Anda di halaman 1dari 19

3Paraparese berdasarkan topisnya, dibagi menjadi dua yaitu paraparesespastik yang terjadi

karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN)dan paraparese flaksid yang terjadi
karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN). Pada kerusakan yang mengenai
UMN terjadi peningkatan tonus ototatau hipertonus pada tungkai yang mengalami kelemahan.
Paraparese disebabkanoleh lesi bilateral atau transversal di bawah level servikal medula spinalis.
MenurutASIA (2000) ada dua tipe lesi yaitu lesi komplit dan lesi inkomplit. Lesi komplit, pasien
kehilangan fungsi sensorik dan motorik secara total dari bagian dibawah lesihingga segmen
sakral yang terbawah. Sedangkan pada lesi inkomplit, pasienkehilangan sebagian fungsi sensorik
dan atau motorik dari bagian dibawah lesihingga segmen sakral yang terbawah (Trombly, 2002).

Monday, June 13, 2011


Saraf - Tetraparase
BAB 1
PENDAHULUAN

Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor
neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik
yang menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di
saraf kranial di batang otak atau kornu anterior.Berdasarkan perbedaan anatomik dan
fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal.
Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Traktus
kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan otot kepala dan leher, sedangkan
traktus kortikospinal fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak.
Sedangkan lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf motorik
yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai otot
dalam tubuh seseorang.

Dari otak medula spinalis turun ke bawah kira-kira di tengah punggung dan
dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari
berjuta-juta saraf yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke ekstremitas,
badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medulla spinalis merupakan
sistem saraf pusat dan yang mehubungkan saraf-saraf medulla spinalis ke tubuh adalah
sistem saraf perifer. Medula spinalis terdiri atas traktus ascenden (yang membawa
informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi)
dan traktus descenden (yang membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan
mengontrol fungsi tubuh).
Kelemahan/ kelumpuhan parsial yang ringan/ tidak lengkap atau suatu kondisi
yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu disebut dengan
parese. Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih
kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.
Kelemahan/kelumpuhan yang mengenai keempat anggota gerak disebut dengan
tetraparese. Hal ini diakibatkan oleh adanya kerusakan otak,kerusakan tulang belakang
pada tingkat tertinggi (khususnya pada vertebracervikalis), kerusakan sistem saraf
perifer, kerusakan neuromuscular atau penyakitotot. Kerusakan diketahui karena
adanya lesi yang menyebabkan hilangnya fungsimotorik pada keempat anggota gerak,
yaitu lengan dan tungkai. Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti
tabrakan mobil, jatuh atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal,
polio, atau spina bifida).
Tetraparese berdasarkan topisnya dibagi menjadi dua, yaitu : Tetraparesspastik
yang terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron (UMN),sehingga

menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni dan tetraparese flaksid yang terjadi
karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN),sehingga menyebabkan
penurunan tonus atot atau hipotoni.Tetraparese dapat disebabkan karena adanya
kerusakan pada susunan neuromuskular, yaitu adanya lesi. Ada dua tipe lesi, yaitu lesi
komplit dan inkomplit. Lesi komplit dapat menyebabkan kehilangan kontrol otot dan
sensorik secara total dari bagian di bawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya
terjadi kelumpuhan otot ringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik.

Kerusakan susunan neuromuskular baik kerusakan pada upper motor neuron


(UMN) atau kerusakan pada lower motor neuron (LMN) atau kerusakan pada
keduanya. Kerusakan pada upper motor neuron (UMN) dapat disebabkan adanya lesi
medula spinalis setinggi servikal atas. Sedangkan kerusakan pada lower motor neuron
(LMN) dapat mengenai motoneuron, radiks dan saraf perifer, maupun pada otot itu
sendiri. Jika kerusakan mengenai Upper motor neuron (UMN)dan Lower motor neuron
(LMN ) maka lesinya pada Low cervical cord.
Pada beberapa keadaan dapat kita jumpai tetraparese misalnya pada penyakit
infeksi (misalnya mielitis transversa, poliomielitis), Sindrom GuillainBarre (SGB),
Polineuropati, Miastenia Grafis, atau Amyotrophic Lateral Sclerosis(ALS).
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem

motorik

berhubungan

dengan

sistem

neuromuskular.

Sistem

neuromuskular terdiri atas Upper motor neurons (UMN) dan lower motor neuron
(LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang
menyalurkan impuls dan area motorik di korteks motorik sampai inti-intimotorik di saraf

kranial di batang otak atau kornu anterior medula spinalis. Berdasarkan perbedaan
anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam susunan piramidal dan susunan
ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus kortikospinal dan traktus
kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk gerakan-gerakan otot kepala dan
leher, sedangkan traktus kortikospinal fungsinya untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan
anggota gerak.
Melalui lower motor neuron (LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf
motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari otak dilanjutkan ke berbagai
otot dalam tubuh seseorang. Kedua saraf motorik tersebut mempunyai peranan penting
di dalam sistem neuromuscular tubuh. Sistem ini yang memungkinkan tubuh kita untuk
bergerak secara terencana dan terukur.
Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung padamanusia, 7
tulang cervical, 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal,5 tulang sacral,
dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang punggung terdiri atas dua
bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan
bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai
tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Dari otak medulla spinalis turun
ke bawah kira-kira ditengah punggung dan dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan
serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari berjuta-juta saraf yang mentransmisikan
informasi elektrik dari dan ke ekstremitas, badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke

otak. Otak dan medula spinalis merupakan sistem saraf pusat dan yang mehubungkan
saraf-saraf medula spinalis ke tubuh adalah sistem saraf perifer.
Medula spinalis mulai dari akhir medulla oblongata di foramen magnum sampai
konus medullaris di level Tulang Belakang L1-L2. Medulla Spinalis berlanjut menjadi
Kauda Equina (di Bokong) yang lebih tahan terhadap cedera.Medula spinalis terdiri atas
traktusas cenden (yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang
raba, suhu, nyeri dan gerak posisi) dan traktus descenden (yang membawa informasi
dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).
Medula spinalis diperdarahi oleh 2 susunan arteri yang mempunyai hubungan
istemewa, yaitu arteri spinalis dan arteri radikularis. Arteri spinalis dibagi menjadi arteri
spinalis anterior dan posterior yang berasal dari arteri vertebralis, sedangkan arteri
radikularis dibagi menjadi arteri radikularis posterior dan anterior yang dikenal
juga ramus vertebromedularis arteria interkostalis.
Medula Spinalis disuplai oleh arteri spinalis anterior dan arteri spinalis posterior.
Nervus spinalis/ akar nervus yang berasal dari medula spinalis melewati suatu lubang di
vertebra yang disebut foramen dan membawa informasi dari medula spinalis sampai ke
bagian tubuh dan dari tubuh ke otak. Ada 31 pasang nervus spinalis dan dibagi dalam
empat kelompok nervus spinalis, yaitu:
a. nervus servikal : (nervus di leher) yang berperan dalam pergerakan dan perabaan pada
lengan, leher, dan anggota tubuh bagian atas
b. nervus thorak : (nervus di daerah punggung atas) yang mempersarafi tubuh dan perut
c. nervus lumbal dan nervus sakral : (nervus didaerah punggung bawah) yang
mempersarafi tungkai,kandung kencing, usus dan genitalia.

Ujung akhir dari medula spinalis disebut conus medularis yang letaknya di L1 danL2.
Setelah akhir medula spinalis, nervus spinalis selanjutnya bergabungmembentuk cauda
equina3,4.
Gambar 2. Hubungan nervus spinalis dengan vertebra
2.2 Definisi
2.2.1 Parese
Parese adalah kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap atau
suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu.
Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih

kelompok otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.
Parese pada anggota gerak dibagi mejadi 4 macam, yaitu:

Monoparese adalah kelemahan pada satu ekstremitas atas atau ekstremitas bawah.
Paraparese adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.
Hemiparese adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yaitu satu ekstremitas atas dan

satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama.


Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.
2.2.2 Tetraparese
Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang keduanya
merupakan

parese

dari

keempat

ekstremitas.Tetra

dari

bahasa

yunani

sedangkanquadra dari bahasa latin. Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang


disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya
sebagianfungsi motorik pada keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan
lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Hal ini diakibatkan oleh
adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi (khususnya
pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan neuromuscular
atau penyakit otot. Kerusakan diketahui karena adanya lesi yang menyebabkan
hilangnya fungsi motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan dan tungkai.
Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil, jatuh
atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau spina
bifida).

Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuandalam


mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran kemih dan
rektum, sistem pernafasan atau fungsi otonom. Selanjutnya, dapat terjadi penurunan/

kehilangan fungsi sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan, penurunan


sensorik, dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi kelumpuhan pada
keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih dapat digunakan atau
jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu benda tapi jari-jari tersebut
masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi lengannya masih
bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknya kerusakan.
2.3 Etiologi Tetraparese

Complete/incomplete transection of cord with fracture


Prolapsed disc Cord contusion-central cord syndrome, anterior cord syndrome
Guillain-Barre Syndrome (post infective polyneuropathy)
Transverse myelitis Acute myelitis
Anterior spinal artery occlusion
Spinal cord compression
Haemorrhage into syringomyelic cavaty
Poliomyelitis
2.4 Epidemiologi
Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera pada medulla spinalis.
menurut Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury
Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera medula spinalis
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet akibat kecelakaan
diperkirakan 20 per 100.000 penduduk,dengan angka tetraparese 200.000 per
tahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera
medula spinalis.

Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Pembagian ini
penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya.. Data diAmerika
Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula
spinalis traumatika sbb : (1) tetraparese inkomplet (29,5%), (2) paraparese komplet
(27,3%), (3) paraparese inkomplet (21,3%), dan (4)tetraparese komplet (18,5%).
2.5 Klasifikasi Tetraparese
Pembagian tetraparese berdasarkan kerusakan topisnya:
a. Tetrapares spastic
Tetraparese spastik terjadi karena kerusakan yang mengenai upper motor neuron
(UMN), sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot atau hipertoni.
b. Tetraparese flaksid
Tetraparese flaksid terjadi karena kerusakan yang mengenai lower motor neuron (LMN),
sehingga menyebabkan penurunan tonus atot atau hipotoni.
2.6 Patofisiologi Tetraparese
Tetraparese dapat disebabkan karena kerusakan Upper Motor Neuron(UMN)
atau kerusakan Lower Motor Neuron (LMN). Kelumpuhan/ kelemahanyang terjadi pada
kerusakan Upper Motor Neuron (UMN) disebabkan karena adanya lesi di medula
spinalis. Kerusakannya bisa dalam bentuk jaringan scar,atau kerusakan karena tekanan
dari vertebra atau diskus intervetebralis. Hal ini berbeda dengan lesi pada LMN yang
berpengaruh pada serabut saraf yang berjalan dari horn anterior medula spinalis
sampai ke otot.

Pada

columna

vertebralis

terdapat

nervus

spinalis,

yaitu

nervus

servikal,thorakal, lumbal, dan sakral. Kelumpuhan berpengaruh pada nervus spinalis


dari servikal dan lumbosakral dapat menyebabkan kelemahan/kelumpuhan pada
keempat anggota gerak. Wilayah ini penting, jika terjadi kerusakan pada daerahini
maka akan berpengaruh pada otot, organ, dan sensorik yang dipersarafinya.
Ada

dua

tipe

dapatmenyebabkan

lesi,

yaitu

kehilangan

lesi

kontrol

komplit
otot

dan

dan

inkomplit.

sensorik

Lesi

secara

komplit

total

dari

bagiandibawah lesi, sedangkan lesi inkomplit mungkin hanya terjadi kelumpuhan


ototringan (parese) dan atau mungkin kerusakan sensorik. Lesi pada UMN dapat
menyebabkan paresespastic sedangkan lesi pada LMN menyebabkan parese flacsid

Gambar 3. Lesi pada Lower motor neuron (LMN).

2.6.1 Lesi di Mid- or upper cervical cord

Tiap lesi di medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinallateral


menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada otot-otot bagian tubuh
yang terletak di bawah tingkat lesi. Lesi transversal medula spinalis pada tingkat
servikal, misalnya C5 mengakibatkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada
otot-otot tubuh yang berada dibawah C5, yaitu sebagian otot-otot kedua lengan yang
berasal yang berasal dari miotom C6 sampai miotom C8, lalu otot-otot thoraks dan
abdomen serta segenap otot kedua tungkai yang mengakibatkan kelumpuhan parsial
dan defisit neurologi yang tidak masif diseluruh tubuh. Lesi yang terletak di medula
spinalis tersebut maka akan menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat anggota
gerak yang disebut traparese spastik.

2.6.2 Lesi di Low cervical cord


Lesi transversal yang merusak segmen C5 ke bawah itu tidak saja memutuskan
jaras kortikospinal lateral, melainkan ikut memotong segenap lintasan asendens dan
desendens lain. Disamping itu kelompok motoneuron yangberada didalam segmen C5
kebawah ikut rusak. Ini berarti bahwa pada tingkat lesikelumpuhan itu bersifat Lower
Motor Neuron (LMN) dan dibawah tingkat lesibersifat Upper Motor Neuron (UMN).
Dibawah ini kelumpuhan Lower Motor Neuron (LMN) akan diuraikan menurut
komponen-komponen Lower Motor Neuron(LM N ).
Motoneuron-motoneuron berkelompok di kornu anterius dan dapatmengalami
gangguan secara selektif atau terlibat dalam satu lesi bersama denganbangunan
disekitarnya, sehingga di dalam klinik dikenal sindrom lesi di kornuanterius, sindrom lesi
yang selektif merusak motoneuron dan jaras kortikospinal,sindrom lesi yang merusak

motoneuron dan funikulus anterolateralis dan sindromlesi di substantia grisea sentralis .


Lesi ini biasanya disebabkan karena adanyainfeksi, misalnya poliomielitis. Pada
umumnya motoneuron-motoneuron yangrusak didaerah intumesensia servikal dan
lumbalis sehingga kelumpuhan LMN adalah anggota gerak.
Kerusakan pada radiks ventralis (dan dorsalis) yang reversibel danmenyeluruh
dapat terjadi. Kerusakan itu merupakan perwujudan reaksiimunopatologik. walaupun
segenap radiks (ventralis/dorsalis) terkena, namunyang berada di intumesensia
servikalis dan lumbosakralis paling berat mengalamikerusakan. Karena daerah ini yang
mengurus anggota gerak atas dan bawah. Padaumumnya bermula dibagian distal
tungkai kemudian bergerak ke bagian proksimalnya. Kelumpuhannya meluas ke bagian
tubuh atas, terutama otot-ototkedua lengan. Kelainan fungsional sistem saraf tepi dapat
disebabkan kelainanpada saraf di sumsum tulang belakang atau kelainan sepanjang
saraf tepi sendiri.Salah satu penyakit dengan lesi utama pada neuron saraf perifer
adalahpolineuropati.
Lesi di otot dapat berupa kerusakan struktural pada serabut otot atauselnya
yang disebabkan infeksi, intoksikasi eksogen/endogen, dan degenerasiherediter.
Karena serabut otot rusak, kontraktilitasnya hilang dan otot tidak dapatmelakukan
tugasnya. Penyakit di otot bisa berupa miopati dan distrofi, dapatmenyebabkan
kelemahan di keempat anggota gerak biasanya bagian proksimallebih lemah dibanding
distalnya. Pada penderita distrofia musculorum enzimkreatinin fosfokinase dalam
jumlah yang besar, sebelum terdapat manifestasi dinikadar enzim ini di dalam serum
sudah jelas meningkat. akan tetapi mengapaenzim ini dapat beredar didalam darah tepi
masih belum diketahui.

Di samping kelainan pada sistem enzim, secara klinis juga dapatditentukan


kelaian morfologik pda otot. jauh sebelum tenaga otot berkurang sudahterlihat banyak
sel lemak (liposit) menyusup diantara sel-sel serabut otot. Ketikakelemahan otot
menjadi nyata, terdapat pembengkakan dan nekrosis-nekrosisserabut otot. Seluruh
endoplasma serabut otot ternyata menjadi lemak. Otot-ototyang terkena ada yang
membesar dan sebagian mengecil. Pembesaran tersebutbukan karena bertambahnya
jumlah serabut otot melainkan karena degenerasi lemak.

Central cord syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah trauma hiperekstensi. Sering
terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosiscervicalis. Predileksi lesi
yang paling sering adalah medula spinalis segmenservikal, terutama pada vertebra C4C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang.Mekanisme terjadinya
cedera adalah akibat penjepitanmedula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior
dan kompresi osteofit ataumaterial diskus dari anterior. Bagian medula spinalis yang
paling rentan adalahbagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian
sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat
mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas
sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera.
Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebihprominen
pada ekstremitas atas (tipe LMN) dibanding ektremitas bawah (tipeUMN). Pemulihan
fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat, sementara padaekstremitas atas
(terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitasneurologik permanen. Hal
ini terutama disebabkan karena pusat cedera palingsering adalah setinggi VC4-VC5

dengan kerusakan paling hebat di medulaspinalis C6 dengan ciri LMN. Gambaran klinik
dapat bervariasi, pada beberapakasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral
neurologis lokalis pada pasien cedera medula spinalis mengacu pada panduan
dari American Spinal Cord Injury Association/ AISA juga saraf kranialis, yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi. Manifestasi klinisutama dari SGB adalah suatu kelumpuhan
yang simetris tipe lower motor neurondari otot-otot ekstremitas, badan dan kadangkadang juga muka.
Akibat suatu infeksi atau keadaan tertentu yang mendahului SGB akantimbul
autoantibodi atau imunitas seluler terhadap jaringan sistim saraf-sarafperifer. Infeksiinfeksi meningokokus, infeksi virus, sifilis ataupun trauma padamedula spinalis, dapat
menimbulkan

perlekatan-perlekatan

selaput

araknoid.

Dinegara-negara

tropik

penyebabnya adalah infeksi tuberkulosis. Pada tempat-tempat tertentu perlekatan


pasca infeksi itu dapat menjirat radiks ventralis(sekaligus radiks dorsalis). Karena tidak
segenap radiks ventralis terkena jiratan,namun kebanyakan pada yang berkelompokan
saja, maka radiks-radiks yangdiinstrumensia servikalis dan lumbosakralis saja yang
paling umum dilandaproses perlekatan pasca infeksi. Oleh karena itu kelumpuhan LMN
paling seringdijumpai pada otot-otot anggota gerak, kelompok otot-otot di sekitar
persendianbahu dan pinggul. Kelumpuhan tersebut bergandengan dengan adanya
defisitsensorik pada kedua tungkai atau otot-otot anggota gerak.
Secara patologis ditemukan degenerasi mielin dengan edema yang dapatatau
tanpa disertai infiltrasi sel. Infiltrasi terdiri atas sel mononuklear. Sel-selinfiltrat terutama
terdiri dari sel limfosit berukuran kecil, sedang dan tampak pula,makrofag, serta sel
polimorfonuklear pada permulaan penyakit. Setelah itumuncul sel plasma dan sel mast.

Serabut saraf mengalami degenerasi segmentaldan aksonal. Lesi ini bisa terbatas pada
segmen proksimal dan radiks spinalis atau tersebar sepanjang saraf perifer. Predileksi
pada radiks spinalis diduga karena kurang efektifnya permeabilitas antara darah dan
saraf pada daerah tersebu.
Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipelower
motor neuron. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai darikedua
ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenden ke badan, anggotagerak atas
dan saraf kranialis. Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerakdikenai secara
serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis.Kelumpuhan otot-otot ini
simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia.Biasanya derajat kelumpuhan otototot bagian proksimal lebih berat dari bagiandistal, tapi dapat juga sama beratnya, atau
bagian distal lebih berat dari bagianproksimal.
d) Miastenia Grafis
Miastenia grafis adalah penyakit neuromuskular yang menyebabkan ototskelet
menjadi lemah dan lekas lelah. Kelelahan/kelemahan ini disebabkan karenasirkulasi
antibodi yang memblok acetylcholine receptors pada post sinaptik neuromuscular
junction, stimulasi penghambatan ini berpengaruh pada neurotransmiter asetilkolin.
Manifestasi klinisnya dapat berupa kelemahan padaotot yang mengatur pergerakan
mata, kelemahan otot pada lengan dan tungkai,perubahan ekspresi wajah, disfagia,
dan disartria.
e) Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
Penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah suatu kelainan yang
progresif dari sistem saraf yang banyak terjadi pada orang dewasa dengan penyakit

motoneuron. Kondisi tersebut menyebabkan degenerasi saraf motorikbagian atas


(brain) dan saraf motorik bagian bawah (spinal cord) dengankombinasi tanda upper
motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN).Penurunan kualitas saraf ini,
menyebabkan Kelemahan pada otot dan dapatberakhir pada kematian.
Proses degenerasi hanya menyerang pada neuron motorik, yaitu sel-selsaraf
yang mengatur pergerakkan otot. Akibat kelemahan itu, kemampuan tubuhuntuk
mengatur gerakan otot yang disadari akan hilang secara perlahan-lahan.Misalnya,
memegang, menjentik, menggaruk, dan sebagainya. Namun penyakitini tidak
mempengaruhi saraf sensoris (perasa) dan fungsi mental. Meskipunpenyebab pasti
ALS belum diketahui, teori yang dikenal saat ini menyatakan neurotransmiter
glutamat (suatu zat kimia yang menghantarkan impuls atau sinyal ke sel-sel saraf)
kemungkinan memegang peranan sebagai penyebabmatinya sel-sel saraf motorik. Zatzat kimia lainnya, seperti molekul radikal bebasdan kalsium kemungkinan juga ikut
terlibat.
Penyakit ALS mengakibatkan sistemneuromuscular tidak berfungsikarena kedua
saraf motorik penderita ALS telah rusak.Seiring berjalannyawaktu, penyakit ALS
menyebabkan sarafsaraf motorik yang berada di otak danbatang tubuh mengecil, dan
pada akhirnya menghilang. Akibatnya, otot otottubuh tidak lagi mendapat sinyal untuk
bergerak. Karena otot yang berada dalamtubuh kehilangan pemasok nutrisinya,
sehingga otototot yang menjadi lebih kecildan melemah. Saraf-saraf di dalam
sistemneuromuscular yang memberi nutrisike otot-otot tersebut terlokalisir, sehingga
menyebabkan tumbuhnya jaringan yangrusak mengantikan sarafsaraf yang normal.
Posted by Dwi Ohorella at 11:24 PM 1 comment:
http://dwiohorella.blogspot.com/

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paraparesis Inferior adalah sindrom klinis dimana prosesnya dimediasi oleh sistem imun
menyebabkan cedera neural medula spinalis dan mengakibatkan berbagai derajat disfungsi
motorik, sensori, dan autonom. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun dewasa pada
semua usia. Akan tetapi puncak usia adalah antara usia 10-19 tahun dan 30-39 tahun. (Anwar
2005)
Penyebab Paraparesis Inferior adalah sindrom klinis berupa berbagai derajat disfungsi
motorik, sensori, dan autonom yang disebabkan oleh peradangan fokal di medula spinalis. Pasien
biasanya mengalami kecacatan karena cedera pada neural sensori, motorik dan autonom di dalam
medula spinalis. (Anwar 2005)
Gambaran klinis Paraparesis Inferior adalah Timbulnya kelemahan yang bersifat spastik
secara gradual pada tungkai yang mengakibatkan kesukaran berjalan, Reflek tendon yang
meningkat dengan reflek plantar ekstensor, Sensorik dan fungsi saraf lain normal. Bila terjadi
mulai kanak-kanak, kaki jadi melengkung dan memendek dan terdapat pseudokontraktur dari
otot betis, mengakibatkan jalannya menggunakan ujung jari-jari. Kadang-kadang lutut tampak
fleksi ringan dan lengan ekstensi serta adduksi. Otot lengan terkena dalam berbagai tingkatan.
Tangan jadi kaku, lemah, bicara disartri Fungsi sphincter tak terganggu, Sering bersamaan
dengan nistagmus, kelemahan saraf otak, optik atrofi, degenerasi makular pigmentasi, ataksia,
epilepsi, dementia Gambaran patologi menunjukkan degenerasi dari traktus kortikospinalis,

penipisan dari kolumna Goll, terutama regio lumbal dan traktus spinocerebellaris. Dilaporkan
juga terdapat berkurangnya sel Betz di kornuanterior (Japardi, 2002).
Komplikasi yang terjadi berupa disfungsi neural sistem motorik, sensori dan autonom yang
berada di dalam dan melewati area peradangan. (Ngastiyah 2005).
Penatalaksanaan fokus untuk mengurangi peradangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memberi terapi imunomodulator seperti steroid, plasmapheresis, dan imunomodulator lain.
Ketika fase akut selesai, biasanya pasien akan meninggalkan gejala sisa yang sangat
mempengaruhi hidupnya. Lamanya fase penyembuhan tergantung terapi fisik dan okupasi yang
diberikan segera mungkin. Terapi dapat menolong pasien bertambah kuat, mencegah dekubitus,
kontaktur, dan mengajari mereka bagaimana mengkompensasi defisit yang permanen
(Ngastiyah,2005).
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien dengan Paraparesis Inferior adalah disfungsi
motorik, pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kurang pengetahuan mengenai
penyakit.(Carpenito, 2005).
Peran perawat terhadap pasien dengan Paraparesis Inferior adalah sebagai pemberi asuhan
keperawatan terhadap kebutuhan dasar manusia yang di butuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat di tentukan diagnosis
keperawatan agar bisa di rencanakan dan di laksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia. (Hidayat A,2004).
Umumnya serangan pertama terjadi pada umur muda 20-40 tahun, kadang-kadang umur 1215 tahun. Laki-laki lebih sering dari wanita. Keadaan ini pada 60-90% penderita diikuti gejala
remisis dan relaps.( Hariyono S,2003).

Melihat kompleknya permasalahan yang timbul maka di perlukan peran perawat yang
spesifik dalam menghadapi masalah yang ada pada pasien dengan memberikan
keperawatan secara komprehensif yang mencakup aspek Bio, Psiko, sosial, dan Spiritual.

asuhan

Anda mungkin juga menyukai