeriksaan strukrut vaskuler. Suatu bahan kontras radiopaque
diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar X serial sistem arteri
yang dipasok oleh arteri tersebut. Prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji
perfusi arteri dan bisa digunakan untuk tingkat amputasi yang akan dilakukan.
d. Digital Substraction Angiography (DSA)
Mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistem artrerial
melalui kateter vena
e. Venogram
Adalah pemeriksaan sitem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi
trombosis vena
f. Mielografi
mengambil
tangan
atau
tulang
belakang.
Osteoporosis
dapat
dideteksi
berlangsung
beberapa
hari
dan
hilang
dengan
berkurangnya
dibutuhkan, fungsi tulang dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan konselus
stres fungsional pada tulang.
G. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Syok : dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema
b. Emboli lemak : dapat terjadi 24-72 jam
c. Sindroma kompartemen : perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan
d. Infeksi dan tromboemboli
e. Koagulopati intravaskular diseminata
2. Komplikasi Lanjutan
a. Mal-union/Non-union
b. Nekrosis avaskular tulang
c. reaksi terhadap alat fiksasi interna
(Heryati, Suratun. dkk. 2008)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, no registrasi, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada fraktur adalah nyeri.Nyeri bisa akut maupun
kronik, tergantung lamanya serangan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien mengeluh nyeri saat bergerak, adanya deformitas atau
gerakan abnormal setelah terjadi trauma langsung yang mengenai tulang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami fraktur sebelumnya, apakah klien mempunyai
penyakit tulang seperti osteoporosis, kanker tulang, atau penyakit penyerta lainnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah keluarga ada yang mengalami hal serupa dengan pasien, dan apakah
keluarga memiliki penyakit tulang / penyakit lainnya yang diturunkan.
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
7. Data fokus :
Aktivitas / Istirahat
Tanda
: Keterbatasan gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang
terkena ( dapat segera atau sekunder ,akibat pembengkakan /nyeri)
Adanya kesulitan dalam istirahat tidur akibat dari nyeri.
Sirkulasi
Tanda
Neurosensori
Gejala
: Hilang gerak/sensasi,spasme otot.
Kebas/ kesemutan (parestasi)
Tanda
: Deformitas lokal, angulasi
abnormal,pemendekan,rotasi,krepitasi,spasme otot,kelemahan/hilang
fungsi.
Agitasi berhubungan dengan nyeri,ansietas,trauma lain.
Nyeri / Kenyaman
Gejala
: Nyeri berat tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusaakan tulang,dapat berkurang pada imobilisasi), tak
ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Keamanan
Tanda
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, odeme
jaringan lunak, berputusnya diskontinuitas jaringan tulang.
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk,
mobilisasi fisik
3. Gangguan perfusi jaringan behubunga dengan berkurangnya aliran darah akibat
adanya trauma jaringan tulang
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan denga tidak adekuatnya pertahanan primer,
kerusakan kulit trauma jaringan, adanya fraktur terbuka
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kerusakan neuromuskular
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang, odeme
jaringan lunak.
Tujuan
: Nyeri berkurang / hilang
KH
: - Tindakan rileks
- Mampu beraktivitas
- Mampu melakukan teknik distraksi dan relaksasi.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri, derajat dan lokasi nyeri.
R/ : Menentukan karakteristik nyeri dan untuk melanjutkan tindakan
selanjutnya
2) Pertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, traksi.
R/ : Menghilangkan/mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
3) Tinggikan dan dukung ekstrenitas yang fraktur.
R/ : Melancarkan aliran darah dan menurunkan odeme.
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R/ : Untuk mengurangi nyeri.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat.
R/ : Menghilangkan nyeri.
6) Observasi TTV.
R/ : Untuk mengetahui perkembangan tanda-tanda vital.
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk,
mobilisasi fisik.
Tujuan
: Mempertahankan integritas kulit dan memberikan kenyamanan.
KH
: - Ketidaknyamanan hilang
- Memudahkan penyembuhan.
Intervensi :
1) Marage kulit dan penonjolan tulang
R/ :Untuk meminimalkan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
2) Pertahankan tempat tidak kering dan bebas kuman
R/ :Mempertahankan kondisi normal kulit.
3) Ubah posisi dengan teratur
R/ :Untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang sesuai
R/ :Mempercapat proses penyembuhan.
: 16-24x/menit
- TD
: 120/80 mmHg
Intervensi :
1) Observasi TTV
R/ : Untuk mengetahui perkambangan tanda-tanda vitalnya.
2) Kaji adanya gangguan motorik/sensorik pada pasien
R/ : Mengetahui perubahan motorik/sensorik pada pasien.
3) Pertahankan posisi daerah fraktur lebih tinggi
R/ : Unhtuk memperlancar aliran darah
4) Observsi adanya iskemic seperti penurunan suhu dan peningkatan rasa sakit
R/ : Untuk melakukan tindakan selanjutnya.
5) Observasi adanya tanda sianosis atau penurunan kesadaran
R/ : Untuk melakukan tindakan selanjutnya.
6) Dorong klien untuk melakukan mobilisasi secepatnya
R/ : Untuk meningkatkan sirkulasi dan mengurangi terjadinya trombus.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemberian terapi yang sesuai
R/ : Untuk mempertahankan perfusi.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan denga tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan
kulit trauma jaringan, adanya fraktur terbuka
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi
KH
: - Tidak terjadi infeksi pada daerah luka
- Pasien dapat mempertahankan sistem imun tubuhnya.
Intervensi :
1) Inspeksi kulit untuk iritasi/robekan kontinuitas
R/ :Untuk mengkaji luka kemungkinan infeksi.
2) Kaji sisi kulit, perhatikan peningkatan nyeri atau rasa terbakar adanya odeme
R/ :Dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal.
3) Ajarkan klien untuk tidak menyentuh sisi infeksi
R/ :Meminimalkan terjadinya infeksi.
4) Lakukan pemeriksaan laboratorium
R/ :Untuk memantau patologis jika terjadi infeksi.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik
R/ : Mengurangi/menghilangkan infeksi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kerusakan neuromuskular
Tujuan : Meningkatkan atau mempertahankan aktivitas klien
KH
: - Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai pembatasan gerak.
Intervensi :
1) Jelaskan aktivitas-aktivitas apa yang dapat dikerjakan sendiri oleh klien dan apa
yang perlu dibantu oleh perawat
R/ : Untuk melatih aktivitas klien.
2) Bantu pemenuhan sehari-hari klien yang tidak dapat dilakukannya
R/ : Memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.
3) Ajarkan dan anjurkan untuk latihan aktif pada kaki yang cedera
R/ : Mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kesembuhan.
4) Ajarkan teknik relaksasi
R/ : Memberikan posisi yang nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Lewis (2000). Medical surgical nursing. St Louis: Mosby
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Jakarta: EGC. 2004. p; 866-7
Smeltzer, S. C. (2008). Medical Surgical Nursing. Brunner & Suddart. Ed. 8. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.