Anda di halaman 1dari 2

Yang Banyak, Yang Sedikit dan Yang Utama

Dalam sebuah kaidah umum Qawaid (pokok-pokok) Fiqh menyebutkan, maa kaa
na filaan kaa na akstsara fadhlaan (apa yang lebih banyak pekerjaannya, lebih
banyak pula pahalanya).
kaidah ini bermula dari sabda Rasulullah Saw. kepada istri beliau Aisyah radhiyallhu
anhu:
ajruka alaa qadri nashobika (Pahalamu itu (didasarkan) atas kadar
kecapaian/kelelahan mu.
Misalnya:
-Shalat Dhuha delapan rakaat pahalanya lebih banyak daripada dua rakaat
-Sedekah seribu rupiah lebih banyak pahalanya daripada sedekah seratus
rupiah,dsb.
Namun, ada masalah-masalah yang dikecualikan dari kaidah ini, menurut Imam
Jalaludin As Suyuthi seperti:
- Bagi musafir yang perjalanannya telah mencapai tiga marhalah (lebih kurang 135
km), menjalankan shalat qashar (meringkas shalat Dhuhur, Ashar dan Isya, masingmasing menjadi dua rakaat) lebih utama daripada menyempurnakan shalatnya
(masing-masing tetap empat rakaat).
-Dalam shalat, membaca Al Quran satu surat penuh (meskipun pendek) adalah
lebih baik daripada membaca surat yang panjang, tetapi tidak selesai.
Hal ini dengan catatan, bahwa tidak ada dalil khusus yang menerangkan fhilah/
keutamaan membaca sebagian surat. Jadi kalau ada dalil khusus, maka dalil itu
lebih kuat.
- Berkumur (dalam wudlu) sambil sekaligus menghisap air ke dalam hidung tiga kali
lebih utama daripada dipisah (berkumur sendiri tiga kali, lalu menghisap air ke
hidung tiga kali).
- Pergi haji dan wuquf di Arafah dengan berkendaraan adalah lebih utama daripada
berjalan kaki, meskipun berjalan kaki itu lebih berat, sebab naik haji dengan
berkendaraan itu mengikuti sunnah Rasul.
- Ihram dari Miqat lebih utama daripada ihram dari desa tempat tinggal.
- Shalat berjamaah sekali lebih utama daripada 25 kali shalat dengan tidak
berjamaah.
-Qurban seekor kambing adalah lebih utama mengambilnya sedikit sekedar untuk
makan sebelum disedekahkan, daripada disedekahkan seluruhnya tanpa
mengambil sedikitpun untuk dimakan sendiri.
So, beramal yang banyak memang dijanjikan lebih banyak pahala, tetapi ada
kalanya yang sedikit bisa menjadi lebih utama. Hal ini merupakan wujud kasih
sayang Allah kepada hamba-Nya dengan menghendaki kemudahan untuk hambaNya dan bukan kesukaran. Yang perlu dilakukan sekarang adalah bijaksana melihat
kondisi, keadaan dan kemaslahatan. Jika kemampuan diri sudah siap dan mampu
beramal dengan banyak ya silahkan, asal konsisten. Karena Allah mencintai amal

yang dikerjakan dengan selalu istiqomah. Dan yang tidak kalah penting adalah tidak
ditunggangi dengan nafsu. Apalah arti kuantitas dan kualitas ibadah kita jika
dibandingkan dengan ulama-ulama salaf (terdahulu) dan para shahabat, as a result,
kita tidak akan cepat berpuas diri dengan amal ibadah yang telah Allah beri
pertolongan untuk mengerjakannya, terlebih merasa paling baik dengan amal yang
masih sedikit ini.
Wallahualam

Anda mungkin juga menyukai