(145040201111287)
(145040200111154)
(145040201111231)
(145040201111127)
Fatimatul Jahro
(145040201111269)
Afifatul Khoirunnisak
(145040200111011)
Nurizky Bagus S
(145040201111278)
(145040201111142)
Baktiar Hendrawan
(145040207111060)
PENDAHULUAN
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi
utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom O.
Glukosa adalah salah satu bentuk karbohidrat sederhana yang dihasilkan dari proses
fotosintesis. (Rahmad dkk, 2001)
Fotosintesis merupakan proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2
dan H2O) pada tumbuhan berpigmen. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan
sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dan oksigen (O 2) dari karbondioksida (CO2)
berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. (Ai, 2012:28) Karbohidrat yang dihasilkan adalah
karbohidrat sederhana glukosa. Reaksi kimia pada proses fotosintesis adalah sebagai berikut:
Sinar matahari
klorofil
6 CO2 + 6 H2O
C6H12O6 + 6 O2
karbohidrat
Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun
secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi melangsungkan fotosintesis.
Hasil fotosintesis disebut fotosintat, biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih
dahulu. Reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang dan reaksi
gelap. (Campbelldan Reece,2002 :178)
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
fotosntesis sehingga fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer
bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya)
disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. (Kimbal, 1994)
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama:
reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida). Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan
reaksi gelap terjadi di stroma.
A. Reaksi Terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450
nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer).
Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang
tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada
pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat
reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul
klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan
fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam
fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II,
membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron.
Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan
pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau
kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan
elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan
ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida.
Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri
fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak
menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen. Pada saat yang
sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan
elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP
menjadi NADPH. (Pertamawati, 2010)
B. Reaksi Gelap
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses
biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat
karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa).
Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga
dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya). (Hardianto, 30: 2004)
Faktor pembatas tersebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum
meskipun kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor
pembatas tersebut sangat mempengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju
optimum fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun,
serta ketersediaan nutrisi mempengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis
sehingga secara tidak langsung ikut mempengaruhi laju fotosintesis. Berikut adalah beberapa
faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbondioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapt
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada
suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadarfotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik.
Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan
berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan
yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan
tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
C. Fotosintesis Pada Tumbuhan C3, C4 Dan CAM
Fotosintesis mengalami evolusi sehingga dikenal adanya tumbuhan C3, C4, dan CAM
yang dapat diamati sebagai variasi dalam fase II atau reaksi fiksasi CO2. Proses evolusi
fotosintesis yang berkaitan dengan perubahan kondisi atmosfir bumi berserta faktor-faktor
Pigmen utama (pigmen primer, pusat reaksi): bentuk-bentuk klorofil a, seperti klorofil
2, yang menciptakan ATP kaya energi dan menyediakan energi habis elektron untuk
fotosistem 1, yang kemudian menggantikan elektron yang masuk rantai transpor elektron
yang berbeda untuk membuat NADH. Reaksi terang memanfaatkan energi cahaya dan
transfer ke energi kimia dari molekul.
Reaksi ini berlangsung di stroma dan sering kali disebut reaksi gelap, karena
reaksi ini dapat berlangsung tanpa adanya cahaya, walaupun tidak harus berlangsung
dalam keadaan gelap. Hal ini disebabkan karena enzim-enzim stroma kloroplas tidak
membutuhkan cahaya untuk aktivitasnya, tetapi membutuhkan ATP dan NADPH2.
Fase II fotosintesis ini berlangsung pada stroma dan menghasilkan karbohidrat.
Dalam reaksi ini senyawa kimia berenergi tinggi yang dihasilkan pada fase I, yaitu
NADPH dan ATP dipakai untuk reaksi reduksi CO2 yang menghasilkan glukosa dengan
persamaan reaksi:
CO2 + NADP + H+ + ATP
glukosa + NADP+ + ADP + Pi
Ada 4 macam reaksi fiksasi CO2 (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996), yaitu:
a) Daur C3 (daur Calvin)
Daur reaksi ini disebut daur C3 karena senyawa yang pertama kali dihasilkan
adalah senyawa dengan 3 atom karbon yaitu asam fosfogliserat dari CO2; ribulosa1,5-bifosfat dan H2O. Tumbuhan yang melaksanakan daur tersebut disebut tumbuhan
C3. Dalam daur ini satu molekul fosfogliseraldehida (PGAL) dibentuk dari fiksasi 3
molekul CO2. Reaksi keseluruhan adalah sebagai berikut:
3 CO2 + 9 ATP + 6 NADPH2
PGAL + 9 ADP + 8 iP + 6 NADP
Selanjutnya PGAL akan diubah menjadi glukosa. Daur ini terjadi pada
gandum, padi dan bambu.
b) Daur C4 (daur Hatch dan Slack)
Daur reaksi ini disebut daur C4 karena sebagian besar senyawa yang pertama
kali dihasilkan adalah senyawa dengan 4 atom karbon yaitu asam malat dan asam
aspartat dan tumbuhan yang melaksanakan daur tersebut disebut tumbuhan C4. Yang
termasuk tumbuhan C4 adalah beberapa spesies Gramineae di daerah tropis termasuk
jagung, tebu, sorghum.
Anatomi daun tumbuhan C4 unik yang dikenal dengan anatomi Kranz, yaitu
terdapat sel-sel seludang parenkim yang mengelilingi ikatan pembuluh dan
memisahkannya dengan sel-sel mesofil. Pada tumbuhan C4 terdapat pembagian kerja
antara sel-sel mesofil dan sel-sel seludang parenkim, yaitu pembentukan asam malat
dan aspartat dari CO2 terjadi di sel-sel mesofil, sedangkan daur Calvin berlangsung di
sel-sel seludang parenkim.
c) Daur CAM (Crassulacean Acid Metabolism)
Daur CAM merupakan fiksasi CO2 pada spesies sukulen anggota famili
Crassulaceae (misalnya kaktus, nenas) yang hidup di daerah kering, mempunyai daun
tebal dengan rasio permukaan terhadap volume rendah, laju transpirasi rendah, sel-sel
daun mempunyai vakuola relatif besar dan lapisan sitoplasma yang tipis. Fiksasi yang
menghasilkan asam malat terjadi pada malam hari pada saat stomata terbuka dan daur
Calvin yang menghasilkan glukosa terjadi pada siang hari pada saat stomata tertutup.
Jadi fiksasi CO2 pada tumbuhan CAM mirip dengan tumbuhan C4, perbedaannya
pada tumbuhan C4 terjadi pemisahan tempat sedangkan pada tumbuhan CAM terjadi
pemisahan waktu.
Kemampuan tumbuhan melaksa-nakan daur CAM ditentukan secara genetis,
tetapi kemampuan ini juga dikontrol oleh lingkungan. Umumnya CAM berlangsung
lebih cepat pada siang hari yang panas dengan tingkat cahaya yang tinggi dan malam
hari yang dingin dan tanah yang kering seperti di gurun. Fiksasi CO2 pada beberapa
tumbuhan CAM dapat beralih ke daur C3 setelah hujan atau suhu malam hari yang
lebih tinggi daripada biasanya karena stomata terbuka lebih lama pada pagi hari
(Campbell et al., 2006).
Penggolongan tumbuhan menjadi tumbuhan C3 dan C4 adalah didasarkan
pada senyawa yang diubah dari CO2 pada fase II dari fotosintesis (reaksi fiksasi atau
reduksi CO2). Pada tumbuhan C3, CO2 diubah menjadi senyawa C3 yaitu asam 3fosfogliserat yang selanjutnya akan diubah menjadi glukosa.
CO2 + H2O
Ribulosa-1,5-bifosfat ---------------------> 3-fosfogliserat + 3-fosfogliserat
Enzim rubisco
Sedangkan pada tumbuhan C4, CO2 diubah menjadi senyawa C4 yaitu asam
oksaloasetat yang selanjutnya diubah menjadi asam malat dan asam aspartat.
CO2 + H2O
Fosfoenol piruvat ----------------> fosfoenol piruvat karboksilase + asam oksaloasetat
KESIMPULAN
Fotosintesis adalah proses intesis karbihidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O)
pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energy cahaya matahari dengan persamaan reaksi
kimia :
6 CO2 + 6 H2O
C6H12O6 + 6 O2
DAFTAR PUSTAKA
Ai, Nio Song. 2012.Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. Vol 12(1) :
28-34
Edwards,Gerry and David Walker. 1983. C3, C4 : Mechanisms and cellular and
environmental regulation, of photosynthesis. Blackwell Sci. Publ. Melbourne.
Campbell, N A.,J.B. Reece, & L.G. Mithchell. 2005. Biologi. Edisi Kelima. Terj. dari:
Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Jakarta : Erlangga.
Kimbal,John W.1994. Biologi.Jillid 1, 2, dan3. Edisi kelima . Jakarta: Erlanga
Lehninger, Albert . L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Erlangga
Pertamawati, 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia. Vol 12(1) : 31-37
Sasmitamihardja, D. and A.H. Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan
Akademik Dirjen Dikti. Depdikbud. Bandung. pp 253-281.
Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka Indonesia
Syamsuri. I. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia: metabolisme, energi, karbohidrat, dan lipid. Penerbit
ITB. Bandung. pp 96-118.
Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry (5 th Ed). New York: W.H.
Freman, 2008; p.805-50.
Stryer, Lubert. 2008. Biokimia Vol.2 Edisi 4. Jakarta: EGC.