DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
D. SISTEMATIKA .
A. PERENCANAAN KINERJA ..
1. Visi ..
2. Misi .
3. Tujuan ....
4. Sasaran ..
6. Kebijakan
7. Output Program .
B. PERJANJIAN KINERJA .. 11
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA 13
A. PENGUKURAN KINERJA . 13
B. SUMBER DAYA ... 14
1. Sumber Daya Manusia . 14
2. Sumber Daya Anggaran ... 15
C. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2013 16
1. Indikator Pertama ... 16
a. Kegiatan Yang Terkait Langsung Dengan Indikator Pertama ... 16
b. Kegiatan Lain Yang Mendukung Indikator Pertama ... 17
c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Pertama . 17
2. Indikator Kedua .. 22
a. Kegiatan Yang Terkait Langsung Dengan Indikator Kedua .. 22
b. Kegiatan Lain Yang Mendukung Indikator Kedua .. 22
c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Kedua 22
i
3. Indikator Ketiga .. 26
a. Kegiatan Yang Terkait Langsung Dengan Indikator Ketiga .. 26
b. Kegiatan Lain Yang Mendukung Indikator Ketiga .. 26
c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Ketiga 27
4. Indikator Penunjang .. 30
a. Jumlah Pengadaan Dalam Rangka Mendukung Kegiatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan .. 30
b. Dukungan Manajemen Administrasi Perkantoran . 31
D. REALISASI ANGGARAN 32
BAB IV : PENUTUP 36
LAMPIRAN PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN... 37
DAFTAR TABEL . 40
DAFTAR GAMBAR .. 41
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
iv
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
Capaian
Target
2011
Persentase
ketersediaan obat
dan vaksin
Persentase
Penggunaan Obat
Generik di Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Persentase
Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota
sesuai standar
Realisasi
Capaian
Target
2012
Realisasi
Capaian
2013
85%
87%
102,35%
90%
92,85%
103,17%
95%
96,93%
102,03%
65%
81,59%
125,5%
70%
82,80%
118,29%
75%
85,49%
113,98%
65%
71%
109,23%
70%
71,63%
102,33%
75%
79,48%
105,97%
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah eselon II dan eselon I diwajibkan menyusun laporan akuntabilitas
kinerja untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, serta
kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan kepadanya,
berdasarkan perencanaan strategis (Renstra) yang telah dirumuskan sebelumnya.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), di dalam subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan dijelaskan bahwa pemerintah menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis
bukti ilmiah. Karena obat merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan, maka obat tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi
semata.
Dalam
pelayanan
kesehatan,
obat
dapat
menyelamatkan
kehidupan
dan
meningkatkan kualitas kesehatan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial merupakan
salah satu hak asasi manusia, dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan
kewajiban bagi pemerintah di semua level mulai dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam memenuhi amanat
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999
Pemerintah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) kemudian menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 yang mengacu kepada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor: 988/Menkes/Per/XI/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Departemen Kesehatan sebagai bahan masukan
guna pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Tahun 2013.
B.
C.
2.
3.
Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan untuk periode yang akan datang.
4.
DIREKTUR
BINA OBAT PUBLIK DAN
PERBEKKES
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIT PENYEDIAAN
OBAT PUBLIK &
PERBEKKES
SUBDIT PENGELOLAAN
OBAT PUBLIK DAN
PERBEKKES
SUBDIT
PEMANTAUAN DAN
EVALUASI PROGRAM
OBAT PUBLIK DAN
PERBEKKES
SEKSI ANALISIS
HARGA OBAT
SEKSI PERENCANAAN
PENYEDIAAN OBAT
PUBLIK & PERBEKKES
SEKSI STANDARDISASI
PENGELOLAAN OBAT
PUBLIK & PERBEKKES
SEKSI PEMANTAUAN
PROGRAM OBAT
PUBLIK & PERBEKKES
SEKSI
STANDARDISASI
HARGA OBAT
SEKSI PEMANTAUAN
KETERSEDIAAN OBAT
PUBLIK & PERBEKKES
SEKSI EVALUASI
PROGRAM OBAT
PUBLIK & PERBEKKES
KJF
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut di atas, Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan
dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat, penyediaan dan
pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi
program obat publik dan perbekalan kesehatan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan
standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan
kesehatan;
4. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
D.
SISTEMATIKA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2013 ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan selama Tahun 2013. Capaian kinerja tersebut dibandingkan juga dengan kinerja
tahun sebelumnya sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi, sedangkan realisasi
tahun 2013 akan dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya dan juga dibandingkan
dengan target akhir tahun Renstra (2014).
Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja memungkinkan diidentifikasinya
sejumlah celah kinerja untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Analisis atas
pencapaian tahun ini dengan target akhir tahun Renstra menggambarkan daya yang masih
diperlukan untuk mencapai target. Dengan kerangka berpikir tersebut, sistematika penyajian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun
2013 adalah sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan penulisan laporan, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi Direktorat Bina Obat
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Tahun 2013. Selain itu bab ini juga menjelaskan
mengenai muatan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI untuk periode 2010
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk tahun 2013.
Bab IV: Penutup, berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2013.
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan perencanaan yang disusun dengan selaras mulai dari
Rencana Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Indikator kinerja disusun
berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran stategis.
Perencanaan kinerja disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
secara sistematis, terarah dan terpadu.
Berdasarkan Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025, salah satu
sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005 2025 adalah mewujudkan bangsa yang
berdaya saing. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka
panjang diarahkan untuk mengedepankan pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas. Langkah yang ditempuh antara lain dengan pembangunan kesehatan yang
dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya
manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang disertai oleh peningkatan
pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1144/MENKES/PER/ VIII/2010,
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang obat publik dan perbekalan kesehatan adalah tugas Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 2014, dalam Rencana Aksi Bidang Kesehatan,
kegiatan prioritas terkait dengan obat adalah peningkatan ketersediaan obat publik dan
perbekalan kesehatan. Kegiatan prioritas, sasaran, indikator, dan target tahun 2010 2014
dalam RPJMN dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kegiatan prioritas, Sasaran, Indikator, dan Target tahun 2010 2014 dalam RPJMN
Kegiatan Prioritas
Sasaran
Indikator
Peningkatan
Meningkatnya
Persentase ketersediaan
Ketersediaan Obat
ketersediaan obat
esensial generik di
Kesehatan
sarana pelayanan
Target
2010
2011
2012
2013
2014
80
85
90
95
100
kesehatan dasar
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Ketersediaan
Obat
Publik
dan
Perbekalan
Kesehatan
dengan
luaran
VISI
Visi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan adalah terjaminnya
ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.
2.
MISI
Untuk mencapai ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan ditempuh melalui misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan manajemen pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang efektif
dalam menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.
b. Mengendalikan harga dalam upaya pemerataan dan keterjangkauan obat esensial
c. Meningkatkan peran serta pemerintah daerah dalam manajemen logistik obat.
TUJUAN
Adapun tujuan dari didirikannya Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan adalah terselenggaranya penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan
dalam rangka meningkatkan ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan.
4.
SASARAN
Meningkatnya sediaan farmasi yang memenuhi standar dan terjangkau oleh
masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan obat esensial generik dan vaksin di sarana
pelayanan kesehatan.
5.
Tabel 2. Sasaran, Indikator Kinerja, dan Target Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan.
SASARAN
INDIKATOR KINERJA
Meningkatnya
Persentase Ketersediaan
sediaan farmasi
Persentase Penggunaan
yang memenuhi
standar dan
Pelayanan Kesehatan
terjangkau oleh
Persentase Instalasi
masyarakat
Farmasi Kabupaten/Kota
TARGET
2010
2011
2012
2013
2014
80%
85%
90%
95%
100%
60%
65%
70%
75%
80%
60%
65%
70%
75%
80%
Sesuai Standar
NO
INDIKATOR
Persentase
ketersediaan obat dan
vaksin
URAIAN
Pengertian :
Persentase tersedianya obat dan vaksin selama 18 bulan bagi
pelayanan kesehatan dasar di sarana pelayanan kesehatan
pemerintah.
Perhitungan :
Menghitung persentase ketersediaan
menggunakan rumus berikut :
obat/vaksin
dengan
Catatan :
Persentase
penggunaan obat
generik di fasilitas
pelayanan kesehatan
Pengertian :
Persentase penggunaan obat generik terhadap penggunaan
seluruh obat di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Catatan :
1. Obat generik INN (lihat UU No. 36).
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah adalah Rumah
Sakit dan Puskesmas.
Perhitungan :
Menghitung persentase penggunaan obat generik di Rumah
Sakit dan Puskesmas menggunakan rumus berikut :
Persentase Instalasi
Farmasi
Kabupaten/Kota yang
sesuai standar
Pengertian :
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai
standar terhadap Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia.
Catatan : Sesuai standar rmemenuhi skor minimal 60%. Cara
dan contoh perhitungan terlampir.
Perhitungan :
Persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang sesuai
standar (S) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
6.
KEBIJAKAN
Kebijakan adalah arah atau tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Adapun
kebijakan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tersebut adalah :
a. Advokasi penyediaan anggaran sesuai kebutuhan serta efisiensi pembiayaan obat
melalui penerapan prinsip farmakoekonomi.
b. Pengendalian harga obat khususnya obat esensial generik.
c. Mengatur regulasi terkait dengan jaminan ketersediaan dan keterjangkauan obat.
d. Pengadaan obat generik, obat program, dan vaksin yang efektif, efisien, transparan,
akuntabel dan tepat sasaran.
e. Penerapan kebijakan pengelolaan obat satu pintu di Provinsi dan Kabupaten/Kota
(One Gate Policy).
f.
g. Penerapan wilayah bebas korupsi, wilayah birokrasi bersih dan melayani dalam
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik.
7.
OUTPUT PROGRAM
Dalam pencapaian tujuan dan sasaran, Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan mendukung pelaksanaan program kefarmasian dan alat kesehatan
melalui serangkaian kegiatan. Output dari kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kegiatan dan Output Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2013.
NO
1.
KEGIATAN
Penyusunan daftar harga obat generik,
obat program dan perbekalan kesehatan
OUTPUT
Daftar harga obat generik (SK Menkes)
E-Catalogue
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
10
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
11
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
12
B.
PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian
kinerja
yang
diformulasikan
dalam
penetapan
kinerja
merupakan
pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang
jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Penetapan kinerja disepakati antara
pengemban tugas dengan atasannya (performance agreement). Penetapan kinerja juga
merupakan ikhtisar rencana kinerja tahunan yang telah disesuaikan dengan ketersediaan
anggarannya, yaitu setelah proses anggaran (budgeting process) selesai.
Aktualisasi kinerja sebagai realisasi penetapan kinerja dimuat dalam Laporan
Akuntabilitas Kinerja (Performance Accountability Report). Perjanjian kinerja Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Target Perjanjian Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Tahun 2013.
INDIKATOR KINERJA
95 %
75 %
Kesehatan
c.
75 %
13
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A.
PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Pengukuran
kinerja
juga
merupakan
kegiatan
manajemen,
khususnya
membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan
menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh gambaran tingkat
keberhasilan pencapaian dari masing-masing indikator.
Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi tentang masing-masing
indikator agar dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan
datang, sehingga setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil dan
berdaya guna. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 32/MENKES/SK/2013
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melaksanakan Program Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dengan fokus prioritas program Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan,
pemerataan, keamanan, mutu, dan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Prioritas program tersebut menjadi prioritas program semua satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan termasuk Direktorat
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Sesuai dengan dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang
dituangkan ke dalam Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, ditetapkan beberapa indikator dengan target tahunan. Untuk tahun 2010 2014,
indikator Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 6.
14
Tabel 6. Target dan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2010 2014.
REALISASI (%)
TARGET (%)
INDIKATOR
SASARAN
KINERJA
Meningkatnya
sediaan farmasi
dan alat
kesehatan yang
memenuhi
standar dan
terjangkau oleh
masyarakat
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
80
85
90
95
100
82
87
Persentase
ketersediaan
obat dan vaksin
Persentase
Penggunaan
Obat Generik di
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
Persentase
Instalasi
Farmasi
Kabupaten/Kota
sesuai standar
B.
2012
2013
92,85
96,93
2014
60
65
70
75
80
82
82,80
85,49
60
65
70
75
80
32,8
71
71,63
79,48
SUMBER DAYA
Dalam mencapai kinerjanya, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
didukung oleh beberapa sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya
Anggaran.
1. Sumber Daya Manusia.
Keadaan pegawai di lingkungan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan sampai akhir tahun 2013 berjumlah 35 orang dengan rincian sebagai berikut :
a.
Menurut Jabatan :
b.
= 14 orang
Jabatan Fungsional
Staf
= 21 orang
0 orang
Menurut Golongan:
c.
Jabatan Struktural
Golongan II
4 orang
Golongan III
= 21 orang
Golongan IV
= 10 orang
Menurut Pendidikan:
S2 dan Apoteker
4 orang
S2
2 orang
Apoteker
= 14 orang
Dokter gigi
Sarjana Farmasi
= 1 orang
1 orang
15
Sarjana Ekonomi
= 1 orang
Sarjana Sosial
= 2 orang
Sarjana Komputer
= 1 orang
= 1 orang
D3 Farmasi
= 4 orang
D3 Manajemen Informatika
= 1 orang
SMA
= 3 orang
16
Tabel 7. Realisasi Anggaran DIPA Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Satuan Kerja
Alokasi (Rp.)
Realisasi
Rp.
1.364.727.015.474
95,29
1.432.201.818.000
Kesehatan
C.
17
Rencana
Kebutuhan
Obat
Pelayanan
Kesehatan
Rujukan.
Mendapatkan data kebutuhan obat rujukan yang digunakan untuk menyusun ecatalogue (daftar harga elektronik) yang digunakan untuk penetapan harga dalam
pengadaan obat pada instansi pemerintah dalam upaya pemenuhan ketersediaan
obat.
12) Penyusunan Rencana Kebutuhan Obat Pelayanan Program Kesehatan. Kegiatan
ini bertujuan untuk merencanakan kebutuhan obat pelayanan program kesehatan
agar ketersediaan obat pelayanan program kesehatan dapat dijamin sesuai
dengan kebutuhan.
13) Penyusunan rencana kebutuhan obat embarkasi haji. Merencanakan obat untuk
embarkasi haji agar perencanaan sesuai kebutuhan sehingga ketersediaan obat
haji dapat dijamin sesuai kebutuhan.
14) Pengadaan obat, vaksin, dan perbekalan kesehatan. Pengadaan obat, vaksin, dan
perbekalan kesehatan diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan obat dan
vaksin untuk program kesehatan.
15) Evaluasi pengadaan dan penerimaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin.
Hasil evaluasi dapat memetakan permasalahan yang mungkin ditemui dalam
pengadaan obat di instansi pemerintah sehingga pengadaan obat tidak terkendala
dan obat dapat tersedia sesuai waktu yang direncanakan.
16) Penerimaan dan Stok Opname obat dan perbekkes haji di Arab Saudi. Mengetahui
ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan jemaah haji.
b. Kegiatan Lain yang Mendukung Indikator Kinerja.
1) Pengembangan e-logistic system
2) Pemantauan kualitas obat di instalasi farmasi kab/kota. Dapat memastikan obat
yang dibeli oleh pemerintah untuk pelayanan kesehatan dasar adalah obat yang
berkualitas guna pemenuhan ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dasar.
Untuk tahun 2013 direvisi menjadi kegiatan penyusunan pedoman pemantauan
kualitas obat pelayanan kesehatan dengan tujuan agar obat yang diuji hasilnya
18
dapat ditindaklanjuti dengan kebijakan yang jelas antara Badan POM sebagai
Pengawas Obat dan Kemenkes sebagai pembuat kebijakan dan berkewenangan
dalam pembinaan pada produsen apabila ada produk yang Tidak Memenuhi
Syarat (TMS).
3) Monitoring harga obat generik, nama dagang, dan perbekalan kesehatan di Apotik.
4) Penyusunan Daftar Orphan Drug.
5) Kajian Biaya Kapitasi Pelayanan Kefarmasian.
c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Pertama.
Kondisi yang Dicapai
Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan
untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program
kesehatan. Jumlah item obat dan vaksin yang dipantau adalah 144 item yang terdiri
dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 item vaksin untuk imunisasi
dasar. Data ketersediaan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota diambil sebagai
gambaran ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dasar. Capaian tahun 2013
ketersediaan obat dan vaksin rata-rata sebesar 96,93%. Angka ini diperoleh dari ratarata ketersediaan 144 item obat dan vaksin indikator secara nasional. Angka masing
masing provinsi dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
PROVINSI
NAD
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
KEPULAUAN RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
BANGKA BELITUNG
LAMPUNG
DKI JAKARTA
BANTEN
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
JOGYAKARTA
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
PERSENTASE
KETERSEDIAAN
106,23
105,93
163,15
137,11
151,70
127,17
87,77
187,63
167,13
93,16
78,71
188,83
109,21
183,09
219,27
84,29
158,80
80,86
138,00
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
KALIMANTAN SELATAN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI UTARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
189,31
207,27
158,65
124,89
161,06
118,08
101,17
178,52
145,62
91,74
70,87
78,80
112,79
167,08
Gambar 2. Gambaran Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2010 - 2013 dalam
Persentase
20
Tahun 2010 target 80% tercapai sebesar 82%, apabila dibandingkan dengan
target maka capaian sebesar 102,5%. Tahun 2011 target 85% tercapai 87%,
dibandingkan dengan target maka capaian sebesar 102,35%. Tahun 2012 target 90%
tercapai sebesar 92,85%, apabila dibandingkan dengan target maka capaian kinerja
indikator ini sebesar 103,17%.
Gambar 4. E-Procurement Award
21
Apabila dilihat dari grafik capaian terhadap target tahun 2010 sampai tahun 2013 tidak
membentuk garis lurus akan tetapi berfluktuasi namun setiap tahun mencapai target.
Capaian
tahun
2013
sebesar
102,03%
merupakan
capaian
paling
rendah
dibandingkan capaian tahun 2010, 2011, dan 2012. Hal ini disebabkan antara lain oleh
perubahan peraturan dalam penetapan harga obat untuk pengadaan pemerintah yang
semula menggunakan SK Menkes menjadi katalog elektronik dan perubahan metode
pengadaan yang semula lelang atau penunjukkan langsung menjadi e-purchasing
melalui LPSE. Penggunaan sistem baru ini memerlukan proses adaptasi pada satker
sebagai pengguna, industri sebagai penyedia obat, dan distributor. Hal ini berdampak
dalam hal pengadaan obat di Pusat (obat program kesehatan), Provinsi, dan
Kabupaten/Kota sehingga ada beberapa obat yang tidak dapat diadakan dan hal ini
berdampak pada ketersediaan.
Untuk menjamin ketersediaan obat dan vaksin tersebut, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan berkoordinasi dengan Ditjen P2PL, Ditjen Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak (Ditjen Bina GKIA), Ditjen BUK, Setjen dalam menyusun
paket pengadaan obat dan vaksin termasuk perbekalan kesehatan. Untuk memenuhi
kebutuhan program kesehatan dan haji antara lain vaksin haji, obat AIDS dan PMS,
Obat TB Paru, Obat Filariasis, Obat Gizi, Obat P2M, Obat/Vaksin Flu Burung, Obat
dan Perbekalan Kesehatan Haji, Obat Emergency Haji, Obat Kesehatan Ibu, Obat
Kesehatan Anak, Reagen Screening Darah, Obat Buffer Stock Pusat, Obat Buffer Stok
Provinsi, Obat Poliklinik, Obat Buffer Stock Bencana dan Obat Emergency Haji.
Serapan anggaran untuk pengadaan obat dan vaksin tersebut di atas sebesar
Rp 1.349.258.184.203,- dari alokasi anggaran yang tersedia termasuk APBN-P
sebesar Rp 1.406.568.155.000,- atau serapannya sebesar 95,93%. Pelaksanaan
proses paket pengadaan obat dan vaksin dimaksud sampai dengan distribusinya ke
Dinas Kesehatan Provinsi sepenuhnya merupakan tanggung jawab Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Dalam rangka merealisasikan capaian indikator kinerja, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan melakukan strategi antara lain sebagai berikut:
Strategi:
a) Peningkatan anggaran melalui APBN maupun APBD I dan APBD II, yang
dialokasikan untuk penyediaan obat dan vaksin.
b) Mengintensifkan
advokasi
kepada
Pemerintah
Daerah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota.
c) Mendorong komitmen Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk
menyediakan obat dan vaksin.
22
g) Untuk menjamin ketersediaan obat dan vaksin di daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan oleh karena perbedaan letak geografis maka perlu disusun sistem
pengelolaan obat secara khusus.
Permasalahan:
a) Masih ada Pemerintah daerah yang belum mengalokasikan anggaran untuk obat
secara optimal karena kurangnya komitmen Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam mengalokasikan anggaran bagi
penyediaan obat dari APBD sehingga biaya untuk obat mengandalkan anggaran
DAK walaupun pada setiap pertemuan selalu disampaikan bahwa anggaran DAK
untuk obat hanya bersifat sementara.
b) Dengan adanya perubahan penetapan harga obat untuk pengadaan pemerintah
dari SK Menkes secara manual ke harga obat secara elektronik (e-catalogue obat)
dan perubahan metode pengadaan yang semula lelang atau penunjukkan
langsung menjadi e-purchasing melalui LPSE, diperlukan proses adaptasi baik
pada satker sebagai pengguna, industri sebagai penyedia obat, dan distributor. Hal
ini mempengaruhi pengadaan obat di setiap jenjang dan berdampak pada
ketersediaan obat.
Upaya program yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja indikator persentase
ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah :
a)
23
kesehatan
pemerintah
pada
pertemuan
yang
diadakan
oleh
PROPINSI
ACEH
SUMUT
SUMBAR
RIAU
KEPRI
BENGKULU
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
BABEL
BANTEN
DKI JAKARTA
JATENG
JABAR
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BALI
NTB
NTT
KALBAR
KALTIM
KALTENG
KALSEL
SULUT
SULBAR
SULTRA
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
MALUKU
MALUT
PAPUA
PAPUA BARAT
RATA-RATA
RATA-RATA
PUSKESMAS
RATA-RATA
RS
RATA-RATA
98,96%
99,29%
99,86%
88,09%
90,21%
93,25%
96,68%
87,55%
85,70%
100,00%
97,09%
95,50%
96,40%
98,37%
98,80%
96,88%
99,68%
99,50%
100,00%
95,73%
92,47%
95,52%
97,76%
99,68%
97,55%
96,96%
100,00%
91,45%
97,17%
97,28%
99,36%
88,77%
100,00%
96,11%
91,04%
63,88%
90,35%
57,99%
83,04%
63,07%
67,38%
80,18%
66,51%
89,59%
60,66%
66,31%
66,39%
69,44%
83,23%
51,54%
68,21%
74,50%
81,72%
78,22%
61,76%
75,60%
76,89%
82,74%
76,71%
86,60%
71,69%
68,94%
77,83%
81,23%
93,26%
76,15%
88,04%
74,87%
95,00%
81,59%
95,11%
73,04%
86,63%
78,16%
82,03%
83,87%
76,11%
94,80%
78,88%
80,91%
81,40%
83,91%
91,02%
74,21%
83,95%
87,00%
90,86%
86,98%
77,12%
85,56%
87,33%
91,21%
87,13%
91,78%
85,85%
80,20%
87,50%
89,26%
96,31%
82,46%
94,02%
85,49%
25
Gambar 5. Grafik Target dan Persentase Penggunaan Obat di Puskesmas dan Rumah
Sakit Tahun 2010 2013 serta Target Tahun 2014
Apabila dilihat dari tahun 2010 sampai 2013 peningkatan capaian menunjukan
angka yang kecil, ini berarti capaian sudah mendekati angka maksimum karena
capaian di rumah sakit tidak mengalami peningkatan yang bermakna.
Penggunaan obat generik di rumah sakit tahun 2013 bervariasi antara 51,54%
sampai dengan 93,26% dengan rata-rata nasional adalah sebesar 74,87% dan di
Puskesmas juga bervariasi antara 85,70% sampai dengan 100% dengan rata-rata
nasional 96,11%, ini dapat dilihat pada Tabel 9.
Gambar 6. Grafik Capaian Persentase Penggunaan Obat Generik
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2010 2014
26
adalah
pada
tahun 2013 adalah sebesar 113,99% (mengalami kenaikan dari tahun 2012 sebesar
2,69%). Dapat dilihat pada gambar 5, 6, dan 7.
Permasalahan:
Belum terbangunnya sistem pelaporan yang rutin tentang penggunaan obat
generik terutama dari Rumah Sakit ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan
diteruskan ke Provinsi dan Pusat.
27
4) Stok opname obat Buffer Stock Pusat. Mendapatkan data stok obat dengan
mengetahui kondisi obat termasuk tanggal kadaluwarsanya sehingga langkah
langkah untuk pembenahan dapat dilakukan.
5) Pemusnahan Obat Kadaluarsa di Arab Saudi.
6) Penyusunan Prosedur Tetap Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi. Dengan
tersusunnya Protap Pengelolaan Obat Haji di Arab Saudi akan memberikan acuan
yang jelas bagi petugas farmasi yang melaksanakan pelayanan obat untuk
pelayanan kesehatan bagi Jemaah Haji.
7) Pembekalan Tenaga Kefarmasian tentang pengelolaan obat di Arab Saudi.
8) Bimbingan Teknis Software E-Logistic System dan Analisis Ketersediaan Obat
9) Pilot project E-Logistic System di DIY
c. Analisis Capaian Indikator Kinerja Ketiga.
Kondisi yang dicapai
Untuk mendapatkan data Instalasi Farmasi sesuai standar Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan melakukan penilaian terhadap Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota. Penilaian dilakukan dengan instrumen yang mencakup 3 aspek yaitu
sumber daya manusia pengelola obat dengan bobot 40%, sarana dan prasarana bobot
40% serta biaya operasional bobot 20%. Tata cara penilaian dan skoring dapat dilihat
pada lampiran 1.
Apabila Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sudah memiliki skoring nilai di atas
60%, maka dapat dikatakan sudah sesuai standar. Data Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota yang mencakup ketiga aspek tersebut diperoleh dari kegiatan
bimbingan teknis ke instalasi farmasi kabupaten/kota dan hasil laporan dari dinas
kesehatan provinsi.
Tabel 10. Data Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota Sesuai Standar Tahun 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
PROVINSI
NAD
SUMATERA UTARA
JAMBI
BENGKULU
SUMATERA BARAT
BANGKA BELITUNG
RIAU
KEPULAUAN RIAU
SUMATERA SELATAN
JUMLAH IFK
JUMLAH IF
KABUPATEN/KOTA
SESUAI STANDAR
23
33
11
10
19
7
12
7
15
13
17
11
10
19
7
10
7
9
PERSENTASE
(%)
56,52
51,52
100,00
100,00
100,00
100,00
83,33
100,00
60,00
29
10 LAMPUNG
11 DKI JAKARTA
12 BANTEN
13 JAWA BARAT
14 JAWA TENGAH
15 YOGYAKARTA
16 JAWA TIMUR
17 BALI
18 KALIMANTAN BARAT
19 KALIMANTAN TIMUR
20 KALIMANTAN SELATAN
21 KALIMANTAN TENGAH
22 SULAWESI SELATAN
23 SULAWESI TENGAH
24 SULAWESI TENGGARA
25 SULAWESI BARAT
26 SULAWESI UTARA
27 GORONTALO
28 NUSA TENGGARA BARAT
29 NUSA TENGGARA TIMUR
30 MALUKU
31 MALUKU UTARA
32 PAPUA BARAT
33 PAPUA
JUMLAH
14
6
8
26
35
5
38
9
14
14
13
14
24
11
12
5
15
6
10
21
11
9
11
29
497
8
2
8
26
34
5
35
8
12
11
11
11
24
9
9
5
11
4
8
12
6
7
8
18
395
57,14
33,33
100,00
100,00
97,14
100,00
92,11
88,89
85,71
78,57
84,62
78,57
100,00
81,82
75,00
100,00
73,33
66,67
80,00
57,14
54,55
77,78
72,73
62,07
79,48
Gambar 8. Grafik IFK sesuai Standar Tahun 2010 2013, target 2014
30
Target tahun 2013 ditetapkan sebesar 75% dan realisasinya sampai dengan
akhir tahun sebesar 79,48%. Dengan demikian, bila dibandingkan terhadap target
tahun
2013
maka
capaian
kinerja
indikator
persentase
instalasi
farmasi
sangat bervariasi karena penilaian berhubungan dengan fisik bangunan dan sarana
sehingga kenaikan nilai sangat dipengaruhi oleh anggaran pembangunan sarana.
Pada tahun 2010 persentase yang sesuai standar sangat kecil hanya mencapai
32,8%. Tahun 2011 dengan adanya peluang dana DAK untuk obat bisa direalokasikan
untuk pembangunan sarana gudang maka nilai IFK yang sesuai standar mengalami
kenaikan dan ditambah lagi dengan adanya bantuan dari Anggaran Global Fund yang
dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana. Tahun 2012 sudah dibangun
20 IFK.
Permasalahan:
a) Belum optimalnya komitmen Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam mengalokasikan anggaran yang memadai untuk sarana
prasarana dan biaya operasional untuk pengelolaan obat di Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota.
b) Jumlah tenaga kefarmasian yang terbatas dan kompetensi yang belum sesuai
c) Seringnya mutasi tenaga kefarmasian yang bertugas di Instalasi Farmasi
Kabupaten/kota mempengaruhi manajemen pengelolaan obat.
Upaya Peningkatan Kinerja Indikator Ketiga Persentase Instalasi Farmasi sesuai
Standar:
a) Memberikan bantuan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk
pengelolaan
obat
dan
vaksin
sehingga
Dinas
Kesehatan
Provinsi
dan
31
g) Dekonsentrasi biaya distribusi obat dan vaksin yang teralokasi dalam APBN.
h) Peningkatan kualitas pengelolaan obat melalui peningkatan kapasitas SDM
Kefarmasian yang dilakukan secara berkesinambungan.
i)
j)
Mengusulkan Hibah Global Fund untuk pembangunan sarana dan prasarana serta
penguatan Manajemen Pengelolaan Obat di Provinsi dan Kab/Kota melalui
program Supply Chain Management (SCM).
4. Indikator Penunjang
a. Jumlah Pengadaan Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Direktorat Bina Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan terdapat dalam Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Pengadaan di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
No
Pengadaan
Pagu
Realisasi
Persentase
475.764.603.000,00
475.764.603.000,00
100,00%
9.478.815.000,00
9.049.611.824,00
95,47%
27.669.172.000,00
27.609.442.707,00
99,78%
15.167.557.000,00
2.131.136.541,00
14,05%
3.864.152.000,00
2.018.569.754,00
52,24%
4.318.329.000,00
1.327.447.691,00
30,74%
17.998.223.000,00
13.100.422.795,00
72,79%
7.920.724.000,00
5.439.383.165,00
68,67%
229.942.938.000,00
224.818.659.253,00
97,77%
3
4
5
6
32
10
39.464.947.000,00
38.026.163.154,00
96,35%
11
69.743.682.000,00
69.218.648.906,00
99,25%
12
124.995.399.000,00
123.318.256.200,00
98,66%
24.284.728.000,00
23.171.797.677,00
95,42%
2.500.000.000,00
2.481.259.240,00
99,25%
15
820.000.000,00
645.009.235,00
78,66%
16
8.714.129.000,00
6.403.725.981,00
73,49%
17
24.999.079.000,00
20.706.817.234,00
82,83%
18
892.824.000,00
3.372.610,00
0,38%
176.404.878.000,00
176.216.177.500,00
99,89%
2.678.472.000,00
1.130.534.034,00
42,21%
25.891.904.000,00
21.582.502.360,00
83,36%
56.000.000.000,00
51.922.530.000,00
92,72%
37.600.000.000,00
37.519.475.400,00
99,79%
17.813.191.000,00
14.266.922.600,00
80,09%
13
14
19
20
21
22
23
24
33
REALISASI ANGGARAN
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi didukung oleh anggaran DIPA Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Tahun 2013 dengan alokasi Rp 1.432.189.818.000,00 setelah optimalisasi,
sementara realisasinya Rp 1.364.737.015.454,00 (95,29%).
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kegiatan
Kegiatan yang mendukung
indikator Persentase Ketersediaan
Obat dan Vaksin
Pengadaan Obat, Vaksin, dan
Perbekalan Kesehatan
Penyusunan Daftar Formularium
Nasional Bahan Medis Habis Pakai
Pertemuan Pembahasan E-Catalogue
Tahun 2014
Penyusunan Rencana Kebutuhan
Obat Nasional
Penyusunan Rencana Kebutuhan
Obat Rumah Sakit
Penyusunan Rencana Kebutuhan
Obat Embarkasi Haji
Pertemuan Evaluasi dan
Perencanaan Monitoring Harga Obat
dan Nama Dagang
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
e-Catalogue
Penyusunan Daftar Orphan Drug
Pagu
Realisasi
Prosentase
1.410.552.178.000,00
1.349.829.936.967,00
95,70%
448.080.000,00
314.890.000,00
70,28%
513.960.000,00
247.220.000,00
48,10%
638.333.000,00
555.905.000,00
87,09%
375.155.000,00
308.365.000,00
82,20%
241.188.000,00
222.512.050,00
92,26%
447.998.000,00
396.155.000,00
88,43%
255.440.000,00
177.647.000,00
69,55%
448.080.000,00
351.593.200,00
78,47%
34
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
445.780.000,00
336.010.000,00
75,38%
686.940.000,00
547.902.300,00
79,76%
252.600.000,00
240.600.000,00
95,25%
759.710.000,00
645.503.100,00
84,97%
525.760.000,00
273.600.000,00
52,04%
435.760.000,00
337.529.800,00
77,46%
373.840.000,00
272.805.000,00
72,97%
625.505.000,00
559.173.000,00
89,40%
473.520.000,00
201.830.000,00
42,62%
580.885.000,00
419.009.550,00
72,13%
569.930.000,00
564.585.350,00
99,06%
414.045.000,00
388.889.275,00
93,92%
241.320.000,00
235.312.950,00
97,51%
584.970.000,00
575.146.400,00
98,32%
95.360.000,00
93.257.700,00
97,80%
74.420.000,00
0%
495.145.000,00
0%
151.010.000,00
142.728.400,00
94,52%
117.300.000,00
100.150.000,00
85,38%
265.710.000,00
158.324.950,00
59,59%
94.500.000,00
57.698.400,00
61,06%
851.610.000,00
839.116.750,00
98,53%
425.990.000,00
265.900.000,00
62,42%
565.340.000,00
0%
35
11
309.985.000,00
303.387.050,00
97,87%
731.335.000,00
381.138.000,00
52,12%
194.220.000,00
130.778.752,00
67,34%
631.650.000,00
449.264.700,00
71,13%
307.952.000,00
265.880.000,00
86,34%
579.991.000,00
63.649.300,00
10,97%
285.560.000,00
234.301.000,00
82,05%
839.220.000,00
323.178.300,00
38,51%
19
310.414.000,00
153.722.600,00
49,52%
20
432.640.000,00
159.770.000,00
36,93%
1.234.625.000,00
999.217.738,00
80,93%
119.880.000,00
105.606.500,00
88,09%
98.400.000,00
89.496.700,00
90,95%
170.100.000,00
161.799.050,00
95,12%
87.480.000,00
81.355.050,00
93,00%
230.640.000,00
218.054.400,00
94,54%
364.944.000,00
360.637.000,00
98,82%
536.970.000,00
272.036.376,00
50,66%
171.620.000,00
156.220.000,00
91,03%
288.060.000,00
168.225.796,00
58,40%
245.820.000,00
0%
65.370.000,00
0%
1.432.189.818.000,00
1.364.737.015.454,00
95,29%
12
13
14
15
16
17
18
8
9
10
11
12
Dari Tabel 12, tampak bahwa dalam hal penyelesaian kegiatan-kegiatan di Direktorat
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, kinerja dapat diperoleh melampaui target
pencapaian tanpa harus menghabiskan seluruh anggaran. Dengan demikian, Direktorat Bina
obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah berhasil melakukan penghematan (efisiensi)
realisasi anggaran.
36
BAB IV
PENUTUP
Menteri
Kesehatan
Nomor:
1144/Menkes/Per/VIII/2010
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang secara
rinci diuraikan menggunakan acuan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2010 2014.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan telah merealisasikan
anggaran sebesar Rp 1.364.727.015.474 dari alokasi dana yang disediakan dalam
DIPA sebesar Rp 1.432.201.818.000,- dengan persentase sebesar 95,29 %.
Pada dasarnya, Direktorat Bina Publik dan Perbekalan Kesehatan
telah
37
g. Pelatihan Advokasi
2. Sarana Pengamanan IFK
a. Alarm
b. Pemadam kebakaran
c. Teralis
d. Pagar (Pintu pengaman yaitu Pintu besi, CCTV)
3. Sarana Penyimpanan dan Distribusi
a.
Rak
i.
b.
Palet
j.
c.
Lemari Narkotika
k. Generator
d.
Kulkas,
l.
e.
m. Mobil
f.
Air Conditioning
n. Motor
g.
Ventilator
o. Speed boat
h.
Termometer/ hygrometer)
Handforklift
38
4. Sarana Administrasi
a.
Mebeulair
b.
Pengolah data (Komputer PC/ laptop, Printer Laser/ dot matrik Mesin Tik)
39
BOBOT PENILAIAN
NO
I.
SDM,
BOBOT
KET
BOBOT 40 %
1. Penanggungjawab
2. Perbandingan SDM
3. Peningkatan SDM
II.
KRITERIA
- Apoteker
- S1 Farmasi/D3 Farmasi
- AA/SMF
- Jumlah SDM 5- 7
- Jumlah SDM 3 - 4
- Jika separo
5. Luas Tanah
BOBOT 40 %
- UPTD
- Lain-lain
- 1000 m2
500 m2 1000 m2
- < 500 m
6. Luas Bangunan
8. Sarana Pengaman
- > 300 m
- 300 m
7. Status Gedung
- Milik Sendiri
- Sewa
Pengaman
- Memiliki 2 3 sarana pengaman
Pengaman
40
III
9. Sarana
Penyimpanan dan
Penyimpanan
Distribusi
- Memiliki 7 13
- Memiliki 3 6
- Memiliki 1 2
- Tidak memiliki
10. Sarana
Administrasi
- Memiliki 3 4 sarana
- Memiliki 1 2 sarana
operasional
13.Anggaran perkapita
- Hanya 2 dari 3
- Hanya 1
- Rp 5.000 9.000
41
LAMPIRAN 2
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PERIODE B12 TAHUN 2013
NASIONAL
NO
NAMA OBAT
KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN 2013
TOTAL PENGGUNAAN
30 NOVEMBER
2013
JUMLAH OBAT
DAN VAKSIN
KETERSEDIAAN
7=5+6
8=7/4
tablet
36,741,378
19,229,747
23,104,455
42,334,202
115.22%
tablet
32,367,841
16,672,133
14,346,644
31,018,777
95.83%
tablet
1,010,547
417,058
501,929
918,987
90.94%
tablet
6,105,441
2,348,886
3,957,380
6,306,266
103.29%
kapsul
105,686,877
50,006,118
38,234,288
88,240,406
83.49%
kaplet
537,766,318
281,166,035
291,406,496
572,572,531
106.47%
botol
15,290,917
8,827,830
9,609,045
18,436,875
120.57%
tablet
182,539,479
104,102,605
98,494,679
202,597,283
110.99%
ampul
3,099,226
1,528,820
1,599,428
3,128,248
100.94%
10
tablet
330,010,245
167,904,308
157,741,630
325,645,937
98.68%
11
tube
3,203,739
1,459,492
1,393,982
2,853,474
89.07%
supp
1,478,236
735,472
552,473
1,287,945
87.13%
12
13
14
Heksaklorofen 250 mg
Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat
pot
3%
Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg
tablet
tablet
1,628,366
640,547
1,130,178
1,770,725
108.74%
6,538,399
2,435,922
2,458,231
4,894,153
74.85%
150,345
49,529
57,691
107,220
71.32%
2,358,049
1,105,384
1,193,384
2,298,768
97.49%
tablet
340,682,306
176,528,800
126,672,199
303,200,999
89.00%
tablet
9,155,228
2,591,429
3,719,081
6,310,510
68.93%
tablet
2,601,517
857,123
1,069,150
1,926,273
74.04%
20
tablet
1,991,758
562,679
1,116,270
1,678,949
84.29%
21
botol
35,022
14,622
18,522
33,144
94.64%
22
ampul
539,197
192,160
287,865
480,025
89.03%
23
krim
5,755,275
2,957,901
2,704,064
5,661,965
98.38%
24
ampul
14,415,848
5,986,406
6,705,837
12,692,243
88.04%
25
tablet
300,226,668
149,039,596
150,072,810
299,112,407
99.63%
26
botol
2,983,469
1,966,614
1,000,827
2,967,441
99.46%
27
botol
6,835,227
3,641,599
3,253,281
6,894,880
100.87%
28
tablet
124,225,667
49,938,265
58,003,223
107,941,489
86.89%
29
ampul
2,040,659
795,984
1,713,432
2,509,416
122.97%
30
Diazepam tablet 2 mg
tablet
37,895,932
12,062,348
23,844,018
35,906,365
94.75%
31
Diazepam tablet 5 mg
tablet
5,768,851
2,270,600
4,542,372
6,812,972
118.10%
32
ampul
6,624,732
2,141,358
3,172,726
5,314,084
80.22%
33
tablet
7,778,533
3,185,350
5,113,193
8,298,543
106.69%
34
tablet
36,176,115
14,820,819
13,057,891
27,878,710
77.06%
35
tablet
20,825,531
6,608,098
10,263,884
16,871,982
81.02%
36
ampul
1,621,856
454,397
704,348
1,158,745
71.45%
37
botol
769,775
331,975
431,788
763,763
99.22%
38
ampul
89,475
21,229
64,658
85,887
95.99%
39
ampul
926,935
189,822
547,371
737,193
79.53%
40
Fenobarbital tablet 30 mg
tablet
25,873,858
9,556,079
14,569,666
24,125,745
93.24%
41
tablet
2,255,883
813,619
1,278,460
2,092,079
92.74%
42
tablet
3,976,891
1,407,220
2,429,553
3,836,773
96.48%
43
botol
1,182,712
387,709
783,908
1,171,617
99.06%
44
ampul
5,034,528
2,184,401
2,541,697
4,726,099
93.87%
45
tablet
17,655,327
8,314,081
7,652,031
15,966,112
90.43%
46
Furosemid tablet 40 mg
tablet
15,961,933
8,560,477
9,307,094
17,867,571
111.94%
47
Gameksan lotion 1 %
botol
1,059,419
618,048
441,379
1,059,427
100.00%
48
sach
46,047,937
19,580,480
23,457,743
43,038,223
93.46%
49
botol
2,257,820
1,229,205
1,181,926
2,411,131
106.79%
50
Glibenklamida tablet 5 mg
tablet
56,488,673
27,020,735
32,061,921
59,082,656
104.59%
15
Levodopa 250 mg
16
17
18
19
vial
42
NASIONAL
NO
NAMA OBAT
KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN 2013
TOTAL PENGGUNAAN
30 NOVEMBER
2013
JUMLAH OBAT
DAN VAKSIN
KETERSEDIAAN
7=5+6
8=7/4
51
tablet
368,900,378
222,050,154
184,384,831
406,434,985
110.17%
52
Gliserin
botol
3,706,973
2,332,470
756,488
3,088,958
83.33%
53
botol
6,339,081
1,905,708
3,013,309
4,919,017
77.60%
54
botol
275,831
98,100
169,291
267,391
96.94%
55
ampul
616,452
325,088
472,516
797,604
129.39%
56
tablet
26,115,814
10,787,285
14,866,387
25,653,672
98.23%
57
tablet
3,841,418
1,618,510
2,523,240
4,141,750
107.82%
58
tablet
10,635,642
5,065,709
7,199,850
12,265,559
115.33%
59
Haloperidol tablet 5 mg
tablet
5,093,137
2,757,655
4,273,471
7,031,126
138.05%
60
Hidroklorotiazida tablet 25 mg
tablet
80,079,223
52,902,920
21,547,652
74,450,572
92.97%
61
tube
7,370,766
3,898,846
3,757,915
7,656,761
103.88%
62
tablet
63,225,521
30,989,691
27,380,385
58,370,076
92.32%
63
tablet
71,559,108
34,382,751
34,253,631
68,636,382
95.92%
64
tablet
11,721,833
4,540,920
8,885,071
13,425,991
114.54%
65
tablet
215,793,410
103,283,253
99,050,428
202,333,681
93.76%
66
tablet
55,391,360
27,987,345
24,569,208
52,556,553
94.88%
67
Kaptopril tablet 25 mg
tablet
103,261,367
53,783,430
54,885,709
108,669,139
105.24%
68
tablet
5,528,909
2,968,687
3,345,623
6,314,310
114.21%
69
597,739
100,930
367,235
468,165
78.32%
70
kapsul
2,268,599
1,093,134
926,000
2,019,134
89.00%
71
kapsul
62,485,884
29,426,095
29,446,447
58,872,542
94.22%
72
botol
17,647,929
10,064,890
7,193,599
17,258,489
97.79%
73
tablet
646,187,787
352,716,274
308,967,154
661,683,428
102.40%
74
ampul
5,821,838
3,709,142
2,630,361
6,339,503
108.89%
75
ampul
216,884
47,967
153,468
201,435
92.88%
76
tablet
10,123,877
4,671,487
5,142,995
9,814,482
96.94%
77
tablet
12,552,718
5,718,001
9,579,338
15,297,339
121.86%
tablet
3,585,606
1,262,032
1,288,060
2,550,092
71.12%
12,476,443
7,467,662
5,578,031
13,045,693
104.56%
108,313,585
54,657,270
60,890,922
115,548,192
106.68%
22,869,557
10,476,708
12,545,963
23,022,671
100.67%
4,626,081
2,436,082
2,337,661
4,773,743
103.19%
78
79
80
81
vial
500 mg
Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg +
botol
Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400
mg, Trimetoprim 80 mg
tablet
tablet
tablet
82
83
454,800
297,128
531,377
828,505
182.17%
84
vial
7,895,129
4,499,967
5,311,875
9,811,841
124.28%
85
vial
199,738
72,830
89,723
162,553
81.38%
86
vial
330,795
160,311
244,565
404,876
122.39%
87
sach
13,517
3,069
8,945
12,014
88.88%
88
botol
30,349
9,393
16,514
25,907
85.36%
89
tablet
2,048,135
533,179
906,957
1,440,136
70.31%
90
tablet
13,496,864
6,147,373
6,438,907
12,586,280
93.25%
91
ampul
2,867,774
1,351,033
1,353,894
2,704,927
94.32%
92
tablet
32,560,494
13,815,377
17,057,013
30,872,390
94.82%
93
tablet
35,942,591
16,827,971
21,309,419
38,137,390
106.11%
94
botol
301,519
161,088
191,349
352,437
116.89%
95
botol
1,873,012
1,985,305
867,406
2,852,711
152.31%
96
ampul
113,074
20,792
54,040
74,832
66.18%
97
tablet
2,892,119
982,652
1,800,930
2,783,582
96.25%
98
tablet
3,521,164
1,714,809
2,307,833
4,022,642
114.24%
99
91.20%
ampul
botol
7,594,207
4,096,417
2,829,446
6,925,863
tube
5,522,378
1,733,985
2,280,975
4,014,960
72.70%
vial
654,266
449,109
224,012
673,121
102.88%
ampul
4,644,722
1,999,100
1,556,512
3,555,612
76.55%
botol
16,616,812
10,567,900
6,642,277
17,210,176
103.57%
tablet
23,421,018
11,001,135
13,769,305
24,770,440
105.76%
tablet
720,242,482
391,291,341
341,997,577
733,288,918
101.81%
botol
1,543,926
1,174,948
727,356
1,902,304
123.21%
tablet
14,620,822
5,529,522
7,894,386
13,423,908
91.81%
43
NASIONAL
NO
NAMA OBAT
KEMASAN
KEBUTUHAN
TAHUN 2013
TOTAL PENGGUNAAN
30 NOVEMBER
2013
JUMLAH OBAT
DAN VAKSIN
KETERSEDIAAN
7=5+6
8=7/4
tablet
244,575,456
125,195,842
126,634,012
251,829,854
botol
4,078,766
1,664,949
1,224,784
2,889,733
70.85%
botol
3,337,799
954,064
1,617,416
2,571,479
77.04%
tablet
219,167,208
105,196,392
85,875,794
191,072,186
87.18%
tablet
21,775,804
8,001,690
21,805,219
29,806,909
136.88%
tablet
7,467,236
2,613,969
4,469,695
7,083,664
94.86%
tablet
4,777,147
2,232,280
4,541,396
6,773,676
141.79%
tablet
771,009
289,193
265,431
554,624
71.93%
tablet
19,275,427
8,736,310
11,230,094
19,966,404
103.58%
botol
10,516,896
6,297,499
5,341,529
11,639,028
110.67%
tube
kotak
102.97%
3,182,571
1,576,737
1,573,828
3,150,565
98.99%
3,846,436
2,068,031
1,783,186
3,851,217
100.12%
vial
64,437
41,703
13,770
55,473
86.09%
vial
2,727
623
1,619
2,242
82.20%
vial
ampul
vial
7,480
3,989
1,038
5,027
67.20%
179,216
93,482
50,100
143,582
80.12%
234,135
18,250
157,496
175,746
75.06%
ampul
19,588,634
13,674,803
4,660,784
18,335,587
93.60%
botol
2,674,677
1,637,489
1,190,191
2,827,680
105.72%
botol
747,233
68,260
501,716
569,976
76.28%
101.52%
kapsul
63,927,978
30,131,513
34,768,954
64,900,467
kapsul
28,922,494
13,046,456
15,114,550
28,161,006
97.37%
ampul
8,324,631
4,031,686
3,426,368
7,458,053
89.59%
tablet
302,431,227
167,187,856
128,205,033
295,392,889
97.67%
ampul
128,458
170,046
44,457
214,503
166.98%
tablet
18,839,500
10,258,817
12,134,892
22,393,709
118.87%
vial
3,833,869
1,608,094
1,450,266
3,058,360
79.77%
405,270,082
204,047,886
180,477,287
384,525,173
94.88%
tablet
VAKSIN
136 BCG
vial
2,882,530
1,453,235
442,462
1,895,697
65.77%
137 T T
vial
2,126,071
1,449,632
404,720
1,854,353
87.22%
138 D T
vial
1,892,211
1,017,477
205,919
1,223,396
64.65%
vial
5,891,506
4,093,907
622,165
4,716,072
80.05%
vial
5,123,173
2,617,697
756,384
3,374,080
65.86%
141 DTP-HB
vial
4,995,588
2,653,087
1,152,520
3,805,607
76.18%
vial
5,711,913
2,457,175
1,200,965
3,658,140
64.04%
vial
326,250
401,093
77,805
478,898
146.79%
vial
167,352
87,784
24,977
112,761
67.38%
96.93%
44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
38
42
45
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
13
Tabel 7.
10
Tabel 6.
Tabel 5.
Tabel 4.
15
17
Tabel 8.
19
Tabel 9.
25
Tabel 10.
29
Tabel 11.
Tabel 12.
34
46
DAFTAR GAMBAR
16
20
21
21
26
Persentase
Capaian
Penggunaan
obat
26
Generik
27
30
47