Pendahuluan
Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama
pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap
tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya,
sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh,
penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan
sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang
hidup. Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting,
sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan
terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari
esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan,
jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita
menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Tidur bersifat memberikan
energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan
tidur yang cukup.
Pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia merupakan pengetahuan keluarga yang
diharapkan lebih mengerti ataupun mengetahui kondisi tentang pola tidur yang tidak teratur pada
lansia. Dan keluarga adalah orang yang terdekat pada lansia, sehingga lansia selalu melibatkan
keluarga dalam mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Peran keluarga dalam perawatan
lansia merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya dalam
merawat lansia dengan insomnia dengan menjaga dan merawat lansia dan mempertahankan
kondisi kesehatan, sehingga lansia dapat lebih produktif untuk melakukan perawatan dirinya
sendiri.
Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di
tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit / lebih pendek waktu tidur
nyenyaknya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul
22.00 WIB dan terbangun dipagi hari 05.00 WIB. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara
mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup.
Anamnesis
Anamnesis keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi penting untuk mencapai
diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan utama yang
menurut pasien paling penting. Anamnesis yang di dapat harus di catat dan disajikan dengan
kata kata pasien sendiri, dan tidak boleh disamarkan dengan istilah medis yang bisa
mengaburkan sifat asli keluhan dan nuansa yang penting. Jika tidak bisa didapatkan anamnesis
yang jelas dari pasien, maka anamnesis harus ditanyakan pada kerabat, keluarga atau saksi lain
( aloanamnesis ).
Cara anamnesis yang baik juga antara lain dengan cara biarkan pasien berbicara asalkan
pembicaraannya diarahkan oleh pemeriksa, mengajukan yang lebih spesifik, dan memfokuskan
perhatian pada masalah utama.1,2 Adapun keluhan utama dari klien dengan insomnia adalah
susah untuk tidur sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Selain itu terjadi kesulitan
untuk mempertahankan tidur dan tidak dapat tidur secukupnya yang mengakibatkan seseorang
terbangun sebelum mendapatkan tidur yang cukup.
Riwayat penyakit sekarang adalah kronologis dari penyakit yang di derita saat ini mulai awal
hingga di bawa ke rumah sakit. Kaji tentang kapan mulainya datang gejala/keluhan gangguan
pola tidur (insomnia),penyebab timbulnya,dampak pola tidur,alat bantu tidur,serta upaya yang
dilakukan untuk mengatasinya.1,2
Riwayat penyakit dahulu ( RPD ) juga adalah bagian penting dari anamnesis. Penting untuk
mencatat semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah
diberikan. Mencatat informasi ini secara kronologis juga sangat bermanfaat. Jika belum di bahas
saat anda membicarakan keluhan utama, RPD spesifik mungkin perlu diselidiki. Kaji apakah
pasien pernah menderita penyakit insomnia sebelumnya,menjalani pengobatan gangguan susah
tidur serta obat-obatan yang dikonsumsi.1,2
Riwayat keluarga juga penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien
karena terdapat konstribusi genetic yang kuat pada berbagai penyakit. Kaji adakah ada keluarga
yang menderita penyakit yang dialami oleh pasien,yaitu gangguan pola tidur (insomnia),serta
penyakit keturunan yang dialami keluarga yang dapat menjadi penyebab timbulnya
insomnia,seperti penyakit jantung,stroke atau asma,dll.1,2
Pemeriksaan Fisik
a) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
b) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan conjungtiva merah
c) Perilaku irritable ,kurang perhatian, pergerakan lambat,postur tubuh tidak stabil, tangan
tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung dan kurang
koordinasi.2
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang
mendeskripsikan keseluruhan observasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang
didapatkan dari pasien psikiatri saat melakukan wawancara. Walaupun riwayat pasien tetap
stabil, status mental pasien dapat berubah setiap hari atau setiap jam. Pemeriksaan status
mental adalah gambaran penampilan pasiean, cara bicara, tindakan, dan pikiran selama
wawancara.4 Bahkan bila pasien membisu, inkoheren, atau menolak menjawab pertanyaan,
dokter dapat memperoleh segudang informasi berdasarkan pengamatan yang cermat.
Meskipun format pencatatan pemeriksaan status mental para praktisi sedikit berbeda
berdasarkan organisasinya, format tersebut harus mencangkup kategori informasi tersebut.
Salah satu formatnya yaitu:4
Penampilan
Gaya bicara
Mood
Subyektif
Obyektif
Pikiran
Persepsi
Sensorium
2
Kewaspadaan
Orientasi (orang, tempat, waktu)
Konsentrasi
Ingatan (segera, jangka pendek, jangka panjang)
Kemampuan berhitung
Dasar pengetahuan
Penalaran abstrak
Diagnosis
Diagnosis Banding
Insomnia organic: Insomnia organik biasanya dipengaruhi oleh gangguan organ atau
penyakit yang diderita seseorang.
Gagal jantung pasien merasa sesak saat bernafas ketika berbaring dan sulit tidur
ISK sering BAK pada malam hari menyebabkan gangguan tidur.
DM nokturia menyebabkan gangguan tidur.4
Diagnosis Kerja
Insomnia merupakan suatu keluhan sukar tidur yang berhubungan dengan kesukaran untuk
masuk tidur, kesukaran untuk mempertahankan tidur, terbangun pagi sangat dini, dan
konsekuensi diurnal seperti kelelahan, penampilan menurun nervous dan somnolensi
Diperkirakan sepertiga populasi melaporkan adanya kesukaran tidur, wanita lebih sering
daripada pria. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya usia : terdapat 1,6%
populasi di bawah usia 20 tahun yang menderita insomnia dibandingkan dengan 11,9% populasi
usia 30-40 tahun. Pada kelompok usia di atas 40 tahun, insidensi meningkat lebih cepat pada
wanita, 40% wanita usia 40-54 tahun mengeluh insomnia dibandingkan dengan 20% pria pada
kelompok usia yang sama. Kesukaran tidur mencapal puncaknya pada kelompok usia 65 - 69
tahun, yaitu terdapat pada 40 % wanita dan 25% pria.4
Macam macam insomnia
Insomnia Primer
Ditandai dengan:
Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar meskipun
sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan
Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairment sosial,
okupasional, atau fungsi penting lainnya.
3
Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.
Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau zat.
Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan terbangun
berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke waktu. Misalnya, seseorang
yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin suatu saat mengeluh sulit
mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-kadang seseorang mengeluh tetap tidak
segar meskipun sudah tertidur. Diagnosis gangguan insomnia dibuat bila penderitaan atau
impairmentnya bermakna. 4
Seorang penderita insomnia sering berpreokupasi dengan tidur. Makin berokupasi dengan
tidur, makin berusaha keras untuk tidur, makin frustrasi dan makin tidak bisa tidur.
Akibatnya terjadi lingkaran setan.
Insomnia sekunder: disebabkan ganguan irama sirkandian,kejiwaan,masalah neurologi
atau masalah medis lainnya atau reasi obat. Insomnia ini sangat sering terjadi pada orang
tua
Insomnia kronik
Insomnia kronik disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat
disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau
pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan masalah
serius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur ( sudah berpikir
tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur
menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur.
Ketidakmampuan menghilangkan pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha
tidur dapat pula menyebabkan insomnia psikofisiologik. Selain itu, ketika berusaha untuk
tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik dan keluhan somatik lain sehingga juga
menyebabkan tidak bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur.
Insomnia ini disebut juga insomnia yang terkondisi.
Mispersepsi terhadap tidur dapat pula terjadi. Diagnosis ditegakkan bila seseorang
mengeluh tidak bisa masuk atau mempertahankan tidur tetapi tidak ada bukti objektif
adanya gangguan tidur. Misalnya, pasien mengeluh susah masuk tidur (lebih dari satu
jam), terbangun lebih lama (lebih dari 30 menit), dan durasi tidur kurang dari lima jam.
Tetapi dari hasil polisomnografi terlihat bahwa onset tidurnya kurang dari 15 menit,
efisiensi tidur 90%, dan waktu tidur totalnya lebih lama. Pasien dengan gangguan seperti
ini dikatakan mengalami mispersepsi terhadap tidur. 4
Insomnia idiopatik
Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan dini. Kadangkadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut selama hidup.
Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia
otak di formasio retikularis batang otak atau disfungsi forebrain.
Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang dieksaserbasi pada malam
hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunan
mood (risiko depresi dan anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi, dan konsentrasi,
serta menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang dan menyebabkan lansia
tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan.
Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan tidur
4
kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh kali
selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi
selama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu dipikirkan
adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat mencapai fase
tidur yang dalam karena sering terbangun.
(4) Faktor dietetik. Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan
malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan keseimbangan
yang optimal, sehingga dapat mempengaruhi metabolisme neurotransmitters dalam
otak. Makanan yang terlalu monoton, seperti makan jagung yang kurang divariasi
dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia. Dengan diet yang tidak seimbang ini
maka sedikit sekali triptofan dikirim ke otak dan ini mempengaruhi intesis dan
serotonin. Kurangnya produksi serotonin akan mengganggu proses tidur dan terjadilah
insomnia. Diduga bahwa mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur,
tetapi hal ini masih dalam penyelidikan.
(5) Efek obat dan efek putus obat. Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah
pola tidur. ini dapat direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipnogram. Obatobatan seperti monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi
dan teh, bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung
minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah. Akan
tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat dilihat dari
hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal, sehingga pada
waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk pada siang harinya.
Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat untuk mempermudah
masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.6
(6) Faktor psikologik. Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang
menjadi dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar
masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah malam
dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak segar.
Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula menyebabkan
terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan skizofrenia.
Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi
Sebagaimana tadi telah dikatakan, mereka yang menderita insomnia sering berusaha
mengobati dir sendiri dengan menggunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan
akibat ketergantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol
memperbaiki masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam,
sehingga mereka yang menggunakan alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun
dengan perasaan kurang segar. Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan
adanya rebound phenomena yang dirasaka oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang
tidak enak. Untuk menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka digunakan obat
penenang lagi dan seterusnya, sehingga timbul ketergantungan psikik yang dapat menjadi
ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat
atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk mengobati
diri sendiri, yaitu pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu
yang dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin, MAO inhibitors dan
obat-obat untuk menguruskan tubuh.6
Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik
7
Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman, kamar
tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya. Di
samping itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang merangsang sebelum tidur,
seperti kopi atau teh kental, makan terlalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada
hal-hal besar, sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal dengan
Sunday night insomnia, melakukan usaha yang memerlukan pikiran yang intensif sebelum
tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan akuntansi yang ruwet, dan
sebagainya.6
Pengkondisian negatif
Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa tidur dan
untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan tertentu dengan
maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak bisa tidur.
Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa
yang ditakutkan itu terlaksana benar-benar (self-fulfilling prophecy). Ada pula yang
sebelumnya adalah orang yang dapat tidur dengan normal, tetapi sewaktu mengalami
suatu stres melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik untuk tidur. Setelah stres
hilang, dia tetap menderita insomnia. Keadaan ini juga disebut insomnia psikofisiologik.6
Sebab-sebab Insomnia
Tidak semua insomnia didasari oleh adanya suatu kondisi psikopatologik. Insomnia dapat
pula disebabkan karena kondisi atau penyakit fisik dan karena faktor ekstrinsik seperti
suara atau bunyi, suhu udara, tinggi suatu daerah, penggunaan bahan-bahan yang
mengandung stimulansia susunan saraf pusat.
1. Suara atau bunyi: biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi
sehingga tidak mengganggu tidurnya. Yang penting sering bukan intensitasnya
tetapi makna dan suara itu. Misalnya seorang yang takut diserang atau
dirampok, pada malam hari ia terbangun berkali-kali hanya karena suara yang
halus sekalipun. Bila intensitas rangsang cukup tinggi maka Arousal Promoting
System akan membangunkan kita.7
2. Suhu udara : kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang
menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah ia memakai selimut, bila
suhu tinggi ia memakai pakaian tipis. Insomnia sering dijumpai di daerah tropik.
3. Tinggi suatu daerah: Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada
mountain sickness, terjadi pada pendaki gunung yang lebih dan 3500 meter di
atas permukaan laut. Hipoksia hipobanik dapat mempengaruhi Sleep Promoting
System secara langsung. Demikian juga nafas yang lebih cepat merupakan
tambahan rangsang terhadap Arousal Promoting System.7
4. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia
susunan saraf pusat : Insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan
seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan
obat-obat pengurus badan yang mengandung amfetamin atau yang sejenis.
5. Penyakit jasmani tertentu: misalnya arteriosklerosis, tumor otak, demensia
presenil, tirotoksikosis, Sindrom Cushing, demam, kehamilan normal trimester
ketiga, rasa nyeri, diabetes melitus, ulkus duodeni, artritis reumatika, cacing
keremi pada anak, tuberkulosis paru yang berat, penyakit jantung koroner
tertentu.
8
o Higene tidur
Memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur merupakan
syarat mutlak untuk gangguan tidur. Jadual tidur-bangun dan latihan fisik
sehari-hari yang teratur perlu dipertahankan. Kamar tidur dijauhkan dari
suasana tidak nyaman. Penderita diminta menghindari latihan fisik berat
sebelum tidur. Tempat tidur jangan dijadikan tempat untuk menumpahkan
kemarahan. Perubahan kebiasaan, sikap, dan lingkungan ini efektif untuk
memperbaiki tidur. Edukasi tentang higene tidur merupakan intervensi efektif
yang tidak memerlukan biaya.6
Hasil terapi ini jarang terlihat pada beberapa bulan pertama. Bila
kebiasaan ini terus dipraktikkan, gangguan tidur akan berkurang baik
frekuensinya maupun beratnya. 6
o
Kesimpulan
Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. Gangguan ini merupakan
keluhan tidur yang paling lazim ditemui dan bersifat menetap atau sementara.
Faktor insomnia bisa berasal dari kondisi psikis (anxietas, depresi), penyakit fisik, faktor
ekstrinsik (suhu, suara bunyi, tinggi suatu daerah, penggunaan bahan-bahan yang mengandung
stimulansia susunan saraf pusat)..
Gejala klinis insomnia yang paling khas adalah pada malam hari suka kebangun kemudian susah
untuk tidur lagi dan pada siang hari keinginan untuk tidur sangat kuat.
Pengobatan yang dilakukan biasanya menggunakan obat penenang seperti golongan
benzodiazepin (nitrazepam, flurazepam, estazolam), dan non-benzodiazepam (zolpidem).
Daftar pustaka
1. Gleadle J. At glance anamnesis dan pemeriksaaan fisik. Jakarta: Erlangga Medical Series;
2007. h. 12-5; 102-4; 206-9.
2. Harold IK, Benjamin JS. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakart: Widya Medika; 2003. Hal
315-9.
3. Kaplan I Harold, Sadock J benyamin. Ilmu kedokteran jiwa darurat . jakarta : Widya
Medika: 2003. hal 315-320
4. Isselbacher, Braunwald, Martin, Wilson, Fauci, Kasper. Harison Prinsip Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam . Vol 1. Edisi 13. Jakarta : penerbit buku kedokteran ECG: 2004.hal 194195
5. Dewanto George. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG : 2009. Hal 188-192
13
6. Rudi M. Panduan praktik penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ke-3. Jakarta: PT
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2007. Hal 42-46.
7. Benjamin JS, Virginia AS. Buku ajar psikiatri klinis. Dalam: Husny M, Retna NES,
penyunting. Pemeriksaan Tidur normal dan gangguan tidur. Ed ke-2. Jakarta: EGC; 2010.
Hal 339-44
14