Anda di halaman 1dari 18

Penyebab, Pemeriksaan, Gejala,

Penanganan serta Pencegahan


Demam Tifoid
I.

Pendahuluan
Kemenkes baru-baru ini mengelurkan artikel tentang 7 wabah penyakit yang
paling sering timbul di Indonesia pada musim hujan seperti sekarang ini. Terdiri dari
malaria, demam berdarah, leptospirosis, demam tifoid, dan lain-lain. Tidak seperti
malaria, demam berdarah serta leptospirosis yang memiliki hospes perantara seperti
nyamuk dan tikus, demam tifoid tidak memiliki hospes perantara. Demam tifoid
diakibatkan oleh bakteri. Demam tifoid jaman dahulu menjadi endemik di seluruh
dunia karena higienitas yang kurang. Bakteri penyebab demam tifoid adal
Salmonella typhi seperti kita ketahui yang masuk ke dalam tubuh kita melalui mulut.
Penting untuk menjaga higienitas agar terhindar dari penyakit ini, bukan hanya
itu minum minuman yang sudah di masak dan steril juga penting serta makan
makanan yang sudah matang sempurna karena bakteri penyebab demam tifoid akan
mati pada suhu yang tinggi dan pemanasan yang lama. Namun di jaman sekarang
banyak yang menyukai makanan setengah matang, seperti gado-gado yang
menggunakan sayuran setengah matang serta stik yang dimasak setengah matang.
Makanan yang setengah matang tersebut masi mengandung bakteri. Karena demam
tifoid juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi lain seperti pendarahan usus.
Sehingga selain memperhatikan rasa makanan, kita juga perlu memperhatikan
kesehatan dan cara-cara yang benar untuk menghindari bakteri S.typhi.

II. Isi
1. Anamnesis
Autoanamnesis.
Jenis kelamin: lakik-laki
Usia: 30 tahun
Keluhan Utama : demam sejak 7 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : nyeri pada kepala, nyeri uluhati, mual, muntah 3x/hari, dan
belum BAB sejak 4 hari yang lalu..
Riwayat Penyakit Sekarang: Demam sejak 7 hari yang lalu, demam sepanjang hari
dan lebih panas pada malam hari. Demam disertai dengan nyeri pada kepala, nyeri
uluhati, mual, muntah 3x/hari, serta belum buang air besar sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu : tidak diketahui.
Riwayat Penyakit Keluarga: tidak diketahui.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara umum. yang biasa dilakukan adalah tanda-tanda vital.
a. Suhu tubuh, pemeriksaan yang paling akurat adalah di daerah axila atau
ketiak, suhu tubuh normal 36,5 - 37,5C
Pada pasien suhu tubuh diatas normal yaitu 38,6C
b. Tekanan darah, Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi

c.
d.

sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah


diastolik atau tekanan istirahat. Pemeriksaan tekanan darah biasanya
dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Nilai
normal menurut WHO maksimal 140/90 mmHg dengan rentan antara
sistolik/diastolik 30-50mmHg.
Tekanan darah pasien 110/80 mmHg.
Denyut nadi, diukur pada arteri radialis dengan menggunakan 2-3 ujung jari.
Nilai normal 60-100 x/menit.
Pada pasien 80x/menit.
Frekuensi pernapasan
Nilai normal 14-20x/menit
Frekuensi pernapasan pasien 20x/menit.

Tingkat kesadaran
a. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
e. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
3.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rutin
Terdiri dari pemeriksaan eritrosit, hemoglobin, leukosit, trombosit dan
hemtokrit.
Pada kasus demam tifoid dapat ditemukan anemia ringan (<4,6-6,2 juta/mikroL),
trombositopenia (<150.000), aneosinofilia (>300/mikroL) maupun limfopenia
(<1500mikroL). Laju endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetpi akan kembali menjadi
normalsetelah sembuh.
Pemeriksaan dengan kultur organisme menjadi standar baku dalam penegakkan
diagnosa demam tifoid. Selain itudapat menggunakan pemeriksaan serologi
dengan uji widal, uji TUBEX, Typhidot dan dipstik.1
Uji widal

Dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman S.typhi. Pada uji widal
terjadi suati reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibodi yang
disebut aglutinin. Antigen yang digunakan uji widal adalah suspensi Salmonella
yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Uji widal bertujuan untuk
mennetukan aglutinin dalam serum penderita, yang terdiri dari aglutinin O (dari
tubuh kuman), aglutinin H (flagela kuman), serta aglutinin Vi (simpai kuman).
Yang digunakan untuk mendiagnosa demam tifoid positif adalah aglutinin O dan
aglutinin H, karena kuman Salmonella tidak memiliki kapsul atau simpai (lihat
gambar 1).
Pembentukan aglutinin mulai terjadi ada akhir minggu pertama demam,
kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke empat,
dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul
aglutinin O, kemudian diikuti dengan aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh
aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H
menetap lebih dari 9-12 bulan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal:
a. Pengobatan dini dengan antibiotik
b. Gangguan pembentukan antibodi dan pemberian kortikosteroid
c. Waktu pengambilan darah
d. Daerah endemik atau non endemik
e. Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan
demam tifoid
f. Faktor teknik pemeriksaan antara laboratorium, akibat aglutinasi silang,
dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
Gambar 1. Uji
widal yang
terdiri dari
aglutinin H, O
dan Vi.
Sumber.

www.google.com/widaltest
Uji typhidot
Uji ini dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein
membran luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3
hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgG dan
IgM terhadap antigen S.typhi.
Didapatkan sensitivitas sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76,6% dan efisiensi
ujisebesar 84%.
Pada kasus reinfeksi, respon imun sekunder (IgG) teraktivasi secara berlebihan
sehingga IgM sulit dideteksi. IgG dapat bertahan sampai 2 tahun sehingga
deteksi IgG saja tidak dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi akut
dengan kasus reinfeksi atau kovalesen pada kasus infeksi primer. Sehingga
digunakan uji Typhidot-M pada pasien yang sudah pernah menderita demam
tifoid sebelumnya. Uji ini memungkinkan ikatan antara antigen dengan IgM
spesifik yang ada pada serum pasien dan menginaktivasi total IgG.
Uji IgM Dipstick
Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.typhi pada
serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen
lipopolisakarida (LPS) S.typhi dan anti IgM (sebagai kontrol) (lihat gambar 2).
Sensitivitas sebesar 65-77%, spesifisitas sebesar 95-100% namun akurasi hasil
didapatkan bila pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah timbulnya gejala.

Gambar 2. Uji IgM dipstick.


Sumber: www.google.com/IgMdispticktest
Kultur darah

Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi kadangkadang juga ditemukan hasil negatif palsu, karena disebabkan beberapa hal,
seperti:
a. Telah mendapat terapi antibiotik
Bila pasien sebelum dilakukan kultur dara telah mendapat antibiotik,
pertumbuhan kuman dalam media pembiakan terhambat dan hasil mungkin
negatif.
b. Volume darah yang kurang
c. Riwayat vaksinasi
Vaksinasi di masa lampau menimbulkan antubodi di dalam darah pasien.
Antibodi ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negatif.
d. Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin
semakin meningkat.2
4.

Diagnosa banding
Abses hati amuba
Disebut juga amoebiasis hati (lihat gambar 3). Diagnosa ditegakkan dengan
pemeriksaan tinja dan uji hemaglutinasi.
Menimbukan gejala klinis berupa:
a. Demam
b. Nyeri perut
c. Distensi dan hati membesar
d. Nyeri tekan
e. Kenaikan diafragma
f. Kompresi parenkim
g. Leukositosis ringan
h. Anemia sedang
i. Kenaikan enzim hati nonspesifik3

Gambar 3. Abses hati.


Sumber: www.google.com/abseshatiamoeba

Apendisitis
Diagnosa ditegakkan dengan palpasi oada perut kanan bawah, pemeriksaan
radiologi dan pemeriksaan darah lengkap (leukositosis, neutrofilia, jumlah serum
meningkat)
Gejala klinis:
a. Panas
b. Mual
c. Muntah
d. Anoreksia
e. Nyeri hebat di perut kanan bagian bawah
Brucellosis
Terdapat riwayat terpajan dengan binatang maupun minum susu yang belum di
pasterisasi (lihat gambar 4).
Manifestasi klinis nonspesifik seperti demam, atralgia, malaise, dan lemah.
Dengan adanya riwayat terpajan binatang dan minum susu yang tidak di
pasteurisasi dan dengan adanya hasil pemeriksaan penunjang berupa anemia,
hemolisis, leukopenia, trombositopenia atau pansitopenia karena hipersplenisme,
hemofagositosis dan adanya gangguan di sumsum tulang dapat menegakan
diagnosa.
Gambar 4. Brucellosis
pada lutut.
Sumber:
www.google.com/brucellosis
Demam Berdarah
Pada orang bemam berdarah memiliki gejala klinis yang hampir sama dengan
penderita demam tifoid yaitu peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, nyeri di otot
mual, muntah, anoreksia, batuk serta konstipasi. Namun pada penderita demam
berdarah panas yang meningkat atau demam yang sering naik turun bahkan bisa
turun sampai mencapai suhu normal lalu akan meningkat lagi, sedangkan pada
penderita demam tifoid suhu tubuh tidak akan turun sampai suhu normal.
Beberapa gejala khas yang hanya timbul pada demam berdarah adalah:
a. Lemah bada (malaise), nyeri tulang, serta sakit di daerah belakang bola
mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing)
b. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisa (epistaksis), perdarahan gusi,
perdarahan pada kulit seperti tes Rumpeleede (+), ptekiae dan ekimosis,
serta buang air besar berdarah dan berwarna merah kehitaman (melena)
c. Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang
teraba lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat
disertai penurunan kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat
menyebabkan kematian.
d. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenis) < 100.000/mm3
6

e. Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal.5


Influenza
Disebabkan bakteri Pneumonia influenzae.4 Diagnosis pasti influenza
bergantung pada isolasi atau deteksi komponen virus dari sekret saluran napas
atau adanya kenaikan yang bermakna titer antibodi serum pada masa
penyembuhan. Diagnosis serologik yang cukup menjanjikan adalah pengukuran
antibodi terhadap hemaglutinin influenza dengan menggunakan metode ELISA.
Uji ini sederhana dan mempunyai kelebihan dapat mengidentifikasi secara
spesifik antibodi IgA, IgM dan IgG.
Memiliki beberapa gejala:
a. Malaise
b. Leukositosis ringan
c. Sakit tenggorokan
d. Demam berkisar antara 38,3-38,9C
e. Mialgia terutama dirasakan di otot punggung
f. Batuk terjadi sebagai akibat destruksi epitel trakea
g. Rinorea
h. Sakit kepala
i. Rasa terbakar substernal
j. Gejala okular
Leishmaniasis
Memiliki hospes perantara lalat Phlebotomus (lihat gambar 5). Diagnosa dengan
menemukan parasit dalam sediaan apus yang diambil dari tepi ulkus atau biopsi,
dengan pembiakan NNN, dan reaksi imunologik.
Menimbulkan beberapa gejala klinis:
a. Demam, intemiten, hilang timbul
b. Diare/disentri
c. Anemia/leukopenia
d. Anoreksia dan kakeksia
e. Terdapat oriental sore di daerah sekitar tusukan6

Gambar 5. Leishmaniasis cutaneous


Sumber: www.google.com/leishmaniasis
Malaria
Biasanya diderita oleh orang-orang yang berpergian ke daerah endemik.
Memiliki gejala klinis:
a. Demam mencapai 40
b. Anoreksia
c. Nyeri kepal
d. Mual
e. Nyeri perut
f. Nyeri punggung
g. Eritrosit dan hemoglobin turun
h. Leukopenia
i. Monositosis
j. Black water fever
k. Hemoglobinuria
Penyakit Rickettsial
Cacar Rickettsial adalah penyakit yang disebarkan oleh kutu (lihat gambar 6).
Gigitan kutu tersebut menyebabkan cacar air-seperti ruam pada tubuh.
Penyakit dimulai pada lokasi gigitan kutu yang menyakitkan dan membentuk
benjolan merah. Nodul berkembang berisi cairan lecet yang pecah. Benjolan
terebut membesar- sekitar seinci.

Gejala lain termasuk:


a. Demam dan menggigil
b. Nyeri otot (myalgia)
c. Ruam yang terlihat seperti cacar air
d. Berkeringat (diaphoresis)
Gambar 6.
Rickettsial
Sumber:

www.google.com/rickettsial
Toksoplasmosis
Menimbulkan gejala klinis:
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri otot (myalgia)
d. Nyeri sendi (arthralgia)
e. Ruam kulit
f. Gidu (urticaria)
g. Hepatosplenomegali
h. Limfadenopati
i. Retinokoroiditis
j. Exantem
Tuberkulosis
Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, merupakan bakteri basil tahan
asam.
Gejala klinis:
a. Penurunan berat badan
b. Malaise
c. Batuk-batuk lebih dari tiga minggu (dapat disertai darah)
d. Anoreksia
e. Demam ringan pada siang hari
f. Berkeringat pada malm hari
g. Nyeri dada
h. Dispnea

i.
j.

Hemoptisis
Ansietas

Tularemia
Penderita tularemia biasanya memiliki riwayat terpajan dengan ninatang,
khususnya kelinci dan seranga penggigit.
Memiliki beberapa gejala klinis:
a. Mialgia
b. Artralgia
c. Menggigil
d. Demam
e. Mual
f. Muntah
g. Keringat banyak
h. Nyeri kepala
i. Fofobia
j. Ruam makulopapuler
k. Splenomegali dan limfadenopati
l. Conjungtivitis berat
5. Diagnosa kerja
Demam tifoid
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik terlihat kemiripan dengan gejala klinis
yang ditimbulkan demam tifoid, namun dari pemeriksaan darah rutin normal
mungkin dikarenakan infeksi yang baru 1 minggu. Sehingga perlu dilakukan tes,
yang dianjurkan tes widal dengan mendeteksi aglutinin antibodi O dan H.
6. Gejala klinis
Masa tunas demam tifoid 10-14 hari.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan gejala yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
badan meningkat, yang akan meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari.
Pada minggu kedua timbul demam, bradikardi relatif, lidah yang berslaput,
hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,
stupor, koma, delirium,, atau psikosis.
7. Patofisiologi
Masuknya kuman Salmonella typhi (S. Typhi) dan Salmonella paratyphi (S.
Parathypi) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi
kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung. Sebagian lolos masuk ke
dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa
(Ig A) usus kurang baik maka kuman akan menebus sel epitel (terutama sel M) dan
selanjutnya ke lamina propia. Dilamina propia kuman berkembang biak dan difagosit

10

oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang
biak di dalam makrofag dan selanjutnya di bawah ke plak peyeri ileum distal dan
kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Seanjutnya melalui duktus torasikus
kuman yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh
organ retikuloendotelial tubuh terutama di hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang
sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan
bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai gejala-gejala penyakit infeksi
sistemik (lihat gambar 7).
Di dalam hati kuman masuk ke dalam kantung empedu, berkembangbiak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara intermitten ke dalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung
makrofag terlah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala
reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sait perut,
instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan koagulasi.
Di dalam plak peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan
(S. Typhi intramakrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat, hiperplasia
jaringan dan nekrosis organ). Pendarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plaque Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus. Proses patologis
jaringan limfoid ini dapat berkembang biak hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan
dapat mengakibatkan perforasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya
komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskuler, pernapasan dan
gangguan organ lainnya.

11

Gambar 7. Perjalanan infeksi dari Salmonella.


Sumber. www.medscape.com/typhoidfeverpathophysiology
8. Etiologi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi penyebab demam tifoid (lihat gambar 8).

12

Merupakan bakteri gram negatif yang berflagel, tanpa kapsul.


Cara penularan :
Transmisi oral melalui makanan
atau minuman ditangani oleh seorang
individu yang kronis gudang bakteri
melalui tinja atau , kurang umum , urin
Tangan ke mulut transmisi setelah menggunakan toilet terkontaminasi dan
mengabaikan kebersihan tangan
Transmisi oral melalui limbah - air yang terkontaminasi atau kerang (terutama di
negara berkembang )
Gambar 8. Bakteri Salmonella.
Sumber: www.google.com/salmonella.
9. Epidemiologi
Indonesia
Menurut survei Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di
Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan
frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari berbagai survei rumah sakit di
Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 emperlihatkan peningkatan jumlah
penderita sekitar 35,8% yaitu 19.596 menjadi 26.606 kasus.
Rata-rata kasus kematian karena demam tifoid di tahun 1996 sebesar 1,08% dari
seluruh kematian di Indonesia. Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga
departemen kesehatan RI (SKRT RI) tahun 1995 demam tifoid tidak termasuk dalam
10 penyakit dengan mortalitas tertinggi.
Internasional
Demam tifoid terjadi di seluruh dunia , terutama di negara-negara berkembang yang
kondisi sanitasi yang buruk. Demam tifoid merupakan endemik di Asia , Afrika,
Amerika Latin , Karibia , dan Oceania , tetapi 80 % kasus berasal dari Bangladesh,
China , India , Indonesia , Laos , Nepal , Pakistan , atau Vietnam . Demam Tifoid
menginfeksi sekitar 21,6 juta orang ( kejadian 3,6 per 1.000 penduduk ) dan
membunuh sekitar 200.000 orang setiap tahun .
Di Amerika Serikat , sebagian besar kasus demam tifoid muncul dalam wisatawan
internasional . Rata-rata kejadian tahunan demam tifoid per juta pelancong dari 19992006 oleh daerah atau wilayah keberangkatan adalah sebagai berikut :
Kanada - 0
Belahan Barat luar Kanada / Amerika Serikat - 1,3
Afrika - 7,6
Asia - 10,5
India - 89 ( 122 pada tahun 2006 )
Total ( untuk semua negara kecuali Kanada / Amerika Serikat) - 2,2

10. Komplikasi

13

a.

Intestinal
2 komplikasi yang paling umum dari demam tifoid termasuk perdarahan
usus ( 12 % dalam satu seri Inggris ) dan perforasi ( 3 % -4.6 % dari pasien
rawat inap ) .
Dari 1884-1909 tingkat kematian pada pasien dengan perforasi usus karena
demam tifoid adalah 66 % -90 %. Gejalanya nyeri perut yang hebat dan
kekakuan , terutama di kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke
seluruh perut dan disertai tanda-tanda ileus. Tanda-tanda lainnya adalah nadi
cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok. Leukosistosis dengan
pergeseran ke kiri merupakan penegak diagnosis perforasi usus.

b.

Neuropsikiatrik
Ditandai dengan disorientasi ,delirium ,gelisah ,semi koma atau koma,
parkinson rigidity, sindrom otak akut, mioklonus generalisata, meningismus,
skizofrenia sitotoksik, mania akut, hipomania, encephalomyelitis .
Stupor , obtundation , atau koma menunjukkan penyakit berat .
Infeksi intrakranial Focal jarang terjadi, tapi beberapa abses otak telah
dilaporkan . [ 59 ]
kurang umum acara manifestasi neuropsikiatri lainnya termasuk paraplegia
spastik , neuritis perifer atau tengkorak , sindrom Guillain - Barr , penyakit
schizophrenialike , mania , dan depresi .

c.

Miokarditis
Perubahan elektrokardiografi nonspesifik terjadi pada 10 % -15 % pasien
dengan demam tifoid . Miokarditis Beracun terjadi pada 1 % -5 % dari orang
dengan demam tifoid dan merupakan penyebab penting dari kematian di
negara-negara endemik. Miokarditis ditandi dengan sakit dada, gagal
jantung kongesti, aritmia atau syok kardionergik. Perikarditis jarang terjadi,
namun kolaps vaskuler perifer tanpa temuan jantung lainnya semakin
dijelaskan

d. Hematologi
Berupa trombositopenia, hipofibrino-genemia, peningkatan prothrombine time,
peningkatan partial thromboplastin time, peningkatan fibrine degradation
products sampai koagulasi intavaskuler diseminata (KID) dapat ditemukan pada
kebanyakan pasien demam tifoid. Trombositopenia sering dijumpai mungkin
dikarenakan aktivitas sumsum tulang selama infeksi atau meningkatnya
destruksi trombosit disistem retikuloendotelial.
KID dekompensata dapat diberikan transfusi darah, subsitusi trombosit, dan/atau
faktor-faktor koagulasi.
e. Hepatobiliary
Peningkatan ringan enzim transaminase tanpa gejala umum.
Penyakit kuning dapat terjadi pada orang dengan demam tifoid dan mungkin
karena hepatitis , kolangitis , kolesistitis , atau hemolisis .

14

f. Pankreatitis tifosa
Bisa disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus, bakteri, cacing, maupun zat
-zat farmakologik. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase serta
ultrasonografi/CT-Scan dapat membantu diagnosa penyakit ini dengan akurat.
g. Manifestasi kemih
Sekitar 25 % pasien dengan demam tifoid mengeluarkan S typhi dalam urin.
Glomerulitis kompleks imun dan proteinuria.
IgM , C3 antigen , dan S typhi antigen dapat ditunjukkan dalam dinding kapiler
glomerulus .
Sindrom nefritis dapat mempersulit kronis S typhi bakteremia terkait dengan
schistosomiasis kemih .
11. Penatalaksanaan
a. Medika
Dengan pemberian antimikroba
Kloramfenikol
Di Indonesia masih merupakan obat pilihan utama untuk mengobati demam
tifoid.
Diberikan 4 x 500 mg per hari secara oral atau intravena, diberikan hingga 7
hari setelah panas turun.
Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas hampir sama dengan kloramfenikol, tapi efek samping
terjadinya anemia aplastik lebih kecil kemungkinananya dibandingkan
dengan kloramfenikol. Diberikan 4 x 500 mg per hari, diberikan hingga 5
hari setelah demam turun.
Kotrimoksazol
Efektivitas hapir sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa
2x2 tablet (1 table megandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetropim), diberikan selama 2 minggu.
Ampisilin dan amoksilin
Kemampuan lebih rendah daripada kontrimoksazol dalam menurunkan
demam, dosis berkisar antara 50-150mg/kgBB dan digunakan selama 2
minggu.
Sefalosporin generasi ketiga
Sefriakson efektif dalam menurunkan demam tifid, dosis yang dianjurkan
antara 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama 1/2 jam perinfus
sekali sehari, diberikan selama 3-5 hari.
Golongan fluorokuinolon
Norfloksasin, dosis 2x 400 mg / hari selama 2 minggu
Siprofloksasin, dosis 2x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin, dosis 2x 400 mg/hari selama 1 minggu
Pefloksasin, dosis 400 mg/hari selama 1 minggu
Flerosasin, dosis 400 mg/hari selama 1 minggu
Azitromisin

15

Dosis yang dianjurkan 2x 500 mg/hari.


Mampu menghasilkan konsentrasi dalam jaringan yang tinggi walaupun
konsentrasi dalam darah rendah. Antibiotikan akan terkonsentrai dalam sel,
sehingga cocok digunakan untuk pengobatan infeksi S.typhi yang
merupakan kuman intraseluler. Bisa digunakan secara oral maupun
intravena.
Tabel 2 . Rekomendasi antibiotik Menurut Asal dan Keseriusan8
Location Severity

Severity

First-Line
Antibiotics

Second-Line
Antibiotics

South Asia, East


Asia

Uncomplicated
Complicated

Cefixime PO
Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV

Azithromycin PO
Aztreonam IV or
Imipenem IV

Eastern Europe,
Middle East, subSaharan Africa,
South America

Uncomplicated

Ciprofloxacin PO or Cefixime PO or
Ofloxacin PO
Amoxicillin PO or
TMP-SMZ PO
or Azithromycin PO

Complicated

Unknown
geographic origin or
Southeast Asia

Uncomplicated
Complicated

Ciprofloxacin IV or

Ofloxacin IV
Cefixime PO plus
Ciprofloxacin PO or
Ofloxacin PO
Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV, plus
Ciprofloxacin IV or
Ofloxacin IV

Ceftriaxone IV or
Cefotaxime IV or
Ampicillin IV
or
TMP-SMZ IV
Azithromycin PO*
Aztreonam IV or
Imipenem IV, plus
Ciprofloxacin IV
orOfloxacin IV

Kortikosteroid, hanya digunakan pada indikasi toksik tifoid yang mengalami


syok septik dengan dosis 3x5mg.
b. Non-medika
Istirahat dan perawatandengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan.
Diet dan terapi penunjang, dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan
kesehatan pasien secara optimal. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam
proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses

16

penyembuhan akan mejadi lama. Penderita tifoid pada awalnya diberikan bubur
saring, selanjutnya bubur kasar dan bila semakin baik dapat diberikan nasi.
Bubur saring diberikan untuk menghindari komplikasi perdarahan salutan cerna
atau perforasi usus.
Pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan memcegah
penyebaran kuman.
Istirahat dan perawatan, tirah baring dan perawatan profesional untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya ditempat seperti makan,
minum, tempat tidur, mandi, buang air besar, dan buang air kecil akan membantu
dan mempercepat masa penyembuhan.
12. Pencegahan
a. Preventif dan kontrol penularan
Tindakan preventif sebagai pencegahan penularan dan ledakan kasus luar biasa
(KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai darisegi kuman Salmonella
typhi sebagai agen penyakit dan faktor penjamu. (host) serta faktor lingkungan.
Dengan cara sanitasi air dan kebersihan lingkungan, air yang diminum harus di
sesuai dengan standar prosedur (iodisasi, kloronisasi dan direbus >570 C), serta
makan makanan yang sudah dimasak hingga matang.
b. Vaksinasi
Vaksin diberikan tidak pada semua orang, indikasi vaksin bila:
Hendak memgunjungi daerah endemik
Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
Petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan
Jenis vaksin
Vaksin oral: Ty21a (vivotif Berna). Diberikan 1 hari setelah pemberian obat
anti malaria dan tidak diberikan bersama dengan sulfonamid atau antimikroba
lainnya. Menimbulkan efek samping sakit kepala.
Vaksin parenteral: ViCPS (Typhim Vi/Pasteur Merieux). Lebih efektif
dibandingkan dengan Ty21a karena meningkatkan antibodi 4 kali lipat dan cepat.
Namun menimbulkan efek samping yang lebih banyak dibandingkan Ty21a,
yaitu demam, malaise, sakit kepala, ras dan reaksi nyeri lokal.
13. Prognosis
Prognosis antara orang dengan demam tifoid tergantung terutama pada kecepatan
diagnosis dan memulai pengobatan yang benar. Umumnya, demam tifoid yang tidak
diobati membawa tingkat kematian 10% -20%. Pada penyakit diobati, angka kematian
kurang dari 1%.
III. Penutup
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika
Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit menular
yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi. Pemeriksaan penunjang
yang mudah untuk dilakukan adalah dengan uji widal. Obat utama yang dapat digunakan

17

adalah golongan antibiotik.


IV. Daftar Pustaka
1. Alan R. Tumbeaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tlifoid. Dalam
Pediatrics. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia;2003.h. 37-46
2. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC: 2010. Hal. 2797-805.
3. Behrman kliegman arvin. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta : EGC: 2006.
Hal. 994-6.
4. Kenneth J. Levo. William obstetri. Edisi 21. Jakarta : EGC: 2009. Hal. 83-4.
5. Djaenudin natadisastra dan Ridad Agoes. Parasitologi kedokteran. Jakarta: EGC:
2009. Hal. 30-1.
6. Harro H. Liman. Flagelata darah dan jaringan. Jakarta: 2013. Hal. 2-5.
7. John L Brusch, MD, FACP. 12 september 2012. Typhoid fever. Medscape.
Diunduh 11 november 2013. http://emedicine.medscape.com/article/231135overview

18

Anda mungkin juga menyukai