Anda di halaman 1dari 28

Kasus Tutorial Asuhan Keperawatan Pasien dengan Diabetes Melitus

Ny. Asih usia 45 tahun, dirawat diruang penyakit dalam semenjak 2 hari yang lalu
karena dehidrasi berat disertai kesadaran menurun. Kondisi saat ini masih tampak
lemah, kesadaran CM, dalam keadaan dehidrasi sedang. Infus terpasang RL: NaCl 20
gtt/menit. Pasien memiliki riwayat DM semenjak 5 tahun lalu, hipertensi semenjak 2
tahun lalu. Setahun yang lalu pernah dirawat dengan kondisi dehidrasi berat disertai
luka gangran pada kaki. Dokter memberi regular insulin 3x12 IU. Diit DM 1500
kalori, rendah lemak. Saat ini GD puasa 235 mg/dl dan 2 jam PP: 258 mg/dl. Saat ini
terpasang Douer kateter dengan diuresis 24 jam = 3000 ml.
A. Pemahaman tentang Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian penyakit DM dan Hipertensi. Adakah keterkaitan kedua
penyakit ini bila ditinjau dari factor risikonya? Jelaskan.
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat defisiensi sekresi
insulin atau berkurangnya aktivitas biologis insulin atau keduanya
(Smeltze, & Bare, 2007; Asosiasi Diabetes Amerika/American Diabetes
Association (ADA, 2005).
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm
Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, ).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
lebih. (Barbara Hearrison )

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah


peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
Keterkaitan penyakit hipertensi dengan diabetes mellitus
Hipertensi bisa jadi merupakan komplikasi akibat penyakit diabetes
yang kronis, Penyakit diabetes melitus menyebabkan kekentalan darah,
dari kekentalan darah tersebut mengakibatkan nutrisi dan oksigen lambat
untuk disalurkan keseluruh tubuh sehingga jantung bekerja lebih keras dan
lebih cepat dalam memompa darah yang akhirnya bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah
2. Apa penyebab penyakit DM? Klasifikasi DM dan Gejala dan Tanda
apa saja yang spesifik?
Penyebab DM menurut Smeltzer, 2002 : 1224, yaitu :
1) Diabetes Tipe I (IDDM / Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetic
Diakibatkan karena mewarisi atau memiliki satu antigen HLA
(Human Leucosyte Antigen) tertentu. Resiko meningkat dapat
terjadi pada individu yang memilikki tipe HLA DR3 maupun DR4.
b. Faktor Imunologi
Terdapat bukti adanya suatu respon autoimun yaitu respon abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah
jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksik tertentu dapat
memicu proses autoimun yang menyebabkan destruksi sel .
2) Diabetes Tipe II
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan penting dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor resiko terjadinya
Diabetes Mellitus Tipe II, yaitu :

a. Usia (resistensi nsulin cenderung meningkat pada usia diatas 65


tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik (di Amerika Serikat golongan Histanik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
Tanda dan Gejala
Diagnosis Diabetes Melitus awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas
berupa :
1) Polifagia
2) Poliuria
3) Polidipsi
4) Lemas, dan
5) Berat badan menurun
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Impotensi pada pria, serta
Pruritus vulva pada wanita

(Arif Mansjoer, 2000 : 580


KLASIFIKASI DM
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Associations
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1) Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk

mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi


sebelum usia 30 tahun.
2) Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI).
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan
kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih
dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3) DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4) Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM).
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
3. Bagaimana proses terjadinya hiperglikemia dan dehidrasi serta
penurunan

kesadaran

pada

kasus

ini?

Bagaimana

anda

mengetahuinya?
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang
masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa dalam darah
menyebabkan osmolalitas darah meningkat sehingga menyebabkan
perpindahan cairan dari ekstravaskuler ke intra vaskuler dan terjadi

dehidrasi pada sel. Peningkatan volume intra vaskuler menyebabkan


diuresis osmotik yang tinggi sehingga volume diuresis dan frekuensi
berkemih akan meningkat serta kehilangan cairan dan elektorlit.
Meningkatnya jumlah urin mengakibatkan dehidrasi sehingga akan
merangsang hipotalamus untuk mengekskresi ADH dan merangsang pusat
haus di bagian lateral sehingga menyebabkan peningkatan rasa haus yang
disebut poli dipsi. Dehidrasi yang terjadi dapat menyebabkan menurunnya
kesadaran.

4. Pasien mendapat terapi regular insulin, golongan/jenis insulin apakah


ini? Dan adakah jenis-jenis yang lain? Jelaskan cara kerjanya, efek
samping dan cara pemberiannya.
Insulin dihasilkan oleh kalenjar pankreas pada tubuh kita, hormon
insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan
insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan
sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh
membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan
manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen.
Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan
dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak
didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran
darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja
menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose
menjadi energi.
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang
terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya
(duration). Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4
kelompok, yaitu:

1. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga


insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini dikenal 2 macam
insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada
antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan
30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1 4 jam, dan
efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.
2. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting). Yang dipakai saat
ini adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),Monotard, Insulatard.
Jenis ini awal kerjanya adalah 1.5 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam
4 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
3. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat. Yaitu insulin
yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin
ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24 jam). Preparatnya:
Mixtard 30 / 40
4. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin). Merupakan
campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari
tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu
sekitar 24 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.
Keterangan dan contoh sediaan untuk masing-masing kelompok
disajikan dalam tabel berikut ini (IONI, 2000 dan Soegondo, 1995b).

Insulin Reguler
Cara Kerja

Efeknya muncul dalam waktu 30 menit dan puncak antara 2-3 jam setelah
injeksi subkutan dan umumnya berlangsung 5-8 jam. Dalam konsentrasi tinggi
(vial) molekul insulin membentuk dimer yang menstabilkan ion seng untuk
membuat hexamers insulin. Ini

menyebabkan onset tertunda dan

memperpanjang waktu untuk tindakan puncak, dan variabilitas penyerapan


25%.
Efek Samping
Efek Samping: lipodistropi , hipoglikemia, reaksi alergi local dan sistemik.
Cara Pemberian
Pemberian insulin masa kerja singkat yaitu melalui IV, IM, SC, Infus ( AA /
Glukosa / elektrolit ) dan jangan bersama darah (mengandung enzim yang
merusak insulin). Dosis sebanyak 125 unit atau disesuaikan dengan kebutuhan
individu.

5. Jelaskan komplikasi penyakit ini, baik akut maupun kronis dan


bagaimana upaya pencegahannya.
Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes
melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut
maupun yang kronik.
1. Komplikasi Akut
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes melitus yang penting dan
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah
jangka pendek. (Suzzane C.Smeltzer,2002:1256), yaitu :
a. Hipoglikemia
Keadaan hipoglikemia termasuk dalam komplikasi akut DM, di
mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami
keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya

hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling


sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu
banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat atau
menyuntik insulin.
Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang menunjukan kadar
glukosa dalam darah rendah.Kadar glikosa darah turun dibawah 50
mg/dl. Pada penyandang diabetes,keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat
dan berlebihan.
Gejala hipoglikemia secara umum antara lain banyak
berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah,
dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien
sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung
glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak
sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan
dan pemantauan selanjutnya. Gejala khusus hipoglikemia dapat
dikelompokan kedalam dua kategori yaitu gejala adrenegik dan
gejala sistem saraf pusat.
Hipoglikemia dapat dikelompokan menjadi ringan,sedang,dan
berat. Hipoglikemia ringan didiagnosis ketika kadar glukosa darah
50 mg/dl yang akan merangsang sistem saraf simpatis dimana
terjadi perangsangan adrenalin sehingga menimbulkan gejala
seperti tremor ,takhikardi,palpitasi, kegelisahan,dan rasa lapar.
Hipoglikemia sedang didiagnosis ketika terjadi penurunan
kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl,kondisi ini menyebabkan
sel-sel

otak

tidak

mendapatkan

cukup

glukosa

sehingga

menimbulkan gangguan pada sistem saraf pusat. Tanda-tanda


gangguan

fungsi

ketidakmampuan

pada

sistem

berkonsentrasi,sakit

saraf

pusat

mencakup

kepala,vertigo,bingung,

penurunan daya ingat,mati rasa di daerah bibir dan lidah, bicara


rero, gerakan tidak terkoordinasi,perubahan emosional,penglihatan
ganda dan sinkop.
Hipoglikemia berat didiagnosis bila kadar glukosa darah < 40
mg/dl.

Gejala

dapat

disorientasi,serangan

mencakup

kejang,sulit

gangguan
dibangunkan,

prilaku

seperti

atau

bahkan

kehilangan kesadaran.
b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau

tidak

cukupnya

jumlah

insulin

nyata.

Keadaan

ini

mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,protein,dan


lemak.
Gambaran

klinik

pada

ketoasidosis

yaitu

terjadinya

dehidrasi,kehilangan elektrolit, dan asidosis.


c. Syndrom Hiperglikemia Non Ketotik (SHHNK)
SHHNK merupakan keadaan yang didominasi

oleh

Hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang disertai perubahan tingkat


kesadaran. Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis
osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik,cairan akan berpindah dari
intrasel ke ruang ekstra sel. Dengan adanya glukosuria dan
dehidrasi, maka akan dijumpai keadaan hipernatremia dan
peningkatan osmolaritas cairan.
2. Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu
lama akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf.
Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua
jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil. Yang termasuk dalam
pembuluh darah besar antara lain:

Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan


penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak

Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki

Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan


stroke
Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya

mengenai pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan.


Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang
akan menyebabkan nefropati diabetikum.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang
menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena
rasa kebal, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko
menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan
tindakan amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki
terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari
serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami
kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan
kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.
Komplikasi kronik diabetes dapat menyerang semua sistem
organ tubuh. Kerusakan organ tubuh disebabkan oleh menurunnya
sirkulasi darah ke organ akibat kerusakan pada pembuluh darah.
Kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim digunakan adalah
penyakit makrovaskular,mikrovaskular dan neurologis. (Suzzane C.
Smeltzer,2002 : 1267 )
a.

Komplikasi makrovaskuler
Perubahan pembuluh darah besar akibat akosklerotik
menimbulkan masalah yang serius pada diabetes. Aterosklerotik
yang terjadi pada pembuluhdarah arteri koroner,maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik

yang terjadi pada pembuluhdarah serebral akan mengakibatkan


stroke infark dengan jenis TIA (Transiennt Ischemic Attack).
Aterosklerosis yang terjadi padapembuluh darah besar ekstremitas
bawah akan menyebabkan penyakit oklusif arteri perifer atau
b.

penyakit vaskuler perifer.


Komplikasi Mikrovaskuler
Bentuk komplikasi mikrovaskuler antara lain,yaitu :
1)
Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetic menyebabkan kebutaan karena adanya
perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina
2)

mata.
Nefropati diabetikum
Nefropati diabetic menyebabkan terjadinya gagal ginjal
karena pada saat kadar glukosa darah meninggi maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
mengakibatkan kerusakan pada membran filtrasi,sehingga
terjadi kebocoran protein darah kedalam urin. Kondisi ini
mengakibatkan

tekanan

dalam

pembuluh

darah

ginjal

meningkat,dan akan menjadi stimulus dalam terjadinya


3)

nefropati.
Neuropati diabetikum
Terdapat 2 tipe neuropati diabetic yang paling sering
dijumpai yaitu polineuropati sensorik dan neuropati otonom.
Polineuropati

sensorik

disebut

juga

neuropati

perifer.

Sedangkan neuropti otonom atau mono neuropati merupakan


neuropati

yang

menyerang

sistem

saraf

otonom

dan

mengakibatkan berbagai disfungsi otonom yang mengenai


hampir

seluruh

sistem

organ

tubuh

seperti

kardiovaskuler,gastrointestinal, urinarius, kelenjar adrenal, dan


disfungsi seksual.
Pencegahan DM

Pencegahan diabetes bagi penyandang prediabetes dilakukan dengan


deteksi penyakit secara dini dan pengelolaan prediabetes secara tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kepekaan terhadap tanda dan
gejala yang perlu diwaspadai seperti banyak makan,banyak minum, dan
banyak berkemih. Disamping itu kesadaran terhadap faktor resiko yang
tidak tampak seperti genetik perlu dikenali secara dini. Pencegahan
diabetes difokuskan pada perubahan gaya hidup khususnya dalam pola
makan seimbang dan pola latihan fisik rutin dan teratur dalam upaya
mencegah obesitas sebagai faktor resiko utama diabetes.
Pencegahan Komplikasi Pada Dm
1. Pencegahan Primer Diabetes Militus yang Tergantung Insulin
Strategi-strategi berikut,kini sedang dipertimbangkan untuk penelitian
pencegahan primer diabetes tipe I :
a. Pencegahan primer sejati , misalkan penghentian protein susu
sapi pada masa neonatus dan bayi dini.
b. Pemberian penetral radikal bebas,misalkan nikotinamid
c. Mengistirahatkan sel-beta, misalkan melalui pengobatan insulin
secara dini.
d. Mendorong pengembangan toleransi antigen, misalkan melalui
pengobatan dengan insulin atau antigen oral secara dini.
e. Imunosupresi atau imuno modulasi.
1. Pencegahan Primer NIDDM Serta Gangguan-Gangguan yang Tertali
a. Strategi Pencegahan NIDDM dan Toleransi Glukosa Terganggu
Strategi-strategi intervensi pencegahan NIDDM didasarkan
pada

langkah-langkah

penurunan

keresistenan

insulin

dan

peningkatan serta penopangan fungsi sel-beta pankreas (misalkan


dengan program-program penyusutan obesitas dan peningkatan
kegiatan fisik).
Langkah-langkah ini mungkin amat berguna diaplikasikan
pada orang-orang beresiko tinggi,meliputi :

1) Orang dengan riwayat keluarga NIDDM yang kuat termasuk


mereka yang semasih muda telah timbul onset.
2) Orang yang mengubah gaya hidup tradisional menjadi gaya
hidup barat, dari masyarakat urban, atau dari gaya hidup aktif
menjadi sedentary.
3) Orang dengan riwayat GDM, GIGT atau bayi berat badan lahir
besar
4) Orang dengan elemenlain sindrommetabolik kronik,semisal
hipertensi,dislipoproteinemia,dan obesitas,terutama sentral.
b. Strategi Pencegahan Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi
Glukosida sianogenik dalam singkong dituduh sebagai
penyebab neuropati ataksia tropika dan goiter endemik serta
diabetes pankreatik fibrokalkulus,penurunan kadarnya didalam
makanan sampai batas aman (<50 mg glukosid tersebut per
kilogram singkong segar parut) merupakan strategi kesehatan
masyarakat yang penting.
Sebagian besar glukosida sianogenik dapat dihhilangkan
dengan mengupas dan mencuci umbi,menjemur irisan tapioka,
memasak dan menggoreng makanan yang dibuat dari singkong.
Pencampuran singkong dengan gandum dan tepung kacang tana
juga telah dianjurkan. Akhirnya penelitian holtikultura untuk
mengembangkan varietas singkong yang kaya akan protein dan
rendah glukosoid sianogenik harus digalakkan.
2. Pencegahan Sekunder
a. Penapisan terhadap DM tak tergantung insulin
Strategi-strategi penapisan yaitu :
1) Penilaian resiko
Program penapisan harus menentukan orang-orang dengan
satu atau lebih faktor-faktor resiko diabetes. Penilaian ini dapat
dilakukan dengan kuesioner tertulis atau secara verbal. Orangorang dengan satu atau lebih faktor resiko harus dirujuk untuk
penilaian dan pengujian.
2) Pengukuran glukosa

a) Pengukuran glukosa urin


Pengukuran ini boleh digunakan jika pengukuran glukosa
darah yang handal tidak tersedia. Kepekaan lebih baik bila
digunakan sampel urin post-prandial. Hasil urin positif
menunjukan perlunya pemastian dengan uji glukosa darah.
b) Pengukuran gluksa darah sewaktu
Nilai darah vena 10,0 mmol atau 11,1 mmol/L plasma vena
menyiratkan diabetes. Aras yang lebih besar dari7-8 mmol/L
harus diikuti dengan pengujian lebih lanjut.
c) Pengukuran glukosa darah biasa
Nilai darah vena 10,0 mmol atau 11,1 mmol/L plasma vena
menyiratkan diabetes. Nilai yang lebih besar dari 7-8
mmol/L sebaiknya diteruskan dengan pemeriksaan lebih
lanjut.
d) Glukosa darah puasa
Puasa diartikan sebagai tidak mengkonsumsi sembarang
makanan atau minuman selain air setidak-tidaknya 10-16
jam sebelum pengujian.
e) Uji Toleransi glukosa oral
f) Uji ini masih tetap merupakan penegasan pasti uji diagnostik
diabetes. Aras glukosa diagnostik 2 jam sesudah pemberian
glukosa oral sebanyak 75 gram.
b. Penapisan diabetes melitus yang tergantung insulin (IDDM)
Dengan ilmu pengetahuan terkini,penapisan dapat dianjurkan
hanya untuk tujuan penelitian berkenaan dengan pencegahan
IDDM. Pendekatan-pendekatan penapisan yang berlainan dapat
diterapkan tergantung pada pertanyaan penelitian tertentu. Empat
parameter yang tersedia untuk digunakan adalah riwayat keluarga,
marker-marker genetik (HLA), marker-marker resiko imunologik,
dan marker-marker risiko metabolik.
3. Pencegahan Tersier
Strategi-strategi pencegahannya yaitu :
a. Pemeriksaan pasien
b. Olahraga

c. Glukagon untuk penggunaan gawat darurat


d. Perubahan-perubahan pengobatan

6. Prediabetes perlu dipahami pasien dan keluarga dalam rangka


mengenali potensi DM dalam keluarga. Jelaskan apa itu Prediabetes
dan bagaimana mengenalinya? Apa yang dapat dilakukan bila ada
anggota keluarga telah mengalami Prediabetes?
Prediabetes adalah kondisi yang menunjukkan peningkatan kadar
glukosa darah namun belum dapat digolongkan sebagai kategori diabetes
(ADA, 2015). Dalam perkembangannya, 1/3 dari pasien Prediabetes akan
menjadi Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) dalam wakti 3-5 tahun (Pengurus
Besar Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia), 2009) namun dapat pula
berakhir menjadi normoglikemia atau tetap Prediabetes yang akhirnya
menjadi DMT.
Diagnosis prediabetes ditegakkan berdasarkan kadar glukosa puasa
terganggu (GPT) dan atau toleransi glukosa terganggu (TGT) . GPT bila
terdapat peningkatan kadar glukosa saat berpuasa dan TGT bila terdapat
peningkatan kadar glukosa darah 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gr
glukosa. Secara klinis, penetapan kondisi Prediabetes mengacu pada
rekomendasi WHO seperti yang dikutp oleh Persadia (2009) seperti pada
table dibawah ini.
Glukosa puasa terganggu (GPT) apabila:
Kadar glukosa puasa

100-125v mg/dL (5,6 6,9 mmol/L)


AIC 5,7 % - 6,4 %
< 140 mg/dL

Kadar glukosa 2 jam setelah beban


Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila
Kadar glukosa puasa normal
< 100 mg/dL
Kadar glukosa 2 jam setelah beban 140-199 mg/dL (7,8 11 mmol/L)
glukosa 75 gr

Pengelolaan prediabetes ditunjukan untuk mencegah berkembangnya


DMT2 dan gangguan kardiovaskular melalui pengelolaan berbagai factor
risiko dengan intervensi gaya hidup. Pengelolaan factor resiko difokuskan
pada :
1. Mengubah gaya hidup khususya penurunan asupan kalori dan latihan
fisik moderat (AACE guidelines,2011)
2. Penggunaa medikamentosa dapat diberikan bila perlu (ADA,2005).
3. Membiasakan pola makan sehat dan seimbang serta latihan fisik secara
rutin dan teratur (ADA,2010).
Perubahan gaya hidup dapat mencegah berkembangnya diabetes
(Diabetes UK,2009) oleh karena obesitas sebagai factor risiko utama
prediabetes dapat dikelola dengan latihan fisik moderat dan pola makan
sehat dan seimbang.
Maka dari itu anggota keluarga yag telah mengalami prediabetes
dianjurkan melakukan :
a. Pola makan seimbang
Pola makan seimbang ditujukkan untuk menggambarkan ukuran
keseimbngan antara kebutuhan kalori tubuh dengan besarnya asupan
kalori seseorang dengan tujuan mencapai berat badan normal atau
ideal. Dapat dilakukan dengan cara :
1. Membatasi asupan kalori yang bersumber dari karbohidrat dan
lemak
2. Meningkatkan asupan makanan tinggi serat yang bersumber dari
sayuran dan buah-buahan (ada,2008)
3. Mengkonsumsi vitamin d secara optimal
4. Makan teratur 3 kali sehari atau lebih dengan jumlah asupan kalori
seimbang (Diabetes UK, 2010)
b. Latihan Fisik Rutin Dan Teratur
Hal ini dilakukan untuk membantu tubuh menggunakan insulin lebih
baik (ADEA,2008), dengan catatan pasien atau keluarga dapat kreatif
memilih cara atau pola latihan fisik yang bervariasi dan menyenangkan

agar terhindar dari kejenuhan. Beberapa anjuran latihan fisik bagi


penyandang prediabetes antara lain:
a. Melakukan latihan fisik paling sedikit 150 menit/minggu dengan
intensitas moderat untuk menurunkan BB 5-10% (Diabetes
Prevention Program, 2010)
b. Melakukan latihn fisik paling sedikit 30 menit minimal 3
kali/minggu, dengan intensitas yang moderat seperti jalan
kaki,berenang, jogging atau aerobic selama 20 menit. Selain itu
dalam seminggu minimal 2 kali melakukan latihan bersifat tahanan
untuk meningkatkan kerja otot (Territory Diabetes Australia,2009)
c. Melakukan latihan fisik dengan intensitas sedang, dilakukan secara
teratur selama 30-60 menit 4 kali/minggu atau minimal 150
ment/minggu (Persadia,2009)
d. Melakukan latihan fisik pada orang dewasa minimum setiap hari
selama 30 menit dalam 5 kali/minggu. Untuk anak-anak dianjurkan
1 jam/hari, dan dianjurkan melakukan 10000 langkah setiap hari.
(Diabetes UK, 2010)

B. Pemahaman tentang Konsep dasar Asuhan Keperawatan


1. Data-data yang disajikan adalah data yang dijumpai dan harus dikaji pada
pasien DM. Oleh karena itu, anda dipersilahkan melengkapi data lain yang
perlu dikaji pada pasien DM. Mana yang merupakan data focus dan data
penunjang.
1) Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin

berbau

aseton pernapasan

kussmaul,

poliuri,

polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala


b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK) serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan
anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan,
pembedahan,

trauma,

infeksi,

penyakit)

atau

terapi

obat

(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).


e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.

f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,


polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini
menunjukkan

gangguan

elektrolit

dan

terjadinya

komplikasi

aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

2) Data Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >
b.
c.
d.
e.

200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.


Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal
atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering

menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal
sampai tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan
dan infeksi luka.

2. Jelaskan secara ringkas bagaimana patofisiologi penyakit ini sehingga


menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasarnya.
a. Kekurangan volume cairan
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel
akan berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi

tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi.


Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai
oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat
kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium,
kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.
b. Asupan nutrisi kurang
Peningkatan kadar glukosa dalam darah menyebabkan osmolitas sel
akan

merangsang

hypothalamus

unuk

mengeksresi

ADH

dan

merangsang pusat haus di baian lateral sehingga menyebabkan


peningkatan rasa haus yang disebut polidipsi. Penurunan transport
glukosan kedalam sel menyebabkan sel kekurangan glukosa untuk
proses metabolisme sehingga mengakibatkan starvirasi sel. Penurunan
penggunaan dan aktivitas glukosa dalam sel akan merangsang pusat
makan dibagia lateral hypothalamus sehingga tibul peningkatan rasa
lapar.
c. Pemenuhan ADL
Sel tidak mendapatkan energi dari glukosa, terjadi katabolisme protein
di dalam otot mengakibatkan suplai energi ke dalam jaringan menurun
dan terjadi kelelahan kelelahan.
d. Eliminasi terganggu akibat dipasang kateter

3. Buat NURSING CARE PLAN (NIC NOC) untuk minimal 5 diagnosa


keperawatan pada pasien ini dan tambahan pada pasien DM pada
umumnya.
a. Diagnosa Keperawatan

a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis


osmotic.
b) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e) Kurang pengetahuan tentang masalah dan penanganannya
berhubungan dengan kurang mendapat informasi.

b. Tindakan Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
Dengan tujuan:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital

stabil
Nadi perifer dapat diraba
Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
Haluaran urine tepat secara individu
Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

Pantau

tanda-tanda

vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia.


Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran

mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau

volume sirkulasi yang adekuat.


Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan

pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang

diberikan.
Timbang

berat

badan

setiap

hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari


status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya

dalam memberikan cairan pengganti.


Berikan
terapi
cairan

sesuai

indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada


derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara
individual.
b) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan:
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan


bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh
pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan

dari kebutuhan terapeutik.


Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

(termasuk absorbsi dan utilisasinya).


Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan

etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat

dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat

diupayakan setelah pulang.


Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan

informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.


Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya

dengan

cepat

pula

dapat

membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.


c) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
Observasi

tanda-tanda

infeksi

dan

peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang


biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat

mengalami infeksi nosokomial.


Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan

pasien

termasuk

pasiennya

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.


Pertahankan teknik aseptik pada prosedur

sendiri.
invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan


menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguhsungguh.


Rasional

Sirkulasi

perifer

bisa

terganggu

yang

menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.


Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas
dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah
paru dan memobilisasi sekret.

d) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan


dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :

Pantau

tanda-tanda

vital

dan

status

mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan

abnormal.
Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
dengan

kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk

mempertahankan kontak dengan realitas.


Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong
untuk

melakukan

kegiatan

sehari-hari

sesuai

kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan
dengan realitas
lingkungannya.

dan mempertahankan orientasi pada

Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan


sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak
nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi
yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan

e) Kurang

pengetahuan

tentang

masalah

dan

penanganannya

berhubungan dengan kurang mendapat informasi.


Tujuan keperawatan : Meningkatkan pengetahuan klien tentang
pengertian penyakit, faktor yang dapat mendukung munculnya
masalah

kesehatan

yang

dihadapi

dan

penanganannya:

Meningkatkan kesadaran klien tentang pengaturan diet dan


kebiasaan makan.
Intervensi :
-

Kaji pengetahuan klien tentang masalah kesehatan yang


dialami.
R : .Membantu menentukan hal spesifik yang akan menjadi
topik/materi penyuluhan.

Identifikasi bersama klien kebiasaan yang memungkinkan


munculnya masalah
R: Membantu klien mengidentifikasi hubungan kebiasaan
dengan masalah yang dihadapi saat ini.

Anjurkan klien untuk teratur mengkonsumsi obat-obatan


penurun glukosa darah sesuai resep (kolaborasi)
R : Memberikan dorongan kepada klien agar konsisten
terhadap program penyembuhan

Berikan klien daftar zat-zat yang harus dihindari (misalnya:


kafein, nikotin, permen, coklat, makanan yang manis, dll)
R : Memberikan informasi kepada klien dan panduan agar
dapat dipatuhi.

Anjurkan klien untuk menyesuaikan diet dengan makanan yang


disukai, pola makan dan jumlah yang dibutuhkan.
R : Memberi kesempatan kepada klien untuk bekerjasama
dengan perawat dalam pengaturan diet.

Jelaskan kepada klien informasi tentang diabetes mellitus yang


meliputi: pengertian, penyebab, gejala klinik dan cara
penanggulangannya.
R : Informasi yang diberikan kepada klien bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang hal-hal yang berhubungan
dengan DM dan penanganannya.

Berikan dorongan kepada klien untuk mematuhi semua saransaran yang disampaikan oleh perawat.
R : Meningkatkan kesadaran klien tentang pengaturan diet dan
kebiasaan makan.

Berikan klien kesempatan bertanya tentang hal-hal yang


berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi
R : Memberikan kesempatan kepada klien untuk mencari
informasi tentang hal-hal yang belum diketahui dan dipahami.

4. Masalah psikologik apa yang dapat dialami oleh pasien DM dan


pendekatan/strategi keperawatan yang perlu anda lakukan sehingga
masalah psikologik dapat diminimalkan.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem). Diabetes membuat banyak tuntutan pada gaya hidup
dan komplikasi yang mengancam jiwa yang keseluruhan memiliki dampak
negative pada pasien yang nantinya akan menimbulkan perasaan depresi
pada pasien tersebut dikarenakan pasien dituntut untuk selalu menjaga
asupan makanan dengan diit yang sesuai selain itu pasien dengan dm tipe 1
kestabilan gula darahnya bergantung pada insulin.
Pendekatan atau strategi keperawatan yang perlu dilakukan perawat
adalah memberikan pendekatan dengan cara komunikasi teurapetik yang
berisi informasi mengenai bagaimana cara tepat untuk penangan diabetes.
Dan melakukan teknik relaksasi agar pasien terjauh dari gangguan konsep
diri.

DAFTAR PUSTAKA
Rumahorbo, Hotma. 2014. Mencegah Diabetes Melitus dengan Perubahan Gaua
Hidup Sehat. Bogor: IN MEDIA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Soegondo S. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo
S, Soewondo P dan Subekti I (eds). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu,
Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta,
2004.
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI 2000). Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Departeman Kesehatan Republik Indonesia,
2000.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo
Dayu,

Mank.

2014.

Insulin.

Tersedia

di:

https://www.scribd.com/doc/195206137/Insulin#download
Winastyo,

Ehrria.

2014.

Penggunaan

Insulin.

Tersedia

di:

https://www.scribd.com/doc/203525702/Insulin#download
Regina.2012. Komplikasi Diabetes Melitus.diakses pada tanggal 12-03-2015
http://diabetesmelitus.org/komplikasi-diabetes-melitus/
World Health Organization;alih bahasa Arisman.1999.Pencegahan Diabetes Melitus.
Jakarta:Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai