Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT
JUNI 2014
MENINGITIS
Disusun oleh:
Galuh Nurfadillah
Dhian Karina Aprilani
Fuad Try Khalas
Pembimbing:
dr. Jambri Pranata
Supervisior:
dr. Abdul Muis, Sp.S (K)
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Galuh Nurfadillah Y
NIM
: 1102100060
Nama
NIM
: 1102100097
Nama
NIM
: 1102100124
Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................
DAFTAR ISI.................................................................
A. Defenisi ......................................................................
B. Epdemiologi ................................................................
C. Etiologi .......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi susunan saraf pusat sampai sekarang masih merupakan keadaan
yang membahayakan bagi kehidupan manusia, yang berpotensial menyebabkan
kerusakan permanen pada pasien yang hidup. Infeksi susunan saraf pusat juga
merupakan penyebab tersering demam disertai tanda dan gejala kelainan susunan
saraf pusat. Pada umumnya, infeksi virus pada sistem saraf pusat jauh lebih sering
dari pada infeksi bakteri, namun infeksi bakteri lebih sering dari pada infeksi
jamur dan parasit. 1,2
Penyakit
infeksi
pada
sistem
saraf
diklasifikasikan
kasus
didapatkan
kedua
dua
meninges
dan
hanya
diakibatkan
karena
oleh
adanya
proses
mikroorganisme,
inflamasi
sebagai
tetapi
respon
lebih
adanya
mengalami meningitis. Dan meningitis terjadi 1 dari setiap 50.000 kasus pasien
yang menjalani lumbar puncture. 1,2
Secara keseluruhan, mortality rate pasien meningitis adalah 21%, dengan
kematian pasien pneumococcal meningitis lebih tinggi dari pasien meningococcal
meningitis di Afrika, dilaporkan terdapat 704.000 kasus dengan jumlah kematian
100.000 orang. Tetapi angka ini dapat saja lebih besar di kenyataan karena kurang
bagusnya sistem pelaporan penyakit. Sebagai tambahan, banyak orang meninggal
sebelum mencapai pusat kesehatan dan tidak tercatat sebagai pasien meninggal di
catatan resmi (Centers for Disease Control and Prevention). 1,2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
ini
diklasifikasikan
kepada
akut
piogenik
(biasanya
seperti
agen
infeksi,
trauma,
kanker,
atau
dan
tulang
belakang,
sehingga
dapat
menyebabkan
dan
keramaianPenyebab
paling
sering
dari
meningitis
adalah
Faktor resiko meningitis antara lain: pasien yang mengalami defek dural,
sedang menjalani spinal procedure, bacterial endocarditis, diabetes melitus,
alkoholisme, splenektomi, sickle cell disease, dan keramaian kontaminan), obat
(NSAID, trimetoprim), Sarkoidosis, sistemis lupus eritematosus (SLE), dan
Bechets disease.2,3
B. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 600.000 kasus meningitis terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya,
dengan 180.000 kematian dan 75.000 gangguan pendengaran yang berat.
Setidaknya 25.000 kasus baru meningitis bakterial muncul tiap tahunnya di
Amerika Serikat, tetapi penyakit ini jauh lebih sering ditemukan di negara-negara
sedang berkembang. Sekitar 75% kasus terjadi pada anak-anak dibawah usia 5
tahun.1,3,5
C. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri,
virus, parasit dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi darah dan likuor
serebrospinal. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi,
seperti pada penyakit AIDS, keganasan, diabetes mellitus, cedera fisik atau obat
obatan tertentu yang dapat melemahkan sistem imun (imunosupresif).2
Meningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur
maupun parasit : 3,4
1.Virus :
Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh secara
alami tanpa pengobatan spesifik. Kasus meningitis virus di Amerika serikat
terutama selama musim panas disebabkan oleh enterovirus; walaupun hanya
beberapa kasus saja yang berkembang menjadi meningitis. 3,4
yang
menyebar
melalui
nyamuk
dan
serangga
lainnya
(Arboviruses)
4.Kasus
lain
yang
agak
jarang
yakni
LCMV
(lymphocytic
Bacterial Pathogen
S agalactiae
E coli
Haemophilus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Neisseria meningitides
N meningitidis
S pneumoniae
H influenzae
S pneumoniae
N meningitidis
H influenza
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
Aerobic gram-negative bacilli
Immunocompromised state
S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
Aerobic gram-negative bacilli
Staphylococcus aureus
Coagulase-negative staphylococci
Aerobic gram-negative bacilli,
including Pseudomonas
aeruginosa
S pneumoniae
H influenzae
Group A streptococci
CSF shunts
Coagulase-negative staphylococci
S aureus
Aerobic gram-negative bacilli
Propionibacterium acnes
Kelompok
kedua
adalah
kelompok
jamur
10
piamater.6
11
2. Cairan serebrospinal
Cairan serebro spinal memberikan dukungan mekanik pada otak dan
bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak
dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak
mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap
perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal). 6
Cairan cerebrospinal jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Nilai normal
rata-ratanya yang lebih penting diperlihatkan pada tabel.6
12
13
cerebrospinal yang terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan
reabsorpsi dalam keadaan yang seimbang.6
14
kolonisasi,
kemudian
menembus
rintangan
mukosa
dan
Agen
penyebab
15
16
17
disebabkan
oleh
mengejangnya
otot-otot
ekstensor
8,9,12
18
berbaring
terlentang
dan
pemeriksa
meletakkan
8,9,12
19
20
1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar
ureum, elektrolit dan kultur.6,7
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit
saja. Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa
didapatkan juga peningkatan LED.6,7
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan
leukosit.6,7
2. Pemeriksaan Radiologis7
Neuroimaging dapat mengidentifikasi kondisi yang mungkin
menjadi predisposisi dari meningitis bakteri, Hal ini ditunjukkan pada
pasien yang memiliki bukti trauma kepala, sinus atau infeksi mastoid,
patah tulang tengkorak, dan anomali kongenital. Selain itu, studi
neuroimaging biasanya digunakan untuk mengidentifikasi dan memantau
komplikasi meningitis, seperti hidrosefalus, efusi subdural, empiema, dan
infark serta untuk mengecualikan parenkim abses dan ventriculitis.
Mengidentifikasi komplikasi serebral dini sangat penting, karena beberapa
komplikasi, seperti hidrosefalus, empiema subdural, dan abses otak,
memerlukan intervensi bedah saraf.7
21
Sinusitis frontal, empiema, dan pembentukan abses pada pasien dengan meningitis
bakteri, Aksial T1 dengan MRI kontras menunjukkan parenkim frontal kanan intensitas
rendah (edema), leptomeningitis (panah), dan empyema subdural lentiform (panah).
Ventriculitis pada pasien dengan meningitis bakteri. Ini memakai tomografi kontras
menunjukkan peningkatan ependymal.
22
untuk
membedakan
meningitis
bakterial
dan
meningitis non-bakterial adalah serum prokalsitonin, serum Creaktif protein, CSF kortisol, dan CSF laktat.10
2. Neuroimaging sebelum pemberian kontras
Pada pemeriksaan Ct-scan bukan merupakan pemeriksaan
standar untuk menegakkan diagnosa meningitis namun dalam 5
persen
kasus
pasien
yang
sudah
dicurigai
meningitis,
23
I. DIAGNOSA BANDING5
Diagnosis banding pada pasien dengan gejala demam,
sakit kepala dan perubahan status mental termasuk dalam
bentuk
yang
lain
dari
meningitis.
(Contohnya
meningitis
24
2. Keganasan
- Neoplasma
Tumor otak termasuk semua tumor di dalam tengkorak atau di
batang otak. Muncul oleh pembelahan sel yang abnormal dan tidak
terkendali, biasanya baik dalamotak itu sendiri (neuron, sel-sel glial
(astrocytes, oligodendrocytes, sel ependymal, mielin-yang memproduksi
sel Schwann), limfatik jaringan, pembuluh darah), di saraf kranial,
diselaput otak (meningen), tengkorak, kelenjar di bawah otak dan pineal,
atau penyebaran dari kanker terutama yang terletak di organ lain
(metastasis tumor)11
3.. Trauma
-SDH
Hematoma subdural adalah penimbunan darah di dalam rongga
subdural. Dalam bentuk akut yang hebat,baik darah maupun cairan
serebrospinal memasuki ruang tersebut sebagai akibat dari laserasi otak
atau robeknya arakhnoidea sehingga menambah penekanan subdural
pada jejas langsung di otak. Dalam bentuk kronik, hanya darah yang
efusi ke ruang subdural akibat pecahnya vena-vena penghubung,
umumnya disebabkan oleh cedera kepala tertutup.11
25
J. PENATALAKSANAAN
Jika
berdasarkan
pemeriksaan
penderita
didiagnosa
adalah
kesembuhan
serta
komplikasi.
langkah
yang
mengurang
Antibiotik
yang
baik
atau
diberikan
untuk
menjamin
menghindari
kepada
resiko
penderita
26
b. Pengobatan simtomatis :
1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4
0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.
2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Turunkan panas :
a)
Antipiretika
parasetamol
atau
salisilat
10
mg/kg/dosis.
b) Kompres air PAM atau es.
c. Pengobatan suportif :
1) Cairan intravena.
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara
30 50%.9
Perawatan
a. Pada waktu kejang9
1.
2.
Hisap lender.
3.
4.
5.
27
Pada
inkontinensia
urine
lakukan
lavement.
katerisasi
dan
pada
d. Pemantauan ketat: 9
1. Tekanan darah
2. Respirasi
3. Nadi
4. Produksi air kemih
5. Faal
hemostasis
untuk
mengetahui
secara
dini
adanya DC.
e. Pada anak dengan ubun-ubun cembung
28
alur 2. Diagnosis meningtis pada anak-anak dengan ubunubun cembung (dikutip dari daftar pustaka 8)
K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari penyakit meningitis adalah :6,7
a.
Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat terjadi akibat infeksi sehingga timbul perlekatan
29
c. Renjatan septik
Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) yang
disebabkan oleh infeksi. Renjatan (syol) septik : sepsis dengan hipotensi,
ditandai dengan penurunan TDS <90>40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya
obat-obatan yang dapat menurunkan TD. Sepsis berat : gangguan fungsi organ
atau kegagalan fungsi organ termasuk penurunan kesadaran, gangguan fungsi
hati, ginjal, paru-paru, dan asidosis metabolik.8
d. Pneumonia (karena aspirasi)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri.
Meningitis dapat berkomplikasi pneumonia melalui masuknya kuman bakteri
melalui jalur hematogen atau melalui aspirasi di saluran pernapasan.8
L. PROGNOSIS
Perjalanan dan prognosis pada pasien meningitis sebagian
besar selalu baik walaupun pada 1 persen pasien memiliki
kelainan
abnormalitas
yang
kemungkinan
disebabkan
oleh
defisiensi
agammaglobulinemia
immunodefisiensi).
dalam
atau
HIV-1
limfosit
(biasanya
X-linked
dari
penyakit
variabel
mungkin
dapat
memperpanjang
paling
sering
menyebabkan
episode
berulang
pada
meningitis aseptik.6
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan
cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :6,7
a. Umur penderita.
30
31
BAB III
KESIMPULAN
Meningitis adalah proses infeksi dan inflamasi yang terjadi pada selaput
otak. Infeksi ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan resiko morbiditas
kronis yang tinggi. Klinis meningitis dan pola pengobatannya selama masa
neonatus (0 28 hari) biasanya berbeda dengan polanya pada bayi yang lebih tua
dan anak anak. Meningitis dapat terjadi karena infeksi virus, bakteri, jamur
maupun parasit. Meskipun demikian, pola klinis meningitis pada masa neonatus
dan pasca neonatus dapat tumpang tindih, terutama pada penderita usia 1 2
bulan dimana Streptococcus group B, H. influenzae tipe B, meningococcus, dan
pneumococcus semuanya dapat menimbulkan meningitis.
Tanpa memandang etiologi, kebanyakan penderita dengan infeksi sistem
saraf pusat mempunyai sindrom yang serupa. Gejala gejala yang lazim adalah :
nyeri kepala, nausea, muntah, anoreksia, gelisah dan iritabilitas. Sayangnya,
kebanyakan dari gejala gejala ini sangat tidak spesifik. Tanda tanda infeksi
sistem saraf pusat yang lazim, disamping demam adalah : fotofobia, nyeri dan
kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang kejang dan defisit
neurologis setempat. Keparahan dan tanda tanda ditentukan oleh patogen
spesifik, hospes dan penyebaran infeksi secara anatomis
Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang signifikan
di seluruh dunia. Keadaan ini harus ditangani sebagai keadaan emergensi.
Kecurigaan klinis meningitis sangat dibutuhkan untuk diagnosis. Bila tidak
terdeteksi dan tidak diobati, meningitis dapat mengakibatkan kematian.
Selama pengobatan meningitis, perlu dimonitor efek samping penggunaan
antiobiotik dosis tinggi; periksa darah perifer serial, uji fungsi hati dan uji fungis
ginjal. Perlu dilakukan pemantauan ketat terhadap tumbuh kembang pasien yang
sembuh dari meningitis.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Mar 29 th, 2011. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/ 232915-overview
2. Prober CG. Central Nervous System Infection. Dalam : Behrman, Kliegman,
Jenson, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders; 2004. h. 2038-47
3. Swartz, M. N. Meningitis: bakterial, viral, and other. Bakterial
meningitis. Goldman: cecil medicine, 23rd ed 2007.Chapter 420
4. Razonable RR. Meningitis. Mayo Clinic College of Medicine. Updated: Aug
26, 2009 available at http://emedicine.medscape.com/article/232915
5. Tolan RW. Amebic meningoencephalitis. Saint Peters University
hospital.update
Jan
21,
2009.
Available
at.
http://emedicine.medscape.com/article/996227.
6. Lazoff M. meningitis. Editor-in-Chief, Medical Computing Review. Update
Feb 2, 2010. Available at.http://emedicine.medscape.com/article/784389.
7. Incesu L. Meningitis, Bakterial. Ondokuz Mayis University School of
Medicine; Department of Radiology, Ondokuz Mayis University Hospital,
Turkey Updated:
Mar
13,
2009.
Available
at.http://emedicine.medscape.com/article/341971.
8. Muller ML, dkk. Pediatric Bacterial Meningitis. May 11th, 2011. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview.
9. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2010. h. 189-96.
10. Efrida, Desiekawati.Kriptokokal meningitis : aspek klinis dan diagnosis
laboratorium.
Available
from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_1/39-44.pdf
11. Trible,Ronald; edgerton,Neil; Hayek,Salim; Winkel,Daniel;Anderson,Albert
M. Antiretroviral Therapyassociated Coccidioidal Meningitis. Available
from http://stacks.cdc.gov/view/cdc/18917
12. Lumbantobing,SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. FKUI.
Hal.17-20
13. Mardjono,Mahar;Sidharta,priguna.Neurologi Klinis Dasar.Dian Rakyat.2008.
hal.304-329
33