Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Dengan kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, maka
semakin banyak bermunculan berbagai masalah khususnya masalah
kesehatan. Masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara
berkembang yaitu semakin banyaknya penderita Hipertensi. Untuk mengatasi
persoalan tersebut dibutuhkan kesadaran dalam mengontrol diri dan
lingkungannya demi keselamatan bersama dan ancaman meluasnya penyakit
Hipertensi.
Menurut murwani (2009), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan systole dan distole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal
(tekanan systole di atas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg).
Hipertensi masih menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain
meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang
belum mendapat pengobatan maupun sudah diobati tetapi tekanan darahnya
belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang
dapat meningkatkan mordibitas dan mortalitas.
Hipertensi pada dasarnya tidak menunjukkan gejala apapun, sehingga
kondisi tersebut kadang disebut sebagai pembunuh diam-diam. Namun
beberapa tanda-tanda yang bisa diperhatikan sebagai indikasi adanya

hipertensi adalah Napas pendek, Sakit kepala, Mimisan, Pingsan dan kerap
mengantuk, Pusing, Telinga berdenging, Muntah, Berkeringat berlebihan,
Pandangan kabur (Adnamazid, 2013).
Secara global, 9,4 juta meninggal setiap tahun dan 1,5 milyar orang di
seluruh dunia yang menderita karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ini
adalah faktor risiko terbesar untuk kematian terbesar dunia menyebabkan
penyakit

jantung,

stroke,

penyakit

ginjal,

dan

diabetes

(WHL, 2013).
Berdasarkan data WHO tahun 2000, hipertensi telah menjangkiti
26,4% populasi dunia dengan perbandingan 26,6% pada pria dan 26,1% pada
wanita. Dari 26,4% populasi dunia itu, negara berkembang menyumbang 2/3
populasi yang terjangkit hipertensi sedangkan negara maju hanya
menyumbangkan sepertiganya saja. Sementara itu di wilayah ASEAN, survey
menunjukkan prevalensi hipertensi di Thailan (1989) sebesar 17%, Philippina
(1993) sebesar 22%, Malaysia (1996) sebesar 29,9%, Vietnam (2004) sebesar
43,5%, dan Singapura (2004) sebesar 24,9%.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes
2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% dan
dimana hanya 7,2 % penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi
dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Ini menunjukkan, 76%
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat

belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi (Pusat Komunikasi


Publik, 2010).
Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah
mengalami peningkatan dari 1,80% pada tahun 2005 menjadi 1,87% pada
tahun 2006, dan 2,02% pada tahun 2007. Prevalensi sebesar 2,02% artinya
setiap 100 orang terdapat 2 orang penderita hipertensi primer. Prevalensi
tertinggi adalah di Kabupaten Boyolali sebesar 14,4%. Sedang prevalensi
kasus hipertensi lain di provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 0,76%,
mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2006 sebesar
0,63% (Bustan, 2007).
Dari data DKK Kendal yang menderita hipertensi pada tahun 2008
sebanyak 37.648 orang. Sedangkan data dari Puskemas Gemuh Kecamatan
Gemuh Kabupaten Kendal yang menderita hipertensi pada bulan maret
sebanyak 181 pada tahun 2009 (DKK Kendal, 2008).
Hipertensi jika diabaikan dapat mejadikan jantung bekerja lebih keras
dan membiarkan proses perusakan pembuluh darah berlangsung dengan
cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan
meningkatkan resiko stroke delapan kali dibandingkan dengan orang yang
tidak mengalami hipertensi. Mereka yang mengidap hipertensi dapat
diselamatkan bila lebih awal memeriksakan diri dan selanjutnya melakukan
upaya untuk mengendalikannya (Lanny, 2004).

Perubahan pola hidup harus disarankan pada semua pasien hipertensi,


yang meliputi: mengurangi konsumsi garam, olahraga teratur, berhenti
merokok, turunkan berat badan berlebih, dan menghindari stress. Pasien yang
meminum obat anti hipertensi tetap harus mengikuti perubahan pola hidup
yang dianjurkan. Pilihan jenis obat, cara pemakaian, dosis, dan ketaatan
minum obat harus didiskusikan secara seksama dengan dokter yang merawat.
Kepatuhan akan terapi harus dijelaskan secara mendetail pada pasien.
Demikian pula pemantauan hasil terapi. Kunjungan berkala untuk memonitor
hasil terapi sangat diperlukan (Nurse Movement, 2014). Berdasarkan latar
belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y dengan Hipertensi di Ruan Seruni RSUD
Kraton Pekalongan .

B.

Tujuan
a.

Tujuan Umum
Mampu memberikan dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Hipertensi secara menyeluruh dan komprehensif.

b.

Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipertensi.
b. Mampu menetapkan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan hasil
pengkajian yang di dapat pada klien dengan hipertensi.

c. Mampu menetapkan rencana keperawatan pada klien dengan


hipertensi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien dengan
hipertensi
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang
telah di lakukan pada klien dengan hipertensi
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipertensi.

C.

Metode penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan menggunakan penulisan deskriptif yaitu pengumpulan data dengan
melakukan observasi terhadap semua keadaan yang terjadi.
Pendekatan proses keperawatan terdiri dari : pengkajian, perencanaan
implementasi dan evaluasi. Adapun teknik penulisan pengumpulan data yang
melakukan observasi, kemudian menggambarkannya dengan memaparkannya
dalam bentuk karya tulis ilmiah, sedangkan untuk mengumpulkan data adalah
sebagai berikut :
1. Anamnesa
Diperoleh dengan menanyakan pada keluarga pasien, perawat, dokter, dan
petugas kesehatan lainnya mengenai perjalanan penyakit dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan penyakit tertentu.

2. Observasi Partisipasi Aktif


Mengadakan pengamatan untuk perawatan langsung terhadap keadaan
pasien

serta

perkembangan

penyakit

dengan

melakukan

asuhan

keperawatan.
3. Studi Dokumentasi Pengumpulan data tentang keadaan pasien di catatan
medik, catatan perawat, serta pemeriksaan lain.
4. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data dengan mempelajari sumber tertentu berupa
buku yang berhubungan dengan materi yang tersirat dalam pembuatan
karya tulis ilmiah.
D.

Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematik
yang diuraikan menjadi 5 Bab, yaitu meliputi :
Bab I, Pendahuluan, berisi tentang : latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II, Konsep dasar, meliputi : pengertian, rentang respon, etiologi,
jenis-jenis

halusinasi,

fase-fase

halusinasi,

manifestasi

klinik,

penatalaksanaan, mekanisme koping, pohon masalah, diagnosa keperawatan,


fokus intervensi, pelaksanaan keperawatan pada pasien halusinasi.
Bab III

, Tinjauan kasus, meliputi : pengkajian, analisa data, pohon

masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan


evaluasi.

Bab IV , Pembahasan, yang meliputi : pengkajian, diagnosa


keperawatan, intervensi/perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi.
Bab V , Penutup, berisi : simpulan dan saran.

BAB II
KONSEP DASAR

A.

Pengertian
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah, yaitu peningkatan tekanan darah
yang menetap di atas batas normal yaitu sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg (Dewi 2010, Wilson, 2006).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Sedangkan menurut Sheps (2005), hipertensi adalah tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik
di atas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
Menurut murwani (2009), Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan systole dan distole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal
(tekanan systole di atas 140 mmHg, diastole di atas 90 mmHg)

B.

Anatomi dan fisilogi

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot


jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan serat otot lintang, tetapi cara kerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh
susunan sraf otonom).
1. Anatomi jantung meliputi :
a. Vena cava superior dan vena cava inferior, berfungsi
mengalirkan darah ke atrium dekstra yang datang dari seluruh
tubuh.
b. Arteri pulmonalis, berfungsi membawa darah dari ventrikel
dekstra masuk ke paruparu, antara ventrikel dekstra dan arteri
pulmonalis
pulmonalis.

terdapat

katup

valvula

semilunarisarteri

c. Vena pulmonalis, berfungsi membawa darah dari paru-paru ke


atrium sinistra
d. Aorta, berfungsi membawa darah dari ventrikel sinistra ke
seluruh tubuh, pada batas antara ventrikel sinistra dan aorta
terdapat sebuah katup valvula semilunaris aorta
e. Katup bikupid (mitral) terletak antara atrium kiri dan ventrikel
kiri. Katup ini terletak pada chordate tendiniae dan otot
pailaris, fungsinya sama dengan katup trikuspid
f. Arteri koroner merupakan cabang aorta tepat diatas katup
semilunar aorta. Arteri ini terletak diatas sulkus koroner
g. Katup semilunar aorta dan pulmoner terletak di jalur
ventrikuler jantung sampai ke aorta dan trunkus pulmoner.
Katup semilunar terdiri dari tiga kuspis berbentuk bulan sabit,
yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam pembuluh
darah. Tepi bebasnya memanjang kedalam lumen pembuluh
h. Katup semilunar pulmonar terletak antara ventrikel kanan dan
trunkus pulmonary
i. Dinding atrium relatif tipis. Atrium berfungsi menerima darah
dari vena yang membawa darah kembali ke jantung
j. Atrium kanan terletak pada bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru

k. Atrium kiri di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih


kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium
kri menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan
darah yang teroksigen dari paru-paru
l. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah keluar
jantung menuju arteri yang membawa darah meninggalkan
jantung
m. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus
pulmonary dan mengalir melewati jarak yang pendek melalui
paru-paru
n. Ventrikel kiri terletak di bagian ventrikel kiri pada apeks
jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan.
Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir
ke seluruh bagian tubuh kecuali paruparu
(Ethel Sloane, 2002)
2. Fisiologi dari jantung meliputi :
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup,
yang disebabkan karena adanya saraf otonom. Rangsangan ini
diterima oleh jantung pada simpul saraf yang terdapat pada atrium
dekstra dekat vena kavayang disebut nodus sino atrial.

Selama gerakan jantung, dapat terdengar dua macam suara


yang disebabkan oleh katub-katub yang menutup. Bunyi pertama
disebabkan

menutupnya

katub aorta dan arteri

pulmonal setelah kontriksi dari ventrikel.Bunyi

yang

pertama

panjang dan yang kedua pendek dan tajam. Dalam keadaan normal,
jantung tidak membuat bunyi lebih keras tetapi bila arus darah
cepat atau kaku ada kelainan pada katub maka terdapat bunyi
bising.
Dalam

kerjanya

jantung

menurut Saifuddin

(2006)

mempunyai 3 periode :
a. Periode konstriksi (periode
dimana

jantung

systole)

yaitu

suatu

keadaan

bagian ventrikel dalam

keadaan

menguncup. Katub bikus dantrikuspidalis dalam

keadaan

tertutup valvula semilunaris aorta danvalvula semilunaris arteri


pulmonalis terbuka

sehingga

darah

dariventrikel

dekstra mengalir dari arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri


dan

kanan,

sedangkan

darah

dari

dari venterikel

sinistra mengalir keaorta kemudian diedarakan ke seluruh


tubuh .
b. Periode dilatasi (periode diastole) yaitu suatu keadaan dimana
jantung mengembang, katub bikus dan trikuspidalis terbuka,
sehingga

darah

dariatrium

sinistra masuk

ke ventrikel

sinistra dan darah dari atrium dekstramasuk ke ventrikel


dekstra.
c. Periode Istirahat,

yaitu

waktu

antara

periode konstriksi dan dilatasidimana jantung berhenti kira


kira 1/10 detik.
3. Anatomi fisiologi pembuluh darah adalah :
Pembuluh darah yang utama pada tubuh manusia ada lima,
antara lain:
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung
yang membawa darah keseluruh begian dan alat tubuh.
b. Arteriola
Dinding arteriola terutama terdiri dari otot polos dengan sedikit
serabut elastis. Dinding berotot ini sangat peka dan dapat
berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darahke
jaringan kapiler.
c. Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding
otot yang relatif lemah namun peka.
d. Vena
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.

e. Kapiler
Merupakan

pembuluh

darah

yang

sangat

kecil,

tempat arteriolberakhir dan venula mulai.


Vena kava superior dan vena kava inverior mengalirkan
darah keatrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri
pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke
paru-paru. Antaraventrikel sinistra dan arteri pulmonalis
terdapat katup valvula semilunaris arteri pulmonalis. Vena
pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium
sinistra.
Aorta membawa darah dari ventrikel sinistra ke seluruh
tubuh. Pada batas antara ventrikel sinistra dan aorta terdapat
katup valvula semilunaris aorta.
4. Anatomi fisiologi darah :
Darah adalah jaringan cair yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang berwarna merah. Warna merah itu tidak tetap
tergantung pada banyak oksigen dan karbondioksida di dalamnya.
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
sebanyak kira-kira satu per tiga belas dari berat badan atau kirakira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tesebut pada tiap-tiap orang
tidak sama,tergantung umur, pekerjaan, keadaan jantung atau
pembuluh darah.

Darah terdiri dari dua bagian, yaitu:


a.

Sel-sel darah, terdiri dari:


1)

Sel darah merah (Eritrosit)


Sal darah merah membawa hemoglobin kedalam sirkulasi.
Sel ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di
susum tulang.

2)

Sel darah putih (Leukosit)


Sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak
dalam sistem pertahanan tubuh.

3)

Trobosit, Trombosit adalah fragmen sel


yamg berasal dari megakariosit

b.

Plasma darah, terdiri dari:


1)

Air

: 91%

2)

Protein

: 3%

3)

Mineral

: 0,9%

4)

Bahan organik : 0,1%

Fungsi darah yang utama ada tiga, yaitu


a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai Pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan
racun dalam tubuh.
c. Menyeberkan panas keseluruh tubuh.

C.

Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia :
Diastol
Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Tahap I
Hipertensi Tahap II
Hipertensi Sistol Terisolasi

Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
140

Dan/Atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Dan

(mmHg)
<180
80-89
90-99
100
<90
(Andy Sofyan, 2012)

Sedangkan menurut penyebabnya, Hipertensi dapat dibagi dua :


a.

Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik
dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir
telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah
merupakan hasil cyrah jantung dan resistensi vascular, sehingga tekanan
darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer
bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan
relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi yaitu, genetik,
lingkungan, jenis kelamin, dan natrium.

b.

Hipertensi renal atau sekunder


Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal 3% dimana setiap
penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab

penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung


menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan
kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit
yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum
dibagi atasaterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapat
hipokalemia bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin
yang rendah akan mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium
dan air (Gray, dkk, 2005).

D.

Etiologi
Menurut Corwin (2009), etiologi hipertensi tergantung pada kecepatan
denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR).
Maka peningkatan salah satu dari ketigavariabel yang tidak dikompensasi
dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatankecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormonpada nodus SA.
Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai

keadaan

hipertiroidisme.

Namun,

peningkatan

kecepatan

denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau


TPR, sehinggatidak meninbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi
apabilaterdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat
gangguanpenanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

berlebihan.Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan


aliran darah ke ginjaldapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasmaakan menyebabkan peningkatan volume diastolik
akhir sehingga terjadi peningkatanvolume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkata preload biasanya berkaitan denganpeningkatan tekanan sistolik.
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat
terjadipada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yangberlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua
hal tersebut akanmenyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada
peningkatan Total PeriperialResistence, jantung harus memompa secara lebih
kuat dan dengan demikianmenghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluhdarah yang menyempit. Hal ini disebut
peningkatan dalam afterload jantung danbiasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatanafterload berlangsung
lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrifi(membesar).
Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi
untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung
juga mulaitegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup. Beberapa
penyebab terjadinya hipertensi sekunder menurut Hayens (2003):
1. Penyakit ginjal

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Stenosis arteri renalis


Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasaanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
Kelainan hormonal
a. Hiperaldosteronisme
b. Sindroma cushing
c. Feokromositoma
10. Obat-obatana.
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alkohol
11. Penyebab Lainnya
a. Koartasio Aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Keracunan Timbal Akut

E.

Manifestasi Klinis
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa
disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada
waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan
pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah
tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah
apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu

kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh
sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal.
Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,
pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda
hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan
darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang
memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya.
Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung
beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek,
pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur
`
F.

(Knight, 2006).

Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko dari hipertensi menurut (Gray dkk, 2005) meliputi :
o.

Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar
tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada
kaitan

hipertensi

mengatakan

dengan

terdapat

perbedaan

kelainan

genetik.

Beberapa

peneliti

pada gen angiotensinogen tetapi

mekanismenya mungkin bersifat poligenik


p.

Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi,
bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit
kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara
benar

q.

Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause
dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon

r.

Geografi dan lingkungan


Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok
daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian
Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak
meningkat sesuai dengan pertambahan usia disbanding masyarakat barat

s.

Pola hidup

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap


timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% ,
mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah
terkena hipertensi
t.

Garam dapur
Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur
keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium
dalam diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau sodium
chlorid (NaCl). Pemasukan sodium mempengaruhi tingkat hipertensi.
Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum.
Hal ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung
harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini
berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur
dan air. Karena masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output)
dalam system pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat
dengan tekanan darah tinggi

u.

Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan
peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah
kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke
otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada

kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat


ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokokmenggantikan oksigen dalam darah. Hal ini
akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa
untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh

G.

Patofisiologi
Pada kondisi asupan garam yang berlebihan tubuh tidak dapat
menahan terlalu banyak air sehingga volume cairan darah akan meningkat
tanpa disertai penambahan ruang pada pembuluh darah, selain itu berbagai
faktor kecemasan, ketakutan, rokok, kurangnya berolahraga dan penyakit
ginjal, ini dapat mempengaruhi respon pembuluh darah. Hal ini dapat
merespon sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh darah. Medulla
adrenal (kelenjar penghasil hormone yang berada diatas ginjal) mengeluarkan
efinefrin (adrenalin) yang menyebabkan vasokontraksi (penyempitan)
pembuluh darah. Vasokontriksi menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang
sehingga menyebabkan pelepasan rennin oleh ginjal. Mekanisme terjadinya
hipertensi diawali dengan pembentukan angiotensin II dari angiotensi I oleh
Angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotenigen
yang diproduksi oleh hati. Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh

ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I, oleh ACE oleh paru-paru,


angiotensi I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peran kunci dalam menaikkan tekanan darah. Angiotensin II adalah
zat yang terjadi secara alami yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan
darah melalui vasokontriksi pembuluh darah dan retensi (penyimpangan)
garam dan air. Mekanisme kerja angiotensin II adalah sebagai berikut :
pertama dalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi oleh hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urine yang disekresikan ke luar tubuh, sehingga menjadi
tinggi osmolalitasnya (pekat). Untuk mengencerkannya, volume ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah. Kedua adalah menstimulasi aldosteron dari kortek adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting dalam
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorbsi dari tubulus ginjal.
Naiknya

konsentrasi

NaCl

akan

diencerkan

kembali

dengan

cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan


meningkatkan volume dan tekanan darah (Sylvia, 2006).

H. Pathways
I.

Pemeriksaan Penunjang

Obesitas

Nikotin dalam rokok

Stress

Pemberian pil KB

Renal siakemik

Lemak atau kolesterol


berlebih

Masuk dalam
peredaran darah

Stimulasi saraf
simpatis meningkat

angiotensinogen

Renin meningkat

Meningkatkan
agregasi trombosit

Kotraktilitas miokard
meningkat
Asupan
garam
berlebih

Angiotensin I
Angiotensin II
Sekresi aldosteron meningkat
Retensi Na & air

arterosklerosis
Tahanan perifer meningkat

Beban jantung meningkat


COP meningkat
Salah interprestasi informasi

Hipertensi

Selalu bertanya, salah persepsi

Kerusakan vaskuler

Tidak akurat mengikuti informasi

Perubahan struktur arteri dan


arteiriola

Kurang pengetahuan tentang


kondisi dan pengobatan

vasokonfriksi
Gangguan sirkulasi

Otak

Suplay O2 otak
menurun

Tekanan pembuluh darah


Hipoksia
otak meningkat
Nyeri kepala

Gangguan
perfusi jaringan

Ginjal

Jantung

Retina

Jaringan tubuh

Kerja ginjal
meningkat

Suplay O2 ke jantung
menurun

Spasme
arferiole

Suplai O2 dan nutrisi


ke jaringan menurun

Kerusakan
neuron

Disfungsi
miokard

Diplopia

kelemahan

Gagal ginjal
kronis

Iskemia
miokard
Resti penurunan
curah jantung

Perubahan persepsi
sensori penglihatan
Resti injuri

Intoleran
aktifitas

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :


1. Pemeriksaan yang segera, seperti :
a.

Darah

: rutin, BUN, creatinine, elektrolik, KGD

b.

Urine

: urinelisa dan kultur urine

c.

EKG : 12 lead, melihat tanda iskemi

d.

Foto dad

: apakah ada edema paru (dapat ditunggu

setelah pengobatan terlaksana)


2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a.

Kemungkinan kelinan renal : IVP, Renald angiography


(kasus tertentu), biopsi renald (kasus tertentu)

b.

Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi


: spinal tab, CT-scan

c.

Dila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk


Katekholamine, Metamefrin Venumandelic Acid (VMA)
(Abdul Majid, 2004)

J.

Komplikasi
Dalam Gray (2005), hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi
semua sistem organ dan akhirnya akan memperpendek harapan hidup sebesar
1020 tahun. Selain itu penurunan tekanan darah akan dapat mencegah
demensia dan penurunan kognitif pada usia lanjut. Kemunduran kognitif

ditandai dengan lupa pada hal-hal yang baru, akan tetapi masih dapat
melakukan aktifitas sehari-hari. Kerusakan organ yang terjadi berkaitan
dengan derajat keparahan hipertensi. Perubahan-perubahan utama organ yang
terjadi akibat hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
1. Jantung menyebabkan komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris,
gagal jantung
2. Ginjal menyebabkan terjadinya gagal ginjal karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian.
3. Otak dapat menyebabkan komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik.
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embulus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Artesi-arteri
otak

yang

mengalami

arteroklerosis

dapat

melemah

sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.


4. Mata menyebabkan komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan.

5. Pembuluh perifer. Penelitian meta-anlisis yang melibatkan lebih dari


420.000 pasien telah menunjukkan hubungan yang kontinyu dan
independen antara tekanan darah dengan stroke dan penyakit jantung
koroner. Peningkatan tekanan diastolik >10 mmHg dalam jangka panjang
akan meningkatkan risiko stroke sebesar 56% dan penyakit jantung
koroner sebesar 37%.
6. Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis
merupakan gangguan pengolahan gula (glukosa) oleh tubuh karena
kekurangan insulin.

K.

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien hipertensi adalah mencegah
terjadinya mordibitas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efek setiap program
ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas
hidup sehubungan dengan terapi. Menurut Muttaqin (2009), Pada klien
dengan hipertensi dapat melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut:
1.

Modifikasi gaya hidup


Dengan pendekatan nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Teknik teknik mengurangi stress.
b. Penurunan berat badan.
c. Pembatasan natrium, tembakau, dan alkohol.

d. Olah raga/latihan.
e. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks
2. Terapi farmakologi
Obat obat antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau
dicampur dengan obat lain. Obat obat ini diklasifikasikan menjadi lima
kategori, yaitu :
a. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan.
b. Simpatolitik
Penghambat adrenergik alfa, penghambat neuron adrenergik, penekan
simpatetik, penghambat adrenergik beta, resptor beta.
c. Vasodilator arteriol yang bekerja langsung
Obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot otot polos
pembuluh

darah,

terutama

arteri,

sehingga

menyebabkan

vasodilator.Dengan terjadinya vasodilator, tekanan darah akan turun


dan natrium serta air akan tertahan, sehingga terjadi edema perifer.
d. Antagonis angiotensin ( ACE Inhibator )
Obat golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE),
yang nantinya akan menghambat pembentuan angiotensin II
( vasokonstriktor ) dan menghambat pelepasan aldosteron.
e. Penghambat saluran kalsium ( blocker kalsium antagonis )
Obat golongan ini menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel,
serta menurunkan afterload jantung.

L.

Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes (2004)
adalah :
a.

Aktivitas istirahat
Gejala

: Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya


hidup

Tanda

: Frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung


(takipnea)

b.

Sirkulasi
Gejala

: Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung


koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode
palpitasi, perpirasi.

Tanda

: Kenaikan TD, Hipotensi postural (mungkin berhubungan


dengan regimen otak), Nada denyutan jelas dari karotis,
juguralis, radialis. Denyut apical : Pm, kemungkinan
bergeser dan sangat kuat. Frekuensi/irama : Tarikardia
berbagai distrimia. Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar
S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical
kiri).

c.

Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria
atau jarah kzronis (dapat mengidentifikasi kerusakan
serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda

: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu


perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti
otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik
cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.

d.

Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

e.

Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah,
perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.
Tanda

: Berat badan normal atau obesitas, Adanya edema


(mungkin umum atau tertentu), Kongestiva, Glikosuria
(hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

f.

Neurosensori

Gejala

: Keluhan

pening/pusing,

Berdenyut,

sakit

kepala

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara


spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan
kelemahan pada satu sisi tubuh, Gangguan penglihatan,
Episode epistaksis
Tanda

: Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi


bicara, efek, proses fikir atau memori.

g.

Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala

: Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),


Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi, Sakit kepala
oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya,
Nyeri abdomen / massa

h.

Pernapasan
Gejala

: Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja, Riwayat


merokok, batuk dengan / tanpa seputum

Tanda
i.

: Distres respirasi, Bunyi nafas tambahan, Sianosis


Keamanan

Gejala

: Gangguan koordinas / cara berjalan, Hipotesia pastural

Tanda

: Frekuensi jantung meningkat, Perubahan trauma jantung


(takipnea)

j.

Pembelajaran/Penyebab

Gejala :

Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis,


penyakit jantung, DM

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, Iskemia miokard, hipertrofi atau
rigiditas (kekakuan) ventrikuler.
b. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral berhubungan dengan
hipoksia, penurunan aliran oksigen.
c. Nyeri (akut atau kronis) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler.
d. Resiko injuri berhubungan dengan sensori atau perubahan penglihatan.
e. Intoleran

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

umum,

ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2.


f. Kurang pengetahuan mengenai tentang dan pengobatan berhubungan
dengan kurang pengetahuan atau daya ingat, mis interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.
(Doengoes, 2004)

3. Fokus Intervensi

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertrofi atau
rigiditas (kekakuan) ventrikuler.
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi,
tidak terjadi iskemia miokard.

Kriteria hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD atau beban
kerja jantung.
2) Mempertahankan tekanan dalam rentang individu yang dapat
diterima.
3) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang
normal.
Intervensi :
1) Pantau vital sign
R/ membandingkan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan bidang masalah vaskuler.
2) Amati warna kulit kelembaban suhu
R/ adanya pucat, dingin, kulit lembab atau masa pengisian kapiler
lambat

mungkin

berkaitan

dengan

vasokonfriksi

mencerminkan dekompersasi atau penurunan curah jantung.


3) Catat edema umum atau tertentu.

atau

R/ dapat mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau


vaskuler
4) Berikan lingkungan yang nyaman, kurangi aktivitas atau keributan
lingkungan
R/ membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan
relaksasi.
5) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur
atau kursi
R/ menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan
darah dan perjalanan penyakit hipertensi.
6) Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seprti pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
R/ mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang
simpatis.
7) Anjurkan

teknik

relaksasi(nafas

dalam)

dan

teknik

distraksi(mengobrol)
R/ dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.
8) Kolaborasi dalam pemberian obat-obat anti hipertensi
R/ reaksi dari obat-obat anti hipertensi menurunkan TD
b. Perubahan perfusi jaringan: serebral berhubungan dengan hipoksia,
penurunan aliran oksigen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatn klien diharapkan


menunjukan perfusi jaringan yang efektif
Kriteria Hasil :
1)

Tekanan darah sistolik dan diastolic stabil

2)

Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai


dengan usia dan

Intervensi :
1) Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas,
bingung, letargi, pinsan).
R/ Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah
jantung, dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia
atau emboli sistemik.
2) Pantau

masukan

dan

perubahan

keluaran

urine.Penurunan

pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan


volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.
3) Pantau pernafasan.Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres
pernafasan.
R/

Dispnea

tiba-tiba/berlanjut

tromboemboli paru.

menunjukkan

komplikasi

4) Kaji fungsi GI, catat

anoreksia, penurunan bising usus,

mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.


R/ Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan
disfungsi GI, contoh kehilangan peristaltik.
5) Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat
kekuatan nadi perifer.
R/ Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah
jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
6) Dorong latihan kaki aktif/pasif.
R/ Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan resiko tromboplebitis.
c. Nyeri (akut atau kronis) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

nyeri berkurang atau hilang.


Kriteria hasil :
1) Melaporkan nyeri terkontrol
2) Mengungkapkan pengurangan nyeri

3) Mengikuti regimen farmalogi yang diresepkan


Intervensi :
1)

Anjurkan atau pertahankan pasien untuk tirah baring


R/ Meminimalkan situasi atau meningkatkan relaksasi.

2)

Berikan tindakan nonfamokologi untuk menghilangkan sakit


kepala misal pijat punggung dan leher.
R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan
yang memperlambaat atau memblok respon simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

3)

Hilangkan atau minimalkan aktivitas yang dapat meningkatkan


sakit kepala misal mengejan saat BAB, batuk panjang,
membungkuk.
R/ Aktivitas yang meningkatkan vasokontrikfi menyebabkan sakit
kepala dan adanya peningkatan tekaanan vaskuler serebral.

4)

Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur,


bila terjadi perdarahan kompres hidung.
R/ Meningkatkan kenyamanan umum.

5)

Kolaborasi pemberian analgisik sesuai indikasi


R/ Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsangan sistem saraf simpatis.

d. Resiko injuri berhubungan dengan sensori atau perubahan penglihatan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak mengalami injuri.
Kriteria hasil:
1)

Mengidntifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko


terjadinya cedera.

2)

Menyebutkan tujuan mnenggunakan tindakan keamanan untuk


mencegah cedera misalnya menyingkirkan barang-barang yang
tidak teratur.

3)

Meningkatkan kegiatan sehari-hari jika memungkinkan.

Intervensi :
1) Kurangi atau kehilangan faktor-faktor penyebab atau pendukung
R/ Untuk menghindari resiko jatuh.
2) Gunakan penerangan pada malam hari
R/ Memberikan penerangan disepanjang jalan dan mencegah
terjadinya kecelakaan pada saat pandangan kabur (diplopia)
3) Dorong untuk meminta bantuan pada malam hari
R/ Melindungi diri sendiri dan merasa aman bila ada yang
melindungi.
4) Atus tempat tidur lebih rendah pada malam hari
R/ Mencegah terjadinya jatuh pada tempat tidur.

e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum dengan :


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
menunjukkan peningkatan aktivitas.
Kriteria hasil:
1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan / diperlukan
2) Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat
diukur
3) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi
Intervensi:
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
R/ Membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress
aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktifitas.
2) Instruksikan pada pasien tentang teknik penghematan energi
R/ teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga
membantu keseimbangan antara suplay dan kebutuhan
oksigen.
3) Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
R/ Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.

4) Anjurkan untuk beraktifitas secara bertahap


R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
mengetahui dan mampu dalam pengobatan hipertensi
Kriteria hasil:
1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
2) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi
Intervensi:
1) Jelaskan tentang Hipertensi (Pendidikan Kesehatan)
R/ memberikan dasar untuk pemahaman dan mengklarikfikasi
istilah medis
2) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
R/ kesalahan konseps dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama mempengaruhi minat pasien / orang
terdekat.

Anda mungkin juga menyukai