Anda di halaman 1dari 9

1.

1
Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masih
diju
mpainya anak
anak
yang menderita
gizi kurang dan buruk serta meningk
atnya
jumlah anak yang mengalami
gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan ma
syarakat tentang gizi,
menu seimbang, kesehatan dan adanya daerah miskin gizi ( iodium ). Sebaliknya
masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat
tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan ( Almatsier
,
2001 ).
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat
dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan,
lingkar
kepala, lingkar lengan, d
an panjang tungkai (Gibson, 2005
).
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat
zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemamp
uan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat
zat gizi esensial. Baik pada status gizi kurang
maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi (Almatsier
, 2001).
Masalah gizi bisa terjadi pada semua kelompok umur seperti anak
anak
khususnya anak sekolah. Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat
penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa.
Anak sekolah adalah anak yang berusia

712 tahun, memiliki fisik lebih kuat


mempunyai sifat individual dan bersikap aktif. Biasanya pertumbuhan putri lebih
Universitas
Sumatera
Utara

cepat daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk
aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Hasil analisis data da
ri
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005)
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah
yaitu pada
t
ahun 2004 dan
t
ahun 2005.
Pada tahun t
ahun 2004, dari 17.835 anak
usia sekolah ditemukan sebanyak 435 anak usia sekolah berstatus gizi buruk dan
7.400 anak usia sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya
sekitar 10.000 orang anak.
D
ibandingkan dengan
t
ahun 2004, angka anak usia
sekolah gizi kurang mengalami peningkatan,
t
ahun 2005 dari 16.076
anak usia
sekolah yang
mempunyai status
gizi buruk
yaitu
476 anak
,
7.600 anak usia
sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar 8.000
orang anak (Arisman, 200
6
).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISK
ESDAS) nasional tahun
2007, prevalensi anak usia sekolah kurus (laki
laki) adalah 13.3 %, sedangkan
prevalensi nasional anak usia sekolah

kurus (perempuan) adalah 10.


9%. Sebanyak
16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus (laki
laki) di
atas
prevalensi nasional
dan s
ebanyak 19
provinsi mempunyai prevalensi anak usia
sekolah kurus (perempuan) di
atas prevalensi nasional
. Sedangkan untuk
p
revalensi nasional anak usia sekolah gemuk (la
ki
laki) adalah 9.
5% dan
prevalensi nasional anak usia sek
ola
h gemuk (perempuan) adalah 6.
4%. Sebanyak
16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk (laki
laki) di
atas
prevalensi nasional
termasuk diantaranya provinsi Bengkulu. Sebanyak 17
provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk (perempuan
) di
atas
prevalensi nasional
termasuk juga diantaranya provinsi Bengkulu.
Penyebab terjadinya masalah gizi pada
anak bisa disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain dilihat dari rutinitas anak sehari
hari di
rumah meliputi pola
makan, pola tidur, dan
aktivitas sehari
hari yang dilakukan anak. Pola makan yang
baik akan mempengaruhi gizi anak, peran orang tua sangat penting dalam
mengatur pola makan anak serta mengatur pola asuh. Pola asuh yang benar bisa

ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh k


asih sayang pada anak,
Universitas
Sumatera
Utara

memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh


anggot
a keluarga. Sekarang banyak di
jumpai anak
yang
jarang makan bersama
keluarga dikarenakan orang tua yang
terlalu sibuk dengan pekerjaan
nya masing
masing seh
ingga waktu makan
bersama keluar
ga tidak rutin di
laksanakan.
Akibatnya status gizi anak
nya tidak terkontrol dengan baik
(Khomsan, 2010)
.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anderson
et al
(2005)
pada anak usia
preschool
menyatakan anak yang jarang makan
malam bersama keluarga
memiliki resiko lebih tinggi untuk mendapatkan kegemukan daripada anak yang
makan bersama keluarga secara teratur yaitu 6 atau 7 kali seminggu.
Di jaman sekarang, s
ebagian besar anak usia sekolah menggunakan
waktunya sehari
hari untu
k menonton televisi. Data menunjukkan bahwa
beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada
penurunan aktivitas fisik seperti ke sekolah naik kendaraan dan kurangnya
aktivitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang
tidak
memungkinkan anak
anak bermain di luar rumah sehingga anak
lebih sering

bermain komputer,
video
games
, dan menonton televisi
dibandingkan melakukan
aktivitas fisik. Penelitian di Amerika pada anak
anak menunjukkan bahwa anak
dengan lama waktu menont
on televisi 5 jam per hari, mem
iliki resiko obesitas
sebesar 5.
3 kali lebih besar
dari
pada anak dengan lam
a menonton 2 jam per hari
(Hidayati, dkk
,
2006).
Selain aktivitas menonton televi
si, jumlah waktu tidur juga berpengaruh
terhadap perubahan
status gizi anak
.
Menurut penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Lumeng
et al
(2007) pada
a
nak
usia 9
12 tahun didapatkan anak
dengan
waktu tidur yang tidak cukup pada malam hari
sediki
t beresiko lebih
tinggi untuk mendapatkan berat badan lebih
d
aripada anak yang memiliki waktu
tidur yang cukup
(9.
5 sampai 10 jam)
.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut
di atas

maka penulis
merasa perlu melakukan penelitian
lebih lanjut
untuk mengetahui hub
ungan
antara
rutin
itas
anak
de
ngan
status gizi
pada anak usia 7
12 tahun di Sekolah
Dasar Ne
geri 20 Manna Bengkulu Selatan
tahun 2011
.
Universitas
Sumatera
Utara

1.2
Rumusan Masalah
A
pakah ada hubungan antara
r
utinitas anak dengan
status
gizi
pada
anak
usia 7
12 tahun?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini
adalah untuk mengetahui
hubungan antara
rutinitas
anak
dengan
status gizi pada anak
usia 7

12 tahun
di
SD Negeri 20
Manna Bengkulu Selatan
.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui
status gizi anak usia 7
12 tahun
di
SD Negeri 20
Manna Bengkulu Selatan
.
2.
Untuk mengetahui jumlah anak yang
makan
malam
bersama keluarga
secara rutin
pada
anak usia 7
12 tahun
di
SD Negeri 20 Manna
Bengkulu Selatan
.
3.
Untuk mengetahui jumlah
anak dengan
waktu tidur
malam
yang cukup
pada anak usia 7
12 tahun
di
SD Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan
.
4.
Untuk mengetahui jumlah anak dengan waktu menonton
televisi

<2
jam/hari
pada anak usia 7
12 tahun
di
SD Negeri 20 Manna Bengkulu
Selatan
.
5.
Untuk menganalisa hubungan
rutinitas
makan
malam
bersama keluarga
terhadap status gizi
pada anak
usia 7
12 tahun
di
SD Negeri 20 Manna
Bengkulu Selatan
.
6.
Untuk menganalis
a hubungan
tidur
malam
terhadap s
tatus gizi
pada
anak usia 7
12 tahun
di
SD
Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan.
7.
Untuk menganalisa hubungan kuantitas menonton televisi
terhadap
status giz
i
pada anak usia 7
12 tahun

di
SD Negeri 20 Manna Bengkulu
Selatan
.
Universitas
Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai