perlunya
pengelolaam
setiap
pola penggunaan lahan maupun pengelolaan lahan secara optimal yang tentu
saja tetap memperhatikan fungsi ekonomi, ekologi dan keberlanjutan. Luas
lahan yang tadinya cukup untuk melakukan sistem pertanian di tekan oleh
bertambahnya jumlah penduduk yang ada dan pembangunan yang sedang
dalam masanya. Pengembangan lahan akan sangat penting ketika fungsi
lahan akan berubah menjadi fungsi lainnya (Nasution, 2005).
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan
rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau
tanaman budidaya lainnya. Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok
tanam padi. Sawah sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain
adalahsawah berpengairan teknis, setengah teknis dan tadah hujan.
Perbedaan antara sawah dan tegalan adalah; di lokasi sawah, terdapat
pematang namun pada tegalan tidak ditemukan pematang (Pratiwi, 2004).
Air pengairan diberikan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan, evapotranspirasi, perkolasi, dan kehilangan pada saluran. Hal ini
pada dasarnya disesuaikan pada kondisi lahan yang ada. Apabila lahan
pertanian berada dalam kondisi yang cukup air, maka efisiensi penggunaan
air akan meningkat dan akn meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani (Kurnia 2004).
Bertanam padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternatif
teknologi baru. Sistem ini dapat menghemat air lebih dari 30%, tenaga
kerja, dan biaya pengolahan tanah. Produksinya tidak berbeda dengan
sistem penanaman bisaa (Muhajir 2008).
Padi sawah tidak hanya memberikan respon yang lebih baik pada
kondisi aerob dibandingkan dengan anaerob, namun sekaligus pada kondisi
aerob dapat meningkatkan produktivitasnya. Pemberian bahan organik,
khususnya dari kotoran sapi ke lahan sawah sebaiknya pada kondisi aerob
(tidak tergenang). Teknik budidaya padi sawah secara aerobik di samping
meningkatkan
produktivitasnya,
sekaligus
meningkatkan
efisiensi
rendah.Pengelolaan
tegal
pada
umumnya
jarang
tegal,
vegetasi
yang
menutupinya
didominasi
oleh
berbagai
jenis
sekalipun lama tidak dipupuk, bahkan sering dapat menjadi lebih baik.
Dalam dua atau tiga tahun yang pertama hasil tanah yang baru saja dibuka
akan merosot dengan cepat, jika tidak dipupuk; tetapi setelah 10 atau 20
tahun hasil panenan itu biasanya menjadi stabil untuk waktu yang boleh
dikatakan tak terbatas (Tejasarwana 2001).
4. Analisis Subsistem Perkebunan (teh, kopi, karet)
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya
terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan
komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke
tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami
oleh tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau tanaman
hortikultura seperti pisang, anggur, atau anggrek. Dalam pengertian bahasa
Inggris, "perkebunan" dapat mencakup plantation dan orchard
(Widagdo 2000)
Perkebunan merupakan usaha penanaman tumbuhan secara teratur
sesuai dengan ilmu pertanian dan mengutamakan tanaman perdagangan.
Perkebunan penting bagi bahan ekspor dan bahan industri. Jenis tanaman
perkebunan khususnya di Indonesia antara lain karet, kelapa sawit, kopi,
teh, tembakau, tebu, kelapa, cokelat, kina, kapas, cengkih (Nasrudin 2005).
Perkebunan dapat menyerupai fungsi dari ekosistem hutan alamiah.
Persamaan ini mengandung kebenaran, tetapi hendaknya jangan dipercayai
begitu saja. Perkebunan memang lebih banyak melindungi tanah, air, dan
sejumlah kecil flora dan fauna yang ada didalamnya daripada sawah, tetapi
perkebunan tidak dapat mencapai efesiensi perlindungan lahan seperti hutan
alam yang dewasa(Hidayat 2000).
Agroekosistem perkebunan lebih banyak melindungi tanah, air, dan
sejumlah kecil flora dan fauna yang ada di dalamnya dari pada sawah.
Tetapi perkebunan tidak dapat mencapai efisiensi perlindungan lahan seperti
hutan alam yang dewasa. Sebab utama mengapa perkebunan sangat rendah
keanekaragaman hewan liarnya adalah karena keanekaragaman tumbuhtumbuhan yang sangat terbatas(Soerjani 2007).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Deskripsi
Alamat
Kemiringan lereng
Luas
Longitude
Latitude
Letak dan tinggi tempat
Kelembaban Tanah
Kelembaban udara
pH
Intensitas cahaya
Pola tanaman
Keterangan
Jumantono, Karanganyar
5 % (datar)
1 ha
110o 58 3,4 BT
0739 28,8 LS
229 mdpl
80 %
72 %
6,8
19.660 lux
Ratoo
12.
Input
13.
Output
14
Pengolahan tanah
Kacang
Traktor
15.
Hara
Tertutup
16.
Jarak tanam
15 X 15 cm
17.
Batas-batas
Utara
: Sumbirejo
Barat
: Polokarto
Timur
: Ngunut
Selatan
: Sedayu
18.
Vegetasi
Sumber : Boardlist (italic).
Padi
Melon
Deskripsi
Alamat
Kemiringan lereng
Luas
Longitude
Latitude
Letak dan tinggi tempat
Kelembaban Tanah
Kelembaban udara
pH
Intensitas cahaya
Pola tanaman
Input
Output
Pengolahan tanah
Keterangan
Ngasman, Jumantono
1 % (datar)
1/4 ha
110o 58 4,8 BT
0739 34,6 LS
256 mdpl
65 %
65 %
6,9
13.200 lux
Tidak Teratur
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
15.
Hara
Tertutup
16.
Jarak tanam
Tidak teratur
17.
Batas-batas
Utara
: Sumbirejo
Barat
: Sekoharjo
Timur
: Kebak
Selatan
: Kondok
18. Vegetasi
Sumber : Boardlist
Tidak ada
Pisang
Pisang
Pisang
Jati
Jati
Jati
Deskripsi
Alamat
Kemiringan lereng
Luas
Longitude
Latitude
Letak dan tinggi tempat
Kelembaban Tanah
Kelembaban udara
pH
Intensitas cahaya
Pola tanaman
Input
Output
Pengolahan tanah
Keterangan
Ngasman, Jumantono
4 % (datar)
1 ha
110o 58 10,9 BT
0739 32.3 LS
246 mdpl
55 %
65 %
6,8
19,450 lux
Tidak Teratur
Pupuk Kandang, Kompos
Buah mangga, nangka
Dicangkul
15.
Hara
Terbuka
16.
Jarak tanam
Tidak teratur
17.
Batas-batas
Utara
: Ngunut
Barat
: Sekoharjo
Timur
: Kebak
Selatan
: Sedayu
18. Vegetasi
Sumber : Boardlist
Rumah
Deskripsi
Alamat
Kemiringan lereng
Luas
Longitude
Latitude
Letak dan tinggi tempat
Kelembaban Tanah
Kelembaban udara
pH
Intensitas cahaya
Pola tanaman
Input
Output
Pengolahan tanah
Keterangan
Batujamus
8 % (agak miring)
10 ha
111o 2 28,4 BT
0735 57,7 LS
471 mdpl
35 %
60 %
6,9
19,240 lux
Teratur
ZPR, Fungisisda. Pupuk
Karet
Maksimum
15.
Hara
Terbuka
16.
Jarak tanam
1 m x 1m
17.
Batas-batas
Utara
: Perkebunan
Barat
: Perkebunan
Timur
: Perumahan
Selatan
: Jalan
18. Vegetasi
Sumber : Boardlist
Karet
Karet
Keterangan
Jelano, Kemuning,
1.
Alamat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14
Kemiringan lereng
Luas
Longitude
Latitude
Letak dan tinggi tempat
Kelembaban Tanah
Kelembaban udara
pH
Intensitas cahaya
Pola tanaman
Input
Output
Pengolahan tanah
Ngargoyoso
9 % (agak miring)
10 ha
111o 7 28,5 BT
0736 6,9 LS
929 mdpl
50 %
60,5 %
6,9
13,830 lux
Teratur
Pupuk, Pestisida organik
Teh
Maksimum
15.
Hara
Terbuka
16.
Jarak tanam
Teratur
17.
Batas-batas
Utara
: Perkebunan
Barat
: Perkebunan
Timur
: Jalan
Selatan
: Jalan
18. Vegetasi
Sumber : Boardlist
Teh
Teh
Teh
Teh
Teh
Gambar 4.5 Denah Tanaman
2. Pembahasan
Jalan Umum
a. Subsistem Persawahan
Pada subsistem sawah melalui pengamatan dengan alat gps
berada pada latitude 7 39 28.8 LS dan altitude 110 58 0.34 BT,
tinggi tempat 229 m dari permukaan laut. Kemudian dengan
menggunakan alat klino meter didapatkan kemiringan sekitar 5 %.
Memiliki luas lahan 1ha.
digunakan
DAFTAR PUSTAKA