Anda di halaman 1dari 93

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

Dibuat untuk untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Lingkungan

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Ratri Dyah Palupi


Ivy Febrianti P
Nadhira Sagita P
Rizki Apriliawati
Kevin Alexander

15312001
15312019
15312035
15312085
15312087

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

ENVIRONMENTAL
CHEMISTRY

Environmental
Engineering
Institute
Techonology
Bandung

Ratri Dyah Palupi


Ivy Febrianti Putri
Nadhira Sagita Putri
Rizki Apriliawati
Kevin Alexander

Kata Pengantar

Lingkungan dengan segala sumber daya alamnya adalah dukungan utama kehidupan
organisme di bumi ini. Kelangsungan hidup semua organisme sangat tergantung dengan
sumber daya alam yang terdapat pada lingkungan. Untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, hampir seluruh negara di dunia mengambil langkah industrialisasi. Industrialisasi
ini menyebabkan dibuangnya limbah kembali ke lingkungan dengan kuantitas yang semakin
meningkat dan kadarnya yang semakin beragam dan berbahaya. Pencemaran lingkungan ini
berpengaruh pada lingkungan hidrosfer, litosfer, maupun atmosfer.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana pengaruh sumber zat kimia
penyebab pencemaran pada lingkungan dan pada manusia sehinga masalah lingkungan yang
disebabkan oleh pencemaran dapat diantisipasi.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis
sadar akan ketidak sempurnaan penulisan ini, oleh karena itu, penulis menunggu kritik
membangun dan masukan yang akan sangat kami hargai

Bandung, 2014
Penulis

Daftar Isi
1

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBARii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIKi
BAB I SIKLUS BIOGEOKIMIA
1.1 SIKLUS KARBON
1.2 SIKLUS OKSIGEN
1.3 SIKLUS NITROGEN
1.4 SIKLUS FOSFOR
1.5 SIKLUS SULFUR2
BAB II ASAM BASA TANAH DAN PERAIRAN
2.1 DIAGRAM PE-PH
2.2 BUFFER5
2.3 BJERRUM PLOT9
2.4 ASAM BASA DALAM TANAH
BAB III KIMIA ATMOSFER
3.1 PEMBAGIAN LAPISAN ATMOSFER
3.1.1 Exosfer
3.1.2 Termosfer
3.1.3 Mesosfer
3.1.4 Stratosfer
3.1.5 Troposfer
3.2 SPESI KIMIA DAN REAKSI KIMIA PADA LAPISAN ATMOSFER
3.2.1 Reaksi Fotokimia
3.3 HUBUNGAN LAPISAN ATMOSFER DENGAN CAHAYA MATAHARI DAN
PANAS DI BUMI
3.3.1 Sinar Matahari
3.3.2 Suhu di Bumi
3.4 POLUSI UDARA KE ATMOSFER AKIBAT BERBAGAI KEGIATAN DAN PROSES
DI BUMI
3.4.1 Karbondioksida
2

3.4.2 Karbonmonoksida
3.4.3 Kloroflorokarbon
3.4.4 Nitrogen Oksida
3.4.5 Hidrokarbon
3.4.6 Sulfur Dioksida
3.4.7 Partikel
3.4.8 Efek Rumah Kaca
3.5 LAPISAN OZON, SIKLUS DAN PENIPISANNYA
3.5.1 Definisi dan Pembentukan Lapisan Ozon
3.5.2 Faktor Penyebab Menipisnya Lapisan Ozon
3.6 REAKSI DAN UNSUR YANG MENYEBABKAN PENIPISAN LAPISAN OZON
3.6.1 Mekanisme Penipisan Lapisan Ozon
3.6.2 Reaksi Penipisan Ozon
3.7 SENYAWA CFC DAN NOMENKLATURNYA
3.7.1 Senyawa CFC
3.7.2 Nomenklatur CFC
3.7.3 Senyawa CFC dan Kaitannya dengan Lapisan Atmosfer
3.7.4 Pengendalian dan Pencegahan
3.8 SMOG, UNSUR DAN SENYAWA YANG BERBAHAYA DALAM SMOG SERTA
MEKANISME PEMBENTUKANNYA
3.8.1 Smog
3.8.2 Proses Timbulan dan Penyebaran Bahan Ppencemaran6
3.8.3 Dampak Pencemar9
3.9 EFEK PENCEMARAN UDARA
3.9.1 Sulfur Dioksida
3.9.2 Ozon
3.9.3 Nitrogen Dioksida
3.9.4 Hidrokarbon
3.9.5Karbonmonokisda

Daftar Gambar
Gambar 1.1.1 Siklus Karbon
Gambar 1.2.1 Siklus Oksigen
Gambar 1.2.2 Siklus dan Reservoir Oksigen
Gambar 1.3.1 Siklus Nitrogen
Gambar 1.4.1 Siklus Fosfor
Gambar 1.5.1 Siklus Sulfur
Gambar 2.1.1 Step 1 : Pembuatan Diagram pE-pH
Gambar 2.1.2 Step 2 : Pembuatan Diagram pE-pH
Gambar 2.1.3 Step 3 : Pembuatan Diagram pE-pH
Gambar 2.1.4 Step 4 : Pembuatan Diagram pE-pH
Gambar 2.1.5 Step 51 : Pembuatan Diagram pE-pH
Gambar 2.2.1 Larutan Buffer
Gambar 2.3.1 Step 1 : Pembuatan Bjerrum Plot
Gambar 2.3.2 Step 2 : Pembuatan Bjerrum Plot
Gambar 2.3.3 Step 3 : Pembuatan Bjerrum Plot
Gambar 2.3.4 Step 4 : Pembuatan Bjerrum Plot
Gambar 2.4.1 Siklus yang Menjelaskan Bagaimana Tanah Menjadi Asam
Gambar 3.2.1 Spesi Kimia Pada Tiap Lapisan Atmosfer sesuai Suhu dan Tekanan
Gambar 3.4.1 Skema Dampak Pencemaran Udara
Gambar 3.4.2 Skema Efek Rumah Kaca
Gambar 3.6.1 Proses Perusakan Ozon oleh Klorin

Daftar Tabel
4

Tabel 1.3.1 Reaksi Proses Nitrifikasi


Tabel 1.3.2 Bakteri yang Terlibat Dalam Siklus Nitrogen
Tabel 2.2.1 Asam Lemak
Tabel 2.2.2 Daftar Asam Lemak
Tabel 3.8.1 Presentase Sumber Pencemar NOx
Tabel 3.8.2 Presentase Sumber Pencemar Hidrokarbon
Tabel 3.8.3 Presentase Sumber Pencemar Karbonmonokisda
Tabel 3.8.4 Dampak Pencemar Hidrokarbon
Tabel 3.8.5 Dampak Pencemar Karbonomon0kisda

Daftar Grafik
5

Grafik 2.2.1 Kurva Titrasi untuk Asam Lemah


Tabel 2.2.2 Kurva Titrasi untuk Basa Lemah dan Garam dari Asam Lemah
Tabel 2.2.1 Asam Lemak
Tabel 2.2.2 Daftar Asam Lemak
Tabel 3.8.1 Presentase Sumber Pencemar NOx
Tabel 3.8.2 Presentase Sumber Pencemar Hidrokarbon
Tabel 3.8.3 Presentase Sumber Pencemar Karbonmonokisda
Tabel 3.8.4 Dampak Pencemar Hidrokarbon
Tabel 3.8.5 Dampak Pencemar Karbonomonokisda

BAB I
SIKLUS
BIOGEOKIMIA

BAB I
SIKLUS BIOGEOKIMIA

Ekosistem merupakan kesatuan dari komponen-komponen biotik dan abiotik yang


saling berinteraksi sehingga menyebabkan adanya hubungan timbal balik. Setiap komponen
abiotik dapat disintesis di dalam tubuh komponen biotik menjadi bahan organik. Material
biotik penyusun bahan organik komponen biotik dapat didaur-ulang kembali melalui
beberapa proses reaksi biologis dan reaksi geo-fisik-kimia secara alami. Proses ini disebut
sebagai siklus biogeokimia atau siklus organik-anorganik.
. Siklus biogeokimia melibatkan banyak reservoir seperti laut, sedimen, dan atmosfer
yang saling terhubung melalui pertukaran materi.dan dapat bersifat reversibel maupun
irreversibel . Ketidakseimbangan pada salah satu proses biogeokimia dapat menyebabkan
terganggunya siklus tersebut maupun seluruh siklus biogeokimia secara keseluruhan . Oleh
karena itu keberlangsungan siklus biogeokimia sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup.
Siklus biogeokimia yang terjadi di alam dapat berupa siklus hidrologi, siklus oksigen,
siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus materi (mineral) yang berupa unsur-unsur
hara.Siklus biogeokimia yang akan dijelaskan pada bab ini meliputi siklus karbon ( C ),
siklus Oksigen (O), siklus Nitrogen (N), siklus Fosfor (P), dan siklus Sulfur (S)
1.1. SIKLUS KARBON
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi. Karbon di atmosfer berupa CO 2 (dominan),
sedangkan karbon di permukaan air tanah ditemukan dalam bentuk HCO 3- atau molekul CO2
(aq). Karbon dalam jumlah besar terdapat pada mineral maupun dalam bentuk karbonat
seperti CaCO3 dan MgCO3. Fraksi lain adalah dalam bentuk minyak bumi dan gas alam, yang
sebagian besar merupakan hidro - karbon kerogen (bahan organik dalam serpih minyak),
batubara, dan lignit, yang direpresentasikan sebagai CxH2x.

2 Siklus Biogeokimia

Gambar 1.1.1 Siklus Karbon (C)


Sebuah aspek penting dari siklus karbon adalah bahwa hal itu merupakan siklus
dimana energi matahari ditransfer ke sistem biologis dan akhirnya ke geosfer dan
anthrosphere karbon fosil dan bahan bakar fosil.
Secara sederhana siklus karbon terdiri dari :
1. Produksi Biomassa
Produksi Biomassa terdiri dari proses Fotosintesis oleh tumbuhan yang
mengikat CO2 untuk menghasilkan O2. Proses fotosintesis berlangsung dengan
bantuan cahaya dimana matahari merupakan sumber energi utama yang digunakan
serta klorofil yang dimiliki tumbuhan. Biasanya proses fotosintesis dilakukan oleh
tumbuhan pada saat siang hari. Di lautan proses fotosintesis ini dilakukan oleh
fitoplankton dan alga. Persamaan proses fotosintesis secara umum :
6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Pada proses ini dihasilkan karbon organik yang terkandung dalam tanaman.
2. Konsumsi Biomassa
Karbon organik (CH2O) yang mengandung banyak energi bereaksi secara
biokimia dengan molekul oksigen sehingga menghasilkan CO2 dan menghasilkan
energi. Reaksi ini terjadi pada proses respirasi aerobik (dengan menggunakan O 2).
Persamaannya respirasi aerobik adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 36 atau 38 ATP molekul

3 Siklus Biogeokimia

Proses pada rantai makanan juga merupakan konsumsi biomassa. Pada rantai
makanan terdapat konsumsi Karbon (C) dari organisme satu ke organisme lainnya.
Konsumsi biomassa juga terjadi pada pembakaran kayu atau bahan bakar fosil.
Selain itu, konsumsi biomassa terjadi pula pada penguraian jasad organisme yang
telah mati. Proses ini dinamakan detrifikasi yang dilakukan oleh detritus/pengurai.

3. Mineralisasi
Mineralisasi terjadi ketika CO2 terlarut dalam air bereaksi dengan kalsium dan
mineral lainnya untuk membentuk karbonat logam seperti batu gamping (CaCO 3).
Proses mineralisasi ini juga akan menentukan pH lingkungan tempat terjadinya
mineralisasi.
4. Sedimentasi
Pengendapan dari proses mineralisasi dinamakan sedimentasi. Selain itu
sedimentasi juga terjadi pada proses terbentuknya bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil
terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme
jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan hewan
tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun
dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses
tersebut, bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik
menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat
lamban sehingga untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat
lama.
1.2. SIKLUS OKSIGEN
Oksigen merupakan unsur di bumi yang paling banyak terdapat dalam silikat dan
mineral oksida dari kerak dan mantel bumi (99,5%). Sisanya dalam porsi yang sangat
kecil, dibebaskan sebagai oksigen bebas ke atmosfer (0.036%) dan porsi yang lebih
kecil lagi ke biosfer (0.01%).

4 Siklus Biogeokimia

Gambar
1.2.1
Siklus oksigen merupakan siklus biokimia yang menjelaskan pergerakan oksigen
di tiga reservoir utama, yaitu: hidrosfer, biosfer, dan litosfer. Siklus oksigen sendiri
berlangsung sebagai berikut:

Penyuplai utama dari oksigen bebas di atmosfer adalah fotosintesis. Reaksinya:


6 CO2 + 6 H20 + energi C6H12O6 + 6 O2
Dimana oksigen didapat dari karbon dioksida dan air. Fotosintesis dilakukan tidak
hanya oleh tumbuhan di daratan, namun juga fitoplankton di laut.
Selain fotosintesis, oksigen bebas di atmosfer juga didapat dari fotolisis, yaitu
reaksi kimia dimana suatu senyawa kimia dipecah dengan foton. Energi
ultraviolet memecah air di udara dan nitrooksida menjadi komponen-komponen
atom.
2 H2O + energi 4 H + O2
2 N2O + energi 4 N + O2
Fotolisis juga menyebabkan adanya ozon (O3). Reaksinya meliputi
O2 + energi O + O
Kemudian
O + O2 + M O3 + M (dengan peningkatan energi)
M merupakan molekul-molekul lain seperti N2 atau O2 yang menyerap energi
berlebih dari reaksi tersebut sehingga molekul ozon tetap menyatu.

Organisme di laut membuat sejenis material cangkang kalsium karbonat yang


mengandung banyak oksigen melalui reaksi
Ca2+ + CO32+ CaCO3

5 Siklus Biogeokimia

Yang kemudian ketika mati cangkangnya akan terkubur di dasar laut dan menjadi
batuan kapur sedimen di litosfer.

Pengurangan oksigen bebas di atmosfer terjadi karena beberapa hal, penyebab


utamanya merupakan respirasi dan pembusukan, dengan reaksi :
CH2O + O2 CO2 + H20
Selain itu, oksigen juga berkurang karena bereaksi dengan gas-gas vulkanik,
2CO+O2 2CO2
Dan pembakaran bahan bakar fosil:

C + O2 CO2
Litosfer mengambil oksigen bebas melalui pelapukan kimia, contohnya
pengkaratan
4 Fe + O2 2 Fe2O3
Oksigen dapat terbebas ke udara dari litosfer jika pelapukan diinisiasi oleh
organisme. Tumbuhan dan hewan mengambil nutrisi mineral dari bebatuan dan
mengeluarkan oksigen di prosesnya.

Gambar 1.2.2 Siklus & Reservoar Oksigen

Pembuatan dan pemakaian oksigen sendiri hampir sangat seimbang, sehingga


tidak mungkin bahwa oksigen akan segera habis, walaupun terjadi peningkatan
pembakaran bahan bakar fosil maupun deforestasi.

6 Siklus Biogeokimia

1.3 SIKLUS NITROGEN


Nitrogen adalah salah satu unsur yang paling berlimpah di atmosfer bumi ini,
78% unsur pembentuk lapisan Troposfer terdiri atas nitrogen. Dalam kehidupan
sehari-hari nitrogen biasa digunakan sebagai pupuk dengan kandungan nutrisi yang
sangat penting bagi tanah. Tumbuhan yang tumbuh pada tanah yang kekurangan
nitrogen akan menjadi kuning dan kerdil. Nitrogen juga digunakan sebagai unsur
penyusun asam amino (pembentuk protein) dan asam nukleat (pembentuk sel genetik
seperti DNA dan RNA).

Gambar
Namun demikian nitrogen
yang ada di udara bebas tidak bisa langsung diserap
1.3.1 dari itu diperlukan proses pemecahan nitrogen
oleh tumbuhan dan hewan, maka
menjadi unsur yang dapat diserap oleh makhluk hidup. Proses ini disebut dengan
Siklus Nitrogen. Siklus nitrogen terbagi atas beberapa tahap, sebagai berikut:

FIKSASI
Gas nitrogen yang berada di udara bebas (N 2) harus mengalami proses fiksasi
terlebih dahulu agar terkonversi menjadi nitrogen organik yang bisa diserap oleh
tanaman. Proses ini bisa terjadi melalui beberapa cara:
- Peran kilat/petir
Energi yang besar dihasilkan oleh petir mampu memecah gas nitrogen
sehingga bersenyawa dengan oksigen membentuk nitrat (NO3) yang langsung

7 Siklus Biogeokimia

diserap tanaman simbiotik, atau bisa pula membentuk senyawa NO 2 dan NH2
-

yang kemudian turun bersama hujan.


Bakteri simbiotik
Bakteri simbiotik ini memiliki enzim nitrogenase yang dapat mereaksikan gas
nitrogen di udara dengan gas hidrogen sehingga terbentuklah gas ammonia
yang kemudian dapat diserap oleh tumbuhan. Reaksi yang berlangsung adalah
sebagai berikut N2 + 3H2 2NH3
Contoh bakteri ini diantaranya bakteri Rhizobium, Azotobacter, Clostridium,

dll.
Aktivitas industri dan proses pembakaran
Prosesnya hampir sama seperti peran kilat. Panas dan energi yang dihasilkan
dari aktivitas industri dan pembakaran menyebabkan nitrogen bebas
bersenyawa dengan oksigen membentuk NO3, NO2, atau NH2.

AMONIFIKASI
Proses dimana ammonia dan sisa fosil makhluk hidup yang sudah mati
diuraikan oleh bakteri dekomposer menjadi ammonium di dalam tanah. Bakteri
yang terlibat diantaranya Micrococcus denitrifican. Prosesnya berlangsung sebagai
berikut:
Sampah organik menghasilkan amonia (NH3)
NH3 + H2O NH4OH
Ammonium yang sudah terbentuk dapat langsung diserap oleh tumbuhan dan
sebagai sumber energi bakteri anaerob.

NITRIFIKASI
Merupakan proses penguraian ammonia/ ammonium yang terdapat di dalam
tanah menjadi nitrat. Proses ini terbagi dalam 2 tahap,

Nitritasi (penguraian

menjadi ion nitrit NO2-) dan Nitratasi (penguraian menjadi ion nitrat NO3-).

Tabel 1.3.1 pada kondisi aerob (cukup oksigen), apabila


Proses ini hanya dapat berlangsung
Reaksi
tidak cukup oksigen maka akan
terjadi proses denitrifikasi.

8 Siklus Biogeokimia

Nitrat yang dihasilkan selanjutnya dimanfaatkan tanaman sebagai nutrisi


perkembangan, sedangkan hewan memenuhi kebutuhan nitrogen melalui rantai
makanan.

DENITRIFIKASI
Proses final dari siklus nitrogen, dimana dalam proses ini semua nitrogen
organik yang ada di dalam tanah terkonversi kembali menjadi gas nitrogen (N 2)
dan dilepas ke udara bebas.
Pada kondisi anaerob, bakteri tanah mengambil oksigen dari senyawa nitrat
yang ada di tanah, akibatnya nitrat kembali menjadi nitrogen bebas. Proses ini
merugikan karena mengurangi kesuburan tanah. Bakteri yang terlibat dalam proses
ini diantaranyat Thiobacillus denitrifican, Micrococcus denitrifican, Pseudomonas
denitrifican.
Prosesnya berlangsung sebagai berikut:
NO3- NO2- NO + N2O N2
2 NO3- + 10e- + 12 H+ N2 + 6 H2O

Daftar bakteri yang terlibat dalam siklus nitrogen

Tabel 1.3.2.
Bakteri
1. 4 SIKLUS FOSFOR
9 Siklus Biogeokimia

Fosfor merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan seluruh makhluk
hidup. Hal ini dikarenakan semua makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk
ATP (Adenosin Triphosphat) sebagai sumber energi untuk metabolisme sel.
Fosfor di bumi dapat ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik. Fosfat
anorganik paling banyak ditemukan pada batuan fosfor sedangkan fosfat organik
ditemukan pada tubuh makhluk hidup. Fosfat organik keluar dari jasad hidup melalui
dekomposisi bakteri dan dekomposer. Beberapa contoh fosfor anorganik adalah
orthophospat (PO4), monophosphat (HPO4), dan dihidrogen phospat (H2PO4). Fosfor
organik terlarut (DOP) yang merupakan total fosfor terlarut didominasi oleh asamasam nukleat (DNA dan RNA). Total partikel phospor (POP) ada dalam jumlah yang
lebih besar dibanding phospor terlarut. Contoh dari POP adalah bakteri, tanaman dan
phospor hewan.
Berbagai macam fungsi fosfor antara lain, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Sebagai bahan pembentukan tulang pada hewan


Penyusun protein, inti sel dan dinding sel
Pembentuk senyawa berenergi tinggi (ATP)
Sebagai komponen penyusun asam nukleat (RNA dan DNA)
Fosfor pada tulang sama pentingnya dengan kalsium yaitu 1 banding 2

(P:Ca=1:2). Tulang yang kekurangan fosfor akan mengalami pengeroposan. Fosfor


bersifat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan berbagai jenis tanah. Fosfor dalam
tanah berfungsi sebagai salah satu unsur makro tanaman yang berguna bagi
pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah. Kekurangan fosfor (defisiensi) dapat
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Perakaran tidak sempurna, tepi daun
kecoklatan hingga rontok serta pembentukan biji yang gagal.

10 Siklus Biogeokimia

Gambar
1.4.1
Siklus Fosfor:
1. Sebagian besar ketersediaan fosfor dalam tanah berasal dari pelapukan batuan
fosfat. Batuan tersebut lapuk oleh perubahan cuaca. Fosfat dari pelapukan batuan
fosfat meresap ke dalam tanah dan menyuburkan tanaman sekitarnya.
2. Fosfat anorganik yang tersedia di dalam tanah diserap tumbuhan. Hewan tidak
dapat menyerap fosfat anorganik. Hewan hanya mampu menyerap fosfat organik.
Kebutuhan fosfor organik ini terpenuhi dengan cara memakan tumbuhan melalui
proses rantai makanan.
3. Tumbuhan dan hewan yang mati, feses, dan urinnya akan terurai menjadi fosfat
organik. Bakteri menguraikan fosfat organik ini menjadi fosfat anorganik. Fosfat
ini akan tersimpan ke dalam tanah kembali dan diserap oleh tumbuhan.
4. Di dalam ekosistem air, juga terjadi daur fosfor. Fosfat yang terlarut di dalam air
diserap oleh ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan mendapatkan fosfat melalui
rantai makanan. Dekomposer menguraikan organisme air yang mati serta hasil
ekskresinya menjadi fosfat anorganik.
5. Selain hasil urai dekomposer, sumber fosfat dalam air berasal dari pelapukan
batuan mineral (endapan batuan fosfat, fosil tulang) yang hanyut di perairan.
Fosfat yang terlarut di lautan dalam akan membentuk endapan fosfor. Endapan ini
tidak dapat dimanfaatkan lagi karena tidak ada arus air di perairan dalam. Fosfat
11 Siklus Biogeokimia

yang terlarut di perairan dangkal teraduk oleh arus air sehingga menyuburkan
ekosistem. Ekosistem yang subur menjadi tempat hidup bagi banyak biota air.
6. Di tempat tertentu, terjadi penimbunan fosfor karena penumpukan kotoran burung
guano. Burung guano adalah spesies burung laut yang memangsa ikan-ikan laut.
Gerombolan burung ini membawa kembali fosfat dari laut menuju darat melalui
feses.
1. 5 SIKLUS SULFUR
Sulfur (Belerang) adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Belerang terjadi secara alamiah di sekitar daerah
pegunungan dan hutan tropis. Sulfur terdapat di alam sebagai pirit, galena, sinabar,
stibnite, gipsum, garam espom, selestit, barit dan lain-lain. Bentuknya non-metal yang
tak berbau dan tak berasa. Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai
mineral- mineral sulfida dan sulfat. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan
ditemukan dalam dua asam amino.

Gambar
1.5.1
Siklus Sulfur berlangsung sebagai berikut:

Xenobiotik sulfur P=S terdapat pada insektisida dan mengalami biodegradasi.


Hasil biodegradasi tersebut terdegradasi menjadi SO42- (dalam bentuk terlarut dan

12 Siklus Biogeokimia

tidak terlarut). Kemudian diasimilasi oleh organisme menjadi biological sulphur


dan melalui microbial metabolism menjadi molekul sulfur organik (grup S-H dan

R-S-R.)
Selain mengalami biodegradasi langsung menjadi sulfat, sulfur xenobiotik
mengalami biodegradasi menjadi sulfur yang terkandung di dalam tanah dalam
bentuk mineral tanah. Kerak bumi umumnya mengandung sekitar 0,06%
belerang. Sulfida logam seperti FeS atau sulfida seperti H 2S terdapat pada
bebatuan plutonik, yaitu batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak
mencapai ke permukaan bumi. Bebatuan plutonik tersebut apabila mengalami
pelapukan akan membebaskan sulfida melalui reaksi oksidasi dan menghasilkan
sulfat lalu mengalami presipitasi (pengendapan) dalam bentuk garam-garam
sulfat yang larut atau tidak larut kemudian diasimilasi oleh organisme menjadi
biological sulphur dan melalui microbial metabolism menjadi molekul sulfur

organik (grup S-H dan R-S-R).


Selain menjadi molekul sulfur organik, tumbuhan menyerap sulfat (SO 4-2) yang
mengendap pada tanah, sungai, dan lautan. Di dalam tumbuhan, sulfur digunakan
sebagai bahan penyusun protein. Hewan dan manusia mendapatkan sulfur dengan
jalan memakan tumbuhan yang juga dimanfaatkan sebagai energi cadangan
berupa protein. Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik (dekomposer) akan
menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H 2S dan sulfida (S2). H2S dapat
teroksidasi menjadi S, kemudian S dapat mengalami oksidasi menjadi sulfat,
sementara sulfida dapat langsung mengalami proses oksidasi menjadi sulfat.
Sulfida seperti FeS atau H2S juga dapat terbentuk dari reaksi reduksi sulfat dari

garam-garam sulfat yang terlarut maupun tidak terlarut.


Pada atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas SO 2
(belerang dioksida). Belerang dioksida ini adalah hasil emisi pembakaran bahan
bakar yang mengandung belerang seperti minyak bumi dan batubara.Gas SO 2
kemudian terkena uap air hujan sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat
yang jatuh di tanah, sungai, dan lautan.Tanah yang mengandung banyak belerang
adalah tanah yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti mineral Pirit (FeS).
Sedangkan produksi sulfat melalui dekomposisi bahan organik berupa protein dan
senyawa organic lainnya akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa
H2S dan sulfida yang dapat berubah menjadi sulfat jika mengalami reaksi

13 Siklus Biogeokimia

oksidasi. Selain terdapat SO2, unsur sulfur pada atmosfer terdapat dalam bentuk
H2S, H2S04, CS2, (CH3)2S.
Proses kimia yang terjadi dalam siklus ini sendiri sebagai berikut:
Sulfur tidak berperan langsung dalam pembentukan energi (ATP) namun sulfur
berperan dalam sintesis protein. Sulfur merupakan komponen penting asam-asam
amino esensial penyusun protein tanaman maupun hewan. Protein nantinya akan
dirombak menjadi karbohidrat jika penghasil energi utama tidak mencukupi,. Saat
hewan dan tumbuhan mati, dekomposer seperti bakteri akan menguraikan tubuh
makhluk hidup menjadi gas H2S. Beberapa bakteri anaerob melakukan proses
kemosintesis (proses pembentukan senyawa bahan organik dari zat anorganik dengan
energi yang berasal dari reaksi-reaksi kimia). Selama kemosintesis, elektron
dilepaskan dari bahan anorganik menjadi molekul yang tereduksi. Substansi tereduksi
ini akan menimbulkan energi kimia, dan digunakan untuk produksi ATP serta
NADPH. Selanjutnya, ATP dan NADPH menyediakan energi untuk sintesis
karbohidrat. Berikut ini contoh kemosintesis oleh bakteri belerang (Thiobacillus)
untuk memperoleh energi dengan cara mengoksidasi H2S.
Reaksinya sebagai berikut:
2H2S + O22H2O + 2S + Energi.
Selanjutnya energi tersebut digunakan untuk fiksasi CO2 menjadi gula
(karbohidrat),
reaksinya:
CO2 + 2 H2S CH2O + 2S + H2O
Proses biologi terjadi ketika pembentukan sulfat melibatkan berbagai jenis
mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer. Berikut adalah bakteri yang
berperan dalam pembentukan sulfat.

Bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu: H2S S SO4-2


Bakteri Desulfovibriodan Desulfomaculum: SO4-2 H2S (reduksi sulfat

anaerobik)
Bakteri Thiobacilli,bakteri kemolitotrof: H2S SO4-2 (pengoksidasi sulfida

aerobik)
Mikroorganisme heterotrof aerobik dan anaerobik: Senyawa Organik SO4-2 +
H2S

14 Siklus Biogeokimia

Proses kimia pembentukan sulfat terjadi saat terjadi pengendapan di dalam


permukaan tanah hasil pengoksidasian mineral sulfida (batuan platonik). Contoh
persamaan reaksi pembentukan sulfat melalui reaksi oksidasi mineral sulfida (misal:
besi sulfida)
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O 2 Fe2+ + 4 SO42 + 4 H+
Proses kimia juga terjadi saat gas SO2 terbentuk melalui pembakaran hasil emisi
pembakaran gas belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan reaksinya:
S (s) + O2 (g) SO2 (g)
Proses kimia juga terjadi ketika gas H 2S terbentuk melalui aktivitas biologis
ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan anaerobikseperti di rawa atau
saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas
gunung berapi dan gas alam. Persamaan reaksinya:
1S -2(s) + 2H+ (g) H2S (g)
Proses kimia dan biologi juga terjadi ketika sulfida (S 2), belerang dioksida (SO2) dan
asam sulfida (H2S) berubah menjadi SO4 atau sebaliknya dengan bantuan dari
dekomposer. Di dalam proses-proses tersebut juga terdapat reaksi-reaksi kimia.
H2S S SO4-2
SO4-2 H2S
H2S SO4-2
Senyawa Organik SO4-2 + H2S

DAFTAR PUSTAKA
Manahan, Stanley E. 2000. "ENVIRONMENTAL SCIENCE, TECHNOLOGY, AND
CHEMISTRY". Environmental Chemistry. Boca Raton: CRC Press LLC
Pujianto, Sri. 2011. Buku biologi Menjelajah Dunia Biologi I. Solo:Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri

http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/07/pema
nfaatan-thiobacillus-ferrooxidans-sebagai-bakteripemisah-logam-besi/
15 Siklus Biogeokimia

http://aichatwins.blogspot.com/2012/05/siklussulfur.html
http://www.cffet.net/eco/eco_ch4_a.shtml

16 Siklus Biogeokimia

BAB 2
ASAM BASA TANAH
DAN PERAIRAN
17

BAB II
ASAM BASA TANAH DAN PERAIRAN

Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari
bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang
berarti abu. Basa digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam
dan basa saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam
sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Sedangkan basa
ditemui pada sabun.
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang
mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan
maupun hewan dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu
perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk
menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Biasanya angka pH dalam suatu
perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan
O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu
alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi
dengan cara perlahan (Sary, 2006). Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2
sudah dapat dianggap tercemar.
Karbondioksida merupakan senyawa yang biasa terdapat di perairan. Jika jumlahnya
lebih sedikit dibanding yang terdapat di atmosfer maka terjadi penyerapan dari atmosfer
(Henry Laws). Apabila jumlah CO2 telah melampaui jumlah kesetimbangan di air maka akan
dilepaskan ke atmosfer (biasanya karena terpolusi). CO2 di atmosfer selain dari respirasi juga
dapat berasal dari aktivitas gunung berapi dan pembakaran fosil.
Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion (lapisan terbawah reservoir) juga
berkonstribusi pada CO2 di dalam tanah. CO2 ini berasal dari respirasi organisme di perairan.

18 Asam Basa Tanah dan Perairan

Namun CO2 ini tidak bebas lepas ke udara. CO 2 di perairan ini kemudian bereaksi dengan air
menjadi muatan HCO3- yang bersifat asam.
CO2 + CaCo3 (S) +H2O Ca2+ +2 HCO3NaAlSi3O8 (s) + CO2 + H2O Na+ + HCO3- + 2H4SiO4 + 1/2Al2Si2O5 (OH)4 (s)
Mineral asam biasanya terdapat di limbah industri, seperti industri metalurgi dan
beberapa produksi bahan sintetik organik. Keasaman perairan juga bisa terjadi di saluran
hasil pertambangan yang mengandung sulfur dan besi. Reaksinya adalah :
2 S(s) + 3 O2 + 2 H2O 4 H+ + 2 SO42FeS2 (s) +3/2 O2 + H2O Fe2+ + 2H+ + 2 SO42Semakin tinggi pH maka mengandung tinggat disolved yang tinggi, air ini juga
mempunyai alkalinitas yang tinggi. Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air
untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan perairan lainnya.
2.1.

DIAGRAM PE-PH
Hubungan antara pE dan pH dapat dinyatakan dalam bentuk diagram yang merupakan

batas-batas stabilitas dan garis-garis batas untuk berbagai unsur di dalam air. Karena
banyaknya unsur yang dapat terbentuk maka diagram yang dibuat akan sangat kompleks.
Sebagai contoh, jika kita mengamati logam. Akan ada beberapa tingkat oksidasi
logam, kompleks-kompleks hidroksi dan bentuk-bentuk oksida atau hidroksida logam padat
yang berbeda dalam daerah-daerah yang berbeda pula di dalam suatu diagram pE-pH.
Kebanyakan air mengandung karbonat dan banyak yang mengandung sulfat dan sulfida,
sehingga berbagai logam-logam tersebut mendominasi daerah-daerah yang berbeda di
diagram.
Pada persamaan Gibbs:
G = -nFE
Saat kesetimbangan, tidak ada perubahan pada komposisi kimia dalam sistem,
G = 0
G = -nFE

19 Asam Basa Tanah dan Perairan

pE=

E
1
2.303 RT F

dan

pE =

E0
2.303 RT F1

Pada keadaan standar, suhu 25 0C (298 K), persamaan di atas dapat disederhanakan
menjadi:
pE=

E
0,0591

dan

pE =

E
0,0591

Pada keadaan tidak standar, digunakan Nernst Equation untuk menghitung nilai pE,
[Reaktan ]
1
pE= p E0 + log
n
[ Produk]

Jika,

pE bernilai rendah maka terjadi reduksi


pE bernilai tinggi maka terjadi oksidasi

Diagram pE-pH untuk besi dapat dibuat dengan mengasumsikan konsentrasi


maksimum besi di dalam larutan, yaitu 1x10 -5 M. yang harus diperhatikan dalam membuat
diagram pE-pH adalah reaksi batas besi,yaitu:

Fe3+ + e- Fe2+

pEo= + 13.2 volts

Fe(OH)2 + 2 H+ Fe2+ + 2 H2O

K=8 x 1012

Fe(OH)3 + 3H+ Fe3+ + 3 H2O

K= 9.1 x 103

Fe(OH)3 + e- + 3H+ Fe2+ + 3 H2O

Fe(OH)3 + e- + 3H+ Fe(OH)2 + H2O

Dalam membuat diagram pE-pH, terdapat batasan yang harus dipertimbangkan yaitu
batasan pengoksidasian dan pereduksi air.
Pada akhir pE tinggi, batas stabilitas air didefinisikan oleh:

20 Asam Basa Tanah dan Perairan

Pada pE tinggi, daerah pH rendah, dan Fe3+ ada dalam setimbang dengan Fe2+. Garis
batas diantara kedua unsur dapat dituliskan sebagai:
Fe3++ e- Fe2+
E0
pE0 = 0,0591

E0= +0,78

0,78
0,0591

[ Reaktan ]
pE = pE0+ log [Produk]

= 13,2 volt

= 13.2 +

Fe 3+

Fe 2+

lo g

karena pada kondisi batas, [Fe3+] = [Fe2+] maka,


pE=13,2
Perhitungan ini digunakan untuk membuat garis batas pada diagram pE-pH yang
membatasi daerah Fe3+ dan Fe2+ yang ditandai dengan garis merah pada gambar di
bawah ini.

Gambar 2.1.1 Step 1 Pembuatan Diagram pE-pH


21 Asam Basa Tanah dan Perairan

Fe(OH)3 + 3H+ Fe3+ + 3H2O

Pada nilai pE melebihi 13.2; dengan peningkatan pHdari nilai yang sangat
rendah, presipitat Fe(OH)3 terbentuk dari larutan Fe 3+. pH saat presipitasi
terjadi bergantung pada konsentrasi Fe3+. Dengan demikian,

Perhitungan ini digunakan untuk membuat garis batas pada diagram pE-pH yang
membatasi daerah Fe3+ dan Fe(OH)3 yang ditandai dengan garis merah pada gambar
di bawah ini.

22 Asam Basa Tanah dan Perairan

Gambar 2.1.2 Step 2 Pembuatan Diagram pE-pH

Fe(OH)2 + 2H+ Fe2+ + 2H2O

Dengan cara yang sama batas Fe2+ dan Fe(OH)2 dapat dicari

Perhitungan ini digunakan untuk membuat garis batas pada diagram pE-pH yang
membatasi daerah Fe2+ dan Fe(OH)2 yang ditandai dengan garis merah pada gambar di bawah
ini.

23 Asam Basa Tanah dan Perairan

Gambar 2.1.3 Step 3 Pembuatan Diagram pE-pH

Dari seluruh range pE-pH, Fe2+ merupakan unsur besi terlarut yang dominan dan
setimbang dengan Fe(OH)3. Batas antara kedua unsur ini tergantung pada pE dan pH:
Substitusi persamaan:

ke persamaan:

Perhitungan ini digunakan untuk membuat garis batas pada diagram pE-pH yang
membatasi daerah Fe2+ dan Fe(OH)3 yang ditandai dengan garis merah pada gambar di
bawah ini.

24 Asam Basa Tanah dan Perairan

Gambar 2.1.4. Step 4 Pembuatan Diagram pE-pH

Batas antara fasa padat Fe(OH)2 dan Fe(OH)3 tergantung pada pE dan pH, tetapi tidak
tergantung pada nilai besi terlarut total.
Subsitusi persamaan:

dan

ke persamaan

25 Asam Basa Tanah dan Perairan

Perhitungan ini digunakan untuk membuat garis batas pada diagram pE-pH yang
membatasi daerah Fe(OH)3 dan Fe(OH)2 yang ditandai dengan garis merah pada
gambar di bawah ini.

Gambar 2.1.5. Step 5 Pembuatan Diagram pE-pH

2.2.

BUFFER
Larutan penyangga (Buffer) adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan

pH agar pH tidak akan banyak berubah signifikan

jika diberikan larutan asam atau

basa.Larutan buffer terbentuk dari campuran asam lemah dan garamnya (basa konjugatnya)
atau basa lemah dan garamnya (asam konjugatnya).
26 Asam Basa Tanah dan Perairan

Gambar 2.2.1. Larutan Buffer


Kapasitas buffer yang maksimal terletak pada titik tengah titrasi dari asam lemah atau
basa lemah, dimana kemiringan dari kurva titrasi mencapai minimum. Pada keadaan ini,
perubahan pH minimum terjadi untuk volume penitrasi tertentu dan pada saat ini pula
kapasitas buffer mencapai titik maksimum. Karena pada saat titik tengah tersebut, larutan
mengandung kuantitas yang sama antara asam atau basa yang terionisasi dan tidak terionisasi.
Maka dari itu, karena pH saat titik tengah titrasi dilambangkan menjadi pKa ( pada asam
lemah) dan pKb=pKw-pKa (pada basa lemah) maka Tabel 1 dan Tabel 2 adalah asam dan
basa yang tergolong mempunyai kapasitas buffer yang tinggi.

Grafik 2.2.1. Kurva titrasi untuk asam lemah

27 Asam Basa Tanah dan Perairan

Grafik 2.2.2. Kurva titrasi untuk basa lemah dan garam dari asam lemah

Tabel 2.2.1. Daftar Asam Lemah

28 Asam Basa Tanah dan Perairan

Tabel 2.2.2. Daftar Basa Lemah


pK menunjukkan pH dimana sebagai asam lemah dan basa lemah mempunyai
kapasitas buffer paling efektif, Masih efektif pula saat 1 unit pH dari nilai pK.

K A =

Jadi,
pH= p K A + log

[ salt ]
[ acid]

Pada persamaan tersebut, larutan buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya
dipengaruhi oleh rasio antara konsentrasi garam dan konsentrasi asamnya. Dari persamaan
diatas, pH tidak akan berubah jika rasio konsentrasi garam dan asamnya sama. Selain itu,
ketika menentukan asam untuk larutan penyangga, cobalah untuk memilih asam yang
mempunyai nilai tetapan kesetimbangan asam (pKa) yang dekat dengan pH yang diinginkan.
Hal ini akan memberikan larutan penyangga yang ekivalen terhadap asam dan basa konjugat
untuk menetralisasi sebanyak mungkin H+ dan OH-.
Aplikasi terhadap buffer di Teknik Lingkungan:
1. Larutan buffer sangat bermanfaat untuk pengolahan limbah menggunakan bakteri.,
Jika pH terlalu asam, maka bakteri tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu
mengurai limbah.

29 Asam Basa Tanah dan Perairan

2. Karena pK untuk ionisasi kedua asam fosfor mendekati 7 maka garam-garamnya


(K2HPO4 dan Na2HPO4) digunakan sebagai buffer pada pH 7 untuk menjaga pH netral
pada tes BOD (Biochemical Oxygen Demand).
Kapasitas buffer larutan dapat ditunjukkan secara kuantitatif oleh buffer index/
intensitas buffer ( ). Buffer index dihasilkan sebagai kemiringan kurva titrasi dari pH
terhadap mol basa kuat yang ditambahkan mol basa kuat (C B) atau mol asam kuat yang
ditambahkan (CA)
=

d C B d C A
=
dpH
dpH

Buffer Index juga dapat dihitung jika komposisi larutan diketahui. Jika CB adalah mol
basa yang ditambahkan dalam larutan, maka:
C B + [H+]= [OH- ]+ [A- ]
Atau
+
H

+
H

+
H
K A +

K
C B= w
Juga,
+
H

+
H

d
d
d CB d CB
=

dpH
Jika,

30 Asam Basa Tanah dan Perairan

+
H

+
H

pH=log
Maka,
+
H

+
H
d

Dan
+
+
H

d
d CB

H
=

d CB
=2.303
dpH

Diferensiasi memberikan,

31 Asam Basa Tanah dan Perairan

+
H

+
H

+
H

+
H
K A+ [ )

C K A

KW

=2.303

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan


yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan
tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Alaerts dan Ir. S. Sumetri. S). Alkalinitas
mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.
Alkalinitas di air alami ada karena kandungan HCO3- , air dengan alkalinitas tinggi
mengandung konsentrasi karbon anorganik yang tinggi. Hal ini dapat dintunjukan dengan
menghitung kelarutan CO2 atmosfer di dalam air.
Biasanya, spesies dasar yang membentuk alkalinitas di dalam air adalah ion
bikarbonat, ion hidroksida:
HCO3- + H+ CO2 + H2O
CO32- + H+ HCO3OH- + H+ H2O
2.3.

BJERRUM PLOT
Bjerrum plot merupakan sebuah metode untuk menyelesaikan suatu kasus asam basa

poliprotik dengan menyajikan diagram hubungan antara logaritma konsentrasi senyawa


32 Asam Basa Tanah dan Perairan

dalam larutan dan pH dari larutan tersebut. pH merupakan variabel asli senyawa dan berada
pada sumbu absis (x) sedangkan logaritma konsentrasi senyawa berada pada sumbu ordinat
(y).
Diagram ini menggambarkan kesetimbangan massa terlarut dari hubungan pH dan
konsentrasi. Tujuan dibuatnya diagram Bjerrum ini sendiri agar memudahkan kita membuat
persamaan dari konsentrasi

yang diketahui menjadi sebuah fungsi pH dan komponen

senyawa lain seperti (Kw, Ka, Kb, CT).


Berikut akan dijelaskan bagaimana cara membuat diagram Bjerrum ini:

Tentukan senyawa yang akan dibuat diagramnya, misal H2CO3 (asam karbonat) yang
merupakan salah satu senyawa poliprotik dengan konsentrasi (CT) 0.01 M
Tentukan reaksi yang terjadi pada senyawa yang dipilih
H2CO3 HCO3- + H+
HCO3- H+ + CO3-

Gambar garis horizontal yang menggambarkan log CT = log 10-2 = 2

Gambar 2.3.1 Step 1 Pembuatan Bjerrum Plot

Buat garis [H+] dan [OH-] dengan cara membuat garis miring 45o yang saling

berpotongan pada pH = 7 dan log CT = -7.


Tempatkan system point pada pH = pKa, pKa1 = 6.37 dan pKa2 = 10.33

33 Asam Basa Tanah dan Perairan

Gambar 2.3.2 Step 2 Pembuatan Bjerrum Plot

Gambar garis miring dengan sudut 45o di kiri dan kanan system point.

Gambar 2.4.3. Step 3 Pembuatan Bjerrum Plot


Terlihat garis tersebut membelok dibawah pKa1 dan pKa2 (tanda merah) hal ini
disebabkan adanya penurunan pH saat senyawa terdisosiasi pada reaksi pertama (Ka 1)

dan kedua (Ka2)


Sambungkan garis horizontal dan garis miring yang sudah dibuat pada titik A (titik
yang berada pada 0.3 unit dibawah system point), sambungan berbentuk kurva.

34 Asam Basa Tanah dan Perairan

Gambar 2.3.4. Step 4 Pembuatan Bjerrum Plot

Disebelah kiri system point menunjukkan konsentrasi senyawa pada lebih kecil
daripada Ka, sedangkan sebelah kanan system point menunjukkan konsentrasi

senyawa lebih besar dari Ka.


Apabila ingin mengubah konsentrasi dari senyawa kita bisa menggeser kurva ke atas
atau bawah. Dan melalui penggunaan lapisan transparan, kesetimbangan asam dan
basa dari senyawa dapat diperoleh dengan cepat.

2.4.

ASAM BASA DALAM TANAH


Tanah asam biasa terdapat di daerah iklim basah. (H + melebihi konsentrasi OH-).

Tanah alkalin yang mempunyai kelebihan Al, Fe, dan Mn terdapat di daerah kering. Reaksi
tanah yang merupakan ukuran keasamaan dan kebasaan larutan tanah, dapat dinyatakan
dengan,
pH = - log (H+)
pH tanah dapat dijadikan indikator pelapukan tanah, indikator kandungan mineral
dalam batuan induk, serta indikator lamanya waktu dan intensitas pelapukan, terutama
pelindihan kation-kation basa dari tanah. Tanah asam banyak mengandung H yang dapat
ditukar, sedang tanah alkalis banyak mengandung basa yang dapat ditukar. pH > 7
mengindikasikan Ca dan Mg bebas dan pH > 8.5 pasti terdapat Na tertukar. Kandungan
unsur-unsur hara seperti besi, copper, fosfor, Zn, dan hara lainnya serta substansi toksik (Al 3+,
Pb2+) dikontrol pula oleh pH. Kandungan Al3+ dan Pb2+ hanya berpengaruh sedikit bagi
pertumbuhan tanaman pada tanah alkali calcareous tapi akan sangat berpengaruh pada tanah
asam. Nutrient seperti P banyak tersedia secara optimum pada pH asam sampai netral, dan

35 Asam Basa Tanah dan Perairan

hanya tersedia sedikit pada pH dibawah atau diatas nilai optimum tersebut. Berikut siklus
yang menjelaskan bagaimana tanah bisa menjadi asam.

Removal of Ca2+ and Mg2=


Atmosphere

Plant and animal residu


Atmospheric input
wet
ofand
acidity
dry deposition
H+ in solution
Biomassa Activity
Attack of soil minerlas-acid consumption
Mineralization dan NitrifikasiAcid
H+NO3Al(OH)3 + 3H+ Al3+ + 3H2O (Gibsite)
Respirasi
H2CO3
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2(Kalsit)
Production of Organic Acid
Leaching
Cation exchange- acid storage
Ca+H+, Al3+
Root Activity acid production
Mg2+
solution
cation & anion uptake
H+ or OH- release
K+
Respiration
H2CO3
Gambar
2.4.1 Siklus
yang Menjelaskan
Bagaimana
Tanah Menjadi Asam
Al3+ Ca2+,
Mg2+

Eksudation
a) Aktifitas Biomassa

H+

Leaching HNO3into groundwater


Dengan hasil sisa tanaman dan tumbuhan akan menghasilkan
(nitrifikasi)

HNO
Exudation
ex citric
acid
2 + O2 HNO
3
Respirasi dihasilkan CO2, dan kemudian bereaksi dengan air tanah dengan reaksi
berikut:
CO2 + 2H2O H2CO3
Kemudian HNO3 dan H2CO3 akan menyebabkan tanah menjadi bersifat asam .
b) Aktifitas Akar
Akar berespirasi menghaslkan CO2 yang kemudian dapat bereaksi dengan H2O di air
tanah menghasilkan H2CO3 yang bersifat asam. Akar juga dapat mengoksidasi asam
contohnya asam sitrat , yang nantinya dapat menambah kadar keasaman tanah.
c) Acid Attack of Soil minerals-Acid Consumption
Kemudian H+ dari aktifitas 1 dan 2 deposisi kering, deposisi basah serta keasaman di
atmosfer akan bereaksi dengan mineral di dalam tanah. Contohnya Gibbsite dan
Kalsite dengan reaksi seperti berikut :
Al(OH)3 + 3H+ Al3+ + 3H2O
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2
36 Asam Basa Tanah dan Perairan

(Gibsite)
(Kalsit)

d) Cation Exchange-Acid Storage Exchangable


Selanjutnya mineral Ca+ dan Al3+ tersebut akan mengalami peluluhan dan saling
bereaksi dengan oksida humus dan kemudian mengalami leaching ke air tanah .
Keasaman suatu tanah secara umum dipengaruhi oleh :

Dekomposisi, peluluhan nitrat dan produksi asam


Nitrifikasi yang menghasilkan H+
Reaksi tanah dengan lapisan kapur yang bersifat basa.
Tanah juga memiliki resistensi terhadap asam yang disebut kapasitas buffer.
Kemudian tanah dapat menjadi basa apabila di dalam tanah terkandung banyak
karbonat. Contohnya tanah kapur dan tanah dengan batu pualam.

37 Asam Basa Tanah dan Perairan

DAFTAR PUSTAKA

Manahan, Stanley E. 2000. "ENVIRONMENTAL SCIENCE, TECHNOLOGY, AND


CHEMISTRY". Environmental Chemistry. Boca Raton: CRC Press LLC
Sawyer, Claire N., McCarty, Perry L., & Parkin, Gene F. (2003). Chemistry for
Environmental 5th Edition. New York: McGraw-Hill
http://jan.ucc.nau.edu/~doetqp-p/courses/env440/env440_2/lectures/lec13/lec13.html
http://www.ilmukimia.org/2013/01/pembahasan-larutan-penyangga.html

38 Asam Basa Tanah dan Perairan

BAB 3
KIMIA ATMOSFER

36

BAB III
KIMIA ATMOSFER

Lapisan atmosfer merupakan lapisan gas yang mengelilingi planet bumi dan ditahan
oleh gravitasi Bumi. Atmosfer bumi memiliki fungsi sebagai penahan sinar ultraviolet dari
radiasi matahari, menahan panas yang ada di bumi melalui efek rumah kaca, melindungi
bumi dari benda-benda langit yang jatuh dan mengontrol suhu agar tidak terjadi perbedaan
yang ekstrim antara siang hari dan malam hari. Tanpa adanya lapisan atmosfer, organisme di
bumi tidak akan bertahan hidup.
Nama umum yang diberikan untuk gas-gas atmosfer yang memberi peran pada proses
pernapasan dan fotosintesis adalah udara. Menurut Carl Zimmer, udara kering mengandung
78.09% nitrogen, 20.95% oxygen, 0.93% karbon dioksida, dan berbagai gas lainnya dengan
jumlah yang kecil. Udara juga mengandung uap air dengan jumlah yang bervariasi sekitar
1%. Kandungan udara dan tekanan atmosfer bervariasi pada ketinggian yang berbeda, namun
udara yang mengandung gas-gas yang dibutuhkan untuk hidup oleh tanaman dan hewan yang
hidup di daratan hanya dapat ditemukan di lapisan troposfer.
Pada saat ini, banyak masalah yang terjadi pada lapisan atmosfer yang dapat
menganggu kesetimbangan yang ada. Masalah ini mencangkup penipisan lapisan ozon yang
berhubungan dengan pemanasan temperatur global. Hal utama yang menyebabkan masalah
pada atmosfer bumi adalah polusi udara. Polusi udara dapat terjadi karena keberadaan dan
pergerakan dari polutan di dalam dan di antara lapisan atmosfer. Sebagian besar dari polutan
yang ada pada lapisan atmosfer memiliki berat yang lebih tinggi daripada udara sehingga
tertahan dan bersikulasi di lapisan troposfer yaitu tempat manusia hidup dan beraktivitas.
Melihatnya pentingnya peran lapisan atmosfer pada kehidupan di bumi, pada bidang
Teknik Lingkungan perlu dipahami reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada lapisan-lapisan yang
ada di atmosfer. Hal ini untuk memahami permasalahan yang terjadi pada lapisan atmosfer
karena masalah-masalah yang terjadi berhubungan dengan ilmu kimia seperti penipisan
lapisan ozon yang disebabkan oleh CFC atau hujan asam pada lapisan stratosfer yang
disebabkan oleh sulfur yang dikeluarkan pabrik-pabrik. Dengan demikian, masalah-masalah
37 Kimia Atmosfer

tersebut hanya dapat dicari solusinya dan ditanggulangi jika dimiliki dasar ilmu kimia pada
lapisan atmosfer.
3.1 PEMBAGIAN LAPISAN ATMOSFER
Secara umum, tekanan udara dan densitas semakin menurun seiring semakin
tingginya posisi di atmosfer. Walaupun demikian, temperatur memiliki profil yang lebih
kompleks dalam hubungannya dengan ketinggian, dan dapat bertahan konstan atau bahkan
naik seiring tingginya posisi dalam beberapa region. Dari pola profil temperatur/ketinggian
yang konstan dan dapat ditinjau melalui cara seperti balon cuaca, sifat temperatur menjadi
suatu pengukur untuk membedekan lapisan atmosfer. Dengan cara ini, atmosfer bumi dapat
dibedakan menjadi 5 lapisan utama berdasarkan ketinggian, yaitu:

Exosfer : > 700 km


Thermosfer : 80 700 km
Mesosfer : 50 80 km
Stratosphere : 12 50 km
Troposfer : 0 12 km

3.1.1 Exosfer
Exosfer merupakan lapisan terluar dari atmosfer bumi (batas atas atmosfer bumi).
Exosfer mencangkup dari exobase, yang terletak di atas termosfer pada ketinggian 700 km di
atas permukaan laut, sampai 10.000 km. Exosfer melebur dengan kekosongan luar angkasa,
dimana tidak ada atmosfer
3.1.2 Termosfer
Termosfer merupakan lapisan tertinggi kedua dari atmosfer bumi. Termosfer
mencangkup dari mesopause (yang memisahkannya dari mesosfer) pada ketinggian sekitar 80
km, sampai termopause pada ketinggian sekitar 700-1000. Ketinggian thermopause tidak
konstan karena perubahan aktivitas matahari. Bagian terendah dari termosfer mengandung
lapisan ionosfer.

3.1.3 Mesosfer
38 Kimia Atmosfer

Mesosfer merupakan lapisan tertinggi ketiga dari atmosfer bumi. Termosfer mengisi
region di atas stratosfer dan di bawah termosfer. Lapisan ini mencangkup dari bagian atas
stratosfer pada ketinggian 50 km sampai bagian bawah termosfer di ketinggian 80-85 km di
atas permukaan laut.
3.1.4 Stratosfer
Stratosfer merupakan lapisan terendah kedua dari atmosfer bumi. Termosfer berada di
atas troposfer dan dipisahkan dengan tropopause. Lapisan ini mencangkup dari bagian atas
troposfer di sekitar 12 km di atas permukaan laut sampai di stratopause di ketinggian sekitar
50-55 km.
3.1.5 Troposfer
Troposfer merupakan lapisan terendah dari atmosfer bumi. Troposfer mencangkup
dari atas permukaan bumi sampai ketinggian rata-rata sekitar 12 km, walaupun ketinggian ini
sedikit beragam dari sekitar 9 km pada daerah kutub sampai 17 km di daerah equator, dengan
variasi karena cuaca. Troposfer dibatasi bagian atas dengan tropopause, sebuah batas yang
ditandai dengan temperatur yang stabil

3.2 SPESI KIMIA DAN REAKSI KIMIA PADA LAPISAN ATMOSFER


Dalam litosfer , misalnya , biomassa ( CH 2O ) secara perlahan berubah melalui urutan
langkah-langkah untuk zat tanpa atom oksigen, dan kemudian ke senyawa dengan karbon
berturut-turut lebih besar untuk rasio hidrogen. Produk akhir dari proses ini adalah bentuk
karbon murni.
Reaksi kimia di atmosfer memiliki sifat yang berbeda denga reaksi di geosphere.
Reaksi kimia di atmosfer menyebabkan atom menjadi lebih teroksidasi dari waktu ke waktu.
Atom yang memasuki atmosfer sebagai gas akan teroksidasi secara bertahap, untuk
membentuk zat ionik yang kemudian turun bersama hujan. Salah satu contoh dari
transformasi ini adalah hidrogen sulfida (H2S , bilangan oksidasi -2) yang kemudian menjadi
ion sulfat (SO42 - , bilangan oksidasi +6)
Kepadatan atmosfer (densitas) semakin berkurang dari troposfer sampai termosfer. Ini
berarti ada lebih banyak molekul per satuan volume gas untuk bereaksi satu sama lain di
39 Kimia Atmosfer

troposfer. Hal ini mempengaruhi kecepatan rata-rata dari molekul, energi kinetik, dan
kemungkinan tabrakan dengan molekul lain yang membentuk moleku.l baru. Seperti sudah
dijelaskan sebelumnya atmosfer terdiri dari empat zona yang berbeda. Daerah yang paling
dekat dengan permukaan bumi, troposfer dengan ketinggian sekitar 10-16 km dari permukaan
bumi. Stratosfer yang berikutnya, dan mencapai hingga sekitar 50 km. Mesosfer terletak
antara 50-85 km dari permukaan bumi, dan termosfer pergi dari 85 km sampai 500 km dari
permukaan bumi.

Gambar 3.2.1
Spesi kimia pada tiap lapisan atmosfer sesuai suhu dan tekanan

Pada reaksi yang terjadi di atmosfer, cahaya dipandang sebagai :


a) Gelombang
b) Partikel atau foton ( paket energi)
Energi foton
E = hv = hc/
h = 6.626218 x 10(-3) Js
c = 2.997925 x 10(8) m/s

Semakin pendek semakin besar energinya


E ( k J/mol) = 119.627 /

40 Kimia Atmosfer

3.2.1 Reaksi Fotokimia


Reaksi kimia antara O2 dengan sinar UV (241 nm) disebut reaksi reaksi fotokimia.
Dalam reaksi kimia tersebut terjadi penguraian, maka disebut Fotolisis. Molekul gas dapat
menyerap cahaya dengan panjang gelombang tertentu, maka akan menyebabkan posisi
elektron terluar berubah dari posisi ground state (energi rendah) ke posisi excited state
(energi tinggi). notasi excited state ( *)
Pada posisi excited state elekttron tergolong tidak stabil, maka akan kembali pada
posisi ground state dengan melepaskan energi berupa:

Panas
Panjang gelombang cahaya
Energi diserap oleh molekul lain menjadi excited state

Terjadinya reaksi di lapisan atmosfer dapat dibedakan sesuai lapisannya, yaitu:


a) Troposfer
Komposisi troposfer terdiri dari sebagian besar gas oksigen Serta uap air, argon,
karbon dioksida, nitrogen oksida, sulfur oksida, metana serta ozone. Ozon di troposphere
adalah hasil reaksi smog fotokimia, dikategorikan sebagai polutan yang dapat menyebabkan
iritasi saluran pernapasan dan kerusakan tanaman, serta kerusakan material lainnya (korosif).
Wilayah troposfer merupakan tempat semua proses kehidupan terjadi, dan merupakan
wilayah atmosfer yang paling terpengaruh oleh polusi antropogenik. Reaksi yang mungkin
terjadi di troposfer adalah reaksi asam basa atau reaksi fotokimia. Molekul/ion yang ada di
troposfer ini bersifat tidak stabil dan akhirnya akan turun bersama hujan.
Pada

troposfer

terjadi

reaksi

dengan

gas-gas

antropogenik

seperti

O2,NO,NO2,H2O,CH4,CO,serta N2O (Reaksi Molekul Atmosfer) serta pembentukan dan


penguraian Ozon.

Reaksi Molekul Atmosfer

1. O3
O3

41 Kimia Atmosfer

O2

O(1D)

O3

OH

O2

HO2

O3

HO2

2 O2

OH

O3

NO

O2

NO2

O3

NO2

O2

NO3

2. NO
NO

+ O3

NO2

O2

NO

+ HO2

NO2

OH

NO

+ OH

NO

CH3O

HON
O
NO2

3.

CH3
O

NO2
NO2

NO

O(3P)

NO2

O3

O2

NO3

NO2

NO3

N2O5

NO2

OH

HNO3

O(1D)

4. H2O

H2O
5.

CH4

42 Kimia Atmosfer

OH

CH4

OH

CH3

H2O

CH4

O(1D)

CH3

OH

6.

CO

CO

7.

OH

HCO2

N2O
N2O

O(1D)

N2O

O(1D)

NO

Reaksi Formation and Loss O3


Ozon troposferik tersebar pada ketinggian 10-18 km dari permukaan bumi.Proses

terbentuknya ozon karena adanya senyawa prekursor seperti NO,CO, dan Volatile Organik
Compound, yang bereaksi dengan bantuan cahaya matahari. Pembentukan ozon troposferik
melalui CO dimulai reaksi anatara CO dengan OH radikal membentuk atom H dan CO2.
Atom H yang terbentuk akan bereaksi secara cepat dengan O2 membentuk radikal Peroksi
(HO2)
a. Reaksi melalui fotolisis

c.Reaksi dengan NOx tinggi dan CH4 rendah

43 Kimia Atmosfer

b. Reaksi dengan NOx rendah,

d. Reaksi dengan NOx tinggi, CH4 tinggi

e. Reaksi dengan Ozon tinggi

b) Stratosfer
Stratosfer dengan kepadatan yang lebih kecil dibandingkan dengan lapisan troposfer,
mendapat penyinaran matahari yang lebih besar intensitasnya pula. Hal ini menyebabkan
molekul/ion lebih stabil dan memiliki energi kinetik yang lebih tinggi. Lapisan ozon di
stratosfer berfungsi untuk menyaring sinar UV yang berbahaya agar tidak mencapai
permukaan bumi. Komposisi stratosfer mayoritas terdiri dari nitrogen, oksigen, nitrogen
oksida dan ozon.

Chapman Cycle (Formation and Loss of O3)

44 Kimia Atmosfer

Siklus Chapman ialah siklus dari ozon dan oksigen dimana ozon terus diregenerasi di
stratosfer bumi oleh oksigen dan beberapa senyawa lain yang berperan.

Reaksi dengan Katalis


i.

Dengan HOx,

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut,


O3 + h( < 336 nm) O(1D) + O2
O(1D)+M O +M
O(1D) + H2O 2 OH
OH + O3 HO2 +O2
HO2 + O3 OH + 2 O2
ii.

Dengan NOx
45 Kimia Atmosfer

Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:


O3 + h( < 336 nm) O(1D) + O2
O(1D)+M O +M
O(1D) + N2O 2 NO
NO + O3 NO2 +O2
NO2 + h NO + O

iii.

Dengan ClO

Persamaan

reaksinya

adalah

sebagai

berikut:
CF3Cl + h CF3 + Cl

46 Kimia Atmosfer

Cl + O3 ClO +O2
ClO + O Cl + O2 (Low [ClO])
ClO + NO2 ClONO2
Cl2 + h 2 Cl (Ozone Hole)
Cl + O3 ClO +O2
ClO + ClO + h 2 Cl + O2 (High [ClO])
c) Mesosfer
Mesosfer berisi sebagian besar ion molekul yang sama yang membentuk stratosfer
Kerena wilayah yang semakin dekat denga matahari, mesosfer memiliki kemampuan untuk
hanya mengionisasi molekul kecil menjadi ion positif dan elektron .

d) Termosfer
Termosfer merupakan bagian paling luar atmosfer yang sangat dipengaruhi intensitas
matahari. Molekul/ion pada wilayah ini bertindak sebagai filter cahaya yang efektif. Setiap
lapisan atmosfer menyerap sebagian sinar matahari , melindungi gas bawah dari radiasi yang
menghilangkan. Sehingga reaksi kimia yang terjadi di lapisan ini merupakan reaksi ionisasi.
3.3 HUBUNGAN LAPISAN ATMOSFER DENGAN CAHAYA MATAHARI
DAN PANAS DI BUMI
Menurut Mukono (2003), secara umum, faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
pencemaran udara di atmosfer adalah:

Kelembaban
Kelembaban udara relatif yang rendah (< 60%) di daerah tercemar SO2, akan
mengurangi efek korosif dari bahan kmia tersebut. Pada kelembaban relatif
lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2, akan terjadi peningkatan
efek korosif SO2 tersebut.

Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan
kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan
47 Kimia Atmosfer

pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan
meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.

Sinar matahari
Sinar matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di atmosfer.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan atau alat bangunan,
atau bahan yang terbuat dari karet. Dapat dikatakan bahwa sinar matahari
dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.

Pergerakan udara
Pergerakan udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan bangunan.

3.3.1 Sinar Matahari


Sebagai komponen dasar siklus hidrologi, atmosfer menjadi media transport air dari
lautan ke daratan. Atmosfer mempunyai fungsi sebagai pelindung utama kehidupan di bumi
karena dapat menyerap banyak sinar kosmik dari angkasa luar, selain itu juga dapat menyerap
radiasi elekfromagnetik dari sinar matahari.
Matahari adalah sumber utama dari semua energi yang sampai ke bumi. Energi
radiasi dari matahari meliputi semua spektrum elektromagnetik. Dengan adanya jarak bumi
dengan matahari, setiap 1 m2 dari area yang terkena aliran radiasi matahari (Solar flux)
menerima 19,2 Kcal energi per menit atau 1,34 x 103 watt/m2.
Bila seluruh energi ini mencapai permukaan bumi, maka bumi akan menguap sejak
dulu. Oleh karena itu, terdapat berbagai faktor yang cukup kompleks yang turut terlibat
dalam menjaga keseimbangan atmosfer di bumi.
Radiasi matahari yang masuk ke atmosfer bumi, sekitar 20% sampai 30%,
dipantulkan kembali ke ruang angkasa, kemudian dibiaskan oleh atmosfer dan partikelpartikel padat yang terdapat di atmosfer atau oleh permukaan bumi. Sekitar 20% dari energi
radiasi diserap begitu masuk melewati atmosfer. Ozon menyerap sekitar 1% sampai 3%
terutama dalam bagian gelombang pendek ultraviolet.
Pada troposfer, sekitar 17 19% dari radiasi yang masuk diserap terutama oleh uap
air dan CO2. Penyerapan atmosfer total terhadap radiasi dengan panjang gelombang 0,3

48 Kimia Atmosfer

sampai 0,4 m tidak sangat besar dan umumnya masuk secara efektif melalui lubang
transparan dari atmosfer.
Secara keseluruhan sekitar 50% dari radiasi matahari sampai ke permukaan bumi ini
meradiasikan kembali sebagian energimelalui kisaran panjang gelombang yang luas, tetapi
terbanyak pada panjang gelombang 10 - 20 m inframerah. Aliran energi ini merupakan
sistem aliran udara panas ke arah kutub dan aliran udara dingin dari kutub ke arah tropik dan
ini akan dinyatakan dengan aliran laut.
Energi matahari yang lebih lemah dimusim dingin daripada musim panas. Pada
musim dingin sinar matahari harus menembus lapisan atmosfer yang lebih tebal .Hal ini juga
berkaitan dengan sudut datang sinar. Pada sudut sinar datang 90 atmosfer menahan 22 %
energi radiasi dan 99 % untuk sinar datang. Berkurangnya panas ke arah kutub pada musim
panas dapat diatasi oleh pertambahan panjang hari ( lamanya penyinaran) . matahari bersinar
lebih lama berarti energi yang diterima lebih besar .
Berikut ini beberapa faktor cahaya matahari dapat mempengaruhi atmosfer :
1.

Faktor sudut datang dan kemiringan yang dikontrol oleh latitude

2.

Faktor kecerahan atmosfir.

Atmosfer yang mengandung banyak debu, uap ,air , gas-gas tertentu dan awan
mengakibatkan energi matahari terhalang mencapai.permukaan bumi, sehingga insolasi kecil.
Didaerah tropik lapisan pemantul dan penghambur lebih tipis dibandingkan dengan daerah
sedang , namun pengaruh ini juga berfluktuasi sesuai dengan musim atau panjang hari.
3.3.2 Suhu di Bumi
Atmosfer memiliki tujuh lapisan. Setiap lapisan memiliki susunan gas-gas yang
berbeda, semua berada dalam keselarasan yang sempurna antara satu dengan lainnya. Berikut
ini lapisan-lapisan atmosfer:

Troposfer
Lapisan troposfer ini berada pada level terendah, campuran gasnya paling ideal untuk

menopang kehidupan makhluk hidup di bumi. Lapisan ini melindungi kehidupan dari
sengatan radiasi yang dipancarkan benda-benda langit lain (contohnya radiasi sinar UV dari
matahari). Suhu udara pada permukaan air laut sekitar 30 derajat Celsius, dan semakin naik
ke atas, suhu semakin turun. Setiap kenaikan 100m suhu berkurang 0,61 derajat Celsius
(sesuai dengan Teori Braak). Pada lapisan ini terjadi peristiwa cuaca seperti hujan, angin,
musim salju, kemarau, dan sebagainya.
49 Kimia Atmosfer

Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer,
karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke
udara.
Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak
(steady), dari sekitar 17 sampai -52. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah
pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.
Ciri khas yang terjadi pada lapisan troposfer adalah suhu (temperatur) udara menurun
sesuai dengan perubahan ketinggian, yaitu setiap naik 100 meter dari permukaan bumi, suhu
(temperatur) udara menurun sebesar 0,5C.
Lapisan troposfer paling atas, yaitu tropopause yang menjadi batas antara troposfer
dan stratosfer. Suhu (temperatur) udara di lapisan ini relatif konstan atau tetap, walaupan ada
pertambahan ketinggian, yaitu berkisar antara

-55C sampai -60C. Ketebalan lapisan

tropopause 2 km.

Stratosfer
Perubahan secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar

11 km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat dingin yaitu 70oF atau sekitar - 57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola
aliran yang tertentu.
Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin
bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang
bertambah.Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu.Suhu pada lapisan ini bisa
mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan
stratosfer dengan lapisan berikutnya.

Mesosfer
Lapisan di atas stratosfer. Pada lapisan ini, suhu udara turun hingga mencapai -73C
(100F).

Thermosfer
Lapisan di atas Mesosphere. Suhunya meningkat dengan perlahan.Perbedaan suhu

antara malam dan siang hari lebih dari 100C (212F).

Eksosfer

50 Kimia Atmosfer

Lapisan yang dimulai dari ketinggian 500 kilometer (310 mil) diatas muka bumi.

Ionosfer
Gas dalam wilayah ini ditemukan dalam bentuk ion. Gas-gas yang terionisasi inilah

yang menjadi nama dari lapisan ini.

Magnetosfer
Karena medan magnetik bumi terdapat pada lapisan ini, maka ia dinamai

Magnetosfer. Lapisan ini, berfungsi seperti perisai dan terletak antara 3,000 sampai 30,000
kilometer (1,850 sampai 18,500 mil) diatas permukaan bumi. Seperti penjelasan sebelumnya,
wilayah ini, yang melindungi bumi dari radiasi yang berasal dari antariksa, disebut Sabuk
Van Allen.
Perubahan suhu pada atmosfer dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini :
1) Ketinggian tempat, semakin tinggi suatu daerah dari per mukaan laut, semakin rendah suhu
udara. Menurut gejala gradient thermometrik, dimana rata-rata suhu udara akan mengalami
penurunan sekitar 0,5C0,6C setiap tempat mengalami kenaikan 100 meter dan
berdasarkan penelitian, rata-rata suhu udara harian di pantai kawasan tropis seperti halnya
Indonesia adalah sekitar 26C. Dari kedua data tersebut dapat diprediksi rata-rata suhu udara
di suatu daerah dengan rumus sbb:

Keterangan:
tC = rata-rata suhu udara di tempat yang akan kita hitung.
h = ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam meter).
2) Kondisi geogras wilayah. Bagi daerah-daerah di Indonesia yang wilayahnya merupakan
kepulauan yang dikelilingi laut, perbedaan suhu udara (amplitudo suhu) harian tidak begitu
tinggi.
Hal ini disebabkan oleh sifat sika air (perairan) yang lambat menerima (menyerap)
panas, tetapi lambat pula melepaskannya. Fenomena ini berbeda dengan wilayah-wilayah
yang lokasinya di tengah benua (daratan) yang jauh dari laut, seperti daerah Asia Tengah
(misalnya di Gurun Gobi dan Tibet), dan Gurun Sahara.Perbedaan suhu udara antara siang
51 Kimia Atmosfer

dan malam sangat mencolok.Siang hari suhu udara sangat tinggi, sedangkan pada malam hari
sangat rendah bahkan sampai di bawah 0C.
3.4 POLUSI UDARA KE ATMOSFER AKIBAT BERBAGAI KEGIATAN
DAN PROSES DI BUMI
Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi
tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada
manusia dan lingkungan.
Beberapa kegiatan yang dapat menimbulkan polusi udara di antaranya adalah,
1) Asap dari cerobong pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran atau kebakaran
hutan, asap rokok, yangmembebaskan CO dan CO2 ke udara.
2) Asap vulkanik dari aktivitas gunung berapi dan asap letusan gunung berapi yang
menebarkan partikel-partikel debu ke udara.
3) Bahan dan partikel-partikel radioaktif dari bom atomatau percobaan nuklir yang
membebaskan partikel-partikel debu radioaktif ke udara.
4) Asap dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik atau pabrik yang
membebaskan partikel, nitrogen oksida, dan oksida sulfur.
5) Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang berasal dari kebocoran mesin pendingin
ruangan, kulkas, dan AC mobil.
Partikel yang digolongkan berdasarkan ukurannya :

Partikel debu kasar, jika diameter > 10 mikron.


Partikel debu, uap, dan asap, jika diamaternya antara 1-10 mikron.
Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.
Efek negatif bahan pencemar uadara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain ;

Gangguan jarak pandang


Memberi warna tertentu pada atmosfer
Berikut ini, akan dijelaskan efek dari pencemaran zat kimia akibat kegiatan manusia
terhadap atmosfer.
3.4.1 Karbondioksida
Polusi udara menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Kenaikan kadar CO2
yang melebihi ambang batas toleransi yang ditetapkan (sekitar 0,0035%) menimbulkan
52 Kimia Atmosfer

berbagai akibat. Penurunan kualitas udara untuk respirasi semua organisme (terutama
manusia) akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Asap dari kebakaran hutan dapat
menyebabkan gangguan iritasi saluran pernapasan, bahkan terjadinya infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).Setiap terjadi kebakaran hutan selalu diikuti peningkatan kasus
penyakit infeksi saluran pernapasan.
3.4.2 Karbonmonoksida
Gas karbon monoksida (CO) ialah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak merangsang. Batasan gas CO yang diperbolehkan ada di atmosfer 0,1 ppm.
Jika sampai melebihi batasan itu akan menimbulkan berbagai efek negatif bagi kesehatan
manusia.
Apabila bahan bakar fosil atau materi organik, misalnya minyak tanah, bensin, atau
bahan kayu yang terbakar, maka tiap atom karbon akan bereaksi dengan dua atom oksigen
diatmosfer dan terbentuk gas CO2 (karbon dioksida). Apabila proses pembakaran tersebut
tidak sempurna (kekurangan waktu dan oksigen, maka tiap atom karbon akan akan bereaksi
dengan satu atom oksigen dan terbentuklah CO (karbon monoksida). Bila O2yang tersedia
dialam terlalu banyak akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Karena oksigen
mempuyai sifat mudah bereaksi dengan H dan C dimana dapat merusak lingkungan, oksigen
lambat bersenyawa dengan unsur lain pada suhu normal, dan juga saat oksigen bereaksi akan
melepaskan panas sehingga bila tersedia oksigen dalam jumlah yang banyak akan dihasilakn
panas dan jumlah yang banyak pula.
Sumber gas CO adalah pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar minyak
sebagai contoh adalah oktana yang merupakan salah satu komponen bensin, reaksinya
sebagai berikut :
2C8H18 (g) + 17O2 (g)

16CO + 18H2O

60% polutan yang dihasilkan dari transportasi adalah CO, walaupun demikian mobil
bukan satu satunya sumber gas CO di perkotaan, tapi asap rokok ikut andil terutama
sangatnyata dikota besar. Telah diteliti bahwa kadar CO yang berasal dari asap rokok sekitar
400ppm 475ppm.
Berikut adalah mekanisme pembersihan CO di udara :

53 Kimia Atmosfer

Reaksi diatmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO yang hilang
sangat sedikit. Kecepatan reaksi 2CO + O2

2CO.

Menghilangkan

0,1% dari CO yang ada perjam dengan adanya sinar matahari.


Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dapat menghilangkan CO
dengan kecepatan relatif tinggi dari udara.

Dampak CO pada tanaman adalah dapat menghambat fiksasi nitrogen pada akar
tanaman. Melalui percobaan, fiksasi terhambat dengan pemberian CO sebesar 100 ppm
selama 1 bulan. Karena konsentrasi CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam
waktu yang sebentar, pengaruh CO terhadap tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata.
Kontak CO dengan manusia pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian
sedangkan pada konsentrasi rendah dapat mengganggu kesehatan.Pengaruh toksik akibat CO
terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dan Hb di dalam darah.Afinitas
CO terhadap Hb 200x lebih tinggi dibandingkan dengan afinitas O2 terhadap Hb. Sehingga
bila tersedia CO diudara lebih banyak, Hb akan lebih mudah mengikat CO yang bersifat
racun.
Kontrol terhadap polusi CO yang dapat dilakukan adalah sebgai berikut,

Modifikasi mesin pembakaran untuk mengurangi jumlah polutan yang terbentuk

selama pembakaran.
Perkembangan reaktor sistem ekshaust sehingga proses pembakaran berlangsung

sempurna dan polutan yang berbahaya diubah menjadi polutan yang lebih aman.
Perkembangan substitusi bahan bakar untuk bensin sehingga menghasilkan

polutan dengan konsentrasi rendah selama pembakaran.


Perkembangan sumber tenaga yang rendah polusi untuk mengganti mesin

pembakaran yang ada.


Penggunaan katalis yang dapat mengubah CO menjadi CO 2 pada knalpot

kendaraan bermotor.
Tidak menyalakan kendaraan bermotor ditempat tertutup.

3.4.3 Kloroflorokarbon (CFC)


Penggunaan mesin pendingin ruangan (AC), kulkas maupun lemari es juga
berdampak pada polusi udara.Akibat terjadinya kerusakan atau kebocoran alat-alat tersebut
menyebabkan terbebasnya CFC ke udara.Di bawah pengaruh radiasi sinar ultraviolet
berenergi tinggi CFC dapat terurai dan membebaskan atom klor (Cl).Setiap atom Klor
mampu mempercepat pemecahan 100.000 molekul ozon (O 3) menjadi O2.Hal ini tentunya
54 Kimia Atmosfer

dapat mengakibatkan penipisan lapisan ozon.Secara alamiah ozon berfungsi untuk menyaring
99% radiasi sinar ultraviolet.Penipisan lapisan ozon berakibat pada peningkatan radiasi sinar
ultraviolet ke bumi. Jika hal ini terjadi maka potensi timbulnya penyakit kanker kulit, kanker
mata, dan katarak akan meningkat.

3.4.4 Nitrogen Oksida (NOx)


Gas nitrogen oksida diproduksi oleh bakteri dalam jumlah kecil sehingga
pengaruhnya tidak banyak dan sumber utama gas nitrogen oksida adalah gas hasil
pembakaran generator pembangkit listrik maupun pembuangan sampah. Gas nitrogen oksida
ada dua yaitu NO dan NO 2. Gas NO tidak berwarna dan tidak berbau sedangkan NO 2
berwarna (merah kecoklatan) dan berbau. Gas NO tidak merugikan yang merugikan bila gas
NO bereaksi membentuk oksidan fotokimia yang merupakan komponen berbahaya di dalam
asap. Produksi oksidan tersebut terjadi jika terdapat polutan polutan lain yang
mengakibatkan reaksi yang melibatkan NO.
Siklus fotolitik NO2 :

NO2 mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultra violetdari matahari.


Energi yang diabsorbsi tersebut memecah molekul molekul NO2 menjadi

molekul NO dan atom O yang bersifat reaktif.


Bereaksi dengan O2 membentuk ozon sebagai polutan sekunder.

Gas yang bersifat reaktif ini tergolong berbahaya bagi kesehatan saluran pernapasan,
sama efeknya seperti gas pencemar lainnya. Ozon dapat menurunkan ketahanan
tubuh terhadap infeksi di saluran pernapasan, menyebabkan pembengkakan
tenggorokan dan paru, serta menyebabkan iritasi mata.

Ozon bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksinya menjadi


lengkap.

Pengaruh dari reaksi tersebut adalah terjadinya siklus NO 2 secara cepat, bila tidak
ada reaktan lain tidak ada efek samping. Karena konsentrasi NO dan NO2 diudara tidak akan
berubah karena ozon dan NO akan terbentuk dan hilang dengan jumlah yang seimbang.
Siklus tidak seimbang bila tersedia HC, HC menyebabakan reaksi NO menjadi NO 2 dengan
kecepatan lebih tinggi dari NO2 menjadi NO + O sehingga terjadi penumpukan ozon di
atmosfer.

55 Kimia Atmosfer

Penelitian dan pengembangan kontrol terhadap polusi NOx terutama diarahkan pada
dua macam metode kontrol, yaitu modifikasi kondisi pembakaran untuk menurunkan jumlah
NOx yang dihasilkan, dan metode lainnya adalah cara untuk menghilangkan NOx dari gas
buangan. Faktor faktor yang memepengaruhi pembentukan NOx adalah suhu pembakaran,
adanya kelebahan udara yang tersedia, dan waktu tinggal reaktan reaktan pada suhu
pembakaran tersebut. Suhu pembakaran yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak NOx .
Jumlah udara yang lebih rendah pada umumnya akan menghasilkan NOx lebih sedikit, tetapi
kelebihan udara pada konsentrasi tertentu akan mengencerkan gas gas pembakaran
sehingga menghasilkan suhu pembakaran yang lebih rendah, dan akibatnya terjadi penurunan
jumlah NOx. Dengan prinsip ini maka beberapa cara telah dilakukan untuk mengurangi
jumlah NOx yang diproduksi dalam pembakaran, misalnya dengan cara pembakaran dua
tahap, resirkulasi gas pembuangan, dan injeksi dengan uap atua air.
Penghilangan NOx dari gas gas buangan dilakukan menggunakan reaktor katalitik
atau sistem absorbsi.Penggunaan katalis untuk mengubah NOx kembali menjadi N 2
merupakan pemecahan masalah dalam mengatasi emisi NOx dari kendaraan bermotor.Namun
yang dipermasalahkan adalah bagaimana mendapat katalis yang dapat bertahan lama.Suatu
katalis yang baik sekaligus dapat memecahkan beberapa masalah polutan udara, yaitu
produksi CO, HC, dan NOx dari kendaraan bermotor.Pada sistem tersebut, suatu katalis
pengoksidasi dibutuhkan untuk mengubah CO dan HC menjadi CO 2 dan air, sedangkan
katalis pereduksi dibutuhkan untuk mengubah NOx menjadi NO2.
Metode absorbsi tidak praktis digunakan untuk mengontrol produksi NOx dari
kendaraan bemotor, tetapi efektif digunakan untuk mengadsorbsi gas yang keluar dari
teropong asap. Gas yang keluar dilakukan melalui adsorbse padat atau cair dimana NOx akan
tertahan. Sistem adsorbsi yang mengandung air akn lebih efektif digunakan terutama jika air
tersebut mengandung komponen alkali atau asam sulfat. Sistem yang telah dikembangkan ini
menghilangkan NO2 dan sulfur oksida sekaligus.
Ada empat macam teknik yang telah digunakan

untuk mengontrol emisi

hidrokarbon dari sumbernya, yaitu insinerasi, adsorbsi, absorbsi, dan kondensasi.

Insinerasi
Terdapat dua jenis alat insinerasi telah umum digunakan yang pertama menggunakan
api untuk oksidasi lengkap hidrokarbon menjadi CO2 dan air. Alat yang kedua
menggunakan katalis sehingga oksidasi hidrokarbon lengkap terjadi pada suhu lebih

rendah dari alat yang pertama. Tetapi dapat terjadi keracunan katalis.
Adsorbsi
56 Kimia Atmosfer

Gas buangan dilakukan pada bed yang terdiri dari adsorbser granular yang terbuat
dari karbon aktif. Uap hidrokarbon diadsorbsi pada permukaan karbon menempel

pada karbon dan dihilangkan dengan melewatkan uap melalui sistem tersebut.
Absorbsi
Caranya hampir sama dengan adsorbsi, namun perbedaannya ada pada gas buangan
mengalami kontak dengan cairan dimana hidrokarbon akan larut.
Kondensasi : Pada suhu cukup rendah, gas hidrokarbon akan mengalami kondensasi menjadi
cairan. Jadi, gas buangan dilewatkan pada permukaan suhu rendah dan cairan hidrokarbon
yang terkondensasi tetap tertinggal dan dapat terkumpul.
Kontrol emisi hidrokarbon dari kendaraan bermotor lebih kompleks, karena letak
masalahnya bukan saja berasal dari buangan hidrokarbon tetapi juga penguapan
hidrokarbon.Kontrol tersebut terdiri dari sistem kolektor yang mentransport uap bahan bakar
dari tangki bahan bakar dan karborator ke suatu wadah berisi karbon aktif.Pada sistem ini uap
yang terkumpul dapat dikembalikan ke sistem induksi bahan bakar dan dibakar di dalam
mesin.
Masalah pembersihan hidrokarbon yang belum terbakar dari saluran pembuangan
hampir sama dengan yang dilakukan terhadap NOx dan CO karena ketiga polutan tersebut
terjadi bersamaan didalam saluran pembuangan. Metode yang dilakukan terhadap CO dapat
digunakan untuk hidokarbon karena CO2 merupakan produk akhir yang diinginkan dari
pembakaran CO dan hidrokarbon. Reaksinya adalah sebagai berikut :
HC

CO2 +H2O

CO

CO2

Usaha masih terus dilakukan untuk mengembangkan suatu reaktor katalitik yang
sekaligus dapat memecahkan masalah emisi HC dan CO.
3.4.5 Hidrokarbon (HC)
Menurut bentuknya hidro karbon dibagi menjadi 3, yaitu gas terjadi pada suhu
rendah (suhu kamar), cair terjadi pada suhu sedang, padat terjadi pada suhu tinggi.Apabila
dalam pembakaran hidrokarbon, jumlah O2 yang digunakan tepat stoikiometri, gas buangan
hasil pembakaran hanyalah H2O dan CO2.Akan tetapi keadaan stoikiometri sulit dipenuhi.
Bila ada HC yang tidak beraksi dengan O2, maka HC akan ikut keluar dengan gas hasil
pembakaran dan menjadi pencemar udar atau akan terjadi pemecahan karena suhu yang
tinggi dari hasil pembakaran . Hidro karbon cair akan membentuk kabut minyak, sedangkan
HC padat akan membentuk asap pekat (debu).
57 Kimia Atmosfer

3.4.6 Sulfur dioksida


Sulfur dioksida ada dua, yaitu SO 2 dan SO3 .SO2berbau tajam dan tidak mudah
terbakar, sedangkan SO3 sangat reaktif. Asam sulfit dan asam sulfat di atmosfer sebagian
besar berasal dari hasil pembakaran minyak bumi dan batu bara yang mengandung belerang.
Selain itu, ada juga yang berasal dari hasil oksidasi bijih bijih sulfida pada industri.
Reaksi pembentukan oksida belerang adalah sebagai berikut :
2Cu2S + 3O2
2Cu2O + Cu2S

2Cu2O +2SO2
6Cu +SO2

Gas gas SO2 dan SO3 dapat bereaksi dengan udara lembab membentuk asam.
Reaksinya sebagai berikut :
2SO2 (g) + O2 (g)
SO3 (g) +H2O (l)

2SO3(g)
H2SO4

Angin yang berhembus membawa asam tersebut kesuatu tempat yang jauh dan
disebarkan melalui hujan, sehingga dikenal dengan hujan asam.
Beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mengontrol emisi
SOx adalah sebagai berikut :
1.

Penggunaan bahan bakar bersulfur rendah.

2.

Subtitusi sumber energi lainnya untuk bahan pembakaran.

3.

Penghilangan sulfur dari bahan bakar sebelum pembakaran.

4.

Penghilangan SOx dari gas buangan.

3.4.7 Partikel
Partikel yang terdapat diatmosfer berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi
solar yang dapat mencapai permukaan bumi.Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran dan
absorbsi sinar oleh partikel. Sehingga intensitas sinar yang diterima dari objek dan dari latar
belakangnya akan berkurang.
Jumlah polutan partikel bervariasi dengan musim atau iklim.Pada musim gugur dan
salju, sistem pemanas didalam rumah dan gedung meningkat sehingga dibutuhkan tenaga
yang lebih tinggi yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak partikel.
58 Kimia Atmosfer

Teknik untuk mengontrol emisi partikel semua didasarkan pada penangkapan


partikel sebelum dilepaskan keatmosfer.Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel. Beberapa alat yang digunakan untuk tujuan
tersebut diantaranya sistem ruang pengendapan gravitasi, kolektor siklon, Penggosok / sikat
basah dan presiptator elektrostatik
Proses terjadinya interaksi belum sepenuhnya terungkap, yang diketahui hanyalah
proses akan terjadi jika pada waktu yang bersamaan ditemukan pula adanya radiasi dari sinar
matahari, kondisi cuaca tertentu, serta tersedianya bahan kimia dalam konsentrasi tertentu.

Gambar 3.4.1 Skema dampak pencemaran udara


Secara alamiah, sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan
diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca, sehingga
sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK)
karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap
di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah
kaca tersebut.

59 Kimia Atmosfer

3.4.8 Efek Rumah Kaca

Gambar 3.4.2 Skema Efek Rumah Kaca


Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin.
Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF 6 (Sulphur
hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti
60 Kimia Atmosfer

pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu
GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan
peternakan.GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara
global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat
oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan
Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa
(stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi
panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih
dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas
rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan
bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim
dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,
mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin
tinggi intensitasnya, dan anomali-anomali iklim seperti El Nino La Nina dan Indian Ocean
Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan
berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir,
wabah penyakit, dan lain-lainnya
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem
lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat
menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan

61 Kimia Atmosfer

meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan
laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan
menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5C sekitar tahun 2030. Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang
panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan
suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Dampak lain dari kenaikan suhu di permukaan bumi (pemanasan global) di antaranya,
1) Menambah volume air laut sehingga permukaan air laut akan naik.
2) Menimbulkan banjir di daerah pantai.
3) Dapat menenggelamkan pulau pulau dan kota kota besar yang berada di tepi
laut.
4) Meningkatkan penyebaran penyakit menular.
5) Curah hujan di daerah yang beriklim tropisakan lebih tinggi dari normal.
6) Tanah akan lebih cepat kering, walaupun sering terkena hujan. Hal ini
mengakibatkan banyak tanaman mati.
7) Akan sering terjadi angin besar di berbagai tempat.
8) Musnahnya hewan dan tumbuhan, termasuk manusia, yang tidak mampu
berpindah atau beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi.

3.5 LAPISAN OZON, SIKLUS DAN PENIPISANNYA


3.5.1 Definisi dan Pembentukan Lapisan Ozon
Ozon ditemukan oleh Christian Friedrich Schonbein pada tahun 1840. Ozon
merupakan molekul yang terdiri atas tiga atom oksigen yang dilambangkan dengan simbol
O3. Hampir sekitar 90 persen dari jumlah ozon yang ada di atmosfer berada pada lapisan
teratas yang dikenal dengan nama stratosfer, yang lokasinya sekitar 15-50 km di atas
permukaan bumi. Wilayah yang berisikan konsentrasi terbesar dari ozon ini dinamakan
sebagai lapisan ozon.
Lapisan ozon adalah lapisan di atmofer pada ketinggian 19-48 km (12-30mil) diatas
permukaan bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon dilapisan ini
mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet matahari terhadap molekulmolekul oksigen.Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen dan amat berbahaya pada kesehatan

62 Kimia Atmosfer

manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui pencampuran cahaya ultraviolet dengan
atmosfer bumi dan membentuk suatu lapisa ozon pada ketinggian 50 km.
Ozon

(O3)

dihasilkan

apabila

O2 menyerap

sinar

UV

pada

jarak

gelombang 242 nanometer dan disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar bagi jarak
gelombang yang besar dari 290 nm. O3 juga merupakan penyerap utama sinar UV antara 200
dan 330 nm. Penyerapan sinaran UV berbahaya oleh ozon stratosfer amat penting untuk
semua KEhidupan di bumi. Jumlah ozon dalam atmosfer berubah menurut lokasi geografi
dan musim. Ozon ditentukan dalam satuan Dobson (Du) di mana, sebagai contoh, 300 Du
setara dengan 3 mm tebal lapisan ozon yang tulen jika dimampatkan ke tekanan permukaan
laut. Sebagian besar ozon stratosfer dihasilkan di kawasan tropis dan diangkut ke ketinggian
yang tinggi dengan skala-besar putaran atmosfer semasa musim salju hingga musim semi.
Umumnya kawasan tropis memiliki ozon yang rendah.
Ozon membentuk cairan berwarna biru tua pada suhu di bawah -112 C, dan cairan
berwarna biru tua gelap pada suhu di bawah -193 C. Selain itu mempunyai bau yang keras,
menusuk hidung serta terbentuk pada kadar rendah dalam udara akibat arus eletrik seperti
kilat, dan oleh tenaga tinggi seperti radiasi eletromagnetik. Ozon adalah gas beracun sehingga
bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya dan bila terhisap dapat merusak paru-paru
bahkan mampu menyebabkan kematian. Secara alamiah ozon dapat terbentuk melalui radiasi
sinar ultraviolet dari pancaran sinar matahari. Pada tahun 1930, Chapman menjelaskan
pembentukan ozon secara alamiah. Di mana ia menjelaskan bahwa sinar ultraviolet dari
pancaran sinar matahari mampu menguraikan gas oksigen di udara bebas.
Molekul oksigen tersebut terurai menjadi dua buah atom oksigen, proses ini dikenal
dengan nama photolysis. Lalu kedua atom oksigen tadi secara alamiah bertumbukan dengan
molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, kemudian terbentuklah ozon.
Reaksi Pembentukan Ozon :
Sinar Ultra Violet

OO + O

O3

Ozon yang terdapat pada lapisan stratosfer yang dikenal dengan nama lapisan ozon
adalah kumpulan ozon yang terjadi dari hasil proses alamiah photolysis. Lapisan ozon ini
berada pada ketinggian 19 48 km (12 30 mil) di atas permukaan bumi. Selain terjadi
proses pembentukan molekul ozon, secara alamiah terjadi juga proses penguraian O3. Sinar
ultraviolet yang mempunyai energi tinggi dapat memutus ikatan rantai molekul ozon,
sehingga molekul ozon tersebut kembali menjadi atom oksigen bebas (O) dan molekul
oksigen (O2). Pada kondisi normal, tanpa adanya Bahan Perusak Ozon (BPO), reaksi
63 Kimia Atmosfer

pembentukan dan penguraian molekul Ozon terjadi dalam keadaan seimbang sehingga
jumlah molekul Ozon di stratosfir relatif stabil.
Reaksi Penguraian Ozon :
Sinar UV + O3

===> O2 + O

O + O3

===> O2 + O2

2O3

<===>

3O2

3.5.2 Faktor Penyebab Menipisnya Lapisan Ozon


Dilihat dari penyebab menipisnya, lapisan ozon dipengaruhi oleh hal-hal sebagai
berikut:
a) Chlorofluorocarbon (CFC) dan Hydrochlorofluorocarbons (HCFC)
Sejenis zat kimia yang banyak dipakai oleh manusia dalam kaleng aerosol,
sebagai

pendingin (refrigeran) pada

lemari

es,

pelarut,

dan

gas

dorong (Propelan). CFC sangat tidak reaktif, tidak larut dalam air, dan tetap
dalam bentuk gas dan berada dalam atmosfer. CFC terus terkumpul dalam jumlah
yang semakin besar dan melayang ke atas sampai ke stratosfer. Oleh sinar
ultraviolet, CFC diuraikan dan menghasilkan atom klor, yang selanjutnya
bereaksi dengan ozon dan melepaskan atom oksigennya yang labil. Satu atom
klor dapat menyebabkan hancurnya ribuan molekul ozon, dan selanjutnya
menjadi penyebab penipisan lapisan ozon. CFC yang
oleh masyarakat modern dunia sejak berpuluh-puluh

berlebihan dikonsumsi
tahun yang lalu. CFC

dapat melepaskan atom Chlorine dan dapat merusak lapisan ozon. CFC
digunakan oleh masyarakat di dunia dengan cara yang tidak terkira banyaknya,
misalnya dengan penggunaan Freon pada alat AC, lemari es, dan alat pendingin
lainnya merupakan salah satu bentuk yang turut andil dalam pengrusakan lapisan
ozon, karena alat ini menggunakan CFC-11, CFC-12, CFC 114 dan HCFC-22
dalam proses kerjanya.
b) Penggunaan CFC-11, CFC-12 dan CFC-114 secara luas juga digunakan pada
produk dengan alat kerja penyemprot atau disebut aerosol spray seperti kaleng
semprot untuk

pengharum ruangan, penyemprot rambut (hair spray), minya

wangi/parfum, insektisida, pembersih kaca (jendela), pembersih oven, produkproduk farmasi, cat, minyak pelumas dan oli.
c) Penggunaan CFC-113 sebagai cairan pembersih (cleaning solvent) pada
proses

pembuatan peralatan elektronik, penghilangan lemak (degreasing)

logam selama proses

fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry-

cleaning dan spot-cleaning pada industri tekstil.


64 Kimia Atmosfer

d) Haloncarbon yang digunakan dalam zat cair pemadam kebakaran (aerosol fire
extinguiser) sepertiMethyl

Bromide, Carbon

Tetrachloride,

dan Methyl

Chloroform.
e) Penggunaan methyl chloroform dan carbon tetrachloride sebagai bahan pelarut
(solvent).
f) Banyaknya volume kendaraan yang ada di bumi sangan berakibat negatif pada
lapisan ozon. Karbon monoksida yang dihasilkan oleh kendaraan dapat merusak
lapisan ozon. Semakin lama, volume kendaraan semakin banyak, semakin banyak
pula gas karbon monokida yang di keluarkan, bisa dibayangkan keadaan lapisan
ozon beberapa tahun kedepan bila volume kendaraan semakin hari semakin
bertambah
g) Penggundulan hutan secara besar-besaran sangat berakibat buruk pada kualitas
udara yang ada di bumi. Gas2 karbon yang merusak lapisan ozon tidak lagi
diserap oleh tumbuhan.
h) Asap yang dihasilkan oleh pabrik juga amat sangat berpengaruh dalam
memperparah kerusakan lapisan ozon. Sama hal nya seperti asap kendaraan. Gas
yang dikeluarkan dapat merusak lapisan ozon,amat mencemari udara, belum lagi
limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan pabrik, dapat merusak lingkungan.

3.6 REAKSI DAN UNSUR YANG MENYEBABKAN PENIPISAN LAPISAN OZON


3.6.1 Mekanisme Penipisan Lapisan Ozon
Pada lapisan Stratosfer radiasi matahari memecah molekul gas yang mengandung
khlorin atau bromin yang dihasilkan oleh zat/bahan perusak ozon seperti CFC
dan Haloncarbon yang akan menghasilkan radikal khlor dan brom. Radikal-radikal khlorin
dan bromin kemudian melalui reaksi berantai memecahkan ikatan gas-gas lain di atmosfer,
termasuk ozon. Molekul-molekul ozon terpecah menjadi oksigen dan radikal oksigen.
Dengan terjadinya reaksi ini akan mengurangi konsentrasi ozon di stratosfer. Semakin banyak
senyawa yang mengandung khlor dan brom perusakan lapisan ozon semakin parah.
Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam
stratosfer (10 50 km). Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar UV dan
membebaskan atom Chlorine. Bahan kimia ini menipiskan lapisan ozon dengan bertindak
sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia yang merubah ozon (O3) menjadi oksigen (O2).
Reaksi ini dipercepat dengan adanya kristal-kristal es di stratosfer yang merupakan salah satu
65 Kimia Atmosfer

dari sumber bagi kerugian besar ozon di Antartika. Karena CFC bertindak sebagai katalis,
maka mereka tidak dikonsumsi dalam reaksi yang merubah ozon menjadi oksigen, tetapi
tetap ada di stratosfer dan terus menerus merusak ozon selama bertahun-tahun.
Menurut hasil penelitian, satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000 senyawa
ozon dan bertahan sampai 40-150 tahun di atmosfer. Padahal stratosfer hanya bisa menyerap
sejumlah atom klorin, sehingga pada akhirnya meskipun penggunaan CFC ditekan, jumlah
yang ada dalam atmosfer masih cukup besar dan perlu waktu yang sangat lama untuk diserap.
3.6.2 Reaksi Penipisan Ozon
Secara umum unsur kimia yang menyebabkan penipisan lapisan ozon adalah klorin
dan bromin. Yang kemudian dalam bentuk senyawa seperti CFC (Chlorofluorocarbon),
Halotan (2-bromo-2-2dikloro-1,1,1-trifluoroetana), dan Metil Bromida. Berikut beberapa
reaksi ozon dengan senyawa tersebut:
a) Reaksi Penipisan Ozon Stratosfer karena CFC
Fotodisosiasi CFC:
CFCl3 + UV ==> CFCl2 + Cl
Reaksi dengan O3:
O3 + Cl

==> ClO + O2

ClO + O

==> Cl + O2

Hasil:
O3 +

==> 2O2

Gambar 3.6.1 Proses kerusakan ozon oleh klorin


66 Kimia Atmosfer

b) Reaksi Perusakan Ozon oleh Bromin


Senyawa Bromine dipecah oleh sinar UV sehingga melepaskan Bromin, dan
mengkatalisa perusakan Ozon:
O3 + Br BrO + O2
BrO + O Br + O2
Hasil:
O3 + O 2O2
3.7 SENYAWA CFC DAN NOMENKLATURNYA
3.7.1 Senyawa CFC
Klorofluorokarbon (CFC) merupakan senyawa-senyawa yang mengandung atom
karbon yang berikatan dengan klorin dan fluorin. Dua jenis CFC yang umum digunakan
adalah

CFC-11

(Trichloromonofluoromethane)

atau

freon

11

dan

CFC-12

(Dichlorodifluoromethane). Pada dasarnya CFC tidak berbahaya, tetapi karena pemakaiannya


yang berlebih CFC dapat merusak lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi matahari..
CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu beracun. Satu
buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum hilang
dari atmosfer. Pada tahun 1970-an, zat-zat kimia seperti klorofluorocarbon (CFC) dan
hidroklorofluorocarbon (HCFC) diketahui menyebabkan penipisan lapisan ozon. Zat kimia
perusak lapisan ozon ini sangat stabil, sehingga bisa mencapai stratosfer secara utuh. Ketika
berada di stratosfer, zat kimia ini diubah oleh radiasi ultraviolet dari sinar matahari dan
mengeluarkan atom-atom klorin perusak ozon.
Cloro floro carbon juga menjadi salah satu pemegang andil dalam gas efek rumah
kaca. Gas efek rumah kaca disebabkan oleh karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida
(CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan oleh
kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik
lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5 C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan
menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5 - 4,5 C sekitar tahun 2030. Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang
67 Kimia Atmosfer

panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan
suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Yang dapat mengakibatkan meningkatnya suhu
permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi.
Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga
mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Tetapi di samping
dampak negatifnya efek rumah kaca mempunyai efek positifnya yaitu menjadi alat penghagat
untuk bumi.
Pada bulan September 1987, dicapai kesepakatan Internasional guna melindungi
lapisan ozon, yang disebut degan Protokol Montreal. Kesepakatan tersebut menyebutkan
bahwa produksi dan penggunaan CFC-11, CFC-12, CFC-113, CFC-114, halon, karbon
tetraklorida, dan metil kloroform harus dihentikan, kecuali untuk penggunaan khusus. Selain
itu, industri diharapkan mengembangkan bahan pengganti CFC yang tidak mengganggu
lapisan ozon (ozone-friendly).
Pada kenyataannya, banyak sekali kebutuhan masyarakat yang harus terpenuhi, tak
terkecuali kebutuhan akan barang-barang yang menggunakan CFC. Selama bertahun-tahun
CFC secara luas digunakan sebagai bahan pendingin ruangan (AC), media pendingin pada
lemari es, bahan pelarut maupun digunakan dalam proses pembuatan plastik. Selain itu, CFC
juga banyak digunakan sebagai blowing agent dalam proses pembuatan foam, sebagai cairan
pembersih (solvent), bahan aktif untuk pemadam kebakaran, bahan aktif untuk fumigasi di
pergudangan,

pra-pengapalan,

dan

produk-produk

pertanian

dan

kehutanan.

3.7.2 Nomenklatur CFC


Penamaan CFC dan HCFC terdiri dari 3 intejer yang mengikuti di belakang penamaan
yang menandakan pelabelan jumlah molekul. 3 intejer tersebut terdiri dari:
i = jumlah atom C (karbon) - 1
j = jumlah atom H (hidrogen) + 1
k = jumlah atam F (florin)
Sedangkan jumlah atom Cl (klorin) dapat dicari dengan,
Atom Cl = 2(C+1) H F, dengan C, H, F merupakan jumlah atom karbon,
hidrogen dan florin.
Apabila hanya terdapat dua intejer yang mengikuti penamaan, maka nilai dari intejer
pertama (intejer i) bernilai 0
Contoh:

68 Kimia Atmosfer

CFC-11
i= jumlah atom C (karbon) 1 = 0
Jumlah atom C = 1
j= jumlah atom H (hidrogen) + 1 = 1
Jumlah atom H = 0
k= jumlah atam F (florin) = 1
atom Cl=2(C+1) H F = 2(1+1) - 0 1 = 3
Jika digabungkan akan menjadi CFCl3
HCFC-142
i= jumlah atom C (karbon) 1 = 1
Jumlah atom C = 2
j= jumlah atom H (hidrogen) + 1 = 4
Jumlah atom H = 3
k= jumlah atam F (florin) = 2
Atom Cl = 2(C+1) H F= 2(2+1) - 3 2 = 1
Jika digabungkan akan menjadi C2H3F2Cl

3.7.3 Senyawa CFC dan kaitannya dengan lapisan atmosfer

Telah lama isu mengenai penipisan ozon menjadi topik yang diteliti para ilmuwan.
Diketahui kemudian bahwa penipisan lapisan ozon ini terjadi akibat reaksi ozon dengan
senyawa klorin yang ditemukan di lapisan atmosfer tinggi. Pengaruh sinar matahari yang
mengandung ultra violet menyebabkan senyawa klorin mengalami penguraian menjadi klor
yang reaktif dan segera bereaksi dengan ozon yang merupakan senyawa yang tidak stabil.
Secara permanen, ozon dapat terbentuk dan rusak kembali di dalam daerah stratosfer
dan sebagian kecil terbentuk pada daerah troposfer. Reaksi perusakan O 3 dan terbentuknya O2
dapat berlangsung melalui:

O + O2 2 O2
O3 + O3 3 O2

Reaksi ini dihasilkan melalui reaksi yang kompleks dengan katalis gas dan radikal,
seperti atom Cl, NO, OH. Reaksi OH dapat terbentuk oleh perusakan uap H2O, gas buangan
dari pesawat supersonik. Radikal Cl dapat berasal dari CFC yang banyak digunakan pada
pendingin (refrigerator) dan bahan bakar (propelan).
Saat CFC

menyebar ke lapisan ozon,

CFC dipecah oleh sinar ultraviolet dan

kemudian bereaksi dengan ozon yang terbentuk dari tiga atom O (oksigen) yang mudah
dipecah bila ada daya tarik yang lebih kuat dari atom lain di luar ikatan O tersebut. Reaksi
69 Kimia Atmosfer

kimia di antara atom-atom inilah yang akan menghasilkan molekul-molekul baru, seperti O 2,
O, CO, CO2, dan lain-lain. Jika O3 sudah terpecah, fungsinya sebagai filter radiasi matahari
akan hilang. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul CFC akan terurai menjadi
atom C dan Cl yang sangat reaktif terhadap atom O dari ozon (O 3). Ketika atom C dari
pecahan freon bertemu dengan molekul O 3, maka atom C akan menarik satu atom O dari
ozon, yang akan mengakibatkan timbulnya karbon monoksida (CO) dan ozon menjadi
oksigen biasa (O2) karena kehilangan satu atom O-nya, ditambah lagi, ketika CO terbentuk,
maka mereka akan menarik lagi satu atom O dari ozon-ozon (O 3) lain sehingga menciptakan
CO2, oleh karena itu ozon sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet menjadi rusak,
sementara CO2 memiliki efek rumah kaca yang dapat menahan panas di bumi. Dengan
demikian bumi akan menjadi semakin panas.
Atom Cl yang bebas di udara juga merupakan radikal bebas dan sangat reaktif
sehingga ketika Cl dipertemukan dengan molekul ozon maka dapat memecah molekul ozon
tersebut menjadi klorin monoksida dan molekul oksigen. Inilah awal ozon mengalami
penipisan dan lama kelamaan akan membentuk lubang ozon. Molekul-molekul klorin
monoksida tersebut masih tergolong reaktif kemudian bereaksi dengan atom oksigen, yang
seharusnya dapat membentuk ozon, menjadi molekul oksigen dan atom klor kembali. Atom
klor yang terbebasakan kembali merusak ozon dengan berikatan dengan molekul O lainnya.
Reaksi-reaksi di atas terjadi berulang-ulang sehingga mengakibatkan penipisan pada lapisan

70 Kimia Atmosfer

ozon. Jika terjadi secara terus menerus tanpa adanya pengendalian dari manusia akan
menimbulkan dampak yang sangat menghawatirkan terhadap kehidupan di bumi.
3.7.4 Pengendalian dan Pencegahan

Banyak sekali dampak yang merugikan yang di sebabkan oleh perubahan iklim yang
di akibatkan oleh CFC dan banyak pencegahan yang dapat kita lakukan untuk menekan
perubahan iklim lebih parah lagi dengan menjaga lingkungan kita. Contohnya salah satunya
kita harus menjaga hutan dari penebangan hutan secara liar. Karena hutan di areal hutan,
tanaman menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan melepaskan gas oksigen ke atmosfer
sebagai proses fotosintesis. Laut juga termasuk salah satu daerah yang harus kita jaga.
Terdapat istilah carbon sink yang sering di gunakan dalam bidang perubahan iklim. Istilah ini
berkaitan dengan fungsi hutan dan laut sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir)
karbon. Daratan maupun lautan berfungsi menjadi tempat menyerap gas karbon dioksida
(CO2). Gas ini dapat diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis, sedangkan di lautan,
gas karbon dioksida digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosistesis, dapat tenggelam
ke dalam laut beserta dengan pemakan fitoplakton dan predator tinggi lainnya. Proses
perpindahan gas karbon dioksida dari atmosfer (lautan dan daratan) disebut sebagai carbon
sequestration.
Selain itu diperlukan juga upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif
masyarakat

dalam

program

perlindungan

lapisan

ozon,

pemahaman

mengenai

penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan


teknologi yang tidak merusak lapisan ozon. Bila tidak, maka proses penipisan ozon akan
semakin meningkat dan mungkin saja akan menyebabkan lapisan ini tidak dapat
dikembalikan lagi ke bentuk aslinya.
Walaupun begitu, tetap saja penggunaan CFC tidak akan mudah lepas begitu saja dari
kehidupan manusia. Penghapusan penggunaan CFC di Indonesia, tampaknya tidak mudah
dilakukan. Terutama karena alat-alat pendingin yang ada sekarang, misalnya kulkas dan AC,
mayoritas masih menggunakan teknologi berbasis CFC. Untuk mengantisipasi penggunaan
CFC berlebihan, telah ditemukan cara yang dinilai sangat bermanfaat. Yaitu melakukan daur
ulang CFC dan mencari bahan alternatif pengganti.
Mendaur ulang CFC, dibutuhkan alat yang disebut recovery CFC. Alat canggih
seharga 60 juta rupiah ini, dinilai sangat membantu mengurangi kebocoran molekul CFC ke
udara. Cara kerja alat recovery CFC, sangat sederhana. CFC lama di dalam alat pendingin,
tidak perlu lagi diganti. Cukup mendaur ulangnya, sehingga menghasilkan CFC baru. Dalam
71 Kimia Atmosfer

mengurangi dampak penggunaan CFC, tidak hanya dilakukan dengan cara daur ulang. Dapat
juga melalui penggunaan bahan alternatif pengganti. Salah satu bahan penggantinya adalah
Hydro Fluoro Carbon atau HFC.
3.8 SMOG, UNSUR DAN SENYAWA YANG BERBAHAYA DALAM SMOG SERTA
MEKANISME PEMBENTUKANNYA
3.8.1 SMOG
Kabut Asap atau lebih dikenal smog (smoke dan fog) adalah sejenis kasus pencemaran
udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Asbut sendiri merupakan
koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair. Terdapat dua jenis asbut yaitu asbut klasik yang
pertama kali mucul, dan asbut fotokimia.
Asap kabut fotokimia (photochemical smog) merupakan campuran kompleks dari
berbagai pencemar yang terbentuk karena reaksi-reaksi kimia yang terjadi dengan adanya
sinar matahari. Asap kabut fotokimia disebabkan oleh beberapa senyawa polutan dari
beberapa sumber yang merupakan aktivitas manusia sehari-hari. Senyawa-senyawa
berbahaya tersebut antara lain:
a) Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen Oksida sering disebut NOx yang mempunyai 2 macam bentuk dengan
perbedaan sifat, yaitu gas NO2 & NO.

Sifat gas NO2, yaitu memiliki warna coklat kemerahan dan berbau
Sifat gas NO, yaitu tidak berwarna dan tidak berbau

menyengat tajam

Pencemaran NOx terutama berasal dari gas buang hasil pembakaran generator
pembangkit listrik atau pembakaran fosil. Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat
transportasi laut di Jepang menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000
ton/tahun). Kadar Nitrogen Oksida (NOx) di perkotaan lebih besar dibanding daerah
pedesaan. Apabila di lingkungan yang lembab, oksida nitrogen dapat membentuk asam nitrat
yang bersifat korosif.

No

Sumber Pencemar

72 Kimia Atmosfer

Persentase (%)

1
2

Transportasi

39,3

Pembakaran Stasioner (batu bara, minyak,


gas alam, kayu)

48,5

Pembuangan Limbah Padat

2,9

Proses Industri

1,0

Lain-lain (Kebakaran hutan, pembakaran


limbah pertanian)

8,3

Tabel 3.8.1 Persentase sumber pencemar NOx.

b) Hidrokarbon (CxHy)
Hidrokarbon (CH) adalah pencemar udara yang berupa gas, cairan atau padatan.
Nama hidokarbon berdasarkan penyusun atom C dan atom H yang terikat secara ikatan lurus
(rantai) atau ikatan cincin (tertutup). Jumlah atom C menentukan bentuk pencemar
hidrokarbon pada suhu kamar:
1. Jumlah atom C pendek (gas)
contoh:

C-1 : Metana
C-2 : Etana
C-3 : Propana
C-4 : Butana

2. Jumlah atom C sedang (cair)


contoh: C- 5-15 : Pentana Pentadekana
3. Jumlah atom C panjang (padat)
contoh: C- 16-30 : Heksadekana-propakontana

73 Kimia Atmosfer

Sumber utama penghasil hidrokarbon paling besar berasal dari transportasi karena
penggunaan senyawa hidrokarbon sebagai bahan bakar. Sumber kedua adalah pembakaran
limbah lainnya.

No
1

Sumber Pencemar
Transportasi

Persentase (%)
51,9

Pembakaran Stationer
2

2,2
(batubara, minyak, gas alam, kayu)

Proses Industri

14,4

Pembuangan limbah padat

5,0

Lain-lain
5

26,5
(Pembakaran hutan, limbah & pertanian)

Tabel 3.8.2 Persentase sumber pencemar hidrokarbon

c) CO (Karbon Monoksida)
Suatu gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Pembentukan CO merupakan
fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang
bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang
terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi
untuk meminimalkan emisi CO. Kendaraan bermotor yang digunakan secara umum
menyumbang 10.00040.000 ppm CO, sedangkan standar kualitas udara bersih jika
mengandung CO sebesar 0,1 ppm dan maksimal sebesar 10 ppm.

No

Sumber Pencemar

Persentase (%)

Transportasi

63,8

Pembakaran Stationer

1,9

74 Kimia Atmosfer

(batubara, minyak, gas alam, kayu)


3

Pembuangan limbah padat

7,8

Proses Industri

9,6

Lain-lain
5

16,9

(Kebakaran hutan, pembakaran limbah pertanian)

Tabel 3.8.3 Persentase sumber pencemar Karbon Monoksida

3.8.2 Proses timbulan dan penyebaran bahan pencemaran


a) Nitrogen Oksida (NOx)
Secara umum reaksi NOx adalah sebagai berikut:
N2 +O2 2NO
2NO + O2 2NO2
Keberadaan NOx di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti Daur
reaksi fotolitik NO2.
Reaksi sebagai berikut :
NO2 + sinar matahari NO + O
O + O2

O3 (ozon)

O3 + NO NO2 + O2

b) Hidrokarbon (CxHy)
Sumber

utama

hidrokabon

adalah

minyak

bumi

yang

merupakan

campuran dari berbagai fraksi H dan C. Pemisahan fraksi H-C dilakukan dengan proses
destilasi kolom. Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang paling banyak digunakan.
Bahan bakar bensin adalah campuran yang kompleks dari destilasi hidrokarbon antara sekitar
30oC-210oC yang terdiri dari 200-300 komponen pada kisaran hidrokarbon C4 sampai C11.

75 Kimia Atmosfer

Kandungan bensin terbesar adalah senyawa oktana/isooktana. senyawa Oktana adalah


senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai patokan untuk menentukan kualitas bahan
bakar (bensin) yang dikenal dengan istilah angka oktan.
Angka oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa
diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan.
c) Karbon Monoksida (CO)
Proses pembentukan karbon monoksida antara lain:
1. Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara
Pembakaran bahan bakar fosil dengan harga ER (equivalent Ratio) > 1, dimana
bahan bakar yang digunakan lebih banyak dari udara dapat memungkinkan
terjadinya gas CO :
C + O2 2 CO
Bila jumlah udara lebih banyak akan terjadi reaksi selanjutnya :
CO + 0,5 O2 CO2
Reaksi pembentukan CO lebih cepat dibanding reaksi pembentukan CO 2,
sehingga hasil pembakaran lebih mungkin terjadi gas CO.

2. Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara gas CO2 dengan C


Pada suhu tinggi terjadi pemicu reaksi antara CO2 dengan C pada reaksi sebagai
berikut:
CO2 + C 2 CO

3. Pada suhu tinggi, gas CO2 dapat terurai kembali menjadi CO


Reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dan suhu tinggi akan mempercepat
penguraian CO2 menjadi CO dan O2:
CO2 CO + 0,5 O2
Semakin tinggi suhu reaksi akan semakin mempercepat terjadinya disosiasi CO2.
76 Kimia Atmosfer

d) Peroxy Acetyl Nitrate


Reaksi pembentukan PAN secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti daur reaksi NOx
NO2 + Sinar matahari NO + O
O + O2 O3
O3 + NO NO2 + O2
2. Pembentukan asam nitrat
O3 + NO2 NO3 + O2
NO3 + NO2 + H2O 2 HNO3
NO + NO2 + H2O 2 HNO2
HNO2 + sinar matahari NO + OH
3. Pembentukan Aldehida & Radikal Peroxyl
CO + OH + O2 CO2 + HO2
HO2 + NO NO2 + OH
HC + O R* + RO*
HC + O3 l RO2* + m RCHO
HC + OH n RO2* + o RCHO
HC + RO2 p RO2* + q RCHO
4. Oksidasi NO menjadi NO2
RO2 + NO NO2 + RO*
5. Pembentukan Peroxyl Acetyl Nitrate
RO2 + NO2 Peroxy Acetyl Nitrate
77 Kimia Atmosfer

3.8.3 Dampak pencemar


a) Nitrogen Oksida (NOx)
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO 2 adalah paru-paru. ParuParu yang terkontaminasi gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas dan
dapat menyebabkan kematian. Konsentrasi NO yang tinggi mengakibatkan kejang-kejang,
bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. NO akan lebih berbahaya jika
teroksidasi menjadi NO2.
Pencemaran NOx tidak hanya mengganggu manusia, tetapi juga mencemari tanaman
dan hewan. Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada daun.
Pada konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan jaringan pada daun (nekrosis).
Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosisntesis
tanaman sampai 60-70%.

b) Hidrokarbon (CxHy)
Jumlah hidrokarbon di udara dalam jumlah kecil tidak terlalu toxic. Namun dalam
jumlah besar, sifat toxic meningkat karena berinteraksi dengan gas lainya membentuk ikatan
baru yakni PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon). PAH bersifat karsinogenik yang
merangsang terbentuknya sel-sel kanker apabila terhisap paru-paru.
Dalam keadan uap, hidrokarbon dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa,
apabila terhisap ke paru-paru akan menimbulkan luka di bagian dalam yang menimbulkan
infeksi.

Senyawa

Konsentras
i

Hidrokarbon

(ppm)
100
3000
7500
20000

Benzena

Toluena

200

Pengaruhnya dalam tubuh


Iritasi pada mukosa
Lemas (0,5-1 jam)
Paralysys (0,5-1 jam)
Kematian (5-10 menit)
Pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8

jam
600
Gangguan syaraf hingga kematian
Tabel 3.8.4 Dampak pencemaran hidrokarbon

78 Kimia Atmosfer

c) Karbon Monoksida (CO)


Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal konsentrasinya di
udara 0,1 ppm, dan di kota dengan lalu lintas padat 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran
oleh gas CO antara lain:

Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai


kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis
dengan hemoglobin dalam darah (Hb) :
Hb + O2 O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO COHb (karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.

Kadar CO
100 ppm
30 ppm

Waktu kontak
sebentar
8 jam

1000 ppm

1 jam

1300 ppm

1 jam

> 1300 ppm

1 jam

Dampak pada tubuh


Dianggap aman
Menimbulkan pusing dan mual
Pusing dan kulit berubah kemerahmerahan
Kulit jadi merah tua dan rasa
pusing yang hebat
Lebih hebat hingga kematian

Tabel 3.8.5 Dampak pencemaran Karbon Monoksida

3.9 EFEK PENCEMARAN UDARA


3.9.1 Sulfur Dioksida
SO2 dikenal sebagai gas yang tidak berwrna bersifat iritan kuat bagi kulit dan selaput
lender, pada konsentrasi 6-12 ppm. SO2 mudah diserap oleh selaput lendir, saluran
perpanasan bagian atas (tidak lebih dalam daripada larynx). Dalam kadar rendah, SO2 dapat
menimbulkan spasme temporer otot-otot polos pada bronchiole. Spasme ini dapat lebih hebat
79 Kimia Atmosfer

pada keadaan dingin. Pada konsentrasi yang lebih besar, terjadi produksi lendiri di saluran
perpasasn bagian atas, dan apabila kedar SO2 bertambah tinggi lagi, maka akan terjadi reaksi
peradangan yang hebat pada selaput lendir yang disertai dengan paralisis cilia, dan kerusakan
lapisan epithetlium. Bila kadar SO2 rendah tetapi pemaparan terjadi berulang kali, maka
iritasi selaput lender yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadi hyperplasia dan
metaplasia sel-sel epital. Metaplasia ini dicurigai dapat berubah menjadi kanker.
3.9.2 Ozon
Efek kesehatan yang dapat timbul karena ozon terutama disebabkankarena ozon
bereaksi dengan segala zat organik yang dilaluinya. Ozon dapat memasuki saluran
pernapasan lebih dalam daripada SO2. Ozon akan mematikan sel-sel makrofag, mengstimulir
penebalan dinding arteri paru-paru, dan apabila pemaparan terhadap ozon sudah berjalan
cukup lama, maka dapat terjadi kerusakan paru-paru yang siebut emphysema dan sebagai
akibatnya jantung kanan dapat melemah. Emphysema disebabkan karena dinding alveoli
yang tidak elastis lagi, sehingga pada pernapasan tidak dapat mengembang, tidak dapat
berfungsi dalam pertukaran gas, dan lama kelamaan akan terjadi robek-robekan pada dinding
alveoli. Selain itu, ozon juga dianggap dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan,
sehingga pengaturan ventilasi paru-paru dapat terganggu.
3.9.3 Nitrogen Oksida
NO2 adalah gas uyang toksis bagi manusia. Efek yang terjadi terganting pada dosis
serta lamanya pemaparan yang diterima seseorang. Konsentrasi NO2 yang berkisar antara 50100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila orang terpapar selama beberapa
menit saja. Pada fase ini orang masih dapat sembuh kembali dalam waktu6-8 minggu.
Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan bronkhioli dan disebut
bronchiolitis fibrosis obliterans. Orang dapat meninggal dalam waktu 3-5 minggu setelah
pemaparan. Konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalm waktu 2-10 hari. Hal ini
sering dialami oleh petani yang memasuki gudang ternak (silo), dimana terjadi akumulasi gas
NO2, oleh karenanya penyakit paru-paru ini dikenal sebagai silo filters desease.
3.9.4 Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan zat yang toksis bagi manusia, dalam situasi udara bebas,
tidak menimbulakn masalah yang serius, kecuali bagi merek yang terpapar oleh jelaga yang
mengandung hidrokarbon yang bersifat karsinogenik. Apabila pemaparan terjadi berulang
80 Kimia Atmosfer

kali dan berlangsung cukup lama, maka risiko untuk mendapatkan kanker menjadi
bertambah.
3.9.5 Karbon Monoksida
Efeknya terhadap kesehatan disebabkan karena CO dapat menggeser oksigen yang
terikat pada hemoglobin (Hb), dan mengikat Hb menjadi karboksi-hemoglobin (COHb)
seperti pada reasi berikut ini:
O2Hb + CO COHb + O2
Hal ini disebabkan karena afinitas CO terhadap Hb = 210 x daripada afinitas O2
terhadap Hb. Reaksi ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2
kenpada jaringan-jaringan tubuh. Kadar COHb akan bertambah dengan meningkatnya kadar
CO dalam atmosfir. Sebagai contoh, pada konsentrasi CO sebesar 10 ppm, akan terdapat 2%
COHb dalam darah pada keadaan seimbang. Gejala yang terasa dimulai sebagai pusingpusing, kurang dapat memperhatikan sekitarnya, kemudian teradi kelainan fungsi susunan
saraf pusat, perubahan fungsi paru-paru dan jantung, terjadi rasa sesak napas, pingsan pada
250 ppm, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada 750 ppm. Sekalipun demikian,
kadar CO di dalam udara bebas jarang dapat menjadi kadar 100 ppm, oleh karena karenanya
jrang menyeybabkan bahaya terhadap kesehatan orang yang sehat. Bagi mereka yang telah
mengidap penyakit-penyakit lain, maka CO dalam dosis rendah akan menimbulkan
efek/gangguan. Hal ini terjadi misalnya pada penderita penyakit paru-paru, jantung, atau pada
perokok yang sebagian dari hemoglobinnya sudah terikat oleh CO,maka adanya CO dalam
atmosfer dapat memperparah keada

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara.Yogyakarta.Kanisius.
Mukono, H.J. 2003.Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran
Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press.
Wardana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan.Yogyakarta :Andi Offset
http://www.planetkimia.com/2012/12/reaksi-antara-ozon-dengan-cfc/
81 Kimia Atmosfer

http://ciahutapea.blogspot.com/p/makalah-kimia-lingkungan.html
http://www.scribd.com/doc/178653869/MAKALAH-KIMIA-LINGKUNGAN-new-docx
http://www.dwd.de/bvbw/appmanager/bvbw/dwdwwwDesktop;jsessionid=VTRnSBSdVqNS
hF54GYykq9hmxhmpXTnRxyXD1xrl9hQ3G70vhxNQ!619364773!-835837584?
_nfpb=true&_windowLabel=dwdwww_main_book&portletM
http://www.ccpo.odu.edu/~lizsmith/SEES/ozone/class/Chap_5/
http://acmg.seas.harvard.edu/people/faculty/djj/book/bookchap10.html
http://www.chemistry.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/halogenalkana__haloalkana_a
tau_alkil_halida_/kegunaan_halogenalkana/

82 Kimia Atmosfer

Anda mungkin juga menyukai