A. Kajian Teori
1. Aktivitas Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Menyusun Laporan
Rekonsiliasi Bank
a. Pengertian Aktivitas Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Menyusun
Laporan Rekonsiliasi Bank.
Aktivitas belajar siswa merupakan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah yang mendukung
kegiatan belajarnya. Menurut Sriyono (2012), Aktivitas adalah segala
kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.
Rousseau (dalam Sardiman A.M., 2011: 96), memberikan penjelasan
Pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Oleh karena itu,
aktivitas yang dilakukan oleh siswa dapat dilakukan baik secara jasmani
maupun rohani dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan untuk belajar.
Sardiman A.M. (2011: 95-96) berpendapat bahwa Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Siswa dalam belajar diwajibkan berperan aktif,
dengan kata lain belajar sangat diperlukan untuk adanya suatu aktivitas,
dengan begitu aktivitas belajar sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya
keberhasilan proses belajar.
13
14
perubahan
tingkah
laku
individu
melalui
interaksi
dengan
15
perusahaan dengan saldo menurut laporan bank. Toto Sucipto dkk (2009: 13)
menjelaskan pengertian rekonsiliasi bank adalah Pembuatan laporan oleh
pihak perusahaan mengenai saldo kas dan penjelasan sebab-sebab terjadinya
ketidaksamaan antara saldo kas perusahaan dan saldo kas pada bank yang
dilaporkan dalam rekening koran.
Dari
pengertian
mengenai
aktivitas,
belajar,
akuntansi,
dan
16
Mendengarkan,
Memandang,
Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap,
Menulis atau mencatat,
Membaca,
Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi,
Mengamati tabel-tabel,diagram-diagram dan bagan-bagan,
Menyusun paper atau kertas kerja,
Mengingat,
Berfikir,
Latihan atau praktek.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa.
17
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Soekamto dkk (dalam Kuntjojo, 2009) model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
b. Konsep-Konsep yang Berhubungan dengan Model Pembelajaran
Menurut Kuntjojo (2009), konsep-konsep yang berhubungan dengan
model pembelajaran adalah:
18
Pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
suatu
kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
3) Metode Pembelajaran, dapat diartikan sebagai jalan yang dipilih untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4) Teknik Pembelajaran, dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
(http://ebekunt.wordpress.com/2009/09/25/untitled-2/)
c. Kriteria Model Pembelajaran yang Baik
Adapun kriteria model pembelajaran yang baik menurut Nieveen
(dalam Kuntjojo, 2009) adalah sebagai berikut:
1) Valid
Validitas atau ketepatan model pembelajaran berhubungan dengan dua
hal, yaitu rasional teoritik yang kuat dan memiliki konsistensi internal.
19
2) Praktis
Kriterium praktis menunjukkan pada apa yang mereka kembangkan
dapat diterapkan dan kedua, kenyataan menunjukkan bahwa apa yang
mereka kembangkan tersebut betul-betul dapat diterapkan.
3) Efektif
Efektivitas suatu model pembelajaran ditunjukkan dengan parameter:
pertama, ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model pembelajaran tersebut efektif, dan kedua, secara
operasional model pembelajaran tersebut memberikan hasil sesuai
dengan yang diharapkan.
d. Macam-macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Trianto (dalam Kuntjojo, 2009),
diantaranya adalah:
1) Model Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran
kontektual
(Contextual
Teaching
Learning)
pembelajaran
berdasarkan
masalah
adalah
model
20
pembelajaran
kuantum
adalah
pembelajaran
yang
21
adalah
suasana
belajar-mengajar
yang
22
model
pembelajaran
dengan
menggunakan
sistem
23
24
25
26
27
siswa diberi kuis mingguan tentang materi yang sudah dipelajari. Kuiskuis ini diskor dan masing-masing individu diberi skor kemajuan.
2) Model Jigsaw
Model jigsaw dilaksanakan dengan membagi kelompok siswa
secara heterogen dengan beranggotakan lima sampai enam orang. Setiap
anggota bertanggung jawab terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Para anggota dari kelompok yang berbeda akan bertemu untuk belajar
dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Setelah itu siswa
kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajarkan sesuatu yang
telah mereka pelajari dari pertemuan kelompok lain dikelompoknya
masing-masing. Setelah itu guru mengadakan kuis secara individu.
3) Model Group Investigation (GI)
Pendekatan
Group
Investigation
merupakan
pendekatan
28
a) Think-Pair-Share
Pendekatan ini menentang asumsi bahwa diskusi perlu di
setting seluruh kelompok, dan memberikan prosedur-prosedur
untuk memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk
berpikir, untuk merespon, dan untuk saling membantu. Langkahnya
yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan, kemudian meminta siswa
berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka pikirkan,
selanjutnya guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
sesuatu yang sudah didiskusikan ke seluruh kelas.
b) Numbered Head Together
Pendekatan ini melibatkan lebih banyak siswa. Langkahlangkah pendekatan Numbered Head Together diantaranya
penomoran, guru mengajukan sebuah pertanyaan, masing-masing
siswa harus mencari jawabannya, selanjutnya guru memanggil
sebuah nomor untuk menjawab pertanyaannya.
Keempat pendekatan dalam Cooperative Learning tersebut diatas dapat
dibandingkan berdasarkan tujuan kognitif, tujuan sosial, struktur tim,
pemilihan topik pelajaran, tugas utama, penilaian dan pengakuan.
Perbandingan keempat pendekatan tersebut dapat ditunjukkan pada tabel
berikut ini:
29
30
31
32
33
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam
presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti
yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh
guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya
presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi
tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan
etnisitas. Pembentukan tim ini berfungsi untuk memastikan semua
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
3) Kuis
Setelah presentasi dan pelaksanaan diskusi dalam tim dilakukan
sekitar satu atau dua periode, maka para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materinya.
4) Skor kemajuan individual
Siswa diberikan tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila
mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik
34
35
Poin Kemajuan
5
10
20
30
30
36
Poin
Kemajuan
10
37
5. Media Pendidikan
a. Pengertian Media Pendidikan
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi (Arief S. Sadiman dkk, 2011: 7).
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Wina Sanjaya, 2009: 163) Media
meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
Penggunaaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik.
Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya (Arief S. Sadiman dkk, 2011: 17-18).
b. Jenis dan Pemilihan Media
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan
oleh guru agar media yang dipilih dapat sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Menurut Seels dan Blasgow (dalam Azhar Arsyad, 2011: 33),
jenis-jenis media dilihat dari segi perkembangan teknologi dibagi dalam 2
kategori luas yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi
mutakhir.
38
39
40
41
4) Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peranperan ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat.
Hal ini disebabkan karena:
a) Permainan memberikan kesempatan kepada siswa dan warga
belajar untuk mempraktekkan tingkah laku yang nyata tidak
hanya mendiskusikannya.
b) Tidak terlalu sulit untuk menghubungkan permainan dengan
kehidupan nyata.
5) Permainan bersifat luwes, karena sifat keluwesannya permainan dapat
dipakai untuk tujuan pendidikan yang disertai dengan alat-alat dan
aturannya maupun persoalannya. Permainan dapat dipakai untuk:
a) Mempraktikan keterampilan membaca dan berhitung sederhana,
b) Mengajarkan sistem sosial dan sistem ekonomi,
c) Membentuk siswa meningkatkan kemampuan komunikatifnya;
memahami pendapat orang lain; memimpin diskusi kelompok
yang efektif dan sebagainya,
d) Membantu siswa yang sulit belajar dengan metode tradisional.
6) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran media permainan
dapat membuat siswa seolah-olah mereka sedang bermain sehingga rasa
tegang dan rasa jenuh dalam diri siswa dapat dikurangi. Dengan demikian
proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar dan optimal.
42
43
Untuk
Meningkatkan
Keaktifan
Siswa
pada
Kompetensi
44
45
46
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori bahwa proses
pembelajaran mata diklat akuntansi di kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1
Godean masih bersifat konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah
dalam melakukan proses pembelajaran. Guru lebih sering berperan aktif di
dalam kelas ketika menyampaikan materi sehingga menyebabkan siswa menjadi
pasif dan merasa bosan untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Proses pembelajaran akuntansi di kelas X Akuntansi 2 masih terdapat beberapa
siswa yang aktivitas belajarnya belum optimal yang dibuktikan dari siswa lebih
asyik mengobrol sendiri dengan temannya ketika guru sedang menyampaikan
materi, selain itu siswa juga jarang bertanya atau berpendapat pada saat proses
pembelajaran berlangsung atau pada saat diskusi. Guru dalam melihat situasi
yang demikian, perlu melakukan pemecahan masalah yaitu guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang optimal dengan mengimplentasikan berbagai
model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan agar siswa mampu
mengkonstruksi pengetahuan sendiri, sedangkan guru hanya berperan sebagai
fasilitator.
47
rangka
pencapaian
tujuan
pembelajaran,
penerapan
model
48
Hasil:
Aktivitas
Belajar Siswa
Meningkat
Evaluasi
Kondisi Awal:
1. Aktivitas Siswa
Belum Optimal
2. Metode Pembelajaran
Masih Bersifat
Konvensional
Solusi Tindakan:
Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran dengan
Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe
Stad Berbantu Media
Monopoli
Evaluasi
Hasil:
Aktivitas
Belajar Siswa
Cenderung
Rendah
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
Berbantu Media Monopoli dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi
Siswa Kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2011/2012.