Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Mekanisme Pendesakan
Proses penginjeksian air (water flooding) dari permukaan bumi ke dalam reservoir minyak adalah
didasarkan pada suatu kenyataan bahwa air aquifer berperan sebagai pengisi atau pengganti minyak yang
terproduksi, disamping berperan sebagai media pendesak. Sedangkan pertimbangan dilakukan water
flooding adalah bahwa sebagian besar batuan reservoir bersifat water wet (sifat kebasahan), sehingga fasa
air lebih banyak ditangkap oleh batuan akibatnya minyak akan terdesak dan bergerak ketempat lain
(permukaan sumur). Untuk reservoir minyak yang mempunyai viskositas lebih 200 cp akan sulit dilakukan
proses injeksi air karena akan terjadi fingering yang hubungannya dengan mobilitas. Begitu pula dengan
reservoir yang heterogen akan cenderung fingering (Gambar 4.1.), maka perlu ditambah polimer untuk
mengurangi masuknya air pada zona-zona yang permeable. Untuk reservoir strong water drive percuma
dilakukan injeksi air, lebih baik jika dilakukan pada reservoir depletion drive.
Injeksi air merupakan salah satu metode EOR yang paling banyak dilakukan sampai saat ini.
Pemakaian injeksi air sebagai metode untuk menaikkan perolehan minyak dimulai pada tahun 1880 setelah
John F.Carll menyimpulkan bahwa air tanah dari lapisan yang lebih dangkal dapat membantu produksi
minyak. Tujuan untuk dilakukannya injeksi air adalah untuk mengimbangi penurunan tekanan reservoir
dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir.
2. Screening Criteria
Pertimbangan lain dilakukan injeksi air adalah :
a. Saturasi minyak sisa (Sor) cukup besar
b. Recoverynya 30% _ 40% dari original oil in place (OOIP)
c. Air murah dan mudah diperoleh
d. Mudah menyebar ke seluruh reservoir dan kolom air memberikan tekanan yang cukup besar
dan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi.
e. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak mengurangi
besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan, jika dibandingkan dengan injeksi
gas, dari segi berat air sangat menolong.
f. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor sesudah injeksi air = 30% cukup
mudah didapat.
3. Gambar Skematis Mekanisme
Berdasarkan Persamaan (4-1) terlihat bahwa efek gravity segregation akan mencapai harga maksimum
jika :
a. Harga permeabilitas minyak besar.
b. Viscositas minyak rendah, sedangkan rapat massanya besar.
c. Penampang aliran (A) besar.
d. Mempunyai kemiringan lapisan yang besar.
e. Kecepatan penginjeksian rendah.
Dengan.adanya efek gravity segregation ini, maka harga fraksi aliran yang didapat akan semakin kecil,
sehingga Sg akan bertambah. Dengan demikian akan memperbesar recovery minyak sampai gas breaktrough
injeksi tercapai.
3. Screening Criteria
4. Sifat-sifat CO2
Perubahan sifat kimia fisika yang disebabkan oleh adanya injeksi CO 2 adalah:
a. Pengembangan volume minyak
b. Penurunan viscositas
c. Kenaikan densitas
d. Ekstraksi sebagian komponen minyak
4. Kelebihan dan Kekurangan
Ada beberapa alasan (kelebihan utama), sehingga dilakukan injeksi CO2 yaitu :
a. Injeksi CO2 mengembangkan minyak dan menurunkan viskositas.
b. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi, penguapan, dan pemindahan
kromatologi.
c. Injeksi CO2 bertindak sebagai solution gas drive sekalipun fluida tidak bercampur sempurna.
d. Permukaan fluida campur (miscible front) jika rusak akan memperbaiki diri.
e. CO2 akan bercampur dengan minyak yang telah berubah menjadi fraksi C 2-C6.
f. CO2 mudah larut di air menyebabkan air mengembang dan bersifat agak asam.
g. Miscibility dapat dicapai pada tekanan diatas 1500 psi pada beberapa reservoir.
h. CO2 merupakan zat yang tidak berbahaya, gas yang tidak mudah meledak dan tidak menimbulkan
problem lingkungan jika hilang ke atmosfir dalam jumlah yang relatif kecil.
i. CO2 dapat diperoleh dari gas buangan atau dari reservoir yang mengandung CO 2.
Sedangkan beberapa kekurangan injeksi CO2 adalah seabagai berikut :
a. Kelarutan CO2 di air dapat menaikkan volume yang diperlukan selama bercampur dengan minyak.
b. Viskositas yang rendah dari setiap gas CO 2 bebas pada tekanan reservoir yang rendah akan
menyebabkan penembusan yang lebih awal pada sumur produksi sehingga mengurangi effisiensi
penyapuan.
c. Setelah fluida tercampur terbentuk, viskositas minyak lebih rendah dari pada minyak reservoir
sehingga menyebabkan fingering dan penembusan yang belum waktunya. Untuk mengurangi
fingering maka diperlukan injeksi slug water.
d. CO2 dengan air akan membentuk asam karbonik yang sangat korosif.
e. Injeksi alternatif slug CO 2 dan air memerlukan sistem injeksi ganda dan hal ini akan menambah
biaya dan kerumitan sistem.
f. Diperlukan injeksi dalam jumlah yang besar (5 10 MCF gas untuk memproduksi satu STB
minyak).
g. Sumber CO2 biasanya tidak diperoleh ditempat yang berdekatan dengan proyek injeksi CO 2 sehingga
memerlukan pemipaan dalam jarak yang panjang.
3. Screening Criteria
Injeksi Alkaline
1. Mekanisme Pendesakan
Injeksi alkaline merupakan proses yang sederhana dan relatif tidak mahal dalam pelaksanaannya, tetapi
memiliki mekanisme pendesakan yang kompleks. Beberapa mekanisme yang ada, yaitu penurunan tegangan
antarmuka, emulsifikasi, perubahan kebasahan, dan penghancuran rigid interfacial film. Akibat dari mekanismemekanisme tersebut secara makroskopis adalah adanya perbaikan areal dan volumetric sweep efficiency, yaitu
dengan perubahan mobilitas ratio atau perubahan permeabilitas minyak-air.
Secara mikroskopis adalah merubah minyak yang tidak dapat bergerak (immobile) dalam media berpori
menjadi dapat bergerak (mobile), yaitu dengan emulsifikasi dan penurunan tegangan permukaan.
Emulsifikasi. Konsentrasi NaOH, pH dan salinitas yang optimum serta konsentrasi asam pada minyak di
reservoir yang mencukupi akan menyebabkan terjadinya emulsifikasi di formasi. Hasil penelitian laboratorium
menunjukkan bahwa dengan menginjeksikan emulsi minyak dalam air (water in oil emulsion) hasilnya akan
lebih baik dibanding injeksi dengan air.
Penurunan Tegangan Antarmuka. Bila viskositas dan kecepatan konstan, maka untuk menaikkan
bilangan kapiler dilakukan dengan menurunkan tegangan antarmuka sampai ribuan kali atau lebih.
Perubahan Kebasahan. Perubahan kebasahan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan
tekanan kapiler. Terdapat dua kemungkinan perubahan kebasahan, yaitu water wet menjadi oil wet dan oil wet
menjadi water wet. Pada water wet menjadi oil wet, terjadi:
a)
Konsentrasi zat perubah kebasahan naik, maka batuan water wet berubah menjadi oil wet
b)
Zat perubah kebasahan bereaksi dengan organic acid dan menurunkan tegangan antarmuka
c)
Konsentrasi zat perubah kebasahan turun sehingga batuan berubah lagi menjadi water wet
d)
Minyak akan lepas dari batuan dan mengalir bersama dengan air injeksi
Sedangkan pada perubahan oil wet menjadi water wet terjadi penurunan tegangan antarmuka yang menjadikan
batuan berubah menjadi water wet
Perubahan Rigid Interfacial Tension. Film ini akan hancur dan masuk ke dalam minyak, tetapi
prosesnya sangat lambat. Bila film ini masuk ke dalam ruang pori yang kecil, maka ia akan melipat membentuk
simpul-simpul yang mengakibatkan minyak tidak dapat keluar dari media berpori. Padatan film dengan injeksi
alkaline akan pecah atau larut terbawa gerakan minyak sisa.
2. Screening Criteria
Injeksi alkalin atau kaustik merupakan suatu proses dimana pH air injeksi dikontrol pada kisaran harga
12-13 untuk memperbaiki perolehan minyak. Beberapa sifat batuan dapat mempengaruhi terhadap injeksi alkalin.
Ion divalen dalam air di reservoir, jika jumlahnya cukup banyak dapat mendesak slug alkalin karen
mengendapnya hidroksida-hidroksida yang tidak dapat larut.
Gypsum dan anhydrit jika jumlahnya melebihi dibandingkan dengan jumlahnya yang ada di dalam tracer
akan menyebabkan mengendapnya Ca(OH)2 dan membuat slug NaOH menjadi tidak efektif. Clay dengan
kapasitas pertukaran ion yang tinggi dapat menghasilkan slug NaOH dengan menukar hidrogen dari sodium.
Limestone dan dolomit bersifat tidak reaktif dan reaksi dengan komponen silika di dalam batu pasir sangat
lambat dan tidak lengkap, sedangkan reseistivitas alkalin dengan batuan reservoir dapat ditentukan di
laboratorium.
Dari pengalaman di lapangan, penggunaan kosurfaktan ini, ternyata dapat meningkatkan recovery
minyak sampai 20%. Hal ini disebabkan karena selain ikut mendesak, surfaktan juga turut melarutkan minyak.
Zat tambahan lain yang sering dipakai adalah larutan elektrolit NaCl yang digunakan sebagai preflush,
untuk menggerakkan air formasi yang tidak cocok dengan komposisi slug surfaktan.
Pemilihan bahan dilakukan berdasarkan pH tertinggi, sebab pH yang tinggi akan mengakibatkan
penurunan tegangan permukaan minyak. Bahan kimia yang menghasilkan pH tinggi pada konsentrasi yang
rendah adalah NaOH. Hasil pengamatan laboratorium menunjukkan bahwa kondisi optimum pada injeksi
alkaline dicapai dengan konsentrasi NaOH 0,1 % berat dan ukuran slugnya sekitar 15% volume pori. Bahan
kimia injeksi ini paling murah dibandingkan dengan bahan untuk injeksi kimia lainnya.
API
< 30
API
Viskositas
< 200
cp
Salinitas
< 20000 ppm
Minimum Saturasi Minyak
Kedalaman
< 8000 ft
Jenis Formasi
Sandstone
Permeabilitas Rata-rata
20
mD
Temperatur
< 200
F
Wettabilitas
Pref. WW
Injeksi Polymer
1. Mekanisme Pendesakan
Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang disempurnakan. Penambahan polimer ke dalam
air injeksi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fluida pendesak, dengan harapan perolehan minyaknya akan
lebih besar. Injeksi polimer dapat meningkatkan perolehan minyak yang cukup tinggi dibandingkan dengan
injeksi air konvensional. Jika minyak reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan dengan air pendesak, maka air
cenderung menerobos minyak, hal ini akan menyebabkan air cepat terproduksi, sehingga effisiensi pendesakan
dan recovery minyak rendah.
Penambahan sejumlah polimer ke dalam air, akan meningkatkan viskositas air sebagai fluida pendesak,
sehingga mobilitas air sendiri menjadi lebih kecil dari semula dengan demikian mekanisme pendesakan menjadi
lebih efektif. Polimer ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan invasi, sehingga Sor yang
terakumulasi dalam media pori yang lebih kecil akan dapat lebih tersapu dan terdesak.
2. Screening Criteria
API
< 25
API
Viskositas
< 100
cp
Salinitas
< 20000
ppm
Kedalaman
< 8000
ft
Jenis Formasi
Sandstone atau Carbonat
Permeabilitas Rata-rata
20
mD
Temperatur
< 200
F
Wettabilitas
Pref. WW
3. Kelebihan
a. Meningkatkan viskositas fluida pendesak sehingga menurunkan mobilitas air.
b. Meningkatkan sweep efficiency dan emulsifikasi.
c. Pengaplikasiannya lebih sederhana.
d. Biaya operasional relatif murah.
e. Meningkatkan recovery.
4. Kekurangan
a. Salinitas dan keasaman reservoit yang tinggi akan merusak ikatan kimia polymer.
b. Mekanisme pendesakannya sangat kompleks.
Injeksi Surfactant
1. Mekanisme Pendesakan
Larutan surfactant yang merupakan microemulsion yang diinjeksikan ke dalam reservoir. Injeksi
surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak
yang terjebak oleh tekanan kapiler, sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan
larutan surfaktan. Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan
kapiler. Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak yang tertinggal. Pada surfaktan
flooding kita tidak perlu menginjeksikan surfaktan seterusnya, melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya,
yaitu air yang dicampur dengan polymer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya diinjeksikan air.
Mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembung-gelembung minyak melalui film air yang tipis,
yang merupakan pembatas antara batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak. Surfactant memulai
perannya sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air.
Molekul-molekul surfactant yang mempunyai rumus kimia RSO 3H akan terurai dalam air menjadi ionion RSO3- dan H+. Slug surfactant setelah diinjeksikan kemudian diikuti oleh larutan polimer. Ion-ion RSO3- akan
bersinggungan dengan gelembung-gelembung minyak. Ia akan mempengaruhi ikatan antara molekul-molekul
minyak dan juga mempengaruhi adhesion tension antara gelembung-gelembung minyak dengan batuan reservoir.
Akibatnya ikatan antara gelembung-gelembung minyak akan semakin besar dan adhesion tension semakin kecil,
sehingga terbentuk oil bank yang kemudian didesak dan diproduksikan. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya fingering dan chanelling. Surfactant + cosurfactant harganya cukup mahal. Di satu pihak polymer
melindungi bank ini sehingga tidak terjadi fingering menerobos zone minyak dan di lain pihak melindungi
surfactant bank dari terobosan air pendesak.
Agar efektivitas slug surfactant dalam mempengaruhi sifat kimia fisika sistem fluida di dalam batuan
reservoir dapat berjalan baik, maka hal-hal diatas harus diperhatikan. Misalnya mobilitas masing-masing larutan
harus dikontrol. Mobilitas slug surfactant harus lebih kecil dari mobilitas minyak dan air di depannya.
2. Screening Criteria
Untuk memperbaiki kondisi reservoir yang tidak diharapkan, seperti konsentrasi ion bervalensi dua,
salinitas air formasi yang sangat tinggi, serta absorbsi batuan reservoir terhadap larutan dan kondisi-kondisi lain
yang mungkin dapat menghambat proses surfaktan flooding, maka perlu ditambahkan bahanbahan kimia yang
lain seperti cosurfaktan (umumnya alkohol) dan larutan NaCl.
Selain kedua additive di atas, yang perlu diperhatikan dalam operasi surfaktan flooding adalah kualitas
dan kuantitas dari zat tersebut. Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan dalam penggunaan
surfactant untuk meningkatkan perolehan minyak.
Konsep pertama adalah larutan yang mengandung surfactant dengan konsentrasi rendah diinjeksikan.
Surfactant dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam jumlah yang setimbang dengan gumpalangumpalan surfactant yang dikenal sebagai micelle. Sejumlah besar fluida (sekitar 15 60% atau lebih)
diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air, sehingga dapat
meningkatkan perolehan minyak.
Pada konsep kedua, larutan surfactant dengan konsentrasi yang lebih tinggi diinjeksikan ke dalam
reservoir dalam jumlah yang relatif kecil (3 20% PV). Dalam hal ini, micelles yang terbentuk bisa berupa
dispersi stabil air di dalam hidrokarbon atau hidrokarbon di dalam air.
API
< 25
API
Viskositas
< 100
cp
Salinitas
< 20000 ppm
Kedalaman
< 8000 ft
Jenis Formasi
Sandstone
Permeabilitas Rata-rata
20
mD
Temperatur
< 200
F
Wettabilitas
WW or OW
3. Parameter yang Mempengaruhi Injeksi Surfactant
Adsorbsi. Persoalan yang dijumpai pada injeksi surfactant adalah adsorbsi batuan reservoir terhadap
larutan surfactant. Adsorbsi batuan reservoir pada slug surfactant terjadi akibat gaya tarik-menarik antara
molekul-molekul surfactant dengan batuan reservoir dan besarnya gaya ini tergantung dari besarnya afinitas
batuan reservoir terhadap surfactant. Jika adsorbsi yang terjadi kuat sekali, maka surfactant yang ada dalam slug
surfactant menjadi menipis, akibatnya kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air semakin
menurun.
Konsentrasi Slug Surfactant. Konsentrasi surfactant juga berpengaruh besar terhadap terjadinya
adsorbsi batuan reservoir pada surfactant. Konsentrasi surfactant yang digunakan makin pekat, maka akan
semakin besar adsorbsi yang diakibatkannya mencapai titik jenuh.
Clay. Clay yang terdapat dalam reservoir harus diperhitungkan karena clay dapat menurunkan recovery
minyak, disebabkan oleh sifat clay yang suka air (Lyophile) menyebabkan adsorbsi yang terjadi besar sekali.
Salinitas. Salinitas air formasi berpengaruh terhadap penurunan tegangan permukaan minyak-air oleh
surfactant. NaCl untuk konsentrasi garam-garam tertentu akan menyebabkan penurunan tegangan permukaan
minyak-air tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan karena ikatan kimia yang membentuk NaCl adalah ikatan ion
yang sangat mudah terurai menjadi ion Na+ dan ion Cl-, begitu juga halnya dengan molekul-molekul surfactant.
Surfactant di dalam air akan mudah terurai menjadi ion RSO3- dan H+. Konsekuensinya bila pada operasi injeksi
surfactant terdapat garam NaCl, maka akan membentuk HCl dan RSO3Na, dimana HCl dan RSO3Na bukan
merupakan zat aktif permukaan dan tidak dapat menurunkan tegangan permukaan minyak-air.
4. Kelebihan
a. Meningkatkan efisiensi pendesakan.
b. Menurunkan tegangan antar muka.
c. Menurunkan tekanan kapiler.
d. Dapat diaplikasikan bersama dengan polymer.
5. Kekurangan
a. Biaya operasional relatif mahal.
b. Terjadi degradasi ikatan kimia pada temperatur reservoir yang tinggi.
6. Gambar Skema Mekanisme Pencampuran Injeksi
= porositas, fraksi.
Mula-mula minyak akan didesak oleh air dingin sebelum front panas sampai. Air panas akan mendingin
lebih cepat dalam jari-jari yang kecil (small fingers), sehingga panas berjalan lambat dalam reservoir.
Akibat dari hot water drive lebih buruk daripada cold water drive sebab hot water kurang viscous
dibandingkan dengan cold water. Tetapi hakikatnya masih mendorong minyak dingin. Berangsur-angsur
kemudian kehilangan panas dari hot water channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara konduksi.
Hal ini akan mengurangi viscositas minyak dan meningkatkan efek water drive.
Temperatur yang lebih tinggi dalam hot water channels akan mengurangi oil/water viscosity ratio. Hal
tersebut mengakibatkan pendesakan lebih efektif dan saturasi minyak yang tersisa lebih rendah pada bagian yang
tersapu dari lapisan minyak. Penambahan keuntungan dari injeksi air panas biasanya terjadi setelah breakthrough
air dingin pada sumur produksi, dan kenaikkan recovery minyak biasanya disertai dengan tingginya WOR (Water
Oil Ratio).
2. Screening Criteria
API
>10
API
Viskositas
100-1000 cp
Komposisi
Tidak kritis
Kedalaman
400-1000 ft
Jenis Formasi
Sandstone atau limestone
Permeabilitas Rata-rata
20
mD
Saturasi Minyak
>40
%PV
Temperatur
Tidak kritis
Tekanan
Tidak kritis
3. Kelebihan
a. Proses pendesakan panas sangat simpel dan dapat berfungsi sebagai water flood.
b. Design dan operasinya sebagian besar dapat menggunakan fasilitas water flood.
c. Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood conventional.
4. Kekurangan
a. Air mempunyai kapasitas panas yang rendah dibanding steam.
b. Perlu adanya treatment khusus untuk mengontrol korosi, problem scale, swelling, dan emulsi.
c. Pada sand yang tipis, sejumlah panas akan hilang pada overburden dan underburden. Hal ini akan
menjadi kritis apabila formasi underburdendan overburden berupa shale.
d. Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah dan formasi sand yang tipis.
Injeksi Uap
1. Mekanisme Pendesakan
Proses pelaksanaan injeksi uap hampir sama dengan injeksi air. Uap diinjeksikan secara terus-menerus
melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak akan diproduksikan melalui sumur produksi yang berdekatan.
Ada dua macam injeksi uap yang dapat dilakukan yaitu:
Stimulasi uap (steam soak). Pada proses ini terdapat tiga tahap kejadian.
Tahap pertama, sejumlah uap kualitas tinggi diinjeksikan ke dalam sumur dengan rate injeksi yang besar.
Tahap kedua, sumur ditutup beberapa minggu agar uap dapat memanaskan minyak yang ada disekeliling
lubang sumur agar menjadi encer (viskositas rendah).
Pada tahap ketiga, sumur dibuka dan diproduksikan sampai laju produksi menurun, dan pada seat ini uap
diinjeksikan kembali untuk mengulangi proses tersebut. Pada steam soak sumur injeksi dan produksi adalah
sama, sehingga pada saat produksi lapisan di sekitar sumur menjadi bersih dan permeabilitasnya dapat
meningkat. Metoda ini dapat berlangsung dengan baik pada reservoir yang dangkal.
Pendesakan Uap. Pada proses ini uap diinjeksikan untuk memanaskan dan mendesak minyak berat ke
sumur produksi. Pada saat uap mengalir ke dalam batuan yang mengandung minyak, uap berubah menjadi air
panas karena temperatur turun akibat pelepasan panas dari uap ke batuan dan fluida teservoir. Uap tidak hanya
menyebabkan viskositas minyak turun dengan kenaikan temperatur, tetapi juga menyebabkan pendesakan
minyak.
Kehilangan panas pada injeksi uap terjadi sejak uap keluar dari generator hingga uap tersebut mencapai
reservoir. Kandungan panas uap sebagian akan hilang dipermukaan, dalam sumur injeksi serta di lapisan cap rock
dan base rock yang berhubungan dengan pengembangan zone uap.
Kehilangan Panas di Permukaan. Fluida panas meninggalkan generator mengalir melalui stream line di
permukaan menuju ke well head. Keadaan ini akan menyebabkan terjadi kehilangan sebagian panas yang
disebabkan karena adanya perbedaan temperatur fluida di sekelilingnya. Kehilangan panas yang terjadi dapat
diperkecil dengan memberi isolasi pada stream line. Kehilangan panas di permukaan disebabkan oleh
perpindahan panas konduksi melalui pipa dan isolasinya, sedangkan pada bagian dalam dan luar pipa disebabkan
oleh konveksi.
2 K ins l Ti To
Qsurface
ro K ins
ri ho ro
ln
Keterangan:
Kins= konduktivitas thermal isolasi, BTU/jam-ft- 0F.
l = panjang pipa,ft.
Ti = temperatur dalam pipa, 0F.
To = temperatur di luar pipa, 0F.
2 rto to Kh
l2
Tst b l a
Qwb
Kh rto to
2
Kehilangan panas di sumur injeksi. Laju kehilangan panas di
sumur injeksi ini jumlahnya lebih besar dibandingkan di streamline. Hal ini disebabkan karena adanya
perpindahan panas dari fluida panas ke formasi di sekitar lubang sumur. Pengurangan kehilangan panas dalam
proyek injeksi uap yang lebih besar di lubang sumur, maka digunakan tubing berisolasi. Hal ini di maksudkan
untuk mengurangi pengaruh panas terhadap casing yang sudah disemen.
Keterangan:
Qwb = laju kehilangan panas di dasar sumur, BTU/jam.
rto = jari-jari luar tubing, ft.
to = koefisien overall heat transfer, BTU/jam-ft2-F.
Kh = konduktivitas panas formasi, BTU/jam-ft-F.
f(t) = fungsi konduksi panas transient, tak berdimensi.
Tst
b
L
a
=
=
=
=
temperatur uap, F.
temperatur geothermal permukaan, F.
panjang tubing, ft.
gradient geathermal, F/ft.
Kehilangan Panas di Reservoir. Kehilangan panas ke cap rock den base rock dapat dinyatakan sebagai
fraksi dari total injeksi panas
1
t
Wc 1 e td erfc t D 2 D 1
t D
Keterangan :
tD
= tak berdimensi.
t
h
= waktu, hari.
= ketebalan formasi, ft.
2. Screening Criteria
API
Viskositas
Komposisi
Kedalaman
Jenis Formasi
Permeabilitas Rata-rata
Porositas
Temperatur
Tekanan
10-34 API
15000 cp
Tidak kritis
3000 ft
Sandstone atau carbonate
250
mD
20
%
700
F
1500
psia
3. Kelebihan
a. Uap mempunyai kandungan panas yang lebih besar dari pada air, ehingga efisiensi pendesakan lebih
efektif.
b. Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air panas untuk jumlah input energi yang sama.
c. Di dalam formasi akan berbentuk zone steam dan zone air panas, dimana masing-masing zone ini
akan mempunyai peranan terhadap proses pendesakan minyak ke sumur produksi.
d. Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP.
4. Kekurangan
a. Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi, sehingga perlu pemasangan isolasi pada pipa.
b. Spasi sumur harus rapat, karena adanya panas yang hilang dalam formasi.
c. Terjadinya problem korosi, scale maupun emulsi.
d. Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada bagian atas akan tersaturasi steam, sehingga
efisiensi pendesakan pada formasi bagian atas sangat baik. Oleh karena itu secara keseluruhan
efisiensi
e. Pendesakan vertikalnya kurang baik.
f. Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar, tergantung pada faktor heterogenitas batuan.
5. Gambar Skematik Mekanisme Pendesakan
4. Kelebihan
a. Kecuali untuk minyak yang memberikan coke dalam jumlah kurang dari 1 lb/cuft dan ketebalan
reservoir 10 ft atau kurang, pemanasan reservoir dengan menggunakan injeksi uap lebih murah
dibandingkan forward combustion.
b. Untuk ketebalan, tekanan dan laju injeksi panas yang tertentu, salah satu proses mungkin dapat lebih
murah tergantung pada konsumsi bahan bakar dan kedalaman reserevoir. Namun jika harga bahan
bakar meningkat, biaya pemanasan dengan menggunakan injeksi uap menjadi lebih besar.
c. Endapan coke yang semakin meningkat dapat membuat injeksi uap lebih menguntungkan.
d. Kehilangan panas di lubang sumur yang bertambah karena bertambahnya kedalaman akan membuat
forward combustion lebih menguntungkan.
e. Jika jarak yang harus dipanasi dalam reservoir bertambah, pemanasan dengan menggunakan
combustion lebih menguntungkan.
f. Jika ketebalan pasir berkurang dan tekanan bertambah, combustion lebih menguntungkan
dibandingkan injeksi uap.
g. Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi relatif lebih menguntungkan dibandingkan
dengan udara.
5. Kekurangan
a. In-situ combustion memiliki kecenderungan hanya menyapu minyak bagian atas daerah minyak
sehingga penyapuan vertikal pada formasi yang sangat tebal biasanya buruk.
b. Kebanyakan panas yang dihasilkan dari in-situ combustion tidak digunakan dalam pemanasan minyak,
sebaliknya digunakan untuk memanaskan lapisan oil-bearing, interbedded shale dan tudung serta dasar
batuan.
c. Minyak yang kental dan berat cocok untuk in-situ combustion sebab memberikan bahan bakar yang
diperlukan. Tetapi perbandingan udara terhadap minyak yang dibutuhkan tinggi, sementara harga jual
pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan minyak ringan.
d. Instalasi in-situ combustion memerlukan biaya investasi yang besar, tetapi instalasi permukaan
mengkonsumsi bahan bakar lebih sedikit dibandingkan peralatan air panas atau generator uap.
6. Gambar Skematik Pendesakan
Injeksi Mikroba
1. Mekanisme Pendesakan
2. Screening Criteria