Anda di halaman 1dari 11

Mekanisme dan Fungsi Growth Hormon

Caesar Swempi Gaidaka (102013312)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 - Jakarta Barat
Email: caesargaidaka@yahoo.co.id

Abstrak
Sistem metabolisme endokrin adalah suatu fungsi fisiologis tubuh yang berperan dalam peran
mengatur hemostasis tubuh, dalam sekresi hormone dan metabolisme energy dalam tubuh.selain
itu juga sistem endokrin mengambil peran penting dalam pengeluaran hormone di sel reseptor
lainnya seperti pertumbuhna dan seksual. Ada banyak penyakit yang dapat di timbulkan oleh
defisiensi atau hipersekresi oleh sistem kelenjar endokrin ini. Dimana, kelenjar hipofisis terdiri
dari dua lobus berbeda, yaitu anterior dan posterior. Pada manusia, lobus intermedius rudimenter.
Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon peptide berlainan yang diproduksinya sendiri.
Kecuali prolaktin, kelima hormon hipofisis anterior lainnya merangsang dan memelihara
jaringan endokrin lain (bersifat tropik). Keenam hormon itu antara lain TSH, ACTH, LH, FSH,
prolaktin, dan hormone pertumbuhan (GH). Pada makalah ini saya akan membahas mengenai
struktur makroskopis dan mikroskopis kelenjar hipofisis, fungsi fisiologis GH, dan mekanisme
kerja GH dan kaitannya dengan gigantisme.
Kata kunci: endokrin, kelenjar hipofisis, hormone pertumbuhan.

Abstract
Metabolic endocrine system is a function of the body's physiological role in hemostasis regulate
the body's role in hormone secretion and energy metabolism in the endocrine system
tubuh.selain it also takes an important role in the expenditure hormone receptors in cells such as
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 1

pertumbuhna and sexual. There are many diseases that can be caused by a deficiency or
hypersecretion by endocrine system. Where, pituitary gland consists of two distinct lobes, the
anterior and posterior. In humans, intermedius lobe rudimentary. Anterior pituitary peptide
hormones secrete six different that they produce themselves. Except for prolactin, five other
anterior pituitary hormones stimulate other endocrine and maintain the network (tropic nature).
The six hormones include TSH, ACTH, LH, FSH, prolactin, and GH. In this paper I will discuss
the macroscopic and microscopic structure of the pituitary gland, GH physiological function,
and mechanism of action of GH and its relation to gigantism.
Keywords: endocrine, pituitary gland, growth hormone.

Pendahuluan
Rumitnya tubuh manusia dan adanya kekhususan sel dan jaringan memerlukan
komunikasi internal yang bisa mengatur berbagai proses dalam tubuh. Hal ini penting supaya
bagian tubuh dapat berfungsi sebagai satu unit dalam memenuhi kebutuhan tubuh tertentu. Ada
dua sistem tubuh yang bisa mengatur macam-macam proses ini, yaitu system endokrin dan
system persarafan. Kedua system ini dapat bekerja sama untuk mengkoordinasi fungsi tubuh
sehingga tubuh bisa mengadakan respons yang sesuai terhadap perubahan pada lingkungan.1
Isi
1. Struktur Makroskopis Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau pituitary adalah sebuah kelenjar endokrin kecil berukuran 1x1.5x0.5
cm yang terletak di dalam lekuk tulang sphenoid yang disebut cella tursika, tepat di bawah
otak dan dihubungkan dengan dasar ventrikel ketiga oleh tangkai hipofise. Hipofisis
dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil yang disebut infundibulum yang mengandung
serat saraf dan pembuluh darah halus.2

Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, yaitu:
Hipofisis anterior (adenohipofisis), terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara
embriologis

berasal

dari

penonjolan

atap

mulut

(evaginasi

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

atap

stomadeum).
Page 2

Adenohipofisis masih dapat dibagi lagi menjadi hipofisis pars anterior/distalis, pars
intermedia, dan pars tuberalis.
Hipofisis posterior (neurohipofisis), secara embriologis berasal dari dasar diensefalon,
terdiri dari jaringan saraf. Bagian-bagiannya yaitu eminentia mediana, batang
infundibulum, pars nervosa
Hipofisis mendapat darah dari:
A.hipofisialis inferior yang berasal dari a.carotis interna
A. hipofisialis superior yang berasal dari a.carotis interna dan circulus Willis
Pembuluh-pembuluh ini berakhir sebagai pembuluh-pembuluh kapiler di eminentia mediana,
darahnya kemudian ditampung kembali oleh pembuluh-pembuluh vena yang bermuara dalam
sinusoid-sinusoid di pars anterior hipofisis. Pembuluh-pembuluh yang menghubungkan
eminentia mediana dengan pars anterior hipofisis disebut sistem portal hipofisis. Melalui sistem
portal ini, zat-zat yang disebut releasing factor atau inhibiting factor dialirkan dari hipotalamus
ke hipofisis anterior yang akan menstimulasi hipofisis anterior untuk mensintesis hormonhormon yang kemudian dikeluarkan ke darah. Hormon-hormon yang dihasilkan antara lain GH,
TSH, ACTH, FSH, LH, PRL.2
Persarafan hipofisis ialah traktus hipotalamus hipofisialis yang terdiri dari serat-serat saraf tak
bermielin dan merupakan cabang-cabang protoplasma dari neuron-neuron, yang badan sel
sarafnya terdapat dalam nukleus supraopticus dan nukleus paraventricularis di hipotalamus.
Kedua nukleus ini menghasilkan hormon vasopressin dan oksitosin yang disalurkan untuk
disimpan dalam neurohipofisis melalui traktus hipotalamus hypofisialis.2
2. Struktur Mikroskopis Kelenjar Hipofisis
Adenohipofisis / Hipofisis anterior
Pars distalis
Terdiri atas korda atau kelompok tidak teratur sel-sel kelenjar, stroma kelenjar tidak
banyak. Sedikit jaringan ikat yang menyertai a.hipofisialis superior dan vena porta
masuk ke dalam lobus anterior dan korda sel-sel parenkim dikelilingi serat-serat reticuler
halus. Endotel pelapis sinusoid itu berfenestra dan porinya jelas memudahkan difusi
faktor pelepas yang ikut dengan darah masuk ke dalam kelenjar dan dilaluinya produk
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 3

protein sekresi dari sel ke darah. Endotel sinusoid merupakan makrofag ekstravaskular.
Sel-sel kelenjar dengan pewarnaan H.E dapat dibedakan menjadi:
a. Kromofil (50%), sel-sel ini mengandung granula yang dapat mengambil warna
hematoksilin atau eosin. Dapat dibedakan dua jenis, yaitu:
Sel asidofil (35%), suka zat warna yang bersifat asam seperti eosin sehingga
dengan H.E granulanya akan berwarna merah. Disebut juga sel (alfa). Terdiri
dari sel somatotrof yang mensekresikan GH, dan sel mammotrotof yang
mensekresikan prolaktin.
Sel basofil (15%), suka zat warna yang bersifat basa seperti hematoksilin
sehingga dengan H.E granulanya akan berwarna biru. Disebut juga sel (beta).
Terdiri dari sel tirotrof yang mensekresikan TSH, sel gonadotrof mensekresikan
FSH dan LH, kortikotrof menghasilkan ACTH.
b.

Kromofob (65%), dengan H.E sel ini tidak tampak mengandung granula dan
dianggap sebagai sel cadangan yang sanggup berdiferensiasi menjadi asidofil atau
basofil. 2

Pars intermedia
Pada fetus manusia, pars intermedia cukup tebal, mencapai hingga 3% dari adenohipofisis,
namun pada dewasa tidak dapat ditetapkan lagi sebagai lapis utuh. Celah hipofisis umumnya
tidak utuh lagi semasa pascanatal dan hanya terdiri atas sebuah zona kista (kantung Rathke). Selsel pars intermedia pada spesies ini adalah sel-sel epithelial polygonal besar, yang mengandung
banyak mitokondria dan memiliki RE yang berkembang baik dan sebuah kompleks golgi yang
mencolok. Sel-sel ini menghasilkan MSH dan membuat sebuah prohormon berglikosil besar
yaitu proopiomelanocortin (POMC) yang dipecah menjadi dua bentuk hormon perangsang
melanosit MSH- (13 asam amino) dan MSH- (22 asam amino).2
Pars Tuberalis
Merupakan lapis tipis yang mengelilingi tangkai hipofisis, tebalnya hanya 25-60m. Pars
tuberalis merupakan subdivisi hipofisis yang paling vaskuler, karena mengandung suplai arterial
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 4

ke lobus anterior dan venul dari sistem porta hipotalamo-hipofisialis. Satu ciri morfologiknya
adalah susunan korda sel-sel epitelialnya yang memanjang. Sel-sel utamanya berukuran 1218m dan berbentuk kuboid. Mereka ada;ah satu-satunya sel dalam hipofisis yang mengandung
cukup banyak glikogen.3
Hipofisis Posterior / Neurohipofisis
Terdiri dari eminentia mediana dari tuber cinereum, tangkai infundibularis, dan prosesus
infundibularis. Neurohiposis ini terdiri dari serat-serat yang tidak bermielin yang badan sel
sarafnya terletak dalam nukleus supraoptikus dan nukleus paraventrikularis. Serat-serat tersebut
berjalan dalam traktus hipotalamo-hipofisialis menuju dan berakhir pada prossesus
infundibularis. Akhir serat-serat saraf tersebut membentuk benjolan-benjolan yang menempel
pada kapiler-kapiler darah dan benjolan-benjolan ini mengandung granula yang mengambil zat
warna kromalum hematoksilin dan terutama banyak didapati pada pros.infundibularis yaitu pada
ujung-ujung akhir saraf, bangunan-bangunan ini disebut badan-badan Herring yang berbentuk
bulat dan berwarna merah pada sediaan.2
Hormon yang Dihasilkan Hipofisis Anterior
Growth Hormon: merangsang pertumbuhan (khususnya tulang) dan fungsi metabolisme
Prolaktin (PRL)/ Luteotrophic Hormon: merangsang produksi dan sekresi susu
FSH (Follicle Stimulating Hormon): merangsang pertumbuhan folikel ovaria dan proses
spermatogenesis
LH (Luteinizing Hormon): menyebabkan terjadinya ovulasi dan luteinisasi folikel yang
telah berkembang oleh FSH. Bersama-sama dengan FSH hormon ini mengaktifkan selsel interstisial testis.
ACTH (Adenocorticotrophic

Hormon):

merangsang

korteks

adrenal

untuk

mensekresikan glukokortikoid dan androgen adrenal.


TSH (Tyhroid Stimulating Hormon): merangsang kelenjar tiroid membesar dan
menghasilkan sekret.

3. Fungsi Fisiologis dan Kaitannya dengan Metabolisme GH


Terhadap pertumbuhan
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 5

GH yang disebut juga sebagai hormon somatotropik atau somatotropin merupakan


molekul protein kecil yang terdiri atas 191 asam amino yang dihubungkan dengan rantai
tunggal dan mempunyai berat molekul 22.005. Hormon ini menyebabkan pertumbuhan
seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormon ini menambah
ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah
sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti pertumbuhan tulang dan sel-sel
otot awal. Bila epifisis tulang panjang telah menutup, maka pertumbuhan tulang panjang
tidak akan terjadi lagi walaupun sebagian besar jaringan tubuh yang lain dapat tumbuh
terus.3
Terhadap protein
GH meningkatkan penyimpanan protein namun mekanisme utamanya belum diketahui.
Tetapi telah dikenal serangkaian efek berbeda yang semuanya dapat menjadi penyebab
naiknya jumlah protein, yaitu:
a. Bertambahnya pengangkutan asam amino melewati membran sel
b. Merangsang peningkatan translasi RNA sehingga menyebabkan sintesis protein oleh
ribosom
c. Merangsang peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA
d. Penurunan katabolisme protein
Terhadap lemak
GH menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa sehingga meningkatkan
konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. Selain itu, di dalam jaringan di seluruh
tubuh, GH meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil ko-A dan kemudian
digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah pengaruh GH, lebih disukai memakai
lemak sebagai sumber energi daripada karbohidrat dan protein. Di bawah pengaruh
jumlah GH yang berlebihan, pengangkutan asam lemak dari jaringan adiposa seringkali
menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat dibentuk oleh hati dan
dilepaskan ke cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis. Pergerakan lemak
yang berlebihan ini juga seringkali menyebabkan perlemakan hati.3
Terhadap karbohidrat
GH mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme glukosa di dalam sel:

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 6

a. Mengurangi pemakaian glukosa untuk mendapat energi akibat umpan balik negatif
dari asetil ko-A yang berasal dari asam lemak sehingga menghambat glikogenolisis
dan glikolisis.
b. Meningkatkan pengendapan glikogen di dalam sel
c. Mengurangi ambilan glukosa oleh sel sehingga meningkatkan konsentrasi glukosa
darah, menyebabkan diabetes hipofisis
d. Meningkatkan sekresi insulin dan penurunan sensitivitas terhadap insulin merupakan
efek diabetogenik
Terhadap pertumbuhan tulang rawan dan tulang
Walaupun hormon pertumbuhan merangsang peningkatan timbunan protein dan
meningkatkan pertumbuhan hampir pada semua jaringan tubuh, efek hormon
pertumbuhan yang paling jelas adalah meningkatkan pertumbuhan struktur rangka.
Keadaan ini dihasilkan dari berbagai efek hormon pertumbuhan pada tulang yang
meliputi:
1. Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang
menyebabkan pertumbuhan tulang
2. Meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel kondrositik dan osteogenik
3. Efek khusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, jadi menyebabkan
timbunan khusus tulang yang baru.4
Ada dua mekanisme utama pertumbuhan tulang, salah satunya, tulang panjang tumbuh
secara memanjang pada kartilago epifisis di mana epifisis dipisahkan dari batang tulang
pada bagian ujung tulang. Pertumbuhan ini pertama menyebabkan penimbunan kartilago
yang baru, yang diikuti oleh pengubahan kartilago ini menjadi tulang yang baru, jadi
membuat batang tulang semakin panjang dan mendorong epifisis semakin jauh terpisah.
Pada waktu yang sama, kartilago epifisis sendiri secara berangsur-angsur dipergunakan,
sehingga pada usia remaja lanjut tidak ada lagi tambahan kartilago epifisis yang tersedia
untuk pertumbuhan lebih lanjut. Pada waktu ini, terjadi penyatuan di antara batang
tulang dan epifisis pada masing-masing ujung, sehingga tidak terjadi lagi pemanjangan
dari tulang panjang. GH merangsang semua proses pertumbuhan kartilago epifisis ini
dan pertumbuhan tulang panjang. Akan tetapi, sekali epifisis sudah bersatu dengan
batang tulang, GH tidak mempunyai kemampuan lagi untuk memanjangkan tulang.5

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 7

Mekanisme pertumbuhan tulang yang kedua, osteoblas di dalam periosteum tulang dan
dalam beberapa cavitas tulang membentuk tulang baru pada permukaan tulang yang
lama. Secara bersamaan osteoklas di dalam tulang meresorpsi tulang yang lama. Bila
kecepatan pembentukan lebih besar dari resorpsi, maka ketebalan tulang akan
meningkat. GH dengan kuat merangsang aktivitas osteoblas.5 Oleh karena itu, tulang
dapat terus membesar sepanjang usia di bawah pengaruh GH, terutama pada tulang
membranosa. Sebagai contoh, tulang rahang masih dapat dirangsang untuk tumbuh
bahkan setelah usia remaja, menyebabkan pipi menonjol ke depan dan merendahkan
gigi. Demikian juga, tulang tengkorak bertambah tebal dan membentuk tonjolan tulang
di atas mata.6
4. Mekanisme Kerja GH
Efek GH pada pertumbuhan, tulang rawan, dan metabolisme protein bergantung pada
interaksi antara GH dan somatomedin, suatu faktor pertumbuhan polipeptida yang
disekresikan oleh hati dan jaringan lain. Faktor pertama yang diisolasi disebut faktor sulfasi
karena faktor ini merangsang penggabungan sulfat ke dalam tulang rawan. Namun, faktor ini
juga merangsang pembentukan kolagen, dan namanya kemudian diganti menjadi
somatomedin. Kemudian menjadi jelas bahwa terdapat berbagai somatomedin dan
merupakan anggota famili faktor pertumbuhan yang makin luas yang mempengaruhi
berbagai jaringan dan organ. Somatomedin utama (dan pada manusia mungkin satu-satunya
somatomedin) dalam darah adalah insulin-like growth faktor I (IGF-I, somatomedin C) dan
insulin-like growth faktor II (IGF-II). Sekresi IGF-I sebelum lahir tidak bergantung pada GH,
tetapi setelah lahir dirangsang oleh GH, dan IGF-I ini memiliki efek kuat menstimulasi
pertumbuhan. Konsentrasinya dalam plasma meningkat selama masa kanak-kanak dan
memuncak saat pubertas, kemudian turun ke kadar yang rendah pada usia lanjut. IGF-II
umumnya independen dari pengaruh GH dan berperan dalam pertumbuhan janin sebelum
lahir. Pada janin manusia bila terjadi ekspresi berlebihan dari IGF-II, terjadi pertumbuhan
yang tidak seimbang di berbagai organ, terutama lidah, otot lain, ginjal, jantung, dan hati.
Pada orang dewasa, gen untuk IGF-II diekspresikan hanya pada plexus choroideus dan
meninges.7

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 8

Pendapat mengenai mekanisme kerja GH telah mengalami serangkaian perubahan seiring


dengan ditemukannya informasi-informasi baru. GH semula diduga menimbulkan
pertumbuhan melalui efek langsung pada jaringan, dan kemudian dianggap bahwa hormon
ini bekerja hanya melalui somatomedin. Namun hipotesis yang berlaku sekarang berpendapat
bahwa GH bekerja pada kartilago untuk mengubah stem cells menjadi sel yang berespons
terhadap IGF-I dan kemudian IGF-I yang terbentuk secara local dan IGF-I yang beredar
dalam sirkulasi menyebabkan kartilago tumbuh.
Sekresi GH dikontrol oleh hipotalamus. Faktor pertama adalah GHRH (Growth Hormon
Releasing Faktor), polipepetida dengan 44 asam amino, kedua adalah somatostatin atau
GHIH (Growth Hormon Inhibiting Faktor), polipeptida dengan 14 asam amino, dan yang
ketiga kemungkinan adalah ghrelin. Beberapa tahun yang lalu, ditemukan bahwa selain
reseptor GHRH dan somatostatin di hipofisis anterior, ada reseptor ketiga berupa reseptor
terikat G-protein lain yang membawa peningkatan sekresi GH dalam respon terhadap sekresi
hexapeptida yang bervariasi (growth hormon secretagogues; GHSs). Pencarian terhadap
derivat internal ligan dari reseptor GHS membawa kepada penemuan ghrelin, sebuah
polipeptida yang terdiri dari 28 asam amino. Tempat utama sintesis ghrelin dan sekresinya
adalah lambung, tapi ghrelin juga diproduksi di hipotalamus dan memperlihatkan stimulasi
aktivitas GH.4
Sekresi GH berada di bawah control umpan balik (feedback) seperti sekresi hormon hipofisis
anterior lainnya. GH meningkatkan sirkulasi IGF-I, dan IGF-I pada gilirannya akan
menghambat sekresi GH dari hipofisis anterior. IGF-I juga menstimulasi sekresi
somatostatin.4
Rangsangan yang mempengaruhi sekresi GH sebagian besar digolongkan dalam 3 kategori:
1. Keadaan-keadaan seperti hipoglikemia dan puasa ketika telah atau akan terjadi penurunan
substrat untuk pembentukan energi
2. Keadaan-keadaan ketika terjadi peningkatan jumlah asam amino tertentu dalam plasma
3. Rangsangan stress
4. Dua jam pertama tidur lelap (tidak mengalami tidur REM)
Sekresi GH dihambat oleh kortisol, asam lemak bebas, dan medoksiprogesteron.4
Gigantisme
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 9

Gigantisme terjadi ketika sel-sel asidofil yang memproduksi GH menjadi sangat aktif dan bahkan
dapat menimbulkan tumor sehingga diproduksi GH yang berlebihan. Seluruh tubuh akan tumbuh
cepat sekali, termasuk tulang, dan bila keadaan ini terjadi sebelum epifisis tulang panjang bersatu
dengan batang tulang, maka tinggi badan individu tersebut akan terus meningkat sehingga
menjadi seperti raksasa dengan tinggi badan 8 kaki.
Biasanya, individu ini juga mengalami hiperglikemi, dan sel-sel beta dalam pulau Langerhans
pankreas cenderung berdegenerasi, sebagian karena sel-sel ini terlalu aktif akibat hiperglikemi
tadi dan sebagian lagi disebabkan oleh efek perangsangan secara berlebihan yang langsung dari
GH terhadap sel-sel pulau Langerhans. Akibatnya, kira-kira 10% dari penderita akhirnya
menderita gejala diabetes mellitus yang lengkap.
Pada sebagian besar penderita, pada akhirnya juga akan menderita panhipopituitarisme bila tetap
tidak diobati sebab gejala gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar
hipofisis yang tumbuh terus sampai kelenjarnya sendiri rusak. Defisiensi menyeluruh dari GH
biasanya menyebabkan kematian pada awal masa dewasa muda. Akan tetapi, bila gigantisme
telah didiagnosis, maka pertumbuhan yang selanjutnya seringkali dapat dihambat yakni dengan
bedah mikro untuk membuang tumor dari kelenjar hipofisis atau dengan menyinari kelenjar ini.
5,6

Kesimpulan
Hormon pertumbuhan atau GH atau somatotropin merupakan salah satu hormone yang
dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hormon ini mempunyai peran dalam metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak, namun terutama berperan pada kartilago tulang panjang pada masa
pertumbuhan untuk menambah tinggi badan. Hipersekresi GH sebelum penutupan epifisis tulang
panjang menyebabkan pertumbuhan tinggi yang berlebihan yang disebut dengan gigantisme.

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 10

Daftar Pustaka
1. Baradero M, Dayrit M, Siswadi Y. Seri asuhan keperawatan klien gangguan endokrin. Jakart:
EGC; 2009.h.1.
2. Snell, Richard. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteraN. Jakarta : EGC ; 2006
3. Bloom dan Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.h.421-31.
4. Gunawijaya, F.A dan Kartawiguna, E. Penuntun praktikum histologi : kumpulan foto
mikroskopik. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2007.h.140.
5. Ganong, William F. Review of medical physiology. Edisi ke-21. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2003.h.853-5.
6. Guyton, Arthue E., Hall, John E. Textbook of medical physiology. Edisi ke-11. China:
Elsevier Saunders; 2006.h.921-6.
7. Sherwood, L. Human physiology: from cells to system. Edisi ke-7. Canada: Brooks/Cole;
2010.h.634-8.

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470

Page 11

Anda mungkin juga menyukai