Anda di halaman 1dari 11

TEORI-TEORI BELAJAR

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. H. Widodo Supriono, M. A

Disusun oleh:
Mukhamad Farid Maruf
103111073

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
0

I.

PENDAHULUAN
Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip-prinsip umum atau kolaborasi

antara prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori belajar merupakan upaya


untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita
semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama
dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme.
Pada dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya,
sehingga ada varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan
dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun
hal ini tidak perlu kita perdebatkan, yang lebih penting untuk kita pahami adalah
teori mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana
yang sesuai untuk kawasan lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori belajar akan saya paparksn
beberapa teori-teori yang akan digunakan dalam sebuah proses pembelajaran.
II.

RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan Teori Belajar?
B. Apasaja Teori-teori Belajar?

III.

PEMBAHASAN
A. Teori Belajar
Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah
mereka mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara
menyeluruh. Berawal dari kesulitan tersebut munculah beberapa persepsi
berbeda dari para psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki
inti kalau teori belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.1
Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana
teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman
mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung. Dari interaksi tersebut,

Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm., 72

para psikolog menyusun proposisi yang mereka tekuni sehingga menghasilkan


madzhab yang mereka ciptakan itu bisa digunakan sebagai landasan pola pikir
mereka.

B. Macam-macam Teori Belajar


1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi
daya dan teori mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu
hanya menekankan pada segi kesadaran saja.
Menurut aliran behaviorisme, bahwa:
1) The image and memories consist of activites engaged in by the
organism. We wake certain responses, we act and this activities are
knnown as images.
2) Behaviorism in psikology is merely the name for that type of
investigation and theory which assumes that mens educational,
vocation and social activities can be completely described or
explained as the result of same (and other) forces used in the
natural sciences.
Didalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan
yang utama. Jadi, melalui kelakuan segala sesuatu tentang jiwa dapat
diterangkan. Dengan memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan
merespons. Hubungan antara stimulus respons ini akan menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Dengan latihan-latihan maka
hubungan-hubungan itu akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut SR Bond Theory.
Keberatan terhadap teori ini adalah karena teori ini menekankan
pada refleks dan otomatisasi dan melupakan kelakuan yang bertujuan (a
purposive behavior).2
2

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm.,
38-39

2. Teori Pembiasaan Klasik


Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang
berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (18491936), pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut.3
Pavlov mengadakan percobaan terhadap anjing yang diberi
stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari hasil
percobaannya, sinyal (pertanda memainkan peran yang sangat penting
dalam akdaptasi hewan terhadap sekitarnya.
Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan
pada tiga proses, yaitu: pertama, penyamarataan (generalization) sebab
respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui
keluarnya air liur; kedua, perbedaan (discimination) untuk merespon
apabila ada perangsang makanan kemulutnya; ketiga, pemadaman
(extinction) terjadi ketika stimulus disajikan berulang-ulang tanpa adanya
stimulus berupa makanan.
Kesimpulan dari percobaan pavlov ialah apabila stimulus yang
diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus
tadi (CS), cepat atau lambat akan menimbulkan respon atau perubahan
yang kita kehendaki dalam CR. Skinner berpendapat bahwa percobaan
Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni: law
of respondent conditioning atau hukum pembiasaan dan law of respondent
extinction atau pemusnahan yang dituntut.4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010,


hlm., 104
4
Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media,
2010, hlm., 169

Keterangan: US (Unconditioned Stimulus), UR (Unconditioned Reflex), CS (Conditioned


Stimulus), CR (Conditioned Reflex)

3. Teori Belajar Koneksionisme


Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan
panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak
(impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih
lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh
karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond
psychology.
Awal eksperimennya menggunakan kucing, ketika eksperimen
awal ini berhasil maka ia melanjutkan pada hewan lainnya. Kucing
dibiarkan kelaparan, kemudian ia dimasukkan kedalam kotak yang
sudah dirancang khusus, sehingga jika kucing itu mnyentuh tombol
pintu maka pintu itu akan terbuka dan ia dapat keluar dan mencapai
daging yang dijadikan umpan diluar kandang. Pada usaha pertama ia
belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian berhasil
menemukan tombol tersebut. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha
pertama agak lama. Percobaan yang sam dilakukan secara berulangulang.
Dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan (trial and
error), maka watu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu
semakin singkat. Teori trial and error learning mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Adanya motif yang mendorong akktivitas.


Adanya berbagai respon terhadap situasi.
Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.
Menurut thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun

pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun manusia,
menggacu pada tiga hukumbelajar pokok, yaitu:

a) Law of Readiness adalah reaksi terhadap stimulus yang didukung


kesiapan untuk bertindak dan reaksi itu menjadi memuaskan.
b) Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila dering
digunakan

akan

semakin

kuat

melalui

repetitton

atau

pengulangan
i. Law of Use: Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika
ii.

ada latihan.
Law of Disuse: Hubungan stimulus respon bertambah lemah

jika latihan dihentikan.


c) Law of Effect ialah menunjukkan kepada makin kuat atau
lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang
dilakukan.5
4. Teori Gestalt
Menurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan ynag
berstruktur. Suatu keseluruhn bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsurunsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang
telah terbentuk dan salin berinterelasi satu sama lain.
Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran
tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
1. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan lingkungannya.
2. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya
ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya
tingkah laku.
3. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
4. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut
menemukan dirinya.
5. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna
dalam keseluruhan itu.6
5. Teori Belajar Kognitif

Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media,


2010, hlm., 166-167
6
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm.,
41

Teori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri


seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada
peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata
masalah respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya pengukuran dan
pengarahan diri yang dikonttrol oleh otak.
Dalam aliran kognitif, penataan kondisi bukan sebaga penyembah
terjadinya belajar, melainkan sekedar memudahkan belajar. Keaktifan
individu dalam belajar menjadi unsur yang sangat penting dan menentukan
kesuksesan bealajar.
a. Pemahaman pencerahan (insight)
Menurut aliran Gesalt kegiatan belajar menggunakan insight
adalah pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan
antar bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dari apa yang diamati
dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari
pada hukuman dan ganjaran.
Ada enam macam sifat khas belajar dengan insight sebagai
berikut:
1)
2)
3)
4)

Insight tergantung atas kemampuan dasar.


Insight didahuui oleh proses mencoba-coba.
Pengalaman seseorang dimasa lampau memengaruhi insight.
Belajar dengan menggunakan insight dapat dilakukan secara

berulang-ulang.
5) Insight dapat digunakan untuk menghadapi situasi baru.
6) Insight terjadi apabila situasi belajar dikondisikan melalui
pengaturan secara eksperimental.7
b. Teori belajar dari Kurt Lewin
Menurut teori ini adanya asosiasi tidak memberikan motor
penggerak bagi aktivitas mental. Menurutnya, akan selalu ada
tegangan yang perlu pada tiap aktivitas. Belajar merupakan perubahan
dalam struktur kognitif, struktur kognitif ini berasal dari dua macam
kekuatan, satu dari struktur dari medan kognisi dan lainnya dari
kebutuhan dan motivasi internal individu. Motivasi mempunyai
pengaruh yang urgen dalam belajar dari hadiah dan hukuman.

Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2010, hlm., 172

Kurt Lewin menggambarkan hadiah atau hukuman sebagai


situasi yang mengandung konflik. Apabila seorang ynag sedang belajr
maka ia akan bertambah pengetahuannya sehingga ruang hidupnya akan
menjadi lebih berdiferensiasi.
Perubahan struktur kognitif dapat terjadi karena pengulangan
situasi, hal terpenting bukan ulangan itu terjadi, melainkan struktur
kognitif yang berubah.8
6. Teori Operant Conditioning
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :

Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi


dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.

Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah


diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah

sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan


yang dekat.9 Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.

Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2010, hlm., 173
9
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010,
hlm., 106

IV.

KESIMPULAN
Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana
teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman
mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung
Macam-macam Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi
daya dan teori mental state.

2. Teori Pembiasaan Klasik


Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan
pada tiga proses, yaitu:
a. Penyamarataan (generalization).
b. Perbedaan (discimination).
c. Pemadaman (extinction).

3. Teori Belajar Koneksionisme


Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan
panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak
(impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih
lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh
karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond
psychology.

4. Teori Gestalt
Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran
tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut :
8

a. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan


lingkungannya.
b. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis,
adanya ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong
terjadinya tingkah laku.
c. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
d. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi
tersebut menemukan dirinya.
e. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya
bermakna dalam keseluruhan itu.
5. Teori Belajar Kognitif
Teori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri
seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada
peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata
masalah respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya pengukuran dan
pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.
6. Teori Operant Conditioning
Hukum-hukum belajar Operant Conditioning, diantaranya :

V.

Law of operant conditining.

Law of operant extinction.

PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat. Tentunya masih
banyak kekurangan dalam makalah kami, hal ini tak lepas dari kodrat kami
sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun kami nantikan dari semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media,
2010.
Mahmud, PsikologiPendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai