Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PATOLOGI KLINIK

Virus Herpes Simplex pada Wanita Hamil

Dosen :

Oleh :
Nama

: NUR FATJRIA SUSILOWATI

NIM

: 122210101004

BAGIAN KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS JEMBER
2014

Virus Herpes Simplex pada Wanita Hamil


Infeksi virus herpes simplex merupakan salah satu infeksi menular seksual yang
paling umum terjadi. Infeksi ini dapat terjadi juga pada wanita hamil yang menular secara
seksual, dan dapat menularkan pada janin selama kehamilan. Jika tertular pada janin, virus ini
dapat menyebabkan cacat pada janin atau bahkan kematian. Hal ini biasanya terjadi pada
kehamilan kedua. Resiko penularan ini dapat dikurangi dengan memberikan perawatan
dengan memberiakan obat antivirus.
Herpes simplex virus (HSV) adalah virus yang tersebar dimana-mana, terbungkus dan
terdiri dari doublestrand DNA virus, berasal dari famili Herpesviridae , cara infeksinya
dengan melewati membrane mukosa dan kulit yang terluka (tidak utuh), lalu berimigrasi ke
jaringan saraf, dimana mereka tetap dikedaan laten. HSV-1 utamanya ditemukan pada saat
terjadi luka dan biasanya ditemukan pada ganglia trigeminal, sedangkan HVS-2 paling sering
ditemukan pada ganglia lumbosakral. Namun, virus ini dapat menginfeksi daerah orofacial
dan saluran kemih.
Infeksi pertama dapat terjadi ketika system imun seseorang menurun. Infeksi kedua
kaliya dapat terjadi ketika seseorang telah memiliki antibody HSV (Tipe 1 atau 2) maka orang
tersebut akan terserang tipe virus HSV yang berlawanan dengan antibody HSV yang telah
ada. Infeksi pada saat kehamilan dapat ditularkan kepada bayi yang baru lahir dapat
mengakibatkan lesi pada mata atau kulit bayi, meningoencephalitis, perluasan infeksi dan
cacat pada bayi.
EPIDEMIOLOGI
Dalam beberapa tahun terakhir infeksi herpes ini meningkat dan umumnya terjadi
karena penularan infeksi secara seksual. HSV tipe 2 meningkat hingga 30%, sehingga satu
dari lima orang dewasa dapat terinfeksi virus ini. Rentang infeksi yang terjadi dapat berfariasi,
umumnya pada 6% terjadi pada populasi general dan 14% terjadi pada wanita hamil.
Umur dan jenis kelamin adalah faktor yang sangat berpengaruh terkait dengan akusisi
infeksi HSV tipe 2. Pada kenyataannya kemungkinan terjadi infeksi paling sering terjadi pada
usia 40 tahun keatas. Infeksi ini muncul terkait dengan bertambahnya jumlah pasangan
seksual, dan menigkatnya jumlah seks bebas, dan virus ini biasanya lebih banyak menyerang
wanita dibandingkan pria. Selain itu, faktor etnis, kemiskinan, penggunaan cocain, aktivitas

seksual, perilaku seksual, bakteri vaginosis dapat memfasilitasi seorang wanita terkena infeksi
sebelum kehamilan.
DIAGNOSIS
Gejala pertama herpes genital, terjadi setalah inkubasi pada hari ke 2-20 hari, dan
bahkan dapat berlangsung hingga 21 hari. Mengamati Gejala pada wanita hamil biasanya
merasa sangat panas dan bernanah pada kemaluan bagian luar, dan pada servik dapat
menyebabkan sakit vulva, dysuria, keputihan, dan lymphadenopathy lokal. Vesikuler dan luka
bernanah pada paha bagian dalam, pantat, perineum atau pada perianal kulit juga diamati.
Pada wanita dan laki-laki yang terinfeksi pertama kali mungkin mengalami gejala yang lebih
lengkap, dengan gejala sistemik seperti demam, sakit kepala, myalgia (38% terjadi pada pria
dan 68% terjadi pada wanita), meningitis dan secara otomatis saraf akan mengakibatkan
retensi urin, terutama pada wanita.
Semua gejala tersebut dicurigai infeksi virus herpes , melalui pengujian virus atau
serologi. Tes yang digunakan untuk mengkonfirmasi adanya infeksi HSV dapat dibagi
menjadi dua tes, pertama teknik deteksi virus dan kedua teknik deteksi antibodi. Teknik utama
pengujian DNA virus adalah kultur virus dan deteksi antigen HSV dengan menggunakan
Polymerase Chain Reaction (PCR). Teknik deteksi antibodi HSV tipe 1 dan 2 menggunakan
tes serologi yang dilakukan dalam laboratorium. Jika hasil dari teknik deteksi virus negatif,
maka jangan menganggap tidak terjadi infeksi. Harus dilihat juga hasil dari tes antibodi yang
dilakukan secara serologi atau dengan kultur virus. Pasien biasanya lebih menyukai
pemerikasaannya dengan kultur sel ( tes virologi). Jika dengan tes ini mendapatkan hasil
positif, maka memberikan bukti konsultif terinfeksi Pasien HSV. Namun, jika hasilnya negatif
tidak menutup kemungkinan tidak ada infeksi yang terjadi. Kemudian dilakukan pengujian
dengan menggunakan teknik PCR yang meilbatkan amlifikasi urutan DNA atau RNA tertentu
sebelum deteksi dan dengan demikian dapat mendeteksi adanya DNA virus pada konsentrasi
rendah sekalipun. Hasil PCR ini tiga sampai lima kali lebih baik daripada kultur sel. PCR
lebih sensitive dalam pemerikasaannya, juga dapat membedakan HSV-1 dan HSV-2.
Sebelum merencanakan kehamilan, pemeriksaan pada pasangan harus dilakukan.
Dalam sejarahnya hasil positif biasanya muncul pada pasangan pria, disarankan agar tidak
melakukan hubungan seksual saat penyakitnya kambuh untuk menghindari infeksi. Selain itu,
penggunaan kondom selama kehamilan harus direkomendasikan untuk meminimalkan resiko
infeksi virus, meskipun pasangan pria tidak memilii lesi aktif.

INFEKSI BAWAAN DAN KELAHIRAN


Infeksi HSV pada bayi baru lahir bisa terjadi pada saat kehamilan (bawaan) atau saat
melahirkan. Peenularan virus tertinggi terjadi ketika kehamilan berumur 20 minggu, ini dapat
menyebabkan keguguran, bayi meninggal saat dilahirkan, dan cacat, biasanya hal ii
disebabkan oleh HSV-2. Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir bergantung pada jenis
infeksi ibu pada saat melahirkan. Bahkan infeksi ini lebih sering terjadi pada bayi dari ibu
yang terinfeksi HSV pertama kali dari pada infeksi HSV berulang.
Membrane yang pecah terus menerus merupakan fakor eiko terjadinya akusisi virus dari
infeksi saat kelahiran. Infeksi ini ditandai dengan kulit yang mengelembung, lesi mata
( chorioretinitis, microphthalmia, dan katarak), kerusakan saraf ( klasifikasi intracranial,
mikrosefali, kejang dan encephalomalacia), pertumbuhan yang terhambat, dan terhambatnya
pengembangan psikomotor bayi. Bayi yang terinfeksi virus ini dapat dibagi menjadi beberapa
kategori:
1. Penyakit HSV lokal pada kulit, mata, dan mulut.
2. HSV encephalitis dengan atau tanpa kulit, mata, atau bahkan keterlibatan mulut.
3. HSV meluas dengan bermanifestasi ke banyak jaringan maupun organ ( system saraf
pusat, hati, paru-paru, otak, kelenjar adrenal, kulit, mata, dan mulut) serta memiliki
resiko kematian yang tinggi, melebihi 80% dalam keadaan tanpa terapi.
Gejala-gejala ini timbul pada saat bayi lahir, namun paling umum timbul 5 hari setelah
lahir dan terkadang pada umur 4-6 minggu.
Penanganan Saat Terjadi Infeksi Pertama Kalinya Pada Kehamilan
Resiko pada bayi lebih tinggi ketika infeksi pertama terjadi selama kehamilan ketiga.
Ini terjadi karena waktu yang kurang untuk pembentukan antibodi IgG dan perjalanan IgG
ke janin melewati plasenta. Jika infeksi pertama terjadi pada kehamilan ketiga, hal ini
dapat menyebabkan keguguran dan terhambatnya pertumbuhan pada janin. Penggunaan
obat antivirus sangat disarankan dalam kasus ini. Jika gejala penyakit herpes terjadi pada
kehamilan ketiga, segera lakukan pemeriksaan kultur sel atau dengan PCR, jika keduanya
didapatkan hasil negative dan tidak ada lesi genital aktif pada saat kehamilan, maka dapat
melakukan persalinan melalui vagina (persalinan normal), jika terdapat lesi maka lebih
baik dilakukan persalinan dengan cara Caesar.

Penanganan pada reinfeksi HSV saat kehamilan


Sebenarnya penanganan kasus ini sama dengan awal pertama mengalami infeksi,
namun pada reinfeksi ini sudah terbetuk antibody IgG yang dapat melindungi plasenta
janin dari virus (sudah terbentuk antigen HSV). Hal ini membuat resiko infeksi pada bayi
lebih rendah dibandingkan dengan infeksi pertama kali.
Jika terdapat lesi pada vagina maka dianjurkan Caesar dan jika tidak terdapat lesi serta
tidak menunjukkan hasil positif terdapat virus HSV, maka dapat melakukan persalinan
dengan vagina (normal). Terapi dapat dilakukan dengan pemberian obat acyclovir 400 mg
tablet 3x sehari atau acyclovir 200 mg tablet 4x sehari dari minggu ke 36 kehamilan
sampai melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Starface, gianluca. Et al. 2012. Herpes Simplex Virus Infection In Pregnancy. Infectious
Diseases In Obstetrics And Gynecology.
Anzivino, Elena. Et al. 2009. Herpes simplex virus infection in pregnancy and in neonate:
status
Of art of epidemiology, diagnosis, therapy and prevention. Virology Journal.Vol 6:40

Anda mungkin juga menyukai