Anda di halaman 1dari 17

PEMBENAHAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

UNTUK MENYAMBUT MEA 2015


Paper Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Oleh:
KELOMPOK 1:
1. AZIRNI
2. IRVAN
3. NOVRIADI
4. RAHMI MARDHIYAH
5. TOTA PAKPAHAN

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan

ekonomi yang menurun dari 6 persen di tahun

sebelumnya menjadi 5.3 persen saat ini karena melambatnya ekspor


akibat

perlambatan

ekonomi

dunia,

membuat

pemerintah

harus

memotong anggaran sebanyak 43 triliun dari sebelumnya direncanakan


100 triliun di anggaran perubahan semester kedua tahun ini. Pemotongan
anggaran harus dilakukan mengingat masa kepemimpinan Presiden SBY
yang hanya tinggal menghitung bulan tidak mungkin lagi memotong
subsidi minyak yang terus membengkak, infrastruktur yang masih kurang
serta stagnansi pertumbuhan industri manufaktur serta permasalahan
buruh menambah deretan permasalahan yang ada.
Persoalan

ekonomi diatas akan menjadi tantangan yang harus

dihadapi oleh presiden yang akan datang,

Masyarakat Ekonomi Asean

(MEA) yang harus berjalan tahun 2015 ini ikut serta memperberat tugas
presiden kedepan. MEA memiliki cetak biru dengan empat karakteristik,
yaitu menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis industri,
kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan
yang merata, dan kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian global
yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terdidik, dan aliran modal yang lebih bebas.
MEA bisa menjadi peluang, tapi sekaligus juga ancaman bagi
Indonesia. Tentunya dengan jumlah penduduk dan ukuran ekonomi
terbesar di kawasan ASEAN, Indonesia seharusnya mengambil posisi
sebagai pemain utama, bukan penonton. Apalagi, negara ini punya
sejarah sebagai penggagas, pemimpin alamiah, yang berperan besar
dalam integrasi kawasan regional.
Indonesia merupakan pasar terbesar di ASEAN dengan jumlah
penduduk sebanyak 250 juta dari total 600 juta penduduk seluruh negara
ASEAN. Kini, hampir 50 tahun sejak ASEAN berdiri, kondisi perekonomian
masing-masing negara sudah semakin berkembang. Indonesia dengan
jumlah penduduk lebih dari sepertiga total penduduk ASEAN memiliki PDB
sekitar USD846,8 miliar (sekitar 40 persen PDB ASEAN) sehingga
menghasilkan PDB perkapita USD3.563. Capaian ini ternyata masih relatif
di bawah rata-rata PDB perkapita kawasan. Dua negara yang berpenduduk
relatif

sedikit

(Singapura

hanya

jutaan

dan

Brunei

Darussalam

berpenduduk kurang dari setengah juta) memiliki PDB perkapita tertinggi


di ASEAN (Singapura USD50.130 dan Brunei USD38.703). Grup berikutnya
2

adalah Malaysia dan Thailand yang masing-masing berpenduduk 29 juta


dan 68 juta dengan PDB perkapita USD9.941 dan USD5.116. PDB
perkapita Filipina dan negara lainnya jauh di bawah PDB perkapita ASEAN.
Dengan melakukan investasi di seluruh negara Asean, masa depan
Indonesia begitu kuat dan percaya diri dengan daya saingnya akan
mampu menerobos pasar Internasional.
Namun Berdasarkan data World Economic Forum dalam The Global
Competitiviness Report 2013-2014, daya saing Indonesia menempati
posisi ke-38 dari 148 negara. Peringkat ini naik dari posisi ke-50 di tahun
sebelumnya. Bahkan dalam laporan Doing Business 2014, Indonesia
berada di posisi ke-120 dari 189 negara atau naik dari posisi 128. Namun
demikian, keduanya menempatkan Indonesia masih di bawah Singapura,
Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand.
Daya saing global Indonesia selama enam tahun terakhir (2008 s.d.
2013) mengalami fluktuasi dan hanya naik 17 tingkat. Tahun 2008, daya
saing Indonesia berada pada peringkat ke-55. Pada tahun 2013, posisinya
relatif meningkat sehingga berubah menjadi peringkat ke-38 dari 148
negara. Ketika posisi daya saing Indonesia berada di urutan 50, Singapura
di urutan ke-2, Malaysia ke-25, Brunei Darussalam ke-28, dan Thailand ke38. Sedangkan daya saing Filipina (ke-65) dan negara ASEAN lainnya
relatif lebih buruk.
Untuk infrastruktur, kecuali terhadap Malaysia, infrastruktur kereta
api dan telepon tetap Indonesia relatif lebih baik daripada Thailand,
Vietnam

dan

Filipina.

Namun,

untuk

infrastruktur

lainnya

(jalan,

pelabuhan, angkutan udara, listrik, dan telepon seluler), Indonesia masih


kalah dari Malaysia dan Thailand.
Perlu ada upaya peningkatan daya saing agar indonesia tidak hanya
menjadi penonton dalam menghadapi MEA tersebut mulai dari perbaikan
mutu SDM dalam bentuk pendidikan dan Pelatihan hingga perbaikan
infrastruktur dan pemudahan perijinan serta insentif untuk industri kreatif
dan UMKM. Dan semenjak berlakunya otonomi daerah semua upaya
peningkatan daya saing tersebut lebih banyak menjadi domainnya
pemerintah daerah sekarang. Sementara Pemerintah pusat melalui
kementrian

lebih

banyak

memainkan

peranan

koordinasi

terhadap

pemerintah daerah. Dan belanja pusat yang sebesar 34 persen dari total
APBN juga diperuntukkan untuk pelayanan pusat ke daerah.
Mengenai hal ini tentu perlu upaya agar belanja kementrian dan
daerah agar efektif dan efesien dan ekonomis (value for money) agar bisa
merubah MEA menjadi peluang bisa dilakukan dan aneka persoalan
ekonomi bangsapun bisa dipecahkan agar semua sumberdaya yang ada
betul-betul digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat
Indonesia.
3

Dalam konteks inilah pembahasan Laporan Keuangan Pemerintah


menjadi sangat relevan untuk dilakukan. Untuk itulah kelompok kami
membahasnya menjadi sebuah paper yang nantinya akan menjadi diskusi
bagi kita bersama.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Pemerintah


Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja
keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a)

Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,


kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

b)

Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya


ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

c)

Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan


sumber daya ekonomi;

d)

Menyediakan

informasi

mengenai

ketaatan

realisasi

terhadap

anggarannya;
e)

Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai


aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f)

Menyediakan

informasi

mengenai

potensi

pemerintah

untuk

membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;


g)

Menyediakan

informasi

yang

berguna

untuk

mengevaluasi

kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.


Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor public
adalah :
1. Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada
pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa
pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan
hokum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
4

2. Akuntabilitas

dan

pelaporan

retrospektif

(accountability

and

retrospective reporting)
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja
dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati
trend

antar

kurun

waktu,

pencapaian

atas

tujuan

yang

telah

ditetapkan, dan membandingkan dengan kinerja organisasi lain yang


sejenis jika ada.

3. Perencanaan dan informasi otorisasi (planning and authorization


information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan
kebijakan dan aktivitas dimasa yang akan datang. Laporan keuangan
berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi
penggunaan dana.
4. Kelangsungan organisasi (viability)
Laporan

keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam

menentukan

apakah

suatu

organisasi

atau

unit

kerja

dapat

meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) dimasa yang


akan datang.
5. Hubungan masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada
organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah
dicapai

kepada

pemakai

yang

dipengaruhi,

karyawan,

dan

masyarakat.
6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada
berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi
secara lebih dalam.
Laporan keuangan untuk pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan
politik meliputi informasi yang digunakan untuk :
1. Membandingkan kinerja keuangan actual dengan yang dianggarkan
2. Menilai kondisi keuangan dan hasil hasil operasi
3. Membantu

menentukan

tingkat

kepatuhan

terhadap

peraturan

perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan ketentuan


lainnya, serta
4. Membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektifitas.
Governmental Accounting Standart Board (GASB) dalam Concept
Statement No. 1tentangObjectives of Financial Reporting menyatakan
bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan keuangan di
5

pemerintah. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi pelaporan keuangan


pemerintah. GASB menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dan pelaporan
keuangan sebagai berikut :
Accountability required government to answer to the citizenry to justify
the raising of public resources and the purposes for which they are used.
Governmental accountability is based on the belief that the citizenry has a
right to know, a right to receive openly declarated facts that may lead to
public debate by the citizens and their elected representatives. Financial
reporting plays a major role in fulfilling govermentals duty to be publicly
in a democratic society (par.56).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas meliputi
pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pemakai lainnya
sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban
pemerintah atas semua aktivitas yang dilakukan, bukan hanya aktivitas
finansialnya saja. Concept Statement No. 1 menekankan bahwa laporan
keuangan

pemerintah

harus

dapat

memberikan

informasi

untuk

membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan


politik.
Secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi
pemerintah adalah :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumberdaya finansial jangka
pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonomi suatu unit pemerintah dan perubahan - perubahan
yang terjadi didalamnya.
3. Memberikan

informasi

keuangan

untuk

memonitor

kinerja,

kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang


telah disepakati, dan ketentuan lain yang di isyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta
untuk

memprediksi

pengaruh

akuisisi

dan

alokasi

sumberdaya

terhadap pencapaian tujuan operasional.


5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional:
a.

Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga


memudahkan

analisis

dan

melakukan

perbandingan

dengan

kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja


periode periode sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah
lain.
b. Untuk

mengevaluasi

tingkat

ekonomi

dan

efisiensi

operasi,

program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah.


6

c.

Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi


serta efektifitas terhadap pencapaian tujuan dan target.

d. Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan keadilan


(equity).
2.2

Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah dan Kepentingannya


Pemakai laporan keuangan sector public dapat diidentifikasikan
dengan menelusuri siapa yang menjadi stakeholder organisasi. Rebind, Et
All (1981) mengidentifikasikan terdapat 10 kelompok pemakai laporan
keuangan. Lebih lanjut Rebind menjelaskan keterkaitan antar kelompok
pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan kebutuhannya. Ke
sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan tersebut adalah.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Pembayar pajak (tax payers)


Pemberi dana bantuan (grantors)
Investor
Pengguna jasa (fee-paying service recipients)
Karyawan / pegawai
Pemasok / vendor
Dewan legislative
Manajemen
Pemilih (voters)
Badan pengawas (oversiights bodies)
Pengklasifikasian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa

pembayar pajak, pemberi dana bantuan, investor dan pembayar jasa


pelayanan merupakan sumber penyedia keuangan organisasi, karyawan
dan pemasok merupakan penyedia tenaga kerja dan sumbersaya material,
dewan legislative dan dewan manajemen membuat keputusan alokasi
sumber daya dan aktivitas nmereka semua diawasi oleh pemilih dan
badan pengawas, termasuk level pemerintahan yang lebih tinggi.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, dinyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok
utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas
pada:
1.
2.
3.

Masyarakat;
Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,

4.

dan pinjaman;
Pemerintah.
Anthoni memgklasifikasikan pemakai laporan keuangan sector publik

menjadi 5 kelompok yaitu:


1.
2.
3.
4.

Lembaga pemerintah
Investor dan kreditor
Pemberi sumber daya
Badan pengawas
7

5.

Konstituen
Pengklasifikasian pemakai laporan keuangan yang dilakukan Anthony

adalah dengan mempertimbangkan semua organisasi non bisnis, bukan


untuk

organisasi

pemerintah

saja,

sedangkan

Rebind

Et

All

mengklasifikasikan pemakai laporan keuangan untuk sector pemerintah


saja.

Jika

dibandingkan

memasukkan

pembayar

dengan
pajak,

analisis

pemilih

Drebin

dan

et

keryawan

all,

Anthony

dalam

satu

kelompok yang ia sebut konstituen, dia mengkelompokkan pemberi


bantuan dan pembayar jasa sebagai pemberi sumberdaya, investor dan
kreditor di kelompokkan menjadi satu.
Sementara itu, Hatley et all 1992, mengklasifikasikan pengguna
laporan keuangan sector public menjadi 12 kelompok yaitu?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Anggota terpilih
Masyarakat sebagai pemilih dan atau pembayar pajak
Pelanggan / klien
Karyawan / pegawai
Pelaggan dan pemasok
Pemerintah
Pesaing
Regulator
Pemberi injaman
Donor dan sponsor
Investor atau partner bisnis
Kelompok penekan lainnya
Pengklasifikasian pemakai laporan keuangan sector public menurut

borgonofi dan anessi-pessina 1997 :


1. Masyarakat pengguna jasa public
2. Masyarakat pembayar pajak
3. Perusahaan organisasi social ekonomi yang menggunakan pelayanan
public sebagai input atau aktifitas organisasi
4. Bank dan masyarakat sebagai kreditor pemerintah
5. Badan-badan internasional seperti bank dunia, IMF, ADB, PBB dan
6.
7.
8.
9.
10.
11.

seterusnya
Investor asing dan country analyst
Generasi yang akan dating
Lembga negara
Kelompok politik (partai politik)
Manajer public (gubernur, bupati, direktur BUMN/BUMD)
Pegawai pemerintah
Serikat dagang sector public, GASB 1999 mengidentifikasikan pemakai

laporan keuangan pemerintah menjadi 3 kelompok besar, yaitu:


1. Masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggungjawab
2. Legislative dan badan pengawasn yang secara langsung mewakili
rakyat

3. Investor dan kreditor yang memberi pinjaman dan atau berpartisipasi


dalam proses pemberian pinjaman.
2.3

Hak dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah


Pada dasarnya masyarakat memiliki hak dasar terhadap pemerintah,
yaitu:
1.

Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu:


Mengetahui Kebijakan pemerintah
Mengetahui keputusan yang di ambil pemerintah
Mengetahui alasan dilakukannya suatu Kebijakan dan keputusan

tertentu
2. Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak
untuk

diberi

penjelasan

secara

terbuka

atas

permasalahan

permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan public


3. Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be listened
to)
Laporan keuangan pemerintah meruoakan hak public yang harus
diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hak public atas
informasi

keuangan

muncul

sebagai

konsekuensi

konsep

pertanggungjawaban public. Pertanggungjawaban public mensyaratkan


organisasi public untuk memberikan laporan keuangan sebagai bukti
pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability & stewardship)
Setiap pemakai laporan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda-beda
pemerintah.

terhadap
Bahkan

informasi

diantara

keuangan

kelompok

yang

pemakai

diberikan

laporan

oleh

keuangan

tersebut dapat timbul konflik kepentingan. Laporan keuangan pemerintah


disediakan untuk memberi informasi kepada berbagai kelompok pemakai
(general purpose), meskipun setiap kelompok pemakai memiliki kebutuhan
yang berbeda-beda.
Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut
dapat diringkas sebagai berikut:
1. Masyarakat pengguna pelayanan public membutuhkan informasi atas
biaya, harga dan kualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui
keberadaan dan penggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin
mengetahui apakah pemerintah telah melakukan ketaatan fiscal dan
ketaatan pada peraturan dan perundang-undangan atas pengeluaranpengeluaran yang dilakukan
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghitung
tingkat risiko, likuiditas dan solvabilitas
4. Parlemen da kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk
melakukan fungsi pengawasan, mencegah terjadinya laporan yang bias

atas kondisi keuangan pemerintah dan penyelewengan keuangan


negara
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen
system informasi manajemen untuk membantu perencanaan dan
pengendalian organisasi, pengukuran kinerja dan membandingkan
kinerja organisasi antar kurun waktu dengan organisasi lain yang
sejenis
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi
Masing-masing kelompok

pengguna mungkin saja

membutuhkan

informasi yang berbeda dari laporan keuangan pemerintah. Berkaitan


dengan hal ini, Anthony (1978) dalam Jones dan Pendlebury (2000)
membagi

empat

kebutuhan

pengguna

terhadap

laporan

keuangan

pemerintah, yaitu:
1. Financial viability, yaitu menilai kemampuan keuangan pemerintah
untuk tetap survive dalam menjalankan pemerintahan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat.
2. Fiscal compliance, yaitu untuk membandingkan antara pengeluaran
aktual dengan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Management performance, yaitu menilai kemampuan manajemen
(pemerintah) untuk menggunakan dana yang ada sebijak mungkin.
4. Cost of service provided, yaitu untuk membandingkan antara tujuan
organisasi dengan kebutuhan yang sekarang dan yang akan datang.
2.4 Luas Pengungkapan (disclosure)
Berdasarkan PP No 8 Tahun 2006 dan Permendagri No 13 Tahun 2006
juncto Permendagri No 59 Tahun 2007, Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK) entitas publik harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Kebijakan Fiskal/Keuangan, Ekonomi Makro, Pencapaian Target UndangUndang APBN/Perda APBD
Kebijakan fiskal yang harus diungkapkan dalam CALK adalah
kebijakan-kebijakan

pemerintah

dalam

peningkatan

pendapatan,

efisiensi belanja, dan penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan.


Sebagai

contoh,

penjabaran

rencana

strategis

dalam

kebijakan

penyusunan APBN/APBD, sasaran, program, dan prioritas anggaran,


kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, dan pengembangan
pasar Surat Utang Negara (SUN).
Kondisi ekonomi makro yang harus diungkapkan dalam CALK adalah
asumsi-asumsi
penyusunan

indikator

APB/APBD

ekonomi
berikut

makro

tingkat

yang

digunakan

pencapaiannya.

dalam

Indikator

ekonomi makro tersebut meliputi Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk

10

Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,


nilai tukar, harga minyak, suku bunga, dan neraca pembayaran.
2. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan dalam CALK harus :
a.

Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk

mencapai tujuan.
b. Memberikan gambaran yang jelas tentang realisasi dan rencana
c.

kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan.


Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh
manajemen agar dapat memberikan keyakinan yang beralasan
bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan itu relevan dan

andal.
3. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi harus memuat :
a. Entitas pelaporan.
b. Entitas akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan.
c. Basisi pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan.
d. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
e.

oleh suatu entitas pelaporan.


Setiap kebijakan akuntansi

tertentu

yang

diperlukan

untuk

memahami laporan keuangan.


4. Penjelasan tentang Perkiraan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Laporan Arus Kas
a. Laporan Realisasi Anggaran
(1) Pendapatan
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran
pendapatan.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
atas

selisih

antara

pendapatan

periode

berjalan

dan

pendapatan periode yang lalu.


- Penjelasan atas masing-masing jenis pendapatan.
(2) Belanja
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran
belanja.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
selisih antara belanja periode berjalan dan belanja periode
yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis belanja.
(3) Transfer
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran
transfer.
11

- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)


selisih antara transfer periode berjalan dan transfer periode
yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis transfer.
(4) Pembiayaan
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
selisih

lebih/kurang

antara

realisasi

dengan

anggaran

pembiayaan.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase)
selisih antara pembiayaan periode berjalan dan pembiayaan
periode yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis pembiayaan.
b. Neraca
Pengungkapan akun-akun neraca :
(1) Aset Lancar
Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos aset lancar, seperti Kas
di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan, dan
Piutang.
(2) Investasi Jangka Panjang
Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos investasi jangka
panjang, seperti penyertaan modal pemerintah, Investasi dalam
Obligasi, dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah.
(3) Aset Tetap
Untuk

seluruh

diungkapkan

akun

dasar

yang

ada

dalam

pembukuannya.

kelompok

Juga

harus

aset

tetap

diungkapkan

(apabila ada) perbedaan pencatatan perolehan aset tetap yang


terjadi antara unit keuangan dengan unit yang mengelola/mencatat
aset tetap. Daftar aset tetap juga disertakan sebagai lampiran
laporan keuangan.
(4) Aset Lainnya
Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos aset lainnya, seperti
Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan
dengan pihak Ketiga.
(5) Kewajiban Jangka Pendek
Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos kewajiban jangka
pendek, seperti Uang Muka dari Kas Umum Negara (KUN),
Pendapatan yang Ditangguhkan, Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang, dan Utang Bunga.
(6) Kewajiban Jangka Panjang
Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos kewajiban jangka
panjang, seperti Utang Dalam Negeri Obligasi, Utang Dalam Negeri
Sektor Perbankan, dan Utang Luar Negeri.
(7) Ekuitas Dana Lancar
12

Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos ekuitas dana lancar,


seperti Cadangan Piutang dan Cadangan Persediaan.
(8) Ekuitas Dana Investasi
Menjelaskan akun-akun yang ada pada pos ekuitas dana investasi,
seperti Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang dan di
investasikan dalam Aset Tetap.
c. Laporan Arus Kas
(1) Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Menjelaskan arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas operasi,
seperti Pendapatan Pajak dan Belanja Pegawai.
(2) Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan
Menjelaskan arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas investasi
aset non-keuangan, seperti Pendapatan Penjualan Aset dan Belanja
Aset.
(3) Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Menjelaskan arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas
pembiayaan, seperti Penerimaan Pinjaman dan Pembayaran Pokok
Pinjaman.
(4) Arus Kas dariAktivitas Non-anggaran
Menjelaskan arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas nonanggaran,

seperti

Penerimaan

Perhitungan

Fihak

Ketiga

dan

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga.


5. Pengungkapan Lainnya
Pengungkapan ini berisi hal-hal yang mempengaruhi laporan keuangan,
antara lain :
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi

oleh

manajemen baru.
c. Kontinjensi, yaitu kondisi atau situasi yang belum memiliki kepastian
pada tanggal neraca. Sebagai contoh, jika ada tuntutan hukum yang
substansial dan hasil akhirnya bisa diperkirakan. Kontinjensi ini harus
diungkapkan dalam catatan atas neraca.
d. Komitmen, yaitu perjajian dengan fihak

ketiga

yang

harus

diungkapkan dalam CALK.


e. Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
f. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, seperti pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.
g. Kejadian penting setelah tanggal neraca (subsequent event) yang
berpengaruh secara signifikan terhadap akun yang disajikan dalam
neraca.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
untuk hal-hal sebagai berikut :

13

1. Fokus pengukuran dan dasar akuntansi yang digunakan untuk


pembuatan laporan.
2. Kebijakan menghapuskan/menghentikan aktivitas internal unit kerja
pada Laporan Aktivitas.
3. Kebijakan kapitalisasi aktiva dan menaksir umur ekonomi aktivaaktiva tersebut untuk menentukan biaya depresiasinya.
4. Deskripsi

mengenai

jenis-jenis

transaksi

yang

masuk

dalam

penerimaan program dan kebijakan untuk mengalokasikan biayabiaya tidak langsung kepada suatu fungsi atau unit kerja dalam
Laporan Aktivitas.
5. Kebijakan pemerintah dalam menentukan pendapatan operasi dan
non-operasi.
6. Pemerintah harus mengungkapkan secara detail/lengkap dalam
catatan atas laporan keuangan mengenai aset modal dan utang
jangka

panjang.

Aset

modal

yang

tidak

didepresiasi

harus

diungkapkan secara terpisah dari aset modal yang didepresiasi.


Informasi mengenai kewajiban jangka panjang, meliputi obligasi,
utang wesel, pinjaman, utang leasing, tuntutan, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengungkapan

Laporan

Keuangan Pemerintahan.
Menurut reset paper Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat

Pengungkapan

(Amiruddin

Zul

Laporan

Hilmi,

2010),

Keuangan
terdapat

Pemerintah

beberapa

Provinsi

faktor

yang

mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah


provinsi tahun 2006-2009, yaitu :

Kekayaan

daerah

berpengaruh

signifikan

terhadap

tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi.


Semakin

tinggi

pengungkapan

tingkat
yang

kekayaan

dilakukan.

daerah,

semakin

Peningkatan

tinggi

pengungkapan

dikarenakan pemerintah provinsi memiliki kekayaan yang lebih


besar yang dapat digunakan untuk melakukan pengungkapan.

Jumlah penduduk berhubungan positif dan signifikan terhadap


tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi.
Jumlah

penduduk

merupakan

proksi

dari

kompleksitas

pemerintahan. Daerah dengan penduduk besar didominasi dengan


daerah perkotaan. Kompleksitas ini tidak menghambat tingkat
pengungkapan tetapi bahkan meningkatkan tingkat pengungkapan.
Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah penduduk maka semakin
besar dorongan dari masyarakat untuk meminta pengungkapan
yang lebih besar dalam laporan keuangan pemerintah.

14

Jumlah

temuan

audit

berhubungan

positif

terhadap

tingkat

pengungkapan (Lestiani,2008).
Dengan adanya temuan ini, maka BPK akan meminta melakukan
koreksi dan meningkatkan pengungkapannya. Sehingga, semakin
besar jumlah temuan maka semakin besar jumlah tambahan
pengungkapan

yang

akan

diminta

oleh

BPK

dalam

laporan

keuangan.

Tingkat penyimpangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap


tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi.
Semakin besar tingkat penyimpangan yang ditemukan oleh BPK
maka tingkat pengungkapan yang dilakukan semakin besar. Hal ini
dapat dikarenakan BPK mendorong pemerintah provinsi untuk
mengungkapkan lebih besar berdasarkan hasil audit BPK tersebut.

2.5

Laporan Keuangan Pemerintah Hasil Pemerikasaan tahun 2014

oleh BPK
Dari hasil pepemeriksaan BPKP Kinerja perbaikan akuntabilitas laporan
keuangan Kementerian/Lembaga (KL)

2013 menurun setelah Badan

Pemeriksa Keuangan memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP)


terhadap 65 kementerian/lembaga, atau 74,7% dari 87 KL. Pada 2010, KL
yang dapat WTP itu 56%. Lalu, 2011 menjadi 63%. Kemudian, 2012
menjadi 77%. Tetapi pada 2013 turun sedikit menjadi 74%.
Sementara itu untuk Pemerintah Daerah Terhadap 108 LKPD Tahun 2012,
BPK memberikan opini WTP atas 7 LKPD atau 6% dari total LKPD yang
diperiksa, opini WDP atas 52 LKPD atau 48%, opini TW atas 2 LKPD atu
2%, dan opini TMP atas 47 LKPD atau 44%. Kualitas Laporan Keuangan
daerah ini jelas Jauh menurun dari tahun sebelumnya.

15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melihat tantangan ekonomi Indonesia dan membandingkannya dengan
kualitas Laporan keuangan yang menggambarkan pengelolaan keuangan
Daerah secara efektif efesien dan ekonomis untuk mengkatkan daya saing,
masih jauh dari baik.
3.2 Saran
Kami berpendapat untuk mengatasi persoalan diatas bisa saja dilakukan hal
berikut.
1. Pemerintah pusat lewat kementrian keuangan, BPK serta instansi terkait
perlu mendorong lebih jauh mengenai perbaikan kinerja pelaporan
keuangan Kementrian dan Daerah, karena dengan peningkatan satatus
laporan keuangan laporan Keuangan kementrian dan daerah akan
memberikan cukup jaminan bahwa setiap sumberdaya yang ada memang
digunakan untuk tujuan penigkatan ekonomi daerah yang dengan
sendirinya

secara

tidak

langsung

akan

menambah

peningkatan

kemampuan daya saing Indonesia dalam menghadapi MEA 2015.


2. Pelaporan keuangan berbasis Akrual yang harus dijalankan tahun 2015
mendatang sebenarnya akan bisa memberikan jaminan cukup bahwa
sumber daya yang ada memang digunakan secara efektif, efesien dan
ekonomis. Akan tetapi pemerintah Daerah dalam hal ini perlu mendata

16

ulang sumber daya manusianya yang punya basis keahlian akuntansi dan
pelaksanaan pelatihan yang mencukupi untuk pelaksanaanya.

Daftar Pustaka
1. Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Jogyakarta, Andi, 2002
2. Hilmi, Amiruddin Zul. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. Skripsi
Sarjana. FEUI. Depok.
3. Liestiani, Annisa. (2008). Pengungkapan LKPD Kabupaten/Kota di Indonesia
untuk Tahun

Anggaran 2006. Skripsi Sarjana. FEUI. Depok.

4. http://news.bisnis.com/read/20140620/15/237580/kementerian-pan-rbperbaikan-akuntabilitas-laporan-keuangan-kl-melempem

17

Anda mungkin juga menyukai