Permen Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah
Permen Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah
REPUBLIK INDONESIA
Mengingat
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun sampah sejenis
sampah rumah tangga.
2. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga yang sebagian besar terdiri dari sampah organik, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.
3. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah
tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan/atau fasilitas lainnya.
4. Kawasan permukiman adalah kawasan hunian dalam bentuk klaster, apartemen,
kondominium, asrama, dan sejenisnya.
5. Kawasan komersial adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan usaha perdagangan
dan/atau jasa yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang.
6. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana penunjang.
7. Kawasan khusus adalah wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk
kepentingan nasional/berskala nasional.
8. Tempat sampah rumah tangga adalah wadah penampungan sampah yang berupa
bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.
9. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan, dan penanganan
sampah.
10. Tempat penampungan sementara, yang selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
11. Tempat pengolahan sampah terpadu, yang selanjutnya disingkat TPST, adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan penggunaan ulang, pendauran ulang, pemilahan,
pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
12. Tempat pemrosesan akhir, yang selanjutnya disingkat TPA, adalah tempat untuk
memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.
13. Kompensasi adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap pengelolaan
sampah di tempat pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap orang.
14. Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
15. Satuan kerja perangkat daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah satuan kerja
perangkat daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan
di bidang persampahan di daerah.
16. Badan Layanan Umum Daerah Persampahan, yang selanjutnya disingkat BLUD
Persampahan, adalah Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BAB II
PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 2
(1) Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang
dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD.
(2) Rencana pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat:
a. target pengurangan sampah;
b. target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah
mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA;
c. pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;
d. kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan
masyarakat; dan
e. rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir
sampah.
Bagian Kedua
Pelaksanaan
Pasal 3
(1) Pemerintah daerah dalam mengurangi sampah dilakukan dengan cara pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
kegiatan:
a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan produksi
ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan
b. fasilitasi kepada masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan guna ulang
sampah.
Pasal 4
Pemerintah daerah dalam menangani sampah dilakukan dengan cara:
a. pemilahan;
b. pengumpulan;
c. pengangkutan;
d. pengolahan; dan
e. pemrosesan akhir sampah.
Pasal 5
(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilakukan melalui memilah
sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah.
(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga,
Bagian Ketiga
Lembaga Pengelola
Pasal 13
Pemerintah daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dapat membentuk lembaga pengelola sampah.
Pasal 14
(1) Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 di desa/kelurahan atau nama lainnya, kawasan
komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, sesuai
dengan kebutuhan.
(2) Pemerintah daerah dapat membentuk BLUD Persampahan setingkat unit kerja pada
SKPD untuk mengelola sampah.
Pasal 15
(1) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat
rukun tetangga (RT) mempunyai tugas:
a. memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing-masing rumah
tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah tangga ke TPS; dan
b. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing-masing rumah tangga.
(2) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat
rukun warga (RW) mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun tetangga; dan
b. mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara ke lurah.
(3) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat
kelurahan mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun warga;
b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari tingkat rukun
tetangga sampai rukun warga; dan
c. mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara dan tempat pengolahan
sampah terpadu ke camat.
(4) Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) tingkat
kecamatan mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat kelurahan;
b. mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari tingkat rukun
warga sampai kelurahan dan lingkungan kawasan; dan
c. mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara dan tempat pengolahan
sampah terpadu ke SKPD atau BLUD yang membidangi persampahan.
Pasal 16
Lembaga pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) pada
kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
mempunyai tugas:
a. menyediakan tempat sampah rumah tangga di masing-masing kawasan;
b. mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST atau ke TPA; dan
c. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah.
Pasal 17
(1) BLUD Persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan, strategi, dan rencana SKPD yang membidangi persampahan.
(2) BLUD Persampahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas:
a. terlaksananya pengelolaan sampah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. tersedianya barang dan/atau jasa layanan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan pengelolaan persampahan;
lembaga,
badan
usaha,
dan
Pasal 22
(1) Insentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa:
a. pemberian penghargaan; dan/atau
b. pemberian subsidi.
(2) Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dapat
berupa:
a. pemberian penghargaan;
b. pemberian kemudahan perizinan dalam pengelolaan sampah;
c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu tertentu;
d. penyertaan modal daerah; dan/atau
e. pemberian subsidi.
Pasal 23
(1) Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dapat berupa:
a. penghentian subsidi; dan/atau
b. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.
(2) Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat berupa:
a. penghentian subsidi;
b. penghentian pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah; dan/atau
c. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.
Pasal 24
(1) Kepala daerah melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan usaha
terhadap:
BAB VI
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 36
(1) Menteri mengkoordinasikan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah
secara nasional.
(2) Gubernur mengkoordinasikan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah
di kabupaten/kota.
(3) Bupati/Walikota melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah di
kabupaten/kota.
Pasal 37
(1) Menteri melakukan pembinaan atas pengelolaan sampah secara nasional.
(2) Gubernur melakukan pembinaan atas pengelolaan sampah di wilayahnya.
(3) Bupati/Walikota melakukan pembinaan pengelolaan sampah di kabupaten/kota.
Pasal 38
Pembinaan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) meliputi:
a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan;
b. pemberian pedoman dan standar pengelolaan sampah;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pengelolaan sampah;
d. pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan sampah; dan
e. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan
sampah.
Pasal 39
Pembinaan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) meliputi:
a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan;
b. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pengelolaan sampah;
c. pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan sampah; dan
d. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan
sampah.
Pasal 40
Pembinaan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) meliputi
perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pengelolaan sampah.
BAB VII
PELAPORAN
Pasal 41
(1) Gubernur melaporkan pengelolaan sampah dan pembinaan terhadap pengelolaan
sampah di kabupaten/kota kepada Menteri.
(2) Bupati/Walikota melaporkan pengelolaan sampah kepada Gubernur dengan tembusan
kepada Menteri.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan paling sedikit 1
(satu) kali dalam setahun.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 42
(1) Pembinaan Menteri dalam pengelolaan sampah di daerah dibiayai dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau pembiayaan lainnya yang sah dan tidak
mengikat.