Muhammad Artisto Adi Yussac, Arief Cahyadi, Andika Chandra Putri, Astrid Saraswaty Dewi,
Ayatullah Khomaini,* Saptawati Bardosono,** Eva Suarthana***
*Program Pendidikan Integrasi Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
**Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
***Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak: Obesitas pada anak merupakan masalah yang kompleks. Faktor-faktor yang dapat
menimbulkan obesitas antara lain asupan dan pola makan. Tujuan penelitian adalah mengetahui
hubungan antara pola makan dan asupan kalori, karbohidrat, protein dan lemak yang
dikonsumsi oleh subyek penelitian, dengan prevalensi obesitas. Penelitian juga bertujuan untuk
membandingkan dua metode pengukuran: Z-score berat badan/tinggi badan (BB/TB) dan
persentil indeks massa tubuh (IMT) dalam mengidentifikasi obesitas pada anak usia 4-6 tahun.
Sebanyak 71 orang subyek dari sebuah taman kanak-kanak di Jakarta Timur diambil dengan
metode consecutive sampling. Hasil yang didapat adalah 52,1% subyek penelitian adalah
perempuan; terbanyak berusia 4-5 tahun (52,1%). Sebagian besar ayah dan ibu subyek
penelitian berpendidikan tinggi. Pekerjaan ayah yang terbanyak adalah pegawai swasta (50,7%)
sedangkan ibu tidak bekerja (60,6%). Sebanyak 66,2% subyek berasal dari keluarga
berpendapatan perkapita menengah rendah. Tinggi dan berat badan rata-rata adalah 109,6
6,7 cm dan 20,9 4,6 kg. Didapatkan prevalensi obesitas 31% dengan klasifikasi IMT dan
21.1% dengan klasifikasi Z-score BB/TB. Rata-rata persentil IMT adalah 68.0 34.7 dan ratarata Z-score BB/TB adalah 0,7 1,4. Didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan
kalori, karbohidrat, protein, lemak dan pola makan lemak dengan prevalensi obesitas menurut
klasifikasi IMT dan Z-score BB/TB. Metode IMT dan Z-score BB/TB memiliki nilai koefisien
(kappa) sebesar 0,747 yang berarti memiliki kesesuaian yang kuat sekali. Dengan demikian,
baik IMT maupun Z-score BB/TB dapat digunakan untuk menetapkan prevalensi obesitas
pada anak.
Kata kunci: asupan makanan, obesitas, persentil indeks massa tubuh, pola makan, Z-score BB/
TB
47
Abstract: Obesity in children is a complex problem. Factors related to obesity are food consumption and food pattern. The aim of this research was to assess the relationship between food
consumption and food pattern (carbohydrate, protein, and fat consumed by subject) with the
prevalence of obesity. Furthermore, this research aimed to compare two measurements, i.e. Zzcore of body weight/ body height (BW/BH) and body mass index (BMI), in identifying obesity
among 4-6 years old children. There were 71 pupils which consecutively selected from a kindergarten in East Jakarta. Half of the subjects (52.1%) were female; aged between 4-5-year old
(52,1%). Most of their parents were well educated; 50.7% of the fathers were private employee,
whereas 60.6% of the mothers were unemployed/ housewives. Income percapita of their family
mostly were moderately low (66,2%). The mean body height and body weight were 109.6 6.7 cm
and 20.9 4.6 kg respectively. The prevalence of obesity was 31% with BMI method, and 21.1%
with Z-score BW/BH method. The mean BMI percentiles was 68.0 34.7, and the mean Z-score
BW/BH was 0.7 1.4. There were significant correlations between calories, carbohydrate, protein, and fat intake, as well as dietary fat pattern with the prevalence of obesity according to BMI
and Z-score of BW/BH methods. Both methods showed a coefficient value of 0.747, which
reflected a strong agreement between them. Therefore, BMI and Z-score BW/BH methods can be
used to screen the obesity in children.
Key words: food consumption, food pattern, obesity, percentile of Body Mass Index, Z-score of
Body Weight/Body Height
Pendahuluan
Obesitas atau kegemukan adalah suatu kelainan atau
penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak
dalam tubuh secara berlebihan. 1 Obesitas pada anak
merupakan masalah yang sangat kompleks, yang antara lain
berkaitan dengan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh
seseorang, perubahan pola makan menjadi makanan cepat
saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi,
waktu yang dihabiskan untuk makan, waktu pertama kali anak
mendapat asupan berupa makanan padat, kurangnya aktivitas
fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan.1-3
Jumlah lemak tubuh dipengaruhi sejak masa gestasi oleh
berat badan dan kenaikan berat badan maternal selama
periode antenatal. Selanjutnya, perilaku makan mulai
terkondisi dan terlatih oleh asupan dan pola makan sejak
bulan-bulan pertama kehidupan. Kenaikan berat badan pada
48
Hasil
Sejumlah 71 dari 72 orang siswa TK tempat dilakukan
penelitian menjadi subyek penelitian. Dari data yang
dikumpulkan tidak didapatkan data yang di-drop out
sehingga analisis dilakukan terhadap 71 subjek. Jumlah ini
telah memenuhi batas minimum sampel.20
Sebanyak 52,1% subyek berjenis kelamin perempuan
dan 52,1% berusia antara 4-5 tahun. Sementara itu, 66,2%
subyek berasal dari keluarga dengan pendapatan perkapita
menengah rendah (berdasarkan kriteria World Bank tahun
2002, yaitu pendapatan perkapita yang berkisar antara Rp.
500.000,00 s.d. Rp. 2.000.000,00 perbulan).16 Pendapatan
perkapita tersebut dapat digunakan sebagai suatu indikator
yang membantu memberikan gambaran mengenai kemampuan
pemenuhan kebutuhan gizi dalam suatu keluarga.
Asupan
Kalori (kkal)
Karbohidrat (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
5
31
13
22
7,0
43,7
18,3
31,0
80,00
59,4
133,1
109,0
(27,4-139,9)
(19,9-134,3)
(41,0-234,9)
(26,2-253,4)
1399,5 (478,6-2447,7)
185,4 (61,1-352,3)
46,3 (14,4-132,6)
45,1
(9,9-122,5)
% AKG
4,2
8,5
42,3
23,9
21,1
Kategori IMT
Non Obesitas
(n=49)
Asupan
Obesitas
(n=22)
Asupan
Kalori (kkal)
1287,5
(478,6-2447,7)
182,1
(61,1-347,0)
43,5
(14,4-82,9)
40,3
(9,9-102,1)
1669,0
(961,9-2338,9)
201,9
(96,2-352,3)
51,8
(28,5-132,6)
58,5
(20,6-122,5)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Kategori Z-score
BB/TB
Non Obesitas
(n=56)
Asupan
Kalori (kkal)
1308,6
(478,6-2447,7)
181,8
(61,1-347,0)
43,5
(14,4-82,9)
41,7
(9,9-102,1)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Obesitas
(n=15)
Asupan
p
value
<0.001
0.002
0.007
0.001
p
value
1756,2
<0.001
(1022,3-2338,9)
216,2
0.002
(162,9-352,3)
52,4
0.008
(33,7-132,6)
63,4
0.001
(20,6-122,5)
50
1
20
1
21
1
22
-
4,5
90,9
4,5
95,5
4,5
100
-
93,3
6,1
98,0
2,0
95,9
4,1
Z-score BB/TB
Obes (n=15)
Non Obes (n=56)
f
%
f
%
14
1
14
1
15
-
93,3
6,7
93,3
6,7
100
-
1
52
3
55
1
54
2
1,8
92,9
5,3
98,2
1,8
96,4
3,6
Non Obesitas
(n=49)
% AKG
Obesitas
(n=22)
% AKG
p
value
73,6
(27,4-139,9)
60,7
(19,9-134,3)
139,4
(41,0-234,9)
106,9
(26,2-253,4)
95,4
(55,0-133,7)
50,5
(30,1-101,7)
109,4
(76,2-230,9)
126,9
(50,2-192,0)
0.003
Kalori (kkal)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Kategori Z-score
BB/TB
Non Obesitas
(n=56)
% AKG
Kalori (kkal)
Obesitas
(n=15)
% AKG
74,8
(27,4-139,9)
59,6
(19,9-134,3)
135,9
(41,0-234,9)
103,7
(26,2-253,4)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (g)
100,4
(58,4-133,6)
57,4
(34,2-101,7)
132,6
(82,5-230,9)
127,1
(50,2-192,0)
0.043
0.619
0.088
p
value
0.001
0.481
0.535
0.693
Non obes
Obes
Total
Total
49
7
0
15
49
22
56
15
71
Tabel 6 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas berdasarkan metode IMT lebih besar dibandingkan dengan
metode pengukuran BB/TB (22 orang subyek dibandingkan
dengan 15 orang subyek). Namun, nilai koefisien sebesar
0,747 menunjukkan kedua metode memiliki kesesuaian yang
kuat sekali.9,18
Pembahasan
Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa obesitas
ditemukan pada 31% subyek penelitian berdasarkan kriteria
IMT dan 21% berdasarkan kriteria BB/TB (Tabel 1). Penelitian
prevalensi obesitas pada balita yang dilakukan oleh Satoto
et al pada tahun 1995 di 27 provinsi di Indonesia menunjukkan
prevalensi yang jauh lebih rendah, yaitu 4,6%.14 Penelitian
serupa yang dilakukan oleh Yap et al pada tahun 1999
menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada anakanak di Singapura dari 9% menjadi 19%. Banyak penelitian
yang menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas, baik di
negara maju maupun berkembang, menim-bulkan dugaan
bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada
balita di Indonesia secara keseluruhan sejak tahun 1995
sehingga pada penelitian ini didapatkan prevalensi obesitas
yang tinggi. Dengan sebaran sosial ekonomi keluarga yang
homogen kurang mencerminkan gambaran prevalensi
obesitas untuk populasi secara umum. Untuk membuktikan
hal ini tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut yang
bersifat lebih luas dan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak lagi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata bukan
hanya status ekonomi tinggi yang mendukung terjadinya
obesitas pada anak. Status ekonomi yang relatif rendah
ternyata juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
obesitas.21 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Committee on Nutrition di Inggris menunjukkan bahwa anak-anak
yang berasal dari keluarga yang status ekonominya lebih
rendah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih
sedikit dan memiliki asupan kalori dan lemak total yang lebih
tinggi dibandingkan anak yang satus ekonominya lebih
tinggi. Keluarga dengan pendapatan yang lebih rendah juga
dilaporkan lebih sering mendapatkan kesulitan dalam
mengakses makanan sehat, terutama sayuran dan buahbuahan.22
Tingkat pendidikan orang tua yang cukup tinggi diduga
juga mempengaruhi prevalensi terjadinya obesitas. Dengan
pendidikan yang lebih tinggi semestinya orang tua mempunyai sikap, pengetahuan, dan perilaku yang lebih baik dalam
pola asuh maupun pola didik anaknya.
Rata-rata persentase asupan lemak sebesar 28% (1048%) dan protein sebesar 14% (9-25%) pada subyek penelitian
ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase yang
dianjurkan oleh Widya Karya Pangan 1983 (lemak 20% dan
protein 8%). Dalam sebuah penelitian mengenai komposisi
diet pada anak usia prasekolah di Amerika Serikat, juga
didapatkan peningkatan rata-rata persentase zat gizi terhadap
51
52
Kesimpulan
Didapatkan prevalensi obesitas sebesar 31% pada
subyek penelitian berdasarkan kriteria IMT dan sebesar 21%
berdasarkan kriteria BB/TB. Hal ini menunjukkan peningkatan
yang nyata bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini didukung dengan
meningkatnya jumlah asupan lemak yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Diduga bahwa
peningkatan asupan ini dipengaruhi oleh berubahnya pola
konsumsi masyarakat terutama di kota-kota besar, yaitu dari
makanan tinggi karbohidrat menjadi tinggi lemak dan protein.
Penyebab obesitas adalah multifaktorial, dengan demikian faktor asupan makanan hanya merupakan salah satu
dari sekian banyak faktor. Asupan makanan yang berpengaruh tersebut terutama yang mengandung kalori dan lemak
tinggi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode IMT
mempunyai kesesuaian yang cukup baik bila dibandingkan
dengan metode BB/TB yang telah banyak digunakan sebagai
salah satu metode untuk menentukan obesitas pada anak.
Dengan demikian, adanya penelitian ini semakin memperkuat
bukti bahwa metode IMT juga dapat digunakan untuk
menentukan prevalensi obesitas pada anak.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Prof. Dra. Corrie Wawolumaja, SKM, MSc, PhD, atas
saran dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
Daftar Pustaka
1.
19. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan RSCM. Penuntun Diet Anak.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2003.p.2-5.
20. Maldiyono B, Moeslichan Mz, Budiman I, Purwanti SH. Perkiraan
besar sampel. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV Sagung Seto;
2001.p.198.
21. Wang Y. Cross-national comparison of childhood obesity: The
epidemic and the relationship between obesity and socioeconomic status. Int J Epidemiol 2001;30:1129-36.
22. Committee on Nutrition. Prevention of pediatric overweight
and obesity. Pediatrics 2003;112:424-30.
23. Atkin L, Davies P. Diet composition and body composition in
preschool children. Am J Clin Nutr; 2000;72:15-21
24. Gortmaker SL, Dietz WH, Sobol AM, Wehler CA. Increasing
pediatric obesity in the United States. Am J Dis Child 1987;141:
535-40.
EV
53