Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
1. Hayati Damafitri H.
2. Maulidiyani Fuadati
3. Nailul Izzah
120351410888
120351410917
120351402788
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sabun merupakan salah satu produk industri kimia yang sudah lama dikenal. Sabun
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang selalu digunakan sehari-hari. Sabun
banyak digunakan karena kemampuannya mengemulsikan kotoran berminyak sehingga
dapat dibuang dengan pembilasan. Di lingkungan sekitar, banyak macam wujud sabun
yang dapat ditemui, baik yang dalam bentuk cair, lunak, krim, maupun yang padat.
Kegunaannya pun beragam, ada yang sebagai sabun mandi, sabun cuci sabun tangan,
sabun cuci peralatan rumah tangga dan lain sebagainya.
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami
yang mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Salah satu
kandungan sabun yaitu gliserin sekitar 25%. Gliserin bisa melembabkan dan
melembutkan kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit juga. Oleh karena itu
dilakukan percobaan pembuatan sabun dan pengujian terhadap sifat-sifat sabun, sehingga
akan didapat sabun yang berkualitas.
Maka melalui percobaan ini, kita dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana
reaksi saponifikasi/penyabunan pada proses pembuatan sabun. Selain itu, kita juga dapat
mengetahui beberapa sifat sabun yang telah dihasilkan dari percobaan serta dapat
menentukan kadar asam lemak yang terkandung.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan sabun cuci tipe 3?
2. Apa kandungan yang ada pada sabun cuci tipe 3?
3. Apa manfaat dari sabun cuci?
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pembuatan sabun cuci tipe 3.
2. Untuk mengetahui sifat dari sabun cuci tipe 3.
3. Untuk mengetahui kandungan yang ada pada sabun cuci tipe 3.
4. Untuk mengetahui manfaat dari sabun cuci tipe 3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sabun merupakan garam logam alkali dari asam-asam lemak. Garam juga
merupakan garam yang terdiri atas campuran anion karboksilat dan kation bervalensi
satu. Campuran anion terbentuk karena pada dasarnya setiap molekul trigliserida
mengandung residu lemak, dan minyak atau lemak tertentu adalah campuran molekul
trigliserida. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua
ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri
dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut
lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung
lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut
dalam air) atau ujung polar.
Struktur
sabun
Kegunaan sabun adalah kemampuannya
mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua
sifat sabun, yaitu:
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, seperti
tetesan- tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion
molekul- molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak
menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung
tetapi tetap tersuspensi.
2.1. Minyak Kelapa
Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil). Batang
tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa
dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal, misalnya
akibat serangan hama tanaman.
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman
kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
BAB III
METODE
4.1 Rancangan Pembuatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 Maret 2015 yang
bertempat di GKB 106 Universitas Negeri Malang. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk mengetahui proses pembuatan sabun mandi dan sabun cuci.
4.2 Instrumen Pembuatan
Alat dan bahan membuat sabun cuci
Alat :
Cetakan berlapis email/plastik dan pengaduk, termometer, kompor
Bahan :
100 bagian minyak kelapa
60 bagian larutan soda kostik (KOH) 32 %
5 bagian air
Langkah Kerja :
1) Minyak kelapa dipanaskan sampai 75oC, diturunkan dari api
2) Ditambahkan larutan soda kostik dingin sedikit demi sedikit sambil diaduk,
hingga semua larutan soda kostik habis.
3) Ditambahkan air setelah campuran hampir kental.
4) Dilakukan pengadukan terus-menerus hingga mendapat suatu massa semacam
bubur kental menjadi campuran homogen, terus dituang kedalam cetakan.
Rp 128.500,00
b. Soda kostik
Rp
Rp 131.500,00
Total
3.000,00
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan pembuatan sabun ini menggunakan KOH dan minyak kelapa.
Proses pembuatan sabun ini disebut saponifikasi. Saponifikasi merupakan proses
pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya
trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa
gliserol.
Mula mula minyak kelapa dipanaskan sampai suhunya mencapai 75 oC.
Sambil menunggu minyak tersebut mencapai suhu tersebut, membuat larutan soda
kostik. Soda kostik diambil dan ditimbang sebanyak -. Setelah itu mengambil 100
mL air pada gelas ukur. Selanjutnya air ditambahkan pada KOH (soda kostik).
Setelah itu, campuran antara air dan KOH diaduk sampai homogen. Hati-hati ketika
memegang beaker glass saat mengaduk campuran tersebut, karena campuran panas.
Setelah itu, campuran antara air dan KOH ditunggu sampai dingin sebelum
dimasukkan ke minyak kelapa yang tadi sudah dipanaskan. Setelah campuran dingin,
campuran dimasukkan dan diaduk sampai kental dan mungkin dapat diberi pewarna
untuk memberi warna ke sabun dan essence untuk menambah aroma pada sabun.
Campuran sabun yang telah mengental dituang kedalam cetakan dan ditunggu selama
3 hari untuk mendapatkan sabun tersebut. Karena menggunakan KOH, hasil sabun
yang didapat yaitu sabun cair.
Penggunaan soda kostik pada sabun cuci ini untuk menghasil sabun cuci
dengan bentuk yang cair karea sifatnya mudah larut dalam air. Pada proses ini, juga
digunakan minyak kelapa akan menentukan karakteristik dari sabun yang dihasilkan.
Asam lemak pada minyak kelapa yaitu asam laurat (HC12H23O2) yang mampu
memberikan sifat pembusaan yang baik untuk produk sabun.
Saponifikasi (esterifikasi) adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa.
Saponifikasi dapat terbentuk dengan mereaksikan trigliserida dengan alkali dengan
cara mengubah asam karboksilat dengan air. Proses saponifikasi terjadi pada suhu
80-100oC. Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan sabun cuci tipe 3 dimulai dari pemanasan minyak kelapa,
ditambahkan soda kostik dan diaduk, ditambahkan air, diaduk sampai kental,
kemudian dimasukkan ke cetakan.
2. Sabun cuci tipe 3 merupakan sabun yang berwujud cair karena alkali yang digunakan
yaitu KOH.
3. Reaksi pembuatan sabun disebut saponifikasi. Saponifikasi merupakan reaksi
hidrolisis asam lemak oleh basa.
4. Minyak kelapa akan memberikan karakteristik pada sabun yang dihasilkan.
5. Manfaat dari sabun ini untuk mencuci piring, dan lain-lain.
5.2 Saran
1. Saat pembuatan sabun, sebaiknya sabun diberi essence (pewangi) dan pewarna agar
lebih membuat sabun tersebut lebih menarik.
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30838/Chapter%20II.pdf
(diakses tanggal 10 April 2015)
eprints.undip.ac.id/14150/1/BAB_II.pdf (diakses tanggal 14 April 2015)
journal.unhas.ac.id/index.php/prostek/article/download/873/755
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24036/Chapter%20I.pdf?
sequence=5 (diakses tanggal 10 April 2015)
http://eprints.undip.ac.id/3662/1/makalah_seminar_soda_Q_pdf.pdf