Anda di halaman 1dari 3

5 Bentuk Masyarakat Berdasasarkan Matapencaharian

Oleh M. Fahrinaldo Febrian R, 1406556904


Judul

: MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Pengarang

: Evita E. Singgih, Miranda D.Z, Ade Solihat dan Jossy P. Moeis

Data publikasi : MPKT A, Buku Ajar II Manusia sebagai Individu, Kelompok, dan
Masyarakat
Hal

: 80-92

Pada dasarnya manusia mempunyai dua hasrat di dalam dirinya untuk (a) menjadi satu
dengan sesamanya atau manusia lain di sekelilingnya, dan (b) menjadi satu degan
lingkungan alam sekitarnya (Soekanto, 1990:2728). Manusia dengan akal dan
budinya berusaha untuk senantiasa menyesuaikan dengan manusia lainnya dan/atau
dengan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga masyarakat sebenarnya merupakan
suatu sistem adaptif. Oleh karena proses adaptasi manusia beraneka ragam, maka hal ini
menyebabkan keanekaragaman bentuk masyarakat.
Penggolongan manusia sangat beranekaragam tergantung dari prespektif yang
digunakan. Namun, tidak semua bentuk masyarakat dapat dikategorikan secara ketat
kedalam pembagian menurut prespektif tersebut. Bagian ini memaparkan bentuk
masyarakat dari suatu prespektif, yaitu bedasarkan matapencaharian (Koentjaraningrat,
2009: 275--285).
Berikut adalah bentuk masyarakat berdasarkan mata pencahariannya:
1. Masyarakat Berburu dan Meramu
Merupakan matapencaharian manusia yang paling tua (Koentjaraningrat, 2009: 217
& 279). Untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota kelompoknya, masyarakat ini
masih mengandalkan alam. Kegiatan berburu biasanya dilakukan oleh kaum lakilaki, sedangkan meramu dilakukan oleh kaum perempuan. Adapun contoh
masyarakat berburu dan meramu seperti, suku-suku bangsa Eskimo yang berburu
binatang kutub di wilayah Pantai Utara Kanada dan masyarakat peramu di daerahdaerah rawa di pantai-pantai Irian Jaya (Papua).

2. Masyarakat Berladang dan Beternak


Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat ini masih mengandalkan alam
dengan menanti hujan, bercocok tanam secara temporal, dan berpindahpindah/nomaden (Koentjaraningrat, 2009: 217-219). Merka cenderung hidup
berpindah-pindah (nomaden) dan menetap dengan mendirikan kemah-kemah
karena mereka juga melakukan kegiatan beternak seperti ternak sapi, domba, atau
unggas dalam jumlah besar sehingga mereka membutuhkan daerah yang subur dan
menyediakan rerumputan untuk binatang ternaknya. Contohnya adalah masyarakat
yang hidup di daerah-daerah stepa di Asia Tengah, antara lain suku bangsa
Mongolia, Turki, Kirgiz, Kazakh, Uzbek dan lain-lain yang memelihara domba,
kambing, unta dan kuda.
3. Masyarakat Pertanian (Intensive Agriculturalists)
Pertanian adalah kegiatan bercocok tanam disuatu tempat dengan melakukan
pengolahan tanah yang intensif dan menggunakan irigasi (pengairan). Masyarakat
pertanian sudah mulai mengurangi ketergantungan terhadap hujan untuk
menentukan keberhasilan hasil bercocok tanam karena mereka sudah menggunakan
sistem irigasi. Sistem irigasi inilah yang membuat merekacenderung tinggal
menetap di suatu tempat, hal ini dikarenakan sistem irigasi harus diawasi dan
dikelola dengan baik. Mayarakat yang telah menemukan sistem pertanian ini
memiliki banyak waktu untuk mengembangkan unsur kebudayaan lainnya, seperti
sistem bahasa, organisasi sosial, kesenian dan sebagainya.
4. Masyarakat Industri
Masyarakat ini sudah mengenal ilmu pengetahuan dan kemajuan tekhnologi dimana
mereka sudah menggunakan mesin-mesin untuk menghasilkan barang-barang
produksi dalam jumlah besar dan berlipat ganda dari hasil hasil sebelumnya.
Kegiatan ekonomi juga digantikan oleh mesin-mesin yang berdampak pada
kemajuan dibidang perekonomian dan meningkatnya kemakmuran masyarakat.
Penggunaan industri secara sosial berpengaruh pula dalam perkembangan
masyarakat, salah satunya adalah perubahan sosial (social changes) yang ditandai
dengan munculnya masyarakat yang memiliki karakter berbeda dari sebelumnya

dan menyebabkan munculnya pembagian masyarakat ke dalam dua bentuk, yaitu


masyarakat agraris (tradisional) dan masyarakat baru (modern). Interaksi yang
terjadi antar individu atau kelompok pada masyarakat industri tidak lagi sesuai adat
istiadat masyarakat tradisional, melainkan berdasarkan asas fungsi dan manfaat.
Selain itu, industrialisasi juga telah menumbuhkan sifat individualisme.
5. Masyarakat Post-Industri
Pada abad ke-21 masyarakat modern semakin menunjukan kemajuan dan
peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya terknologi
informatika. Masyarakat Post-Industri disebut juga sebagai Masyarakat
Informatika. Pada era masyarakat Post-Industri, teknologi informatika telah maju,
batas wilayah seolah-olah hilang, kebutuhankomunikasi menjadi kebutuhan primer,
dan interaksi antar sesama semakin mudah dan murah. Penggunaan e-learning
dalam bidang pendidikan, pertahanan negara, perkembangan ekonomi dan lain
sebagainya menjadi suatu kebutuhan yang penting dalam proses pembangunan
masyarakat bangsa.
Dilihat dari 5 jenis masyarakat berdasarkan matapencaharian diatas, dapat disimpulkan
bahwa suatu matapencaharian dapat menciptakan budaya-budaya yang berkaitan dengan
matapencaharian tersebut seperti pada masyarakat berladang dan beternak yang
memiliki kebudayaan berpindah pindah tempat tinggal (nomaden) dan mengandalkan
alam. Kebudayaan pada suatu matapencaharian berbeda dengan kebudayaan
matapencaharian lainnya, seperti pada masyarakat pertanian yang memiliki kebudayaan
yang sudah tidak terlalu bergantung dengan hujan untuk menentukan keberhasilan
bercocok tanam yang mereka lakukan karena mereka sudah menggunakan sistem
irigasi, berbeda dengan masyarakat berladang dan beternak yang masih bergantung pada
hujan untuk menyuburkan tanaman mereka. Dan perkembangan zaman dapat
memunculkan kebudayaan-kebudayaan baru yang berbeda dengan kebudayaankebudayaan pada zaman sebelumnya, bisa dilihat pada masyarakat industri yang mulai
menganut budaya individualisme dan interaksi antar individu atau kelompok sudah
tidak sesuai dengan adat istiadat pada masyarakat tradisional.

Anda mungkin juga menyukai