Oleh:
Tri Ananda
270110130029
Kata Pengantar
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT. karena berkat berkahnya lah
penulis dapat menyelesaikan studi literatur berjudul Makna Bhinneka Tunggal Ika ini
karena tanpa berkahNya semua ini tidak mungkin terjadi.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang namanya tidak bisa saya
sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan
menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan
makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Bhineka Tunggal Ika. Dan bagi yang membaca karya ini
mendapatkan ilmu yang kelak dapat bermanfaat dan khususnya bagi penulis semdiri.
Daftar Isi
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
3
tetap
berada
dalam satu
wadah
yaitu
bangsa
Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa ditemukan dalam Kitab Sutasoma
karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad XIV pada era Kerajaan
Majapahit. Mpu Tantular merupakan seorang penganut Buddha
Tantrayana, namun merasakan hidup aman dan tentram dalam kerajaan
Majapahit yang lebih bernafaskan agama Hindu (Maarif A. Syafii, 2011).
Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi terbatas antara
Muhammad Yamin, I Gusti Bagus Sugriwa, dan Bung Karno di sela-sela
sidang BPUPKI sekitar 2,5 bulan sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia(Kusuma R.M. A.B, 2004). Bahkan Bung Hatta sendiri
mengemukakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan ciptaan Bung
Karno pasca Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian ketika
mendesain Lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk burung
Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika disisipkan ke
dalamnya.
Secara resmi lambang ini digunakan dalam Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat yg dipimpin oleh Bung Hatta pada tanggal 11 Februari
1950 berdasarkan rancangan yang diciptakan oleh Sultan Hamid ke-2
(1913-1978). Pada sidang tersebut mengemuka banyak usulan rancangan
lambang negara, selanjutnya yang dipilih adalah usulan yang diciptakan
Sultan Hamid ke-2 & Muhammad Yamin, dan kemudian rancangan dari
Sultan Hamid yang akhirnya ditetapkan (Yasni, Z, 1979).
Karya Mpu Tantular tersebut oleh para founding fathers diberikan
penafsiran baru sebab dianggap sesuai dengan kebutuhan strategis
bangunan Indonesia merdeka yang terdiri atas beragam agama,
kepercayaan, etnis, ideologi politik, budaya dan bahasa. Dasar pemikiran
tersebut yang menjadikan semboyan keramat ini terpajang melengkung
dalam cengkeraman kedua cakar Burung Garuda. Burung Garuda dalam
5
fauna, yang tersebar dari ujung timur ke ujung barat serta utara ke
selatan di sekitar kurang lebih 17508 pulau. Indonesia juga didiami
banyak suku(sekitar kurang lebih 1128 suku) yang menguasai bahasa
daerah masing-masing(sekitar 77 bahasa daerah) dan menganut berbagai
agama dan kepercayaan. Keberagaman ini adalah ciri bangsa Indonesia.
Warisan kebudayaan yang berasal dari masa-masa kerajaan hindu, budha
dan islam tetap lestari dan berakar di masyarakat. Atas dasar ini, para
pendiri negara sepakat untuk menggunakan bhinneka tunggal ika yang
berarti "berbeda-beda tapi tetap satu jua" sebagai semboyan negara.
Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan dengan
keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat
istiadat, agama, dan berbagai perbedaan lainya. Perbedaan tersebut
dijadikan para leluhur sebagai modal untuk membangun bangsa ini
menjadi sebuah bangsa yang besar. Sejarah mencatat bahwa seluruh
anak bangsa yang berasal dari berbagai suku semua terlibat dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semua ikut berjuang dengan
mengambil peran masing-masing.
Kesadaran terhadap tantangan dan cita-cita untuk membangun sebuah
bangsa telah dipikirkan secara mendalam oleh para pendiri bangsa
Indonesia. Keberagaman dan kekhasan sebagai sebuah realitas
masyarakat dan lingkungan serta cita-cita untuk membangun bangsa
dirumuskan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Ke-bhinneka-an
merupakan realitas sosial, sedangkan ke-tunggal-ika-an adalah sebuah
cita-cita kebangsaan. Wahana yang digagas sebagai jembatan emas
untuk menuju pembentukan sebuah ikatan yang merangkul keberagaman
dalam sebuah bangsa adalah sebuah negara yang merdeka dan
berdaulat, Indonesia.
Para pendiri negara juga mencantumkan banyak sekali pasal-pasal yang
mengatur tentang keberagaman. Salah satu pasal tersebut adalah
tentang pentingnya keberagaman dalam pembangunan selanjutnya
7
Kesimpulan
lingkungan
serta
cita-cita
untuk
membangun
bangsa
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penyusun berharap makalah ini
dapat
bermanfaat
untuk
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pusat-definisi.com/2012/11/bhineka-tunggal-ika-adalah.html
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/07/bhinneka-tunggal-ika-
semboyan-negara.html
http://bayuahmadprakoso.blogspot.com/2013/11/makna-bhineka-
tunggal-ika.html
http://www.bimbingan.org/semboyan-bhineka-tunggal-ika.html