BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan bisa terjadi krisis, krisis
baik
untuk
memajukan
perspektif
sosial
konstruksionis
krisis
komunikasi.
Komunikasi krisis adalah bidang yang agak tradisional. dimana teori
sistem
BAB II
ISI
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Krisis Komunikasi (On Crisis Communication)
Sarjana seperti Beck (1992) dan Giddens (1991) mengklaim bahwa kita,
sebagai konsekuensi dari modernitas akhir. Kita semua sadar akan Risk
Society (masyarakat berisiko), setidaknya melalui media massa, lebih atau
kurangnya setiap hari dari laporan mengenai berita baru, seperti berita flu
burung Asia atau berbagai krisis organisasi. Hubungan Masyarakat terutama
digunakan dan menunjukkan nilainya ketika organisasi menghadapi situasi
krisis.
Sebuah fitur umum di sebagian besar literatur tentang komunikasi krisis
adalah persepsi krisis sebagai hasil dari beberapa ancaman eksternal di
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, krisis biasanya dipahami sebagai
sebuah tujuan dan hal yang nyata di luar sana, yang melanda dan
mempengaruhi organisasi. Akibatnya, sebuah organisasi seharusnya untuk
bereaksi terhadap objek krisis dan segera bertindak untuk kembali ke
keadaaan yang seimbangan. Fitur umum lainnya adalah banyaknya
pedoman rinci dan praktik terbaik, yang dikembangkan dari pengalaman para
praktisi (Seeger, Jual Ulmer, 2001).
Jelas, komunikasi krisis adalah bidang yang agak tradisional/kuno.
dimana teori sistem lebih berpengaruh. Sistem teori terbuka menekankan
bahwa organisasi tergantung pada lingkungannya dan saling membutuhkan.
Dalam rangka bertahan hidup, organisasi diasumsikan harus beradaptasi
dengan perubahan lingkungan). Dengan kata lain, di bidang ini ada
kebutuhan mendesak untuk pengembangan teori untuk mendapatkan
alternatif dan fenomena pemahaman organisasi yang lebih baik dari krisis
ditempatkan
dalam
epistemologi
konstruksionisme
sosial.
Ia
menyajikan
Perspektif
Sosiologi
sebagai
"bentuk
kesadaran"
dunia.
Dalam
dunia
modern.
Motif
perelatifan
Motif
keempat
adalah
motif
kosmopolitan
yang
berarti
yang
secara tidak
membangun
lingkungan
manusia,
yang
pada
gilirannya
menjadi
salah
satu
sumber
yang
menginspirasi
kebiasaan
memudahkan
manusia
untuk
mengelola
berkurang
ketika
orang
mengandalkan
kebiasaan
atau
mengeksternalisasi pengetahuan.
2.1.2.3.
konstruksionis
sosial
Berger
tidak
mempertanyakan
10
misalnya,
sering
dianggap
unit
reaktif
yang
telah
penelitian
kontemporer
pada
komunikasi
krisis,
krisis
11
Dalam
situasi
krisis
kepercayaan
publik
kepada
perusahaan
cenderung menjadi lebih rendah, dan pesan yang disampaikan kepada publik
sering menjadi ambigu hal ini membuat Interpretasi publik berbeda dengan
apa yang di interpretasi kan oleh organisasi. Selanjutnya jika organisasi ingin
mengembangkan hubungan baik dengan publik, ia harus memperhatikan
sudut pandang publik, harapan dan permintaan mereka. ini berarti praktisi PR
harus mengakui bahwa orang-orang selalu mengartikan makna yang berbeda
dalam situasi yang berbeda, dan interpretasi mereka pasti akan berbeda
dengan makna yang dimaksudkan oleh organisasi.
2.2.
Pembahasan Kasus
12
13
14
Petani meminta kepada pemerintah untuk tidak adanya impor. Hal ini
disebabkan melimpahnya hasil panen pada tahun 2015. Tetapi biaya yang
dikeluarkan lebih mahal di banding mengimpor gabah.
Lingkungan
bahasanya,
agar
pemerintah
mengerti
maksud
yang
15
Realitas Masyarakat
16
17
bereaksi dan
ada
kecenderungan
kuat
dalam
literatur
tentang
organisasi
sebagai
sebuah
fenomena.
Secara
umum,
18
permintaan
petani
dengan
segera
merealisasikan
19
20
kurang percaya kepada pemerintah maka dari itu petani meminta tidak ada
impor, apalagi pemerintah juga hanya wacana saja dalam pembangunan
waduk pembangunannya hanya sebatas rencana, belum ada langkah
konkret.
Jika organisasi ingin mengembangkan hubungan baik dengan publik, ia
harus memperhatikan sudut pandang publik, harapan dan permintaan
mereka. Pemerintah harus memperhatikan sudut pandang petani, harapan,
dan permintaannya, mereka hanya meminta kepada pemerintah agar
membeli hasil panen dan meminta tidak ada impor dan membuat waduk
yang terealisasi bukan hanya wacana.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam bab ini, saya telah mencoba untuk mempromosikan Bergerian,
atau konstruksi sosial, perspektif tentang komunikasi krisis. Dari sudut
pandang Bergerian pandang, public relations adalah lembaga yang
membangun pandangan dunia dan realitas tertentu melalui kegiatan
komunikasi. Public relations dapat dilihat sebagai proses diseminasi strategis
teks untuk mempertahankan, mengembangkan praktek-praktek
sosial
22
23
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Ihlen, yvind, Betteke Van Ruler, Magnus Fredriksson, 2009. Public
Relations and Social Theory, New York : Routledge
Sumber lain
Koran Kompas, 2 Februari 2015.
24
Lampiran